Anda di halaman 1dari 8

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 Sejarah Rekayasa Pencahayaan dalam Arsitektur

Terdapat dua jenis sumber pencahayaan, yang pertama sumber cahaya alami
yang bersumber dari matahari dan bintang-bintang. Kedua, sumber cahaya buatan
yang berasal dari api, lilin, lampu minyak, lampu listrik, dan sebagainya.
Kedua sember cahaya ini mepunyai kelebihan dan kekurangan, seperti sumber
cahaya alami memiliki sifat tidak menentu, tergantung pada iklim, musim juga cuaca.
Sinar ultraviolet yang terkandung dalam sumber cahaya alami jika terpancar langsung
dapat merusak struktur permukaan material sesuai dengan tingkat kepekaannya
masing-masing. Sedangkan sumber cahaya buatan pengadaannya membutuhkan
sejumlah biaya, namun perletakan posisinya dan kestabilan cahayanya (listrik) relative
mudah diatur.
Sumber cahaya buatan pada awalnya berupa nyala obor dan lilin, namun
mengalami kesulitan dalam mempertahankan kestabilan kuat cahayanya akibat tiupan
angin. Kemudian mengalami perkembangan dengan menggunakan tabung kaca
sehingga lebih stabil (lampu minyak, lampu petromaks, lampu gas). Pada tahap ini
keterbatasan utamanya pada pemasangan posisinya karena harus memperhitungkan
panas nyala api yang membutuhkan sirkulasi udara yang cukup baik serta letak tabung
minyak. Pada tahun 1879 bola lampu pijar pertama kali ditemukan oleh Thomas Alfa
Edison 1879 dan kemudian mengalami pengembangan menjadi berbagai macam
bentuk dan tipe lampu listrik. Perkembangan bola lampu terjadi begitu pesat dengan
berbagai pembaruan serta inovasi guna mendapatkan kualitas pencahayaan yang lebih
maju.
2.2 Pengaruh Rekayasa Pencahayaan Terhadap Karya Arsitektur

Kehadiran cahaya pada lingkungan ruang dalam bertujuan menyinari berbagai bentuk
elemen-elemen yang ada didalam ruang sedemikian rupa sehingga ruang menjadi teramati,
terasakan secara visual suasanannya, dan membantu pengguna ruang untuk dapat melakukan
aktivitasnya dengan baik dan terasa nyaman. Untuk mencapai tujuan ini dibutuhkan
perancangan, pengolahan tata cahaya yang jeli serta matang dalam pengalaman teoritis
maupun praktis supaya hasil rancangannya dapat memenuhi aspek-aspek baik kuantitatif
maupun kualitatif.
Perancangan tata cahaya dengan sumber cahaya alami meliputi pengolahan bentuk
dan posisi lubang cahaya, bentuk dan posisi bidang pemantul, pengisian pola-pola pada
lubang cahaya dengan material tertentu. seperti kaca buram, kaca bening, dan lain-lain.
Sumber cahaya alam yang masuk keruang dalam dengan pengolahan dapat dibuat langsung
maupun tak langsung. Dibuat merata atau setempat, beraneka 4 warna atau putih polos.
Arsitektur gereja Gothik merupakan bukti puncak masa lampau pengolahan tata
cahaya alami dalam perwujudan konsep ruang. Menurut Jammer (dalam Van de Ven,1991),
pada abad pertengahan banyak cendekiawan yang mengidentifikasikan ide ruang dengan
Tuhan yang hadir dimana-mana, dimana arena Tuhan adalah cahaya, akibatnya cahaya dan
ruang memiliki sifat Illahi. Konsep inilah yang dicoba dan dapat dikatakan berhasil gemilang
diwujudkan dalam ruang gereja Gothik dengan kolomkolom yang terkesan ramping dan
menjulang mengarah kepada yang diatas segalagalanya, dengan dinding-dinding transparan
yang menyebabkan sinar matahari masuk, menembus melalui sela-sela struktur ramping yang
berkaca berwarna.
Sekalipun cahaya buatan belum atau bahkan tidak akan adapat menyamai
kesempurnaan cahaya alami (matahari), salah satu unsurnya adalah refleksi cahayanya yang
100%, namun cahaya buatan sangat dibutuhkan keberadaannya. Lebih lagi dengan
perkembangan berbagai jenis lampu belakangan ini, sangat membantu dan mewujudkan
suasana suatu ruang.
Kelebihan lain dari cahaya buatan adalah kemudahan bagi perancang tata cahaya
untuk menciptakan cahaya setempat, cahaya sorot, cahaya yang mengarah hanya pada tempat
tertentu demi penonjolan elemen-elemen dekoratif atau detail-detail structural, tekstur serta
warna permukaan bahan pelapis akhir, penonjolan/pengangkatan nilai sebuah karya seni baik
2 dimensional maupun 3 dimensional, penghadiran bentuk sumber cahaya yang lebih bebas
seperti neon sign. Dengan pengolahan cahaya buatan juga memungkinkan dihadirkannya
berbagai sudut arah datang cahaya, seperti daria arah atas, samping kiri, akan, belakang dan
bawah untuk penyinaran sebuah objrk setiap saat dalam sebuah ruang. Berbagai ragam cara
pemyinaran dengan cahaya buatan ini sangat mampu menciptakan suasana tertentu yang dapat
menggugah emosi seseorang.
Fleksibellitasan pengaturan cahaya seperti ini tidak dimungkinkan dengan
penggunaan cahaya alam. Menurut Darmasetiawan dan Puspakesuma (1991). Terdapat 3 hal
dalam penataan cahaya (tata letak lampu) yang mampu merubah suasana ruangan serta dapat
berdampak langsung bagi pemakainya, yakni warna cahaya, refleksi warna dan cara
penyinaran. Ketiga unsure ini tidak lepas dari pengaruh-pengaruh kondisi permukaan bidang
masif yang disinari, seperti pola, warna, tekstur, daya serap, pantul sinar, ataupun karakter
volume bidang transparan yang disinari.
Selain itu tipe-tipe sumber cahaya, untuk cahaya buatan seperti lampu pijar, lampu
TL, lampu halogen, lampu metal-halide dan sodium, lampu fibre optics dan masih
berkembang lagi sesuai kemajuan temuan teknologi. Kemudian dari cara dan macam
penyinaran, seperti penyinaran merata, menyeluruh, penyinaran setempat, langsung, 8 tidak
langsung, penyinaran dengan mengandalkan elemen-elemen refleksi, penyinaran difus,
penyinaran kinetic, ataupun kombinasi dalam proses penataan cahaya suatu ruang.
Sementara itu, Tadao Ando, arsitek Jepang, dikenal dengan pengolahan cahaya alami
yang masuk lewat atas (skylight) menerangi bidang dinding dalam terbuat dari beton ekspos
berlubang-lubang bekas batang-batang penahan jarak cetakannya, memberikan nuansa yang
khas “Ando.”
Guggenheim Museum di Bilbao, Spanyol, karya arsitek Amerika Frank Gehry dengan
fasad yang berlapis titanium. Pada sore hari dibawah pengaruh pencahayaan buatan uplight
(dari arah bawah) membuat banguann ini sebagai sculpture raksasa yang elok, kaya
plastisitas, dinamis, atraktif serta dramatis. Sistem pencahayan buatan serupa ini bisa juga
terjadi pada ruang dalam.
2.3 Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi

Salah satu upaya penghematan energi listrik adalah dengan memilih jenis lampu yang
akan digunakan. Pemilihin jenis lampu ini akan menentukan banyak lampu yang dibutuhkan
sesuai dengan standar tingkat pencahayaan sehinggan mempengaruhi kuantitas atau jumlah
listrik yang digunakan. Ada berbsagai jenis lampu dengan konsumsi serta tingkat
pengkorvensian energi menjadi cahaya, berikut beberapa jenis lampu.

1. Lampu Pijar (Incandescent)


Kurang lebih 90% daya yang digunakan oleh lampu pijar dilepaskan sebagai radiasi panas
dan hanya 10% yang dipancarkan dalam radiasi cahaya kasat mata. Pada tegangan 230
volt seperti yang digunakan di Indonesia, nilai keluaran bolam 100W adalah 1.380 lumen
atau setara dengan 13,8 lumen per Watt. Nilai ini sangatlah rendah bila dibandingkan
dengan nilai keluaran sumber cahaya putih "ideal" yaitu 242,5 lumen per Watt, atau 683
lumen per Watt untuk cahaya pada panjang gelombang hijau-kuning di mana mata
manusia sangatlah peka.
2. Lampu Halogen
Lampu jenis ini merupakan lampu spot yang baik. Lampu spot adalah lampu yang
cahayanya mengarah ke satu area saja, misalnya lampu untuk menerangi benda seni
secara terfokus. Warna cahaya lampu halogen adalah halogen biasa (kuning 3.000 K) dan
halogen high pressure (putih 6.000 K).
3. Lampu TL Lampu TL (Tubular Lamp)
Jenis lampu pelepasan gas berbentuk tabung, berisi uap raksa bertekanan rendah. Lampu
ini memiliki karakteristik jenis lampu yang di dalam tabungnya terdapat sedikit mercury
dan gas argon dengan tekanan rendah serbuk phosphor yang melapisi seluruh permukaan
bagian dalam kaca tabung lampu tersebut.
4. Lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp)
Jenis lampu fluorescent yang dibuat untuk menggantikan lampu incandescent/tungsram.
Dibandingkan dengan lampu tungsram, dengan penerangan yang sama, lampu CFL
menggunakan energi yang lebih sedikit, tidak sama borosnya dengan lampu bohlam.
Lampu fluorescent ini memiliki karakteristik yang berbentuk seperti lampu tungsten,
ataupun lampu pijar.
5. Lampu LED
Lampu LED adalah dioda semikonduktor yang memancarkan cahaya ketika dialiri listrik.
Sifatnya berbeda dengan filamen yang harus dipijarkan (dibakar) atau lampu TL yang
merupakan pijaran partikel. Lampu LED memancarkan cahaya lewat aliran listrik yang
relatif tidak menghasilkan banyak panas. Lampu LED merupakan lampu paling hemat
energi diantara jenis lampu lainnya, meskipun harganya relatif mahal. dengan nilai lumen
per watt nya lebih tinggi dibandingkan lampu TL dan CFL.
Selain dengan cara penggunaan jenis lampu yang hemat energi, metode pengoperasian
yang juga bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan sensor gerak/motion sensor (occupancy
sensor) dengan sistem otomatis. Meski menggunakan sensor gerak, saklar utama tetap
digunakan (stanby), jika nantinya ada masalah atau kerusakan dengan sensornya sehingga
tidak bisa berfungsi, saklar utama bisa digunakan secara manual untuk bisa menghidupkan
lampu.

Motion Sensor (Pengoperasian Otomatis)


Penggunaan motion sensor sebagai sensor lampu/alat elektronik, perangkat ini berfungsi
sebagai sakelar otomatis yang menyalakan lampu saat mendeteksi adanya gerakan di ruangan.
Penggunaan sensor lampu seperti ini dapat menghemat penggunaan listrik terutama pada
daerah yang cukup jarang dilalui orang. Ada beberapa jenis motion sensor yang biasa dipakai
untuk penghematan energi listrik diantaranya :
a. Active Infrared Sensors
Perangkat tipe ini bekerja dengan memancarkan sinyal listrik secara terusmenerus
dengan menggunakan gelombang infrared yang terhubung dengan pendeteksi
cahaya. Jika infrared terganggu karena adanya gerakan, maka sistem akan
menghidupkan lampu.
b. Ceiling Sensor Light Switch
Sensor ini akan mendeteksi pergerakan dan menghidupkan lampu/peralatan listrik
secara otomatis. Proses timer segera berjalan setelah lampu dinyalakan dan timer
akan di-restart kembali jika ada pergerakan baru. Sensitivitas cahaya dan delay
timer dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ruang.
c. Wall Sensor Light Switch
Sensor ini dilengkapi dengan timer yang otomatis mematikan peralatan listrik jika
tidak mendeteksi pergerakan. Wall Sensor Light Switch dilengkapi dengan fitur
untuk menyesuaikan lama timer dan juga sensitivitas sensor terhadap cahaya.
d. Broco Motion Sensor Switch Broco Motion Sensor Switch adalah saklar otomatis
yang diaktifkan oleh adanya gerakan manusia atau sumber panas lain yang masuk
ke dalam jangkauan pendeteksian. Sensivitas deteksi gerak dan cahaya dapat
disesuaikan sesuai dengan kebutuhan. mengamati
Salah satu museum terbesar di dunia ini awalnya adalah istana Cathrine deMedicis, rancangan
Philibert Delorme. Pembangunannya terjadi secara bertahap selama tiga abad, dari sejak Henri IV,
Louis XIII, Louis XIV, Naapoleon I hingga Napoleon III. Di dalam museum Louvre tersimpan artefak
kuno oriental Mesir, Romawi, Eropa zaman klasik dan neo-klasik. Bangunan ini memiliki luas kurang
lebih 72.735 m2
Agar tak mengganggu kecantikan museum louvre, perluasan museum ini (1983-1989) mengambil
tempat di bawah halaman dengan membuat pyramid kaca sebagai skylight menaungi lobby di
bawahnya. Pengunjung memasuki pyramid, turun ke lobby yang luas kemudian naik lagi ke bangunan
utama Musee du Louvre.
Wahyu Prima Putra / 1507114718
KATA PENGANTAR
BismillahirrahmanirrahimPuji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq
danhidayah, sehingga Makalah mengenai

Rekayasa Pencahayaan Bangunan dalam KaryaArsitektur

ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun dalam rangka proses pembelajaran


Mata Kuliah “RekayasaPencahayaan Bangunan”
. Penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan Makalah inimelibatkan bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuhrasa hormat penulis mengucapkan
terima kasih kepada :1.

Dosen mata kuliah Rekayasa Pencahayaan Bangunan.2.

Teman

teman yang telah memberikan semangat, dukungan, serta masukan.3.

Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telahmembantu sehingga Makalah
ini dapat terselesaikan.Mengingat proses pembuatan Makalah ini dirasa masih jauh dari
kesempurnaan, penulis selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran. Selanjutnya, pen
ulismengharapkan karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin..Pekanbaru, 20
September 2016Penulis
Pencahayaan atau
lighting
adalah salah satu elemen penting yang perludipertimbangkan dalam perancangan interior maupun
arsitektur.
2.

Pada dasarnya ada dua macam sumber cahaya yang berpengaruh bagi ruang dalam.Pertama, sumber cahaya
alam yang berasal dari matahari, bintang-bintang, kedua,sumber cahaya buatan atau artifisial, seperti:
nyala lilin, nyala obor, lampu minyak,lampu petromaks (nyala yang berasal dari selubung
kaos yang terjaga baranyaakibat semburan minyak tanah yang berasal dari sebuah tabung bertekanan),
lampugas, lampu pijar,lampu FL (Fluorescen) atau sering disebut lampu TL.

3.

Kedua sumber cahaya ini mempunyai kelebihan serta kekurangan, antara lain:sumber cahaya alam memiliki
sifat tidak menentu, tergantung pada iklim, musim juga cuaca.4.

Kehadiran cahaya pada lingkungan ruang dalam bertujuan menyinari berbagai bentuk
elemen-elemen yang ada di dalam ruang sedemikian rupa sehingga ruangmenjaditeramati,
terasakan secara visual suasananya.5.

Tujuan dari pencahayaan adalah disamping mendapatkan kuantitas cahaya yangcukup sehingga tugas visual
mudah dilakukan, juga untuk mendapatkanlingkungan visual yang menyenangkan atau mempunyai kualitas
cahaya yang baik.

Anda mungkin juga menyukai