Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi termasuk penyakit tidak menular (PTM) kronis yang terus

berkembang dan sulit di sembuhkan pada posisi ke enam. Di Indonesia,

prevalensi hipertensi sebesar 2,58% (RISKESDA, 2013). Hasil pengukuran di

Jawa Tengah pada tahun 2016 tercatat 11,55% atau sebanyak 611.358 orang

dinyatakan hipertensi/tekanan darah tinggi. Berdasarkan jenis kelamin,


kelompok
presentase hipertensi pada perempuan sebesar 11,85%, lebih tinggi

dibanding pada kelompok laki-laki yaitu 11,16%. Dan Kabupaten Banyumas

berada pada posisi ke enam dengan presentase 26,30% setelah kota Salatiga

(41,96%) (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2016).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa hipertensi

merupakan penyebab kematian nomer satu di dunia. Data Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatmen on Hight

Blood Pressure VII mengatakan hampir 1 miliyar penduduk dunia mengidap

hipertensi (Prasetyaningrum, 2014). Hipertensi menjadi salah satu penyebab

cacat tubuh dan kematian hampir semua negara. Penyebab yang belum pasti

dan tidak banyak gejala membuat seseorang tidak menyadari bahwa dirinya

mengalami hipertensi sehingga tidak melakukan pemeriksaan dan tidak

diberikan terapi yang tepat sampai akhirnya dapat menimbulkan komplikasi

1
Gambaran Posisi Dan..., Ana Fitriana Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
yang serius seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan bahkan

kematian sehingga penyakit ini disebut sebagai silent killer (Gardner, 2007).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyakit

yang paling sering muncul di negara berkembang terutama Indonesia.

Seseorang dikatakan hipertensi dan beresiko mengalami masalah kesehatan,

apabila dilakukan beberapa kali pengukuran nilai tekanan darah tetap tinggi.

Nilai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau distolik ≥ 90 mmHg

(Prasetyaningrum, 2014).World Health Organization (WHO) menyatakan

bahwa tekanan darah dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg dan

hipertensi bila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Noviyanti, 2015).

Tekanan darah di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah posisi tubuh saat dilakukan pengukuran tekanan darah. Pengukuran

tekanan darah yang akurat sangat penting demi menghindari kesalahann

dalam pembacaan hasil (Guyton & Hall, 2011). Pengukuran tekanan darah

dapat menimbulkan kesalahan pembacaan hasil yang di sebabkan oleh

pengukuran tekanan darah yang tidak akurat, oleh sebab itu penting bagi

tenaga kesehatan untuk melakukan pengukuran tekanan darah yang akurat

untuk menghindari kesalahan pemberian terapi yang tidak sesuai dengan

kondisi pasien (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010). Fenomena yang

terjadi di sebagian besar rumah sakit, pengukuran tekanan darah biasa

dilakukan dengan posisi berbaring dan biasanya hanya dilakukan pada salah

satu lengan.

2
Gambaran Posisi Dan..., Ana Fitriana Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Penelitian (Manembu, 2015), penelitian ini di lakukan pada pegawai

negri sispil di Minahasa Utara. Hasil yang di dapatkan pada pengukuran

tekanan darah berdasarkan posisi duduk dan berdiri adalah menunjukan

adanya perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan tekanan diastolik.

Penelitian lain di lakukan oleh (Arwani & Sunarno, 2007) yang melakukan

pengukuran tekanan darah pada lengna kanan dan lengan kiri pada penderita

hipertensi di RSUD DR.H. Abdul Moeloek Lampung. Hasil yang di dapatkan

pada penelitian ini menunjukan adanya perbedaan nilai tekanan darah yang

signifikan ketika di lakukan pengukuran tekanan darah pada lengan kanan

dan lengan kiri.

Saat dilakukan kunjungan di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga di dapatkan populasi penderita hipertensi sebanyak 10% dari

jumlah pasien yang ada di ruangan. Pada kunjungan hari pertama, di dapatkan

sebanyak 1 orang pasien dengan diagnosa hipertensi. Pada kunjungan hari ke

dua, terdapat 3 pasien dengan diagnosa hipertensi, dan pada hari ke tiga

terdapat 2 orang dengan diagnosa hipertensi.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, penulis tertarik untuk

mengangkat masalah posisi dan lokasi saat pengukuran tekanan darah untuk

membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Posis Dan Lokasi

Pengukuran Tekanan Darah Terhadap Nilai Tekanan Darah Pada Pasien

Hipertensi”.

3
Gambaran Posisi Dan..., Ana Fitriana Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan mengenai

masalah perbedaan hasil nilai tekananan darah yang di dapatkan pada posisi

berbaring dan posisi duduk serta pada lokasi lengan kanan dan lengan kiri

saat pengukuran tekanan darah, maka rumusan masalah yang dapat di

temukan adalah : Apakah ada pengaruh posisi dan lokasi lengan saat di

lakukan pengukuran terhadap nilai tekanan darah ?

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan studi kasus yang diharapkan berdasarkan rumusan masalah

yang ada yakni : Diketahui gambaran nilai tekanan darah yang diukur

berdasarkan posisi dan lokasi saat dilakukan pengukuran pada pasien

Hipertensi.

D. Manfaat Studi Kasus

Manfaat studi kasus ini, diharapkan akan memberikan manfaat dari pihak:

1. Masyarakat

Sebagai bahan informasi mengenai apakah nantinya ada perbedaan nili

tekanan darah antara poisi duduk dan berbaring pada pasien hipertensi.

2. Pelayanan Kesehatan

Sebagaai informasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dalam

pengukuran tekanan darah agar mendapatkan hasil ukuran tekanan darah

yang tepat dan untuk meng observasi nilai tekanan darah pasien hipertensi

4
Gambaran Posisi Dan..., Ana Fitriana Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dengan tepat sehingga dalam pemberian terapi akan lebih sesuai dengan

kondisi pasien.

3. Peneliti

Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan metode

penelitian dan kondisi kesehatan masyarakat.

5
Gambaran Posisi Dan..., Ana Fitriana Febrianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai