Belajar mengajar hakikatnya proses komunikasi, proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu kepenerima pesan. Dalam pembelajaran sumber informasi yaitu dosen, guru, instruktur, peserta didik bahan pembacaan dan sebagainya. Menurut Nata, pembelajaran yaitu usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar. Sedangkan Dengeng menyebutkan bahwa pembelajaran upaya untuk membelajarkan peserta didik. Pembelajaran memusatkan pada “ bagaimana membelajarkan peserta didik “. Pada intinya pembelajaran adalah usaha yang dilakupadukan oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik yang pada akhinya terjadi perubahan perilaku ( Fathurrohman, 2017: 38 ). Untuk memberikan pembelajaran diperlukan usaha dalam memahami tentang kemampuan motorik. Hal ini sebagai pertimbangan dalam memberikan materi yang diberikan. Pemberian pembelajaran yang tepat juga berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai. Oleh karena itu usaha yang diberikan dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan kemampuan peserta didik. Pendidikan seni sebagai wadah bagi siswa untuk menuai segala pengetahuan sehingga mampu menjadikan untuk menuai segala pengetahuan sehingga mampu menjadikan siswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang kreatif. Pembelajaran tari pada umumnya terdapat pada mata pelajaran Seni Budaya dan keterampilan (SBK) dalam pendidikan formal. Pembelajaran seni budaya dan keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan dan bermanfaat terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi atau berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua orang dapat mengenyam pendidikan formal seperti apa yang diharapkan. Hal ini terjadi karena ada perbedaan perlakuan bagi beberapa orang, dalam hal ini adalah para anak difabel atau anak berkebutuhan khusus ( ABK ). Pada dasarnya, setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain karena dapat diatasi sendiri. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun, ketika mereka diinteraksikan bersama dengan anak – anak sebaya lainnya dalam sistem pendidikan, ada hal tertentu yang harus mendapat perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Anak berkebutuhan khusus memiliki kekurangan, namun dibalik kekurangan yang dimiliki, ABK memiliki kelebihan tersendiri bahkan luar biasa dibandingkan dengan anak – anak normal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu disediakan berbagai macam layanan pendidikan atau sekolah bagi anak berkebutuhan khusus, baik menyangkut sistem pembelajaran, fasilitas yang mendukung, maupun peran guru yang sangat penting untuk memberi motivasi dan arahan yang sifatnya membangun. Anak berkebutuhan khusus ada bermacam – macam salah satu diantaranya yaitu tunanetra. Tunanetra adalah individu yang mengalami atau memiliki hambatan atau keterbatasan dalam hal penglihatan. Kaufman dan Hallahan (2006) menjelaskan bahwa tunanetra merupakan definisi untuk seorang individu yang memiliki kelemahan penglihatan atau akurasi kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Tunantera digolongkan menjadi dua kategori, yakni buta total (blind) dan penglihatan lemah (low vision). Sedangkan, Rini Hildayani dalam Telford dan Sawrey menjelaskan tunanetra merupakan anak yang tidak dapat menggunakan penglihatannya untuk tujuan belajar, sehingga pendidikan mereka secara utama diberikan melalui indera pendengaran, peraba, dan kinestetik. Namun, dibalik segala keterbatasan dan kekurangannya, ABK memiliki kelebihan di bidang lain yang membuat mereka setara dengan anak lainnya. Seperti seni, anak bebas berekspresi sesuai dengan imajinasinya dan salah satunya adalah seni tari. Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Untuk mengantisipasi hal ini, pemerintah menyelenggarakan program pendidikan inklusif pada tiap tahapan pendidikan yang ada, dimana di dalamnya terdapat siswa berkebutuhan khusus dan siswa normal yang belajar di tempat dan waktu yang sama. Sekolah inklusif berarti sekolah tersebut harus bersedia dan menerima siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Inklusif berarti mengikutsertakan anak yang berkelainan memiliki kesuliatn melihat, mendengar, tidak dapat berjalan, dan lamban dalam belajar. Insklusi juga dapat berarti melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali. Sekolah insklusif di Bandar Lampung berjumlah 26 sekolah, dimulai dari jenjang PAUD hingga SMA, diantaranya adalah PAUD Inklusi Ceria dan untuk jenjang selanjutnya SD negeri 3 Sawah Lama, dan untuk jenjang berikutnya SMP SLB-A Bina Insani dan SMA Negeri 14 Bandar Lampung. Simonnet and Modrick (2010) dalam jurnal pendidikannya menyebutkan “ Arts education support inclusiveeducational practices, they are crucial to acquire highly demanded skills in the 21st century and they can be powerful toward social cohesion. “ Menurut jurnal tersebut, pendidikan seni sangat mendukung para siswa pendidikan inklusif dan sangat penting bagi mereka mendapatkan keterampilan yang dituntut di abad ke-21. Penelitian ini mendalami tentang pembelajaran tari di SMP SLB-A Bina Insani, khususnya pada mata pelajaran tari. Penelitian ini mengarah kepada tari tradisional Lampung, yaitu tari Bedana. Tari Bedana merupakan tari tradisional kerakyatan daerah lampung yang mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung sebagai perwujudan simbolis adat istiadat, agama, etika yang telah menyatu dan kehidupan masyarakat. Tari Bedana memiliki 9 ragam gerak yaitu tahtim, khesek gantung, khesek injing, jimpang, humbak moloh, ayun, ayun gantung, belitut dan gelek. (Hidayatullah dan Bulan, 2017: 179) Penelitian dilakukan di SMP SLB-A Bina Insani yang merupakan sekolah inklusif. Berdasarkan fakta dan permasalahan yang dijumpai pada latar belakang. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pembelajaran Tari Bedana menggunakan Metode Touch and Move untuk Siswa Berkebutuhan Khusus dalam Pendidikan Inklusif di SMP SLB-A Bina Insani”. Melihat ABK memiliki potensi dalam kemampuan motorik dalam pembelajaran seni tari diharapkan kemampuan motorik pada pembelajaran seni tari dilakukan siswa sehingga mampu mengembangkan kemampuan motorik dan wawasannya terhadap budaya Lampung.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka peniliti menyusun identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran siswa berkebutuhan khusus yang mendapatkan pelayanan yang berbeda.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran tari Bedana untuk siswa berkebutuhan khusus SLB A Bina Insani. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Manfat tersebut yaitu sebagai berikut : Bagi Guru Meningkatkan penerapan pembelajaran tari pada sekolah inklusif. Bagi Sekolah Upaya peningkatan kualitas pembelajaran SBK khususnya tari pada siswa berkubetuhan khusus di SLB A Bina Insani Bagi Peneliti Meningkatan keterampilan pembelajaran SBK khususnya di bidang tari.
Jurnal Survei Pemahaman Guru Terhadap Karakteristik Peserta Didik Tunarungu Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi Wilayah DKI Jakarta (2015) - Schendy