PENDAHULUAN
Itik merupakan salah satu jenis unggas air yang sangat potensial dan cukup
sebagai penghasil telur namun tidak sedikit yang menjadikan itik sebagai
Itik lokal umumnya memiliki nama yang disesuaikan dengan asal itik
tersebut. Masing-masing itik memiliki sifat yang khas, baik dalam anatomi,
morfologi maupun produksi telur dan dagingnya. Beberapa itik lokal yang
banyak dipelihara antara lain yaitu Itik Tegal, Itik Mojosari, Itik Magelang, Itik
Itik Rambon adalah itik yang berasal dari daerah Cirebon Jawa Barat, hasil
persilangan antara Itik Tegal dan Itik Magelang. Itik ini memiliki ciri umum
seperti postur tubuh sedang, bulu berwarna coklat atau tutul coklat, paruh dan
sisik kaki (shank) berwarna hitam serta kulit tubuh berwarna putih. Selain
Itik Cihateup adalah itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan
salah satu kebanggaan peternak itik di Propinsi Jawa Barat di samping Itik
Itik Rambon dan Cihateup memiliki produksi telur yang tinggi sehingga
banyak dibudidayakan sebagai penghasil telur baik telur konsumsi maupun telur
tetas. Telur tetas yang banyak beredar saat ini secara umum dihasilkan melalui
kawin alam antara itik jantan dan betina yang dipelihara secara ekstensif.
yang dapat digunakan sebagai lahan penggembalaan, telah memaksa peternak itik
Pemeliharaan itik secara intensif terutama pada kondisi minim air relatif masih
manajemen perkawinan itik dalam menghasilkan telur tetas. Produksi telur tetas
dan betina. Lama waktu pencampuran antara itik jantan dan itik betina sangat
jantan dan betina pada sistem kawin alam diduga akan berpengaruh terhadap
antara lain penanganan bibit dan pascapanen yang belum optimal sehingga bibit
Inutfah unggas lokal yang mempunyai tik alabio merupakan salah satu plasma
prospek yang cerah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran
masyarakat akan
Biyatmoko 2005c).
sumber pakan di rawa-rawa berupa ikanikan kecil, ganggang dan hijauan lain serta
60−90% selama periode bertelur, atau ratarata 70% (Setioko 1990; 1997), sementara
itik dilakukan secara intensif dan semiintensif dengan skala pemeliharaan 500−
lahan rawa atau sawah, 2) skala sedang dengan jumlah itik yang dipelihara 500−
atau ganggang
BAB V
CARA MENDAPATKAN RUMPUN
rendah, perlu dilakukan seleksi dan pemuliaan secara teratur, terarah, dan terencana sehingga
diperoleh bibit yang
sesuai standar. Selain itu, untuk pengembangan itik alabio secara khusus diperlukan pemetaan
daerah atau kawasan khusus bagi pengembangan dan pemurnian
alabio oleh itik pendatang, dan pembangunan pusat perbibitan skala pedesaan atau village breeding
center,
pentingnya pencatatan pada usaha pembesaran dan penghasil telur tetas perlu
Pelatihan bagi peternak yang melaksanakan kegiatan pascapanen dapat mendukung upaya tersebut.
Untuk pencegahan dan pengendalian penyakit baik pada telur tetas, di tempat
tetas, mesin penetas, kandang dan perlengkapannya secara periodik. Istiana dan
5% savlon dan 10% rodalon dapat menekan kehadiran bakteri Salmonella sp.
dan kapang. Untuk menghindari terjadinya penyakit aflaktosikosis yang disebab kan oleh racun
aflatoksin pada pakan,
terlalu lama. Dengan cara tersebut diharapkan produk yang dihasilkan bebas
KESIMPULAN
Itik alabio mempunyai potensi sebagai
penghasil telur dan daging. Potensi itik
jantan sebagai sumber daging belum dimanfaatkan secara optimal. Usaha tani itik
alabio di Kalimantan Selatan sudah mengarah ke spesialisasi usaha yaitu penghasil
telur tetas, telur konsumsi, penetasan dan
pembesaran atau itik dara.
Masalah dalam pengembangan itik
alabio adalah: 1) belum adanya standardisasi mutu bibit, 2) harga pakan yang
berfluktuasi, 3) masa periode bertelur tidak
stabil dan belum adanya pencatatan yang
baik, 4) seleksi itik jantan masih didasarkan
pada pengalaman dan bukan pada kualitas
bibit yang baik, 5) penanganan pascapanen belum optimal sehingga produk
yang dihasilkan kurang disukai konsumen,
dan 6) gangguan penyakit. Untuk pencegahan dan pengendalian penyakit, baik
di tempat penetasan, pada telur tetas, anak
itik, itik dara, dan itik dewasa perlu digalakkan sanitasi dan fumigasi ruang penetasan, telur tetas, kandang dan
peralatan
serta lingkungannya secara periodik
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. 2005. Analisis kebijakan pengembangan ternak itik
di Kabupaten Hulu
Sungai Utara. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Banjarbaru. 6 hlm.
Biyatmoko, D. 2005a. Petunjuk Teknis dan
Saran Pengembangan Itik Alabio. Dinas
Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan,
Banjarbaru. 9 hlm.
Biyatmoko, D. 2005b. Disain pengembangan itik
di Kalimantan Selatan tahun 2006-2010.
Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru. 23 hlm.
Biyatmoko, D. 2005c. Kajian arah pengembangan itik Alabio di masa depan. Makalah disampaikan pada
Ekspose Konsultan Pengembangan Ternak Kerbau dan Itik serta
Diseminasi Teknologi Peternakan Tahun
2005. Banjarbaru, 11 Juli 2005. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru. 13 hlm.
Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan.
19932006. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan,
Banjarbaru. 57 hlm.
Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan.
2006. Evaluasi kinerja pembangunan peternakan 2006 dan rencana kegiatan 2007.
Makalah disampaikan pada Rapat Evaluasi
Pembangunan Peternakan Kalimantan Selatan, Banjarbaru, 16 Januari 2007. 18 hlm.
Dinas Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
1999. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Amuntai. 59
hlm.
Fathurrahim, A.H. 2000. Prospek dan kebutuhan
teknologi sistem usaha tani itik Alabio di
lahan lebak Kalimantan Selatan. Makalah
disampaikan pada Temu Informasi Teknologi Pertanian, Banjarbaru, 1920 Juli 2000.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Banjarbaru. 7 hlm.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian Banjarbaru. 1996. Pengkajian
daya tunas pada telur tetas itik Alabio betina
pascaproduksi dan pemanfaatan limbahnya.
Laporan Hasil Penelitian. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian,
Banjarbaru. 17 hlm.
Istiana. 1994. Kematian embrio akibat infeksi
bakteri pada telur tetas di penetasan itik
Alabio dan perkiraan kerugian ekonominya.
Penyakit Hewan XXVI(45): 3640.
Istiana dan Suryana. 1993. Pengendalian salmonellosis di tempat penetasan telur itik Alabio
dan lingkungannya. Laporan Hasil Penelitian. Sub Balai Penelitian Veteriner Banjarbaru. 42 hlm.
Istiana dan Suryana. 1997. Pemeriksaan bakteriologik terhadap anak dan telur itik, pakan
dan dedak yang berasal dari pasar Alabio
Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner 2(3): 208211.