Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP INFORMED CHOICE DAN TEORI SOSIAL MEDIKALISASI


DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
DOSEN PENGAMPU : NISA KARTIKA NINGSIH, S.Tr.Keb., M.Keb

DI SUSUN OLEH
ANDI HIKMAH
ASTUTI
DELI MALASARI
HERNIS
HERLINA
KIKI INDRIANI
MARWIYAH
MELATI
NURSAPUTRI
NURLELA AYUNI

PROGRAM STUDI S1-KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KELUAGA BUNDA JAMBI
TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu,
penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah KEBIJAKAN
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN, dengan judul makalah “KONSEP INFORMED
CHOICE DAN TEORI SOSIAL MEDIKALISASI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”.

Kami menyadari dalampembuatan makalah inimasihbanyakkekurangan, maka kami


mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik. kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat
menambah ilmu wawasan kita mengenai “KONSEP INFORMED CHOICE DAN TEORI
SOSIAL MEDIKALISASI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”. Akhir kata kami
mengucapkanterimakasih

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
3.1 Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Informed Choice ................................................................................................ 3
2.1.1 Pengertian informed choice ..................................................................... 3
2.1.2 Prinsip Informed choice ..........................................................................4
2.1.3 Peran Bidan Dalam Informed Choice ..................................................... 4
2.1.4 Informed Choice Dalam Pelayanankebidanan ..................................... 6
2.1.5 Perbedaan Informed Choice dan Informed Consent ............................... 6
2.2 Konsep Medikalisai Dalam Pelayanan Kebidanan ............................................. 11
2.2.1 Pengertian Medikalisasi ......................................................................... 11
2.2.2 Perbedaan Medikal Model dan Kebidanan ............................................. 11
2.2.3 Medikalisasi Dalam Pelayanan Kebidanan ............................................. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 14
3.2 Saran .................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pasien pengguna jasa pelayanan

bidan praktek menjadi dilema sendiri. Kebanyakan pasien justru telah memberikan

kepercayaan kepada bidan yang telah memberikan pertolongan apapun resikonya, padahal

pasien sendiri mempunyai hak yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang

didalamnya menjamin warga negara dalam memperoleh dan menikmati haknya, dengan

demikian apabila terjadi suatu kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan praktek, tenaga

medis tidak bisa lepas dari tanggung jawab maka harus tetap diproses sesuai dengan

UndangUdang berlaku. Hak pasien dalam dunia kesehatan adalah hak untuk memperoleh

kesehatan dan mempertahankan kesehatan bagi kesejahteraan dan kelangsungan hidup.

Meskipun dalam Undang-Undang Dasar 1945 tidak diatur secara khusus namun termasuk

dalam hak asasi manusia, dan hak ini secara mendasar dapat diterima oleh konstitusi kita.

Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan, pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan

didalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Tugas dan wewenang bidan serta

ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktek bidan dikontrol oleh peraturan tersebut.

Bidan wajib menginformasikan ikatan Informed Choice dan Informed Consent guna

mendapatkan kepastian hukum.

Medikalisasi sering dikaitkan dengan berbagai hal, dengan proses pengendalian social

karena medikalisasi sering kali disertai dengan tindakan paksaan, keharusan, larangan dan

pembatasan kebebasan demi mendapatkan keadaan sehat. Bentuk-bentuk tindakan tersebut

1
merupakan bentuk pengendalian social. Medikalisasi terlebih semacam ini menimbulkan

kekhawatiran.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah konsep informed choice dan teori social

medikalisasidalampelayanankebidananyaitu :

1. Mengetahui pengertian informed choice

2. Mengetahui prinsip informed choice

3. Mengetahui peran bidandalam informed choice

4. Mengetahui informed choice dalampelayanankebidanan

5. Mengetahui perbedaan informed choice dan informed consent

6. Mengetahuikonsep medikalisaidalampelayanankebidanan

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan dalam makalah ini untuk Mengetahui masalah promosi kesehatan

reproduksidan pengembangan media promosikesehatan sertatahapan pengembangan media

kesehatan .

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Informed Choice

2.1.1 Pengertian Informed choice

Informed Choice adalah informasiuntukpasien memilih pilihanyang ada

kepada pasien dengan jelas mengenai tujuan tindakan medis yang akan dilakukan,

tata cara tindakan yang akan dilakukan, risiko yang mungkin dihadapi, alternatif

tindakan medis, dan biaya medis guna mendukung proses kelahiran, Informed

Consent adalah kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan

dilakukan oleh bidanterhadap dirinya, setelah mendapatkan informasi dari bidan.

Prosedur kesepakatan Informed Choice ialah dengan memberikan

penjelasan mengenai tindakan medis, tata cara tindakan yang akan dilakukan, risiko,

alternatif, serta biaya medis sedangkan prosedur Informed Consent yaitu adanya

kesepakatan, pasien yang cakap hukum, persetujuan dilaksanakan tertulis/tidak

tertulis/tanpa pesetujuan, pasien dapat menyetujui ataupun menolak tindakan medis.

Pilihan menyelesaian perkara medis bisa melalui Litigasi dan Non Litigasi, Non

Litigasimaksudnya melalui proses diluarpengadilan sedangkan penyelesaian perkara

Litigasimaksudnya melalui proses pengadilan baik perdata maupun pidana.

Informed Choice artinya membuat pilihan setelah mendapatkan

penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Pilihan (choice) harus

harus dibedakan dari persetujuan (consent). Persetujuan penting dari sudut pandang

bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk

semua prosedur yang akan dilakukan oleh bidan. sedangkan (choice) lebih penting

3
dari sudut pandang wanita sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan yang

memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya. Ini ada aspek etika

dalam hubungan erat dengan otonomi pribadi. Otonomi berarti menentukan keingian

sendiri. Informed mendapat penjelasan disini maksudnya informasi yang lengkap

sudah diberikan dan dimengerti oleh wanita itu menyangkut resiko, manfaat,

keuntungan, hasil yang mungkin dapat diharapkan dari setiap pilihannya. Choice

(pilihan) berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan wanita itu mengerti

perbedaannya, sehingga dia dapat menentukan nama yang disukai atau sesuai

kebutuhannya, dari riwayat yang sudah lama berlangsung, petugas kesehatan

termasuk bidan membagikan informasi maupun membuat keputusan bersama klien

semua kemungkinan pilihan tindakan dan hasil yang diharapkan dari setiap

pilihannya.

2.1.2 Prinsip Informed Choice

Hal yang harus diingat dalam Informed Choice :

1. Informed choice bukan sekedar mengetahui berbagai pilihan namun mengerti

manfaat dan risiko dari pilihanyang ditawarkan.

2. Informed Choice tidak sama dengan membujuk / memaksa klien mengambil

keputusanyang menurut orang lain baik (meskipundilakukan secarahalus).

2.1.3 PERAN BIDAN DALAM INFORMED CHOICE

Setelah memberikan informasi mengenai berbagai pilihan yang ada,

bidan harus memberikan kesempatan kepada klien dan keluarganya untuk

memikirkan atau mempertimbangkan semua pilihan tersebut. Bidan harus menjamin

bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan

4
dengan kode etik Internasional bidan yang dinyatakan oleh International

Confederation Of Midwives (ICM) 1993, bahwa bidan harus menghormati hak

wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima

tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya. Sebagai seorang bidan dalam

memberikan Informed Choice kepada klien harus:

1. Memperlakukan klien dengan baik.

2. Berinteraksi dengannyaman

3. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak

berlebihan.

4. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai

dengan kondisinya.

5. Mendorongwanita memilih asuhannya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikandalamproses Informed Choice:

1. Bidan harusterus meningkatkan pengetahuandan keterampilan

2. Bidanwajib memberikan informasisecararincidan jujur dandimengerti klien

3. Bidan harus belajar untuk membantu klien melatih diri dalam menggunakan

haknya dan menerima tanggungjawabuntukkeputusanyang mereka ambil.

4. Asuhan berpusat pada klien

5. Tidak perlu takut pada konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan

untuk saling memberi dan mungkin melakukan penilaian ulang yang objektif,

bermitra dengan klien dan suatutekanan positip terhadap perubahan

5
2.1.4 INFORMED CHOICE DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Beberapa jenis pelayanankebidananyang dapat dipiliholeh klien yaitu :

1. Tempat melahirkandan kelas perawatan

2. Masuk kamarbersalin padatahap awal persalinan

3. Pendamping waktumelahirkan

4. Metodamonitor denyut jantung janin

5. Percepatan persalinan / augmentasi

6. Diet selama proses persalinan

7. Mobilisasi selama proses persalinan

8. Pemakaian obat penghilang sakit

9. Metode pengurangan rasa sakit

10. Pemecahanketuban secara rutin

11. Posisiketika melahirkan

12. Episiotomi

13. Keterlibatan suamiwaktubersalin

14. Pemeriksaan laboratorium dan screening antenatal

15. Pilihan pemakaian alat kontrasepsi

2.1.5 PERBEDAAN INFORMED CHOISE DAN INFORMED CONSENT

1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan

aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan

bidan

6
2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan

kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya

dan menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “ pilihannya” sendiri.

2.2 Konsep Medikalisasi Dalam Pelayanan Kebidanan


2.2.1 Pengertian medikalisasi
Medikalisasi (medicalization) adalah kecenderungan untuk memandang perilaku
yang tidak dikehendaki sebagai penyakit yang memerlukan intervensi medis
sehingga memperuas ruang lingkup penilaian medis ke ranah politik, moral dan
social. Medikalisasi sebagai penempelan merk medis pada perilaku secara moral
dan social dianggap tak dikehendaki.
Menurut zola ada 4 cara medikalisasi sepertiberikut ini:
2.2.1.1 Dengan berkembangnya ilmu Kesehatan yang menjadi ilmu yang
semakin komprehensif maka ruang lingkup kehidupan manusia yang
menjadi sasaran perhatian ilmu Kesehatan pun mengalami ekspansi pula.
2.2.1.2 Dipertahankannya wewenang atas prosedur teknis tertentu. Ruang
lingkup prosedur teknis yang hanya boleh dilakukan oleh petuga
Kesehatan, yaitu untuk melakukan pembedahan untuk membuat resep
obat mengalami perluasan.
2.2.1.3 Petugas Kesehatan mempunyai wewenang khas yang tidak dmiliki orang
lain, yaitu wewenang untuk memeriksa tubuh dan pikiran yang
merupakan bagian paling pribadi seseorang. Dalam kaitan ini hal yang
dapat mempengaruhi pikiran berfungsinya tubuh dan pikiran yang
dianggap sebagai penyakit yang merupakan masalah medis. Contoh yang
diberia Zola ialah masalahkelahiran.
2.2.1.4 Ekspansi hal yang dianggap penting oleh ilmu Kesehatan kedalam
kehidupan sehari-hari. Yang dimaksudkan Zola disini ialah penggunaan
retorika dan pembuktian ilmu Kesehatan di bidang lain. Sebagai contoh,
ia mengacu kepada penggunaan istilah seperti “perekonomian yang
sehat”. Kita sendripun tentu pernah mendengar istilah seperti “patologi
sosial”, “masyarakat yang sakit” atau “ penyakit masyarakat”.

7
Transformasi dalam kehidupan social dan Kesehatan tentu akan membawa
imlikasi positif dan negatif.
1) Implikasi Positif
a. Meningkatnya studi penelitian dan kajian-kajian empiris terhadap berbagai
perilaku social dan Kesehatan bukan hanya pada Lembaga pusat-pusat
pelayan Kesehatan namun semakin meluas pada organisasi-organisasi social
Kesehatan (baik formal, maupun informal dannonformal).
b. Berkembang luasnya metodologi dalam ilmu social dan ilmu Kesehatanyang
aplikasikan untuk berbagai jenis penelitian ilmiah, dan riset terutama di
bidang sosiologikesehtana dan antropologi Kesehatan, dankhususnya dalam
ilmu Kesehatan.
c. Berkembang luasnya penggunaan pendekatan etik dan emik dalam kajian
atauriset perilaku social Kesehatan
d. Berkembangnyateori-teoridi bidang ilmu social dan ilmu Kesehatan
e. Tumbuh kembangnya kesadaran atas pentingnya Kesehatan, perilaku
Kesehatanyang baik.
f. Sikap dan Tindakan (perilaku) Kesehatan yang pro-kehidupan semakin
meningkat dan meluas
g. Paradigma tentang Kesehatan semakin luas di integrasikan dengan bidang
social dan semakin banyak dikorelasikan dengan bidang-bidang lainnya
h. Berkembang luasnya penggunaan teknologi dan industrialisasi dalam
hubungan pelayanan Kesehatan social
i. Meningkatnya ketersediaan SDM tenaga medis-paramedik dalam pelayanan
Kesehatan social baik kuantisasi maupunkualitas
j. Meningkatnya Lembaga dan fasilitas pelayanan Kesehatan social baik
kuantitas mupunkualitas
k. Meningkat dan meluasnya transfer ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu
social Kesehatan, ilmu Kesehatan social, sosiologi Kesehatan, serta ilmu
lainnya yang reevan.

8
l. Meningkat dan meluasnya penggunaan teori-teori social dalam mengkaji,
menganalisis dan memecahkan masalah-masalah perilaku Kesehatan dan
implikasi positif lainyya.
2) Implikasi Negatif
a. System medikalisasi telah menciptakan globalisasi dan liberalisasi serta
sekulerisasi dalam system pelayanan Kesehatan modern, yang berdampak
luas terhadap melebarnya kesenjangan (gap) dalam memperolehan hak-hak
dan aksespelayanan Kesehatan
b. System medikalisasi modern dalam menciptakan kriminalisasi dan
fiktimisasi terhadap sistem medis etnisitas dan tradisional serta nilai-nilai
social budaya
c. Sistem medikalisasi modern menumbuh kembangkan dan mengakselerasi
praktek kapitalisasi, high cost serta komersialisasi dalam pelayanan
Kesehatan
d. System medikalisasi modern telah menumbuh kembangkan perilaku gaya
hidup dalm memperoleh Kesehatan
e. System medikalisasi modern cenderung memendam paramedis-tenaga medis
sebagai robot dan sekaligus dijadikan sebagai bagian dari program
indusrtilisasi dankorporatisasi
f. Industrialisasi dan korporatisasi, serta teknologisasi dan modernisasi di
bidang kesehtan cenderung semakin memperbesar struktur dan infrastruktur
serta suprastruktur pelayanan Kesehatan, namun pada sisi lain semakin
mendegradasi nilai-nilai fungsional dan moralitas, memarginalkan nilai-nilai
humanism dan harkat martabat
g. System medikalisasi modern cenderung lebih dominan memandang pasien
dan masyarakat sebagai target kepentingan ekonomi semata dan obyek
komersialisasi, target memperoleh keuntungan materi yang banyak dan
kekayaan
h. System pelayanan Kesehatan semakin banyak diselimuti konflik
kepentingan, konflik pelayanan, konflik kekuasaan dan proyekisme, konflik
dan overlapping kebijakan dantelah menciptakan program

9
i. Pusat-pusat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik,
balai pengobatan, tempat-tempat praktek dan lainnya, semakin tumbuh dan
berkembang, namun cenderung semakin banyak memunculkan berbagai
perilakupersaingantidak sehat dankonflikkepentingan
j. Kebijakan dan program-program dibidang Kesehatan dan pelayanannya
cenerung lebih banyak dikelola secara proyekisme, manipulative, praktek
kongkanglingkong, diskriminatif sertatidak efektif
k. Ketersediaan tenaga SDM dibidang Kesehatan (termasuk kedokteran,
keperawatan dan kebidanan) denganjumlah (kuantitas) yang ada, cenderung
belum sepenuhnya dibarengi dengan dukungan kualitas dan profesinalisme
l. Kesenjangan SDM dikalangan tenaga medis-paramedik semakin meningkat
dan meluas
m. Pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam pelayanan Kesehatan
(baik tentang penyakit, gizi dan makanan, Pendidikan Kesehatan, dan
administrasi pelayanan public di rumah sakit dan puskesmas, maupun yang
lainnya).

2.2.2 Perbedaan Medical Model Dan kebidanan


Medical model merupakan salah satu model yang dikembangkan
untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat dan sakit
dalam arti Kesehatan. Yang tercakup dalam model ini adalah:
2.2.2.1 berorientasipada penyakit
2.2.2.2 menganggap bahwa akal/pikiran dan badanterpisah
2.2.2.3 manusia menguasai alam
2.2.2.4 yang tidak biasa menjadi menarik
2.2.2.5 pasien berperan pasif
2.2.2.6 dokteryang menentukan.

10
2.2.3 Konsep Medikalisasi Dalam Pelayanan Kebidanan
2.2.3.1 Medikalisasi mengenai persalinan
Greene (2007) menyimpulkan bahwa medikalisasi persalinan di
eropa berawal pada abad ke- 18, mana kala kelahiran yang semula
ditangani kerabat atau bidan perempuan mulai ditangani dokter laki-laki
dan berbagai alat bantu medis mulai digunakan dalam kelahiran. [ada abad
ke- 19 mulai digunakan obat untuk mengurangi rasa sakitwaktu bersalin.
Pada abad tersebut perempuan di inggris, banyak diantaranya dari
kalangan kelas bawah, mulai dari yang bersalin dirumah sakit. Dalam
periode berikutnya medikalisasi persalinan berbentuk semakin besarnya
peran ahli kandungan menggantikan peran bidan dan semakin
diterapkannya prosedur medis, seperti penggunaan monitor, pemberian
obat-obatan, dan Tindakan bedah seperti episiotomy (pelebaran vagina
untuk memudahkan persalinan) dan opersi Caesar, serta pengkategorian
perempuanyang bersalin dirumah sakit sebagaipasien. (Greene,2007).

2.2.3.2 Medikalisasi mengenai sindrom premenstruasi dan menopause


Menopause yang semula dianggap sebagai bagian normal dalam
perkembangan tubuh perempuan kemudian dikonstruksikan sebagai
gangguan Kesehatan yang memerlukan penanganan medis. Medikalisasi
berbentuk dikategorikannya menopause sebagai masalah “defisiensi
hormon” karena “kegagala ovarium” yang dapat diatasi dengan prosedur
“terapi penggantian hormon” suatu pandangan bidang medis yang
mendapat dukungan kuat dari industry farmasi. Hal yang sama
dikemukakan Kearl (2008) salah satu bentuk medikalisasi adalah
medikalissasi penuan, dalam mana proses yang semula dinggap normal
semakinmenuntut keterlibatan dan tuntunan bidang medis (Kearl,2008).
Mackey mengemukakan bawa konstruksi social menopause
sebagai masalah Kesehatan terkait proses medikalisasidi abad ke-20:
semenjak menopause dikaitkan dengan defisiensi estrogen maka sejumlah
sistom menopause dianggap sebagai indikasi masalah medis yang

11
memerlukan penanganan preventif dan kuratif. Ditemukannya terapi
estrogen memungkinkan penanganan menopause secara medis
(Mackey,2004)
Mackey mengemukakanbahwa menopause, yang merupakan suatu
gejala normal dan siklus hidup kaum perempuan, dapat dikonstruksikan
secara social sebagai suatu masalah Kesehatan berjangka Panjang yang
berdampak negative. Pandangan dominan ini tidak diimbangi dengan
pandangan lain, menurut Mackey kita jarang dapat menemukan tulisan
yang mengemukakan pandangan bahwa menopause merupakan
suatugejala yang netral atau normal atau bahkan berdampak positif.
Padahal menurutnya sebagai penelitian pun menunjukkan bhwa Sebagian
besar kaum perempuan tidak merasa terganggu oleh menopause dan juga
tidak mengupayakan Tindakan medisuntuk mengatasinya (Mackey,2008).

2.2.3.3 Medikalisasi dalam Female Genital Mutilation (Sunat Perempuan)


Sunat perempuan atau disebut Female Genital Multilation (FGM)
merupakan prosedur yang melibatkan penghapusan Sebagian atau semua
alat kelamin eksternal perempuan, atau menciderai organ genital
dengan
alasan non medis (WHO 2014)
Berdasarkan Permenkes Npmor 6 Tahun 2014 bahwa sunat
perempuan hingga saat ini tidak merupakan Tindakan kedokteran karena
pelaksanaannya tidak berdasarkan indikasi meis dan belum terbukti
bermanfaat bagi Kesehatan; bahwa berdasarkan apek budaya dan
keyakinan masyarakat indonesia hingga saat inimasih terdapat permintaan
dilakukannya sunat perempuan yang pelaksanaannya tetap harus
memperhatikan keselamatan dan kesehatn perempuan yang disunat, serta
tidak melakukan mutilasi alat kelamin perempuan (female genetal
multilation); bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1636/Menkes/Per/XII/2010 tentang sunat perempuan dipandang tidak
sesuai lagidinamika perkembangan kebijakan global (Kesehatan,2005.

12
Prosedur Tindakan FGM diketahui tidak memiliki manfaat
Kesehatan. Bahkan dapat menimbulkan kerusakan jaringan genetal yang
sehat dan mengganggu fungsi alamitubuh, selain itu dapat berisiko jangka
Panjang atau seumur hidup. Menurut WHO terdapat bebrapa komplikasi
dari FGM, antara lain:
1. Prosedur FGM yang menyakitkan danmenimbulkan traumatitis.
2. penggunaan alat yang tidak steril oleh praktisi tradisional yang tidak
memiliki pengetahuan tentang anatomi Wanita dan dalam menangani
adanya kompikasi

3. kerusakan dan menghilangkan jaringan genetalia yang sehat dalat


mengganggu fungsi alami tubuh dan dapat menyebabkan gangguan
jangkapendek maupun jangka Panjang.

4. Penghapusan struktur sensitive sensual yaitu kelenjar klitoris, labia


minora dilaporkan mengurangi respon sensual. Selain itubekas luka
pada area vulva menyebabkanjaringan parut yang menimbulkan rasa
sakit saat berhubungan seksual. WHO (WHO 2014) telah
memperingatkan tentang timbulnya peningkatan resiko kematian ibu
dan bayi pada wanitapernah di sunat di enam Negara Afrika, yaitu
didapatkan hasil bahwa 30% lebih banyak yang harus section
caesaria, 66% lebih banyak bayi lahir yang harus diresusitasi, dan 5-
% lebih banyak anak meninggal dalam kandungan maupun lahir mati
dibandingkan pada Wanita yang tidak sunat.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Informed Choice adalah informasi untuk pasien memilih pilihan yang ada kepada pasien

dengan jelas mengenai tujuan tindakan medis yang akan dilakukan, tata cara tindakan yang

akan dilakukan, risiko yang mungkin dihadapi, alternatif tindakan medis, dan biaya medis

guna mendukung proses kelahiran, Informed Consent adalah kesepakatan/persetujuan pasien

atas upaya medis yang akan dilakukan oleh bidan terhadap dirinya, setelah mendapatkan

informasi dari bidan. Informed Choice artinya membuat pilihan setelah mendapatkan

penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Pilihan (choice) harus harus

dibedakan dari persetujuan (consent). Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena

itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang

akan dilakukan oleh bidan. sedangkan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita

sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan yang memberikan gambaran pemahaman

masalah yang sesungguhnya

1.2 Kritik dan Saran

Penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, sehingga kami

mengharapkankritik dan saranyang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini

14
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/88271/3/BAB%20I.pdf, access 28 november 2022

http://repository.uma.ac.id/jspui/bitstream/123456789/10927/1/158400182%20-%20Silviandini%20-
%20Fulltext.pdf, access 28 november 2022

http://repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/1772/1/MODUL%202.pdf, access 28 n0vember 2022

15

Anda mungkin juga menyukai