Anda di halaman 1dari 2

Kebijakan Baru Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN)

Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan bertindak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah
melaksanakan sejumlah transformasi pada kurikulum merdeka belajar. Salah satu perubahan
yang ditetapkan adalah perubahan alur dalam seleksi masuk perguruan tinggi. Ada beberapa
pihak yang merasa bahwa peralihan ini terlalu mendadak, sehingga tidak akan berjalan
efektif. Namun, terdapat pula pihak yang merasa dirinya diuntungkan dengan
diberlakukannya kebijakan ini.
Menteri Pendidikan menuturkan bahwa saat ini ada tiga transformasi baru yang dapat dilalui
oleh mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, yaitu seleksi nasional
berbasis prestasi (SNBP), seleksi nasional berbasis tes (SNBT), dan seleksi mandiri oleh
masing-masing universitas. Peraturan baru seleksi masuk perguruan tinggi ini diharapkan
membawa dampak yang baik untuk menyelaraskan tujuan awal dilakukannya pembaruan
dengan hasil akhir yang diharapkan. Berikut jabaran singkat tentang ketiga peraturan baru
tersebut:
1. Seleksi Nasional berdasarkan Prestasi (SNBP)
Kemendikbud mengatakan bahwa dalam seleksi ini akan menekankan pada
pemberian insentif yang signifikan terhadap kinerja pembelajaran secara keseluruhan.
Untuk mencapai hal tersebut maka nilai rata-rata raport untuk semua mata pelajaran
diberikan bobot minimal 50%. Pembobotan faktor selebihnya maksimal 50% berasal
dari komponen yang mengutamakan minat dan bakat. SNBP ini menggantikan Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
2. Seleksi asional berbasis tes (SNBT)
SNBT merupakan proses seleksi ujian yang berkonsentrasi pada evaluasi pemikiran
logis dan keterampilan pemecahan masalah. SNBT menggantikan Seleksi Bersama
Masuk PTN (SBMPTN). Ada banyak perbedaan antara SNBT dengan SBMPTN,
salah satunya yakni ujian tidak lagi diklasifikasikan menjadi golongan sains &
teknologi (saintek) dan sosial & humaniora (soshum). Melainkan ujian akan berfokus
pada tes yang mengukur potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa
Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris. Soal pada seleksi ini akan
menitikberatkan kemampuan penalaran, bukan hafalan.
3. Seleksi Mandiri
Seleksi mandiri oleh PTN merupakan mekanisme ketiga dalam transformasi seleksi
masuk PTN. Kemendikbud mewajibkan PTN melakukan tindakan tertentu secara
mandiri baik sebelum maupun sesudah proses seleksi, dengan prosedur yang
transparan, artinya dapat diketahui oleh masyarakat.
Menurut statistik pendidikan tahun 2020–2021, lebih dari 3,2 juta siswa telah lulus dari
tingkat SMA/SMK/sederajat. Sedangkan jumlah pendaftar di perguruan tinggi yang tersebar
di tanah air hanya sekitar 2,1 juta siswa. Lebih dari 762 ribu pendaftar—baik akademik
maupun non akademik—lolos seleksi masuk PTN.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa perbandingan jumlah siswa yang lulus
tingkat SMA/SMK dengan jumlah siswa yang diterima di PTN berselisih sangat jauh. Hal ini
dapat menjadi perhatian bagi lembaga pendidikan, khususnya lembaga perguruan tinggi.
Fakta bahwa masih ada 1 juta pelajar/lebih lulusan SMA/SMK yang tak bisa kuliah cukup
mengkhawatirkan. Sebab pada akhirnya, lulusan SMA/SMK yang kurang beruntung tersebut
akhirnya terjun ke lapangan kerja tanpa mempunyai bekal keterampilan yang kompeten.

Jika keadaan yang demikian dibiarkan, maka bisa jadi sumber daya manusia (SDM) unggul
yang diharapkan oleh Kemendikbud tidak akan terealisasikan. Melihat kondisi tersebut,
Kemendikbud berupaya memaksimalkan peluang masuk PTN agar lebih besar. Sebab
pendidikan tinggi merupakan pilar tak terpisahkan dari siklus pembangunan manusia dan
kebudayaan.

Kebijakan baru skema masuk PTN yang telah dikeluarkan membuat pendaftar kini lebih
leluasa memilih program studi yang diinginkan tanpa merasa dibatasi oleh jurusan yang
ditempuhnya selama SMA/SMK. Transformasi alur masuk PTN juga dianggap memudahkan
bagi peserta didik yang ingin menemukan minat dan bakatnya di jurusan yang non linier
dengan jurusan di SMA/SMK. Semua siswa memiliki kesempatan untuk sukses pada jalur
seleksi nasional. Dengan begitu, diharapkan penyerapan lulusan SMA/SMK yang mendaftar
ke perguruan tinggi akan lebih banyak dan dapat meningkatkan angka statistika pendidikan.
Namun, dengan adanya kebebasan memilih program studi (prodi) ini, keketatan di beberapa
kampus akan semakin tinggi. Saingan tidak hanya berasal dari sesama angkatan yang lulus
dengan tahun yang sama, melainkan juga berasal dari para mahasiswa yang masih
berkesempatan untuk mengikuti tes dan para anak gap year yang semakin berambisi untuk
meraih PTN yang diimpikan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kebijakan baru jalur masuk PTN
harus dipersiapkan dengan matang bagi mereka yang akan memasuki perguruan tinggi.
Kesiapan untuk menerima segala mutasi pendidikan dapat dimulai dengan cara paling
sederhana, yaitu belajar. Transformasi ini diharapkan dapat membebaskan para pelajar untuk
melanjutkan studi sesuai minat dan bakatnya agar terus berkembang, menumbuhkan
kesadaran bahwa semua mata pelajaran adalah penting, sehingga siswa akan terus berusaha
untuk berhasil dalam semua mata pelajaran walau tidak selalu menjadi yang terbaik, serta
meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Indonesia dengan melahirkan lulusan terbaik di
masing-masing lembaga pendidikan yang kemudian dapat mencetak SDM yang unggul.

Anda mungkin juga menyukai