Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKOLEGAL
INFORMED CHOICE DAN INFORMED CONSENT
DISUSUN OLEH :
NURHAYATI
VIDIA ANGGRAINI

DOSEN PENGAMPU : NUZULIA RAHAYU,SKM,MKM

│││
AKADEMI KEBIDANAN LAKSAMANA
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridho-NYA,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas
semester dua yang berjudul “Informed Choice and Informed Consent”.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk rekan yang lain dalam mengenal,
mempelajari, dan memahami materi sesuai judul makalah. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Terutama
ibu Nuzulia Rahayu, SKM, M.KM selaku dosen pengampu mata kuliah ”Etikolegal Dalam
Pelayanan Kebidanan”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan agar makalah ini dapat lebih baik.

Pekanbaru , 20 Maret 2021

Penulis (Nurhayati)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang..............................................................................................................1
I.II Rumusan Masalah..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
II.I Pengertian informed choice........................................................................................2
II.II Perbedaan Pilihan Choice dengan Persetujuan Consent............................................3
II.III Rekomendasi yang Dianjurkan Untuk Bidan............................................................3
II.IV Bentuk Pilihan Yang Ada Dalam Asuhan Kebidanan...............................................4
II.V Tujuan Informed Choice...........................................................................................5
II.VI Pengertian Informed Consent...................................................................................5
II.VII Bentuk-bentuk Informed Consent............................................................................6
II.VIII Persetujuan Pada Informed Consent...................................................................... 6
II.IX Dimensi Dalam Proses Informed Consent………………………………………. 7
II.X Manfaat Informed Consent …………………………………………………….. 7
II.XI Contoh Persetujuan Tindakan Persalinan……………………………………….. 8
BAB III PENUTUPAN
III.I Kesimpulan..............................................................................................................11
III.II Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia kebidanan yang
dihubungkan dengan hukum. Bidang kebidanan yang dahulu dianggap profesi mulia, seakan-
akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini mulai dimasuki unsur hukum. Salah satu tujuan dari
hukum atau peraturan atau deklarasi atau kode etik kesehatan atau apapun namanya adalah untuk
melindungi kepentingan pasien disamping mengembangkan kualitas profesi bidan atau tenaga
kesehatan. Keserasian antara kepentingan pasien dan kepentingan tenaga kesehatan merupakan
salah satu penunjang keberhasilan pembangunan sistem kesehatan.
Pada awal abad ke-20 telah tumbuh bidang hukum yang bersifat khusus (lex spesialis),
salah satunya hukum kesehatan, yang berakar dari pelaksanaan hak asasi manusia memperoleh
kesehatan (the Right to health care). Masing-masing pihak, yaitu yang memberi pelayanan
(medical providers) dan yang menerima pelayanan (medical receivers) mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dihormati.
Agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional dan mencegah apa yang
dinamakan malpraktek di bidang kebidanan, perlu adanya informed consent (persetujuan
penjelasan) dan informed choice (pilihan pasien).

I.II Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari informed choice?
2. Apa perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)?
3. Bagaimanakah rekomendasi informed choic?
4. Bagaimanakah bentuk pilihan (choice) pada asuhan kebidanan?
5. Apa tujuan dari informed choice?
6. Apa pengertian informed consent?
7. Bagaimana bentuk-bentuk informed consent?
8. Bagaimana dimensi dalam proses informed consent?
9. Apa manfaat informed consent?

1
BAB II

PEMBAHASAN

II.I Pengertian informed choice

Pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan


tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik internasional bidan yang
dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab terhadap hasil
dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini adalah meliputi: informasi yang lengkap
sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan, dan
kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan wanita harus dihormati, tujuannya
adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.
Dari riwayat yang sudah lama berlangsung, petugas kesehatan termasuk bidan sungkan
baik untuk membagikan informasi maupun membuat keputusan bersama dengan klien. Ini
bertentangan dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib dan bersusah
payah untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan tindakan dan hasil yang
diharapkan dari setiap pilihannya.
Di negara manapun ada hambatan dalam memberdayakan wanita mengenai pelaksanaan
informed choice ini, misalnya sangat kurang informasi yang diperoleh ketika wanita mulai hamil
dan ada prasangka bahwa wanita sendiri enggan menggambil tanggung jawab untuk membuat
keputusan yang sulit dalam kehamilan maupun persalinan. Dari hasil penelitian yang pernah
dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin membuat pilihan kalau diberikan informasi yang
cukup dan justru para bidan yang enggan memberikan informasi yang lengkap agar wanita dapat
membuat keputusan. Wanita dengan pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak
membaca atau mempunyai bekal untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih
sulit karena berbagai alasan, misalnya alasan social ekonomi, kurangnya pendidikan dan
pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman system kesehatan yang
tersedia.

2
Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choise kepada klien harus:

1. Memperlakukan klien dengan baik.


2. Berinteraksi dengan nyaman.
3. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan.
4. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya.

II.II Perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)

1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan aspek
hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan.
2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan
merupakan aspek otonomi pribadi menentukan pilihannya sendiri. Choice berarti ada
alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti perbedaannya sehinggga dia
dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.

II.III Rekomendasi yang dianjurkan untuk Bidan

1. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai aspek
agar dapat membuat keputusan klinis dan secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan
yang aman dan memuaskan kliennya.
2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat
dimengerti oleh si wanita dengan menggunakan media alternative dan penterjemah kalau
perlu, begitu juga tatap muka langsung.
3. Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri dalam
menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil
sendiri. Ini tidak hanya dapat diterima secara etika tetapi juga melegakan para profesional
kesehatan. Memberikan jaminan bahwa para petugas kesehatan sudah memberikan asuhan
yang terbaik dan memastikan bahwa wanita itu sudah diberikan informasi yang lengkap
tentang implikasi dari keputusan mereka dan mereka telah memenuhi tanggung jawab moral
mereka.

3
4. Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta, diharapkan
bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.
5. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk
saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan wanita
dari system asuhan dan suatu tekanan positif terhadap perubahan.

II.IV Bentuk pilihan yang ada dalam asuhan kebidanan

Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara lain:

1. Gaya bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium atau screening antenatal.
2. Tempat melahirkan
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
4. Pendampingan waktu melahirkan
5. Klisma dan cukur daerah pubis
6. Metoda monitor denyut jantung janin
7. Percepatan persalinan atau augmentasi
8. Diet selama proses persalinan
9. Mobilisasi selama proses persalinan
10. Pemakaian obat penghilang rasa sakit
11. Pemecahan ketuban
12. Posisi ketika melahirkan
13. Episiotomi
14. Penolong persalinan
15. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran
16. Pemotongan tali pusat
17. Metode kontrasepsi

4
II.V Tujuan informed choice

Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya
membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak
wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak
wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung
jawab untuk hasil dari pilihannya.

II.VI Pengertian informed consent

Informed consent bearsal dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian dalam bahasa
inggris menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberikan izin kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu. Latar belakang diperlukannya informed consent adalah karena
tindakan medic yang dilakukan bidan hasilnya penuh dengan ketidakpastian dan
unpredictable (tidak dapat diprediksikan sebelumnya) sebab dipengaruhi oleh factor-faktor
lain yang berada diluar kekuasaan bidan seperti perdarahan postpartum, shock, asfiksia
neonatorum.

Kesadaran hokum pasien semakin meningkat, pasien sadar akan hak dan kewajibannya
dalam arti bahwa pemberian persetujuan tanpa mengetahui tentang apa yang akan
dilaksanakan atas dirinya adalah bertentangan dengan arti consent itu sendiri.

Menurut culver and gert ada 4 komponen yang harus di pahami pada suatu persetujuan :
1. Sukarela (voluntariness)
Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah dasar sukarela tanpa ada
unsur paksaan di dasari informasi dan kompetensi. Sehingga pelaksanaan sukarela harus
memenuhi unsur informasi yang di berikan sejelas jelas nya
2. Informasi (information)
Jika passien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan.
3. Kompetensi (competence)
Dalam konteks cosent competensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang
membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan dengan tepat, juga
membutuhkan banyak informasi.

5
4. Keputusan (Decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan persetujuan tanpa
refleksi.pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir proses pemberian persetujuan.

II.VII Bentuk-bentuk Informed Consent


Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan medis, sekecil apapun
tindakan tersebut. Menurut depertemen kesehatan (2002), informed consent dibagi menjadi 2
bentuk :
1) Implied consent
Yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya: saat bidan akan mengukur
tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibu dengan membawa sfingmomanometer tanpa
mengatakan apapun dan si ibu langsung menggulung lengan bajunya (meskipun tidak
mengatakan apapun, sikap ibu menunjukkan bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan
yang akan dilakukan bidan)
2) Express Consent
Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau secara
verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat diberikan, namun sangat bijaksana bila
persetujuan pasien dinyatakan dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti
yang lebih kuat dimasa mendatang. Contoh, persetujuan untuk pelaksanaan sesar.

II.VIII Persetujuan pada informed consent dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1) Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung resiko
besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3
ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis
yang mengandung resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan
medis serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent)
2) Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif
dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien.

6
3) Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang akan
disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai
tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

II.IX Dimensi dalam proses informed concent


a. Dimensi yang menyangkut hukum

dalam hal ini informed concent merupakan perlindungan bagi pasien terhadap bidan yang
berprilaku memaksakan kehendak, dimana proses informed concent sudah memuat :

1. Keterbukaan informasi dari bidan kepada pasien


2. Informasi tersebut harus dimengerti pasien
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan kesempatan yang baik
b. Dimensi yang meyangkut etik
Dari proses informed concent terkandung nilai etik sebagai berikut :
1. Menghargai kemandirian/otonomi pasien
2. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila dibutuhkan/diminta sesuai
dengan informasi yang telah dibutuhkan
3. Bidan menggali keinginan pasien baik yang dirasakan secara subjektif maupun sebagai hasil
pemikiran yang rasional

III.X Manfaat informed consent

1. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent, secara tidak langsung
terjalin kerjasama antara bidan dank lien sehingga memperlancar tindakan yang akan
dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan
kedaruratan.
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan bidan yang tepat
dan segera, akan menurunkan resiko terjadinya efek samping dan komplikasi.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena si ibu memiliki
pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang dilakukan.

7
4. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan yang lancar, efek
samping dankomplikasi yang minim, dan proses pemulihan yang cepat.
5. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan medis menimbulkan
masalah, bidan memiliki bukti tertulis tentang persetujuan pasien.

II.XI Contoh Persetujuan Tindakan Pertolongan Persalinan


Bidan Praktek Swasta………………..
Alamat ……………………………….
Telp……………………..Fax………..
Persetujuan Tindakan Pertolongan Persalinan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

:
……………………………
Tempat /tanggal lahir :……………………………
Alamat

:
…………………………..
Kartu Identitas :
………………………...…
Pekerjaan
:
………………………..…
Selaku individu yang meminta bantuan pada fasilitas kesehatan ini, bersamaa ini menyatakan
kesediaannya untuk dilakukan tindakan dan prosedur pertolongan persalinan pada diri saya.
Persetujuan ini saya berikan setelah mendapat penjelasan oleh Bidan yang berwenang di fasilitas
kesehatan tersebut diatas, sebagai berikut ini :
1. Diagnosis kebidanan ……………………………………………………………………

8
2. Untuk melakukan pertolongan persalinan perlu dilakukan tindakan…………………….
3. Setiap tindakan kebidanan yang dipilih bertujuan untuk kesejahteraan dan keselamatan ibu
dan janin. Namun demikian, sebagaimana telah dijelaskan terlebih dahulu, setiap tindakan
yang dilakukan memiliki resiko baik yang telah diduga maupun yang belum diduga
sebelumnya.
4. Penolong persalinan juga telah menjelaskan bahwa ia akan berudaha sebaik mungkin untuk
melakukan tindakan pertolongan persalinan dan menghindarkan kemungkinan resiko, agar
diperoleh hasil Asuhan Kebidanan yang optimal.
5. Semua penjelasan tersebut diatas sudah saya maklumi dan dijelaskan dengan kalimat yang
jelas dan saya mengerti sehingga saya memaklumi arti tindakan atau asuhan kebidanan yang
saya alami. Dengan demikian terjadi kesepahaman diantara pasien dan bidan tentang upaya
serta tujuan tindakan, untuk mencegah terjadinya masalah hukum dikemusian hari.
Dalam keadaan dimana saya tidak mampu untuk memperoleh penjelasan dan memberi
persetujuan maka saya menyerahkan mandat kepada suami atau wali saya yaitu :
Nama

:
………………………………………………..
Tempat / Tanggal Lahir :
…………………………………………….….
Alamat

:
………………………………………………..
Kartu Identitas
:
………………………………………………..
Pekerjaan

9
:
………………………………………………..
Demikian saya maklum, surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun dan
agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………………………………….
Bidan Suami / Wali Yang Memberi Persetujuan

(…………..) (…………….) (…………………………….)

 Contoh gambar format informed consent

10
BAB III
PENUTUP

III.IKesimpulan
Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternatif
asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice).
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan aspek hukum
yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Pilihan (choice)
lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa asuhan
kebidanan.

III.II Saran
Sebelum melakukan tindakan medis, bidan dan klien harus membuat dan/atau menyetujui
informed consent dan informed choice agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional
dan mencegah apa yang dinamakan malpraktek di bidang kebidanan

11
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih, Heni Puji dan Asmar Yetty Zein. 2005. Etika Profesi Kebidanan Yogyakarta :
Fitramaya.
Mustika Hana Harapan. 2013. Etikolegal Dalam Pelayanan Kebidanan. Pekanbaru
http://kumpulanmaterikesehat.blogspot.com/2013/04/makalah-informed-consent.html
http://veni-agnestia.blogspot.com/2011/03/makalah-informed-choice.html
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/10/informed-choice-dan-informed-concent/
Zulvadi, Dudi. 2010. Etika dan Manajemen Kebidanan. Yogyakarta : Cahaya Ilmu.

12

Anda mungkin juga menyukai