Anda di halaman 1dari 18

Daftar Isi

1. Pengertian Penyimpanan Limbah B3


2. Perizinan Penyimpanan Limbah B3
3. Persyaratan Penyimpanan Limbah B3
4. Pengemasan Limbah B3
5. Waktu Penyimpanan Limbah B3
6. Pemantauan dan Pelaporan Penyimpanan Limbah B3

1. Pengertian Penyimpanan Limbah B3

Kegiatan penyimpanan limbah B3 merupakan bagian dari pengelolaan limbah B3


secara terpadu yang berdasarkan Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU PPLH”) adalah
kegiatan yang meliputi:

1. pengurangan;
2. penyimpanan;
3. pengumpulan;
4. pengangkutan;
5. pemanfaatan;
6. pengolahan; dan/atau
7. penimbunan.

Penyimpanan Limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 adalah


kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 dengan
maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya. Jadi hanya bersifat
sementara.
Sedangkan Penghasil Limbah B3 memilki definisi sebagai setiap orang yang karena Usaha
dan/atau kegiatannya menghasilkan Limbah B3. Jadi siapapun yang menghasilkan
limbah B3 akan dikategorikan sebagai Penghasil Limbah B3.

Berdasarkan Pasal 296 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap orang yang
menghasilkan limbah B3 wajib melakukan penyimpanan limbah B3 dalam jangka waktu
tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:
a. memenuhi standar dan/atau rincian teknis Penyimpanan Limbah B3 dan
persyaratan Lingkungan Hidup;
b. melakukan Penyimpanan Limbah B3 paling lama:

1. 90 (Sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang


dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih;
2. 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah
B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk
Limbah B3 kategori 1;
3. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan untuk
Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari
untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik
umum; atau
4. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak dan Limbah B3 dihasilkan, untuk
Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus; dan
c. Menyusun dan menvampaikan laporan pelaksanaan kegiatan Penyimpanan
Limbah B3 yang menjadi bagian dalam pelaporan dokumen lingkungan, dan
disampaikan kepada:
1. bupati/walikota, untuk Penghasil Limbah B3 dari Usaha dan/atau Kegiatan
wajibSPPL; dan/atau
2. pejabat Penerbit Persetujuan Lingkungan sesuai dengan kewenangannya untuk
Penghasil Limbah B3 dari Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal atau UKL-
UPL.

2. Perizinan Penyimpanan Limbah B3


Sebelum lahirnya PP No.22 Tahun 2021 Tentang PPLH, peraturan yang mengatur
mengenai perizinan penyimpanan Limbah B3 diatur dalam PP No.101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun, Penghasil Limbah B3 dalam menyimpan
Limbah B3 membutuhkan Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (Izin TPS
LB3) yang diterbitkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota yang dimana Izin TPS LB3 ini
membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar sehingga banyak penghasil Limbah B3
yang tidak dapat menyimpan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Sehingga diperlukan peraturan baru yang mengatur mengenai izin TPS LB3 ini dan lahirnya
Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021 Tentang PPLH menjadi dasar bagi penghasil
Limbah B3 untuk melakukan penyimpanan Limbah B3 yang diharapkan dimudahkan aspek
perizinan dalam hal melakukan penyimpanan Limbah B3.

Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3 berdasarkan Peraturan


Pemerintah No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka ada ada hal yang perlu dipenuhi oleh Penghasil
Limbah B3 antara lain :

1. Standar penyimpanan Limbah B3 yang diintegrasikan ke dalam nomor induk


berusaha, bagi penghasil Limbah B3 dari Usaha dan/atau Kegiatan wajib SPPL.
Standar penyimpanan yang dimaksud meliputi :
o Nama,sumber karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan disimpan;
o dokumen yang menjelaskan tempat Penyimpanan Limbah B3;
o persyaratan Lingkungan Hidup;
o kewajiban pemenuhan standar dan/atau rincian teknis Penyimpanan Limbah
B3.

2. Rincian teknis Penyimpanan Limbah B3 yang dimuat dalam Persetujuan


Lingkungan bagi :
o Penghasil Limbah B3 dari Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal atau UKL-
UPL; dan
o Instansi Pemerintah yang menghasilkan Limbah B3.
3. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c memuat:
o sumber, nama, dan jumlah Limbah B3;
o kategori dan/atau karakteristik Limbah B3;
o pelaksanaan Penyimpanan Limbah B3; dan
o Pemanfaatan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan
Limbah B3 yang dilakukan sendiri oleh Penghasil Limbah B3 dan/atau
penyerahan Limbah B3 kepada Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah
B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3.

3. Persyaratan Penyimpanan Limbah B3

Penyimpanan Limbah B3 harus dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang-


undangan yang mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain :

1. Lokasi Penyimpanan Limbah B3


Lokasi penyimpanan harus bebas banjir dan tidak rawan bencana dan lokasi
peyimpanan harus berada di dalam penguasaan Setiap Orang yang menghasilkan
Limbah B3

2. Fasilitas Penyimpanan Limbah B3


Fasilitas dimaksud sebagai tempat/wadah dimana Limbah B3 akan disimpan, fasilitas
ini dapat berupa :

o Bangunan
Bangunan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Rancang bangun sesuai dengan jenis, karakteristik dan jumlah Limbah
B3 yang disimpan
 Luas ruang penyimpanan sesuai dengan jumlah Limbah B3 yang
disimpan;
 Desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan
dan sinar matahari;
 Atap dari bahan yang tidak mudah terbakar;
 Memiliki system ventilasi untuk sirkulasi udara;
 System pencahayaan disesuaikan dengan rancang bangun tempat
Penyimpanan Limbah B3;
 Lantai kedap air dan tidak bergelombang;
 Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampung
tumpahan dengan kemiringan maksimum 1%;
 Lantai bagian luar bangunan dibuat agar air hujan tidak masuk kedalam
bangunan tempat penyimpanan Limbah B3;
 Memiliki saluran drainase ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau air
hasil pembersihan ceceran atau tumpahan Limbah B3;
 Memiliki bak penumpang tumpahan untuk menampung ceceran untuk
menampung ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau air hasil
pembersihan ceceran atau tumpahan Limbah B3
 Dilengkapi dengan symbol Limbah B3 sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Contoh TPS LB3

o Tangki dan/atau Kontainer


Tangki dan/atau container wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Dibangun di atas permukaan tanah dengan lantai kedap air dan tidak
bergelombang;
 Tangki dan/atau container dan system penunjangnya terbuat dari bahan
yang cocok dengan karakteristik Limbah B3 yang disimpan;
 Tidak mudah pecah atau bocor;
 Memiliki tanggul dan saluran pembuangan di sekeliling tangki dan/atau
kontainer menuju bak penampung tumpahan;
 Terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara
langsung;
 Dilengkapi dengan symbol Limbah B3 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

o Silo
Contoh Silo

o Tempat tumpukan limbah (waste pile):


Tempat tumpukan limbah wajib memenuhi ketentuan :
 Memiliki saluran drainase di sekeliling tempat tumpukan Limbah
(waste pile) yang dirancang untuk mengalirkan air yang berkontak
langsung dengan Limbah B3 yang disimpan menuju kolam penampung
air;
 Memilki tanggul di sekililing tempat tumpukan Limbah (waste pile)
dengan ketinggian paling sedikit 1 (satu) meter dari permukaan tanah
untuk menghindari terjadinya tumpahan dan/atau ceceran Limbah B3
keluar dari area penyimpanan;
 Memilki fasilitas sumur pantau air tanah yang dibangun di bagian hulu
dan hilir yang ditempatkan sesuai dengan pola arah aliran air tanah.

Waste Pile

o Waste Impoundment
Waste impoundment wajib memenuhi ketentuan :
 Memiliki tanggul di sekeliling waste impoundmentdengan
ketinggian paling sedikit 1 (satu) meter dari permukaan tanah untuk
menghindari terjadinya luapan air;
 Memiliki bangunan pelimpahan (spillway) untuk mengalirkan air
yang berasal dari Limbah B3 yang disimpan menuju kolam
penampung air;
 Memiliki fasilitas sumur pantau air tanah;
 Menggunakan konstruksi beton untuk kolam penampung air;
 Dilapisi dengan bahan konstruksi kedap air.
Waste Impoundment
o Bentuk lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi

3. Peralatan penanggulangan keadaan darurat


Peralatan penanggulangan keadaan darurat paling sedikit meliputi :
o Alat pemadam api;
o Alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai dapat berupa pasir,
oil absorbant, safety shower, oil boom, dan oil skimmer.

4. Pengemasan Limbah B3

Limbah B3 wajib dilakukan pengemasan dengan meperhatikan ketentuan pengemasan


Limbah B3 antara lain :

1. Terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik
Limbah B3 yang akan disimpan;
2. Mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan;
3. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan;
4. Berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.

Kemasan Drum
Plastik

Kemasan Drum
Logam
IBC Tank

Jumbo Bag

Kemasan Limbah B3 wajib dilekati Label Limbah B3 dan Simbol Limbah B3 yang dimana
Label Limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai :
1. Nama Limbah B3;
2. Identitas Penghasil Limbah B3;
3. Tanggal dihasilkannya Limbah B3;
4. Tanggal Pengemasan Limbah B3.
Label Limbah
B3
Simbol Limbah B3

5. Waktu Penyimpanan Limbah B3

Setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 berdasarkan Pasal 296 Peraturan


Pemerintah No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup wajib melakukan Penyimpanan Limbah B3 paling
lama :

o 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang


dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih;
o 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3
yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah
B3 kategori 1;
o 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah
B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk
Limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik umum;
o 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah
B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus

Dalam hal Penyimpanan Limbah B3 melampaui jangka waktu sebagaimana yang


dimaksud diatas, maka selanjutnya berdasarkan Pasal 297 Peraturan Pemerintah
No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup harus melakukan :

o Melakukan Pemanfaatan, Pengolahan dan/atau Penimbunan Limbah B3;


o Menyerahkan Limbah B3 kepada pihak lain yang dapat melakukan pengelolaan
Limbah B3 yang meliputi:

 Pengumpul Limbah B3;


 Pemanfaat Limbah B3;
 Pengolah Lirnbah B3; dan/atau
 Penimbun Lirnbah B3.

o Melakukan ekspor Limbah B3;

6. Pemantauan dan Pelaporan Penyimpanan Limbah B3

Pemantauan dan pelaporan penyimpanan Limbah B3 dapat dilakukan dengan beberapa


cara antara lain :

1. Pencatatan Kegiatan Penyimpanan Limbah B3 yang memuat didalamnya :


o Jenis Limbah B3, karakteristik Limbah B3, dan waktu diterimanya Limbah
B3 dari Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3;
o Jenis Limbah B3, karakteristik Limbah B3, dan waktu penyerahan Limbah B3
kepada Pemanfaat/Pengolah dan/atau Penimbun Limbah B3;
o Identitas Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengangkut Limbah
b3, Pemanfaat Limbah B3 dan/atau Pengolah Limbah B3;
o Neraca Limbah B3 yang memuat :
 uraian sumber, jenis dan karakteristik Limbah B3 yang disimpan;
 Jumlah atau volume Limbah B3 yang dikumpulkan setiap bulan;
 jumlah atau volume Limbah B3 yang diserahkan kepada Pengumpul
Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau
Penimbunan Limbah B3 setiap bulan.

2. Dokumen Pencacatan Limbah B3 yang dimaksud diatas wajib dilaporkan kepada


pejabat penerbit Persetujuan Lingkungan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam)
bulan sejak nomor induk berusaha dan/atau Persetujuan Lingkungan diterbitkan.
3. Laporan disampaikan secara eletronik melalui laman https://plb3.menlhk.go.id
dengan bukti pelaporan berupa tanda terima elektronik.
4. Laporan kegiatan Penyimpanan Limbah B3 disampaikan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 6 (enam) bulan sejak nomor induk berusaha dan/atau Persetujuan Lingkungan
diterbitkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Pihak yang menghasilkan limbah B3 dalam melaksanakan usahanya diharuskan


menyimpannya dalam kurun waktu tertentu sebagai sebagaimana disebutkan diatas
dan diwajibkan untuk melaporkan limbah tersebut secara elektronik.
2. Siapa saja yang bisa disebut sebagai pihak penghasil limbah B3 untuk proyek-
proyek yang dikelola oleh TPMI ? klien-klien TPMI yang menghasilkan limbah B3
sebagaimana disebutkan dalam LAMPIRAN IX PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2021 TENTANG
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP.
3. Apakah sebagai penghasil dan Penyimpan limbah B3 proyek-proyek TPMI
tersebut harus memiliki izin? Tidak. Hanya perlu melaporkan saja secara elektronik
ke situs sebagaimana tersebut diatas. Namun jika ternyata klien-klien TPMI ingin
mamanfaatkan, mengolah dan/atau melakukan penimbunan sendiri maka harus men
gurus izin
4. Jadi siapa yang memerlukan izin terkait limbah B3 ? Pengumpul Limbah B3,
Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Lirnbah B3 dan/atau Penimbun Lirnbah B3 saja.
Penghasil dan Penyimpan sementara hanya diwajibkan melaporkan saja serta juga
menyerahkan Limbah B3 kepada pihak lain yang dapat melakukan pengelolaan
Limbah B3 tersebut jika telah melewati jangka waktu penyimpanan.

Pengelolaan Limbah B3

WHOM
WHAT
(Laporan/Izin
No Type Who (Kewajiban Yang
dilaporkan/diajukan)
harus dilakukan)

Online to Ministry
Penghasil Klien TPMI yang
1 Menyusun laporan Forestry and
Limbah B3 menghasilkan Limbah B3
Environment

Penyimpan Online to Ministry


Klien TPMI yang
Limbah B3 Menyusun laporan Forestry and
2 menghasilkan Limbah B3
Environment

Klien TPMI yang Online to Ministry


menghasilkan Limbah B3 Forestry and
Pemanfaat
3 atau Perusahaan yang Mengurus izin Environment
Limbah B3
ditunjuk untuk https://ptsp.menlhk.go.id/
memanfaatkan limbah B3
Klien TPMI yang
Online to Ministry
menghasilkan Limbah B3
Pengolah Forestry and
4 atau Perusahaan yang Mengurus izin
Limbah B3 Environment
ditunjuk untuk mengolah
https://ptsp.menlhk.go.id/
limbah B3
Klien TPMI yang
Online to Ministry
menghasilkan Limbah B3
Penimbun Forestry and
5 atau Perusahaan yang Mengurus izin
Limbah B3 Environment
ditunjuk untuk menimbun
https://ptsp.menlhk.go.id/
limbah B3

Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.74/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 Tahun 2019 tentang Program Kedaruratan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan/atau Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.

Putusan:
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18/PUU-XII/2014.
Format Neraca
Limbah B3
Format Pencacatan Kegiatan Pengelolaan Limbah B3

Anda mungkin juga menyukai