Anda di halaman 1dari 2

Meyranda Kusumahanni

XII IPA 5/21

Saatnya Berevolusi Dari Sampah Anorganik

Akhir akhir ini permasalahan sampah di Kota Yogyakarta semakin meningkat dikarenakan
semakin kompleksnya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Apalagi tingginya kepadatan
penduduk membuat tingkat konsumsi masyarakatnya pun tinggi.

Pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta masih menggunakan konsep lama, yaitu dikumpulkan
kemudian diangkut dan berakhir di tempat pembuangan. Bahkan teknik pengolahan yang
dikenal dengan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) belum dapat diterapkan dengan baik. Untuk itu,
perlu adanya edukasi dan peran serta seluruh masyarakat.

Maka dari itu, Pemerintah Kota Jogja membulatkan tekad untuk melakukan revolusi sampah
dengan tidak lagi membuang sampah anorganik ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan
mulai 2023. Hal tersebut dikarenakan sampah dari Kota Jogja yang dibuang per hari mencapai
260 ton. Sebanyak 43 persen di antaranya sampah anorganik. Sisanya 57 persen sampah
organik. Nantinya juga disiapkan lahan pengolahan sampah organik di luar kota. “Minimal 40
persen sampah anorganik berhenti di sumber sampah, artinya ke TPST hanya mengirim 150 ton
per hari,” tambahnya. sebagai upaya memperpanjang usia teknis tempat pembuangan sampah
tersebut.

Selama penutupan (TPA) Piyungan kita perlu pengelolaan sampah dari diri kita sendiri. Yaitu di
rumah tangga dengan memanfaatkan bank sampah di tiap kampung. Begitu pula untuk sumber
sampah di rumah sakit, hotel dan restoran maupun pasar akan dikoordinasikan dinas terkait.

Forum Bank Sampah saat ini sudah tercatat ada 565 bank sampah, yang berbasis RW, di Kota
Jogja. Hasil produk pilah sampah yang dikumpulkan di bank sampah akan dijual ke pelapak.
karena jika sampah anorganik dikelola dengan benar masih menghasilkan nilai ekonomi. Untuk
itu sejak awal tahun ini sudah dibentuk Forum Bank Sampah Kota Jogja.
Sebagai contoh di Janturan, Umbulharjo yaitu tutup dan botol air mineral memiliki harga yang
berbeda. Untuk penjualannya, para pelapak pun akan didata. Dibuatkan zonasi per wilayah.
Karena jumlah sampah anorganik yang ditampung akan lebih banyak. Jika tak terserap pelapak,
pemkot memaksimalkan peran penggerobak untuk memilah sampah sebelum dibuang ke depo.
Filter terakhir ada di depo untuk memilah sampah anorganik yang tidak laku. Seperti tas kresek.
“Residu sampah anorganik nantinya akan dikumpulkan dan diolah di unit pengolahan sampah
terpadu di Nitikan,”

Tidak hanya dengan Bank Sampah tetapi kita juga bisa mengubah sampah plastik menjadi BBM
(bahan bakar minyak). Dengan proses yang bernama pyrolysis. Pyrolysis adalah proses
penguraian thermokimia dengan suhu tinggi dan tanpa oksigen. Jika di uraikan Pyro berarti api
atau proses dengan suhu panas yg tinggi, sedangkan lysis ada proses perpindahan senyawa
yang kompleks menjadi sederhana. Proses ini menggunakan mesin yang terlah di rancang oleh
ahli- ahli , sebenernya ahli-ahli merancang metode karena sama dengan proses alam tetapi
akan lebih cepat, mengapa sama seperti proses alam?? Karena di dalam tanah tidak ada
oksigen dan ada panas bumi , mengapa pyrolysis lebih cepat? Karena panas yang di buat
mesinnya ada lah 250 c – 300c dan tidak ada oksigen.

Tetapi sangat di sayangkan belom adanya lebel SNI untuk hasil minyak dari sampah plastik ini.
Jika izin sudah di dapat akan sangat mengurai sampah - sampah plastik di Indonesia karena
bahan bakar minyak di Indonesia makin menipis dan untuk memperbaharuinya membutukan
waktu yang sangat lama. Sarana dan pesarana dari pemerintah yang serius memajukan bangsa
dan kesadaran masyarakat akan sampah plastik, akan mengurai limbah sampah plastik di
Indonesia bahkan bisa di dunia.

Begitu pula dengan Sampah Organik, dengan membangun tempat pengolahan sampah khusus
organik bisa menjadi inovasi karena masih sedikit negara yg menggunakan konsep ini. Karena
murni sampah organik, bisa dikelola menjadi kompos atau lainnya. Meski tetap butuh kajian,
agar bisa efektif dan berjalan dengan baik. tidak hanya tempat pengolahan sampah khusus
organik kita juga bisa membangunan Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle
(TPS3R).

Anda mungkin juga menyukai