Sindrom akut yang ditandai dengan bintik kecil multipel putih keabuan
pada bagian dalam retina / RPE. Jarang terdapat bintik orange kuning pada
RPE. Mungkin bisa atau tidak terdapat vitritis. 80 % terjadi penurunan visus
unilateral. Sering terjadi pada wanita. Etiologi tidak diketahui, 50%
disebabkan oleh virus. FFA terdapat multipel hiperfloresein. ERG terjadi
penurunan amplitudo a wave. Tidak memrlukan terapi.
c. Serpiginous choroidopathy
d. Birdshot retinochoroidopathy
Terjadi pada pasien dekade ke 4 sampai ke 6. Sering terjadi pada wanita.
Gejalanya floaters, penglihatan kabur, fotopsia perifer. Nyctalopia dan
kehilangan penglihatan warna dapat terjadi kemudian. Terdapat vitritis,
edema disc, vascular sheating, ditandai dengan lesi korioretina birdshot
ovoid kekuningan pada retina bagian nasal. Terjadi penurunan ERG.
Gambaran FFA quenching dimana zat warna menghilang dengan cepat dari
sirkulasi retina. 90% Pasien dengan HLA-A 29 positif. Terapi dengan
periokuler dan sistemik kortikosteroid atau imunosupresan.
e. Punctate inner choroidopathy
Terjadi pada penderita muda dengan miopia. Lebih dari 90% wanita.
Gejalanya kehilangan visus sentral bilateral, fotopsia, skotoma. Pada fase
akut terdapat lesi kuning bulat kecil (100-300µm) yang bergabung pada
RPE atau koroid bagian dalam dan membentuk retina detachment serous.
Terdapat edema optik disc ringan. FFA pada fase akhir terdapat gambaran
staining. Lesi akan menjadi atrofi membentuk sikatrik berwarna putih
kuning, dan menjadi berpigmentasi dan bertambah besar. Terapi dengan oral
atau regional kortikosteroid. Korioretinopati Noninfeksius lainnya
Inflamasi yang mengakibatkan kerusakan pada bagian luar retina pada satu
atau kedua mata. Biasanya terjadi pada wanita muda dengan gejala akut
pada satu mata. Gejalnya fotopsia, gangguan lapangan pandang,
membesarnya bintik buta. Dapat terlihat vitritis ringan. FFA menunjukkan
kebocoran retina dan nervus optik. ERG terdapat penurunan amplitudo rod
dan cone. Tidak membutuhkan terapi.
g. Sarcoid panuveitis
Manifestasinya non spesifik dapat terjadi uveitis intermediat dengan bentuk
snowbank, vitritis dengan snowball di perifer inferior, periplebitis retina,
koroiditis multifokal, pembengkakan nervus optik. Behcet syndrome.
Penyakit sistemik rekuren kronik dengan 3 trias yaitu aphthous oral ulcers,
genital ulcers, akut iritis dengan hipopion. Manifestasi sistemik yang lain
yaitu artritis, epididimitis, ulkus intestinal. Dapat terjadi oklusi vaskulitis
pada kulit, sistim sirkulasi, sistim saraf sentral. Sering terjadi pada laki-laki
berhubungan dengan HLA-B5101.Segmen anterior dapat terlihat uveitis
berat dengan hipopion. Segmen posterior dapat terjadi vaskulitis retina
oklusi, perdarahan intraretinal, edema makula, nekrosis retina fokal,
neuropati optik iskemik, vitritis. Terapi dengan kortikosteroid pada kasus
berat dengan imunosupresan seperti cyclosporine. Vogt-Koyanagi-Harada
syndrome
Merupakan penyakit inflamasi yang sering pada wanita dengan pigmentasi
pada kulit. Gambaran segmen posterior pada fase akut terdapat eksudat
putih kekuningan pada RPE dengan retinal detachment serous.Pada stadium
lanjut dapat terjadi atrofi RPE yang memberikan gambaran sunsetglow. FFA
terdapat gambaran hiperfloresein pungtata multipel dengan kebocoran di
subretina. Echography menunjukkan penebalan koroid pada fase akut.
Terapi dengan steroid.
h. Pars planitis
i. Intraocular lymphoma
Terjadi pada dekade ke 6 dan ke 7 dengan bilateral iritis, vitritis, vaskulitis
retina, infiltrat pada sub RPE berwarna kuning. Diagnosis ditegakkan jika
terdapat solid RPE detachment. Meskipun diberikan terapi dengan
kemoterapi dan radiasi prognosanya buruk.
2. Korioretinopati infeksius
a. Endogenous Bacterial Endopthalmitis
e. Toxoplasmic Chorioretinitis
Sering terjadi pada pasien yang muda dan sehat dan terdapat
subretinal nematode.Pada fase akut terdapat penurunan visus, vitritis,
papilitis, lesi putih keabuan dan putih kekuningan di luar retina.
Pengelompokan lesi retina sangat penting dalam membantu lokalisasi lesi
dari nematode. Penyebabnya adalah Toxacara canis, Baylisascaris
procyonis, Ancylostoma caninum. Jika nematode dapat terlihat maka
dilakukan fotokoagulasi.
i. Syphilitic Chorioretinitis
j. Lyme disease
k. Toxocariasis
l. Cytomegalovirus
1. Autofluorescence
Emisi cahaya fluoresensi tanpa fluoresensi
Drusen saraf kepala optic
Hamartoma astrositik
o Fibrous tissue
o Pigment
o blood
3. Hyperfluorescence
a) Kebocoran
o Peningkatan fluoresensi yang nyata
Merembes melalui RPE ke dalam ruang sub retina atau retina
Keluar dari pembuluh darah retina ke dalam retina
o Dari retina NV ke dalam vitreous
o Batas menjadi semakin kabur
o Intensitas terbesar pada fase akhir
b) Pewarnaan
o Meningkatkan intensitas dan bertahan dalam tampilan akhir
o Margin tetap tetap sepanjang fase
o Masuknya fluorescein ke jaringan padat
Bekas luka
I. Drusen
II. AKTIF
III. Sklera
c) Window Defect
o Tampilan fluoresensi koroid normal melalui defek RPE
o Meningkatkan intensitas dengan puncak pengisian koroid
o Tidak bertambah besar dan memudar pada fase akhir
XVIII. KEPUSTAKAAN