Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Belajar mengajar hakikatnya proses komunikasi, proses penyampaian pesan dari
sumber pesan melalui media tertentu kepenerima pesan. Dalam pembelajaran sumber
informasi yaitu dosen, guru, instruktur, peserta didik bahan pembacaan dan sebagainya.
Menurut Nata, pembelajaran yaitu usaha membimbing peserta didik dan menciptakan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar. Sedangkan
Dengeng menyebutkan bahwa pembelajaran upaya untuk membelajarkan peserta didik.
Pembelajaran memusatkan pada “ bagaimana membelajarkan peserta didik “. Pada intinya
pembelajaran adalah usaha yang dilakupadukan oleh pendidik untuk membelajarkan
peserta didik yang pada akhinya terjadi perubahan perilaku ( Fathurrohman, 2017: 38 ).
Untuk memberikan pembelajaran diperlukan usaha dalam memahami tentang
kemampuan motorik. Hal ini sebagai pertimbangan dalam memberikan materi yang
diberikan. Pemberian pembelajaran yang tepat juga berpengaruh pada hasil belajar yang
dicapai. Oleh karena itu usaha yang diberikan dalam proses pembelajaran harus sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Pendidikan seni sebagai wadah bagi siswa untuk menuai
segala pengetahuan sehingga mampu menjadikan untuk menuai segala pengetahuan
sehingga mampu menjadikan siswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang kreatif.
Pembelajaran tari pada umumnya terdapat pada mata pelajaran Seni Budaya dan
keterampilan (SBK) dalam pendidikan formal. Pembelajaran seni budaya dan keterampilan
diberikan di sekolah karena keunikan dan bermanfaat terhadap kebutuhan perkembangan
peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan
berekspresi atau berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan. Akan tetapi, pada
kenyataannya tidak semua orang dapat mengenyam pendidikan formal seperti apa yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena ada perbedaan perlakuan bagi beberapa orang, dalam hal
ini adalah para anak difabel atau anak berkebutuhan khusus ( ABK ).
Pada dasarnya, setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja
problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain
karena dapat diatasi sendiri. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus
memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun, ketika mereka
diinteraksikan bersama dengan anak – anak sebaya lainnya dalam sistem pendidikan, ada
hal tertentu yang harus mendapat perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Anak berkebutuhan khusus memiliki
kekurangan, namun dibalik kekurangan yang dimiliki, ABK memiliki kelebihan tersendiri
bahkan luar biasa dibandingkan dengan anak – anak normal. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, perlu disediakan berbagai macam layanan pendidikan atau sekolah
bagi anak berkebutuhan khusus, baik menyangkut sistem pembelajaran, fasilitas yang
mendukung, maupun peran guru yang sangat penting untuk memberi motivasi dan arahan
yang sifatnya membangun.
Anak berkebutuhan khusus ada bermacam – macam salah satu diantaranya yaitu
tunanetra. Tunanetra adalah individu yang mengalami atau memiliki hambatan atau
keterbatasan dalam hal penglihatan. Kaufman dan Hallahan (2006) menjelaskan bahwa
tunanetra merupakan definisi untuk seorang individu yang memiliki kelemahan
penglihatan atau akurasi kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki
penglihatan. Tunantera digolongkan menjadi dua kategori, yakni buta total (blind) dan
penglihatan lemah (low vision). Sedangkan, Rini Hildayani dalam Telford dan Sawrey
menjelaskan tunanetra merupakan anak yang tidak dapat menggunakan penglihatannya
untuk tujuan belajar, sehingga pendidikan mereka secara utama diberikan melalui indera
pendengaran, peraba, dan kinestetik.
Namun, dibalik segala keterbatasan dan kekurangannya, ABK memiliki kelebihan di
bidang lain yang membuat mereka setara dengan anak lainnya. Seperti seni, anak bebas
berekspresi sesuai dengan imajinasinya dan salah satunya adalah seni tari. Seni tari adalah
keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang
diperhalus melalui estetika.
Untuk mengantisipasi hal ini, pemerintah menyelenggarakan program pendidikan
inklusif pada tiap tahapan pendidikan yang ada, dimana di dalamnya terdapat siswa
berkebutuhan khusus dan siswa normal yang belajar di tempat dan waktu yang sama.
Sekolah inklusif berarti sekolah tersebut harus bersedia dan menerima siswa yang memiliki
kebutuhan khusus. Inklusif berarti mengikutsertakan anak yang berkelainan memiliki
kesuliatn melihat, mendengar, tidak dapat berjalan, dan lamban dalam belajar. Insklusi juga
dapat berarti melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali.
Sekolah insklusif di Bandar Lampung berjumlah 26 sekolah, dimulai dari jenjang
PAUD hingga SMA, diantaranya adalah PAUD Inklusi Ceria dan untuk jenjang selanjutnya
SD negeri 3 Sawah Lama, dan untuk jenjang berikutnya SMP SLB-A Bina Insani dan SMA
Negeri 14 Bandar Lampung. Simonnet and Modrick (2010) dalam jurnal pendidikannya
menyebutkan “ Arts education support inclusiveeducational practices, they are crucial to
acquire highly demanded skills in the 21st century and they can be powerful toward social
cohesion. “ Menurut jurnal tersebut, pendidikan seni sangat mendukung para siswa
pendidikan inklusif dan sangat penting bagi mereka mendapatkan keterampilan yang
dituntut di abad ke-21.
Penelitian ini mendalami tentang pembelajaran tari di SMP SLB-A Bina Insani,
khususnya pada mata pelajaran tari. Penelitian ini mengarah kepada tari tradisional
Lampung, yaitu tari Bedana. Tari Bedana merupakan tari tradisional kerakyatan daerah
lampung yang mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung sebagai perwujudan
simbolis adat istiadat, agama, etika yang telah menyatu dan kehidupan masyarakat. Tari
Bedana memiliki 9 ragam gerak yaitu tahtim, khesek gantung, khesek injing, jimpang,
humbak moloh, ayun, ayun gantung, belitut dan gelek. (Hidayatullah dan Bulan, 2017: 179)
Penelitian dilakukan di SMP SLB-A Bina Insani yang merupakan sekolah inklusif.
Berdasarkan fakta dan permasalahan yang dijumpai pada latar belakang. Peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pembelajaran Tari Bedana menggunakan
Metode Touch and Move untuk Siswa Berkebutuhan Khusus dalam Pendidikan Inklusif di
SMP SLB-A Bina Insani”. Melihat ABK memiliki potensi dalam kemampuan motorik
dalam pembelajaran seni tari diharapkan kemampuan motorik pada pembelajaran seni tari
dilakukan siswa sehingga mampu mengembangkan kemampuan motorik dan wawasannya
terhadap budaya Lampung.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka peniliti menyusun identifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran siswa berkebutuhan khusus yang mendapatkan pelayanan yang
berbeda.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran tari
Bedana untuk siswa berkebutuhan khusus SLB A Bina Insani.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya bagi siswa, guru, sekolah, dan
peneliti. Manfat tersebut yaitu sebagai berikut :
Bagi Guru
Meningkatkan penerapan pembelajaran tari pada sekolah inklusif.
Bagi Sekolah
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran SBK khususnya tari pada siswa
berkubetuhan khusus di SLB A Bina Insani
Bagi Peneliti
Meningkatan keterampilan pembelajaran SBK khususnya di bidang tari.

Anda mungkin juga menyukai