Anda di halaman 1dari 14

Cara Kerja Power Steering

Setelah menjelasakan mengenai jenis dan fungsi power steering, selanjutnya yang
akan kami bahas yaitu cara kerja power steering tersebut. Pada dasarnya cara kerjanya
sangat sederhan dan simple, dimana fluida berpindah dari satu sisi ke sisi lain yang
akan menyebabkan pergeseran kedudukan gigi pada sistem roda gigi atau transmisi
kemudi. Dan karena pergeseran inilah yang akan menggerakan roda ke arah kanan
atau kiri sesuai keinginan pengemudi.
1. Posisi saat netral
Alirkan ke katup pengontrol ( control valve ). Bila katup pengontrol berada pada
posisi netral, semua minyak akan mengalir melalui katup pengontrol ke saluran
pembebas ( relief port )dan kembali ke pompa. Pada saat ini tidak terbentuk
tekanan dan arena tekanan kedua sisi sama, torak tidak bergerak.
2. Posisi saat membelok
Pada saat poros utama kemudi (steeringmain shaft) diputar ke salah satu arah,
katup pengontrol juga akan bergerak menutup salah satu saluran minyak.
Saluran yang lain akan terbuka dan akan terjadi perubahan volume aliran
minyak dan akhirnya terbentuk tekanan. Pada kedua sisi torak akan terjadi
perbedaan tekanan dan torak akan bergerak ke sisi yang bertekanan rendah
sehingga minyak yang berada dalam ruangan tersebut akan dikembalikan ke
pompa melalui katup pengontrol.

Cara perawatan power steering agar awet :

1. Bila kendaraan mau belok sebaiknya jalan atau gerak dulu baru belok.
2. Jangan terlalu sering membelokkan steer sampai mentok/patah terlalu
lama.
3. Memilih minyak Power Steering yang original (jenis ATF).
4. Memilih spare parts yang original bila diservice.
5. Untuk hidrolik jenis rack steer, disarankan setiap mencuci kendaraan
karet pelindung (boot steer) kanan dan kiri diperiksa, apakah lepas,
robek atau terjadi kerusakan lainnya.
6. Jika parkir kendaraan, hendaknya posisi roda bagian depan harus lurus.
7. Gunakan jenis ban dengan tingkat gesekannya rendah
Penggunaan power steering memberikan beberapa keuntungan seperti

1. Mengurangi steering effort


2. Kestabilan yang sangat tinggi selama pengemudian
3. Mengurangi guncangan dari ketidak rataan permukaan jalan yang di
salurkan pada steering wheel

Rumus Hukum Pascal


Hukum Pascal di rumuskan dengan istila Pa (Pascal) yaitu sebuah satuan
turunan untuk tekanan. Sesuai dengan bunyinya, maka Hukum Pascal di
rumuskan sebagai berikut:
PA = PB atau F1 = F2

Jika:
F1/A1 = F2/A2 maka F1 = A1/A2 x
F2
atau F1 = (D1/D2)2 X F2

Keterangan Simbol:
F1 /F2 = Gaya pada permukaan A atau B (N)
A1/A2 = Luas permukaan A atau B (m2)
D1/D2 = Diameter permukaan A atau B (m)

Gambar 1- Rangkaian Power Steering (serambimata.files.wordpress.com)


Dalam mengemudikan kendaraan roda empat, kadang kita menemukan kendaraan
yang mudah untuk dikendarai dan ada juga yang sulit. Salah satu faktornya adalah dari
sistem kemudi . Pada kendaraan konvensional, sering kita jumpai suatu kendaraan
masih menggunakan sistem kemudi manual steering system yang sangat berat sekali
untuk membelokkan roda kemudinya sehingga membuat pengemudi cepat lelah.
Namun pada kendaraan modern sekarang, hampir semua kendaraan roda empat
mudah untuk dibelokkan. Pa da kesempatan ini, kita akan membahas tentang prinsip
kerja power steering yang dapat membuat kendaraan dengan mudah untuk dibelokkan.
Definisi Power Steering System
Power Steering System merupakan sistem kemudi yang dapat mengurangi usaha dari
pengemudi untuk mengendalikan kemudi kendaraan dengan menyediakan tenaga
tambahan dari luar tenaga pengemudi. Penggunaan power steeringdapat meningkatkan
kemampuan kemudi dari semua poin, namun tidak banyak mobil yang menggunakan
power steering sebagai instalasi stAndarnya. Power steering system dapat digunakan baik
pada rack-and-pinion maupun sistem kemudi konvensional. Secara normal power
steering menggunakan tenaga dari mesin untuk mem-pompa sistem hidrolik yang
nantinya akan memberikan tenaga tambahan dalam mengemudikan kemudi.
Secara garis besar, power steering terdapat dua jenis, yaitu jenis stAndard dan jenis
PPS (progressive power steering). Dan kedua jenis ini sama-sama memiliki sebuah
sistem recirculating ball dan hydraulic control valve tipe rotari.
Jenis PPS (Progressive Power Steering)
Kecepatan kendaraan akan dideteksi oleh sebuah sensor kecepatan dan tekanan fluida
yang menggerakkan piston secara bervariasi. Ketika kendaraan berhenti atau bergerak
dalam kecepatan rendah, mka tekanan fluida akan meningkat untuk mengakomodasi
kebutuhan daya untuk kemudinya. Pada saat kecepatan tinggi, tekanan fluida akan
berkurang untuk mengakomodasi kebutuhan kemudi dan menyesuaikan dari respon
roda kemudi sehingga lebih stabil.

Gambar 2- StAndar Power Steering dan PPS (personal.utulsa.edu)


KOMPONEN POWER STEERING
Vane Pump
Bagian utama dari vane pump, seperti: cam ring, rotor, vane dan flow control
valve merupakan komponen yang memiliki tingkat presisi yang tinggi dan harus
dikerjakan secara hati-hati. Hal ini dikarenakan pompa ini menghasilkan fluida
bertekanan sangat tinggi. O-ring digunakan untuk membentuk lapisan sea dalam
mencegah kebocoran pada sambungan tiap bagiannya. Ketika pada perakitan ulang,
selalu digunakan O-ring yang baru. Di dalam flow control valve (katup pengatur aliran),
terdapat sebuah relief valve (katup pembebas) yang mengatur tekanan maksimum dari
pompa. Jumlah dari tekanan maksimum ini sangat penting. jika terlalu rAndah maka
akan terjadi kehilangan daya dalam membantu penambahan daya pada kemudi dan
jika terlalu tinggi maka merusak relief valve.

Gambar 3- Vane Pump (www.corken.com)


Steering Gear Housing
Merupakan tempat dimana terdapat roda gigi kemudi

Gambar 4- Steering Gear Housing (www.allcarhelp.com)


Power Cylinder
Merupakan tempat piston bekerja menggerakkan roda gigi kemudi. Power
Cylinder merupakan sebuah silinder mekanik yang mengandung sebuah piston internal
yang terhubung dengan sebuah output rod. Power Cylinder ditempatkan pada steering
linkage, biasanya terletak pada tengah-tengah dari relay rod. Kemudian Cylinder
output diletakkan pada rangka kendaraan, biasanya melalui sebuah double bushing.
Fluida hidrolik memasuki power piston melalui high pressure hoses dari valve.

Gambar 5- Power Cylinder (www.hemmings.com)


Rotary Control Valve
Kebanyakan power steering gear menggunakan rotary valve mirip seperti yang
digunakan dalam rack and pinion power steering. Rotary control valve merupakan
komponen yang berfungsi untuk mangatur arah aliran fluida dari pompa.

Gambar 6- Rotary Control Valve (www.dezurik.com)


A. Sistem Power Steering
Power steering adalah suatu tipe peralatan hidrolik yang digunakan untuk memperingan
kemudi, sumber tenaga penggerak pompa yaitu menggunakan tenaga mesin, jadi putaran pompa
sesuai putaran mesin.
Sistem kemudi power steering merupakan perpaduan antara mekanisme stering, power
steering, suspensi, dan roda. Semua itu adalah faktor yang terkait dengan FWA (front wheel
alaignment). Kendaraan membutuhkan tenaga yang besar untuk mengemudikannya, karena
beban yang besar pada roda depan. Sistem power steering memiliki sebuah booster hidrolik pada
mekanisme kemudi agar daya kemudi menjadi lebih kecil. Dalam mitsubhisi daya pengemudian
(steering effort) 20-39N (2-4 Kg), ini cukup besar untuk mengendalikan kendaraan sehingga
mengurangi tenaga pengemudi. Power steering direncanakan untuk mengurangi daya
pengemudian pada kecepatan rendah dan parkir, serta meningkatkan daya pengemudian sesuai
tingkat kecepatan.
1. Prinsip Kerja Power Steering
Pompa pada power steering yang digerakkan dengan menggunakan tenaga mesin bertujuan
untuk membangkitkan tekanan fluida.Tekanan fluida ini bekerja menekan torak dalam power
silinder yang memberikan bantuan tenaga pada batang rack. Besarnya tenaga bantuan tergantung
pada besarnya tekanan hidrols yang bekerja pada torak.

a. Posisi netral (lurus)


Minyak dari pompa dialirkan ke katup pengontrol (control valve), bila control valve pada
posisi netral maka semua minyak akan mengalir melalui katup pengontrol kesaluran pembebas
(relief port) kembali ke pompa
Pada saat ini tidak terbentuk tekanan dan karena tekanan kedua sisi torak sama, maka torak tidak
bergerak kemananpun.

b. Pada saat belok


Pada saat poros utama kemudi (steering Main shaft) diputar kesalah satu arah, maka katup
pengontrol juga akan bergerak, menutup salah satu saluran minyak saluran yang lain akan
terbuka dan akan terjadi perubahan volume aliran minyak dan akhirnya terbentuk tekanan. Pada
kedua sisi torak akan terjadi perbedaan tekanan dan torak akan bergerak kesisi yang bertekanan
rendah sehingga minyak berada dalam ruangan yang bertekanan rendah akan kembali ke pompa.

2. Persyaratan power steering

a. Gaya pengemudian yang sesuai


Usaha kemudi yang besar diperlukan pada saat kendaraan berjalan lambat ataupun pada
saat sedang parkir. Pada kecepatan sedang usaha kemudi yang lebih kecil, dan semakin tinggi
kecepatan kendaraan maka usaha yang diperlukan untuk pengemudian semakin kecil.
Pada kecepatan tinggi dibutuhkan usaha kemudi kecil karena pada saat ini gesekan antara
ban dengan permukaan jalan telah berkurang.
Pada segala tingkat kecepatan, gaya kemudi yang tepat harus selalu tersedia, untuk memperoleh
itu sistem ini memiliki power steering dengan peralatan khusus (flow control valve) yang
dipasangkan pada pompa dan gear housing .
b. Tipe pendeteksi kecepatan kendaraan
Menurut Toyota (1996: 55) kecepatan kendaraan dideteksi dengan speed sensor dan
tekanan fluida yang bekerja pada torak akan berubah berdasar sensor kecepatan. Pada saat
kendaraan berhenti atau berjalan pada kecepatan rendah tekanan fluida yang bekerja pada torak
akan bertambah untuk memperingan gaya pengemudian yang dibutuhkan. Pada kecepatan tinggi
tekanan fluida diturunkan sehingga bantuan tenaga pada sistem kemudi berkurang agar diperoleh
respon yang tepat.

c. Tipe pendeteksi RPM mesin


Dalam Toyota (1996: 55) tipe pendeteksi RPM mesin menyuplai fluida ke gear housing
sesuai RPM mesin, kebanyakan pompa power steering mengirimkan volume fluida konstan ke
gear housing meskipun kecepatan mesin berubah-rubah. Pada tipe ini pada rpm tertentu (putaran
tinggi), volume aliran fluida diturunkan sehingga tekanan yang bekerja pada torak berkurang.

d. Bila terjadi kerusakan


Bila terjadi suatu yang menyebabkan pengaliran minyak dari pompa ke gear housing
terhenti maka pengemudian masih dapat berjalan secara manual. Bila drive belt rusak atau ada
kebocoran yang mengakibatkan minyak banyak

hilang power steering tidak akan bekerja (mati sama sekali), tetapi kemudi masih dapat
dioperasionalkan secara manual.

3. Tipe Power Steering


Ada beberapa tipe power steering tetapi masih mempunyai tiga bagian yang terdiri dari
pompa, control valve, power silinder. Control valve ditempatkan di dalam gear housing. Banyak
tipe yang telah dikembangkan tetapi untuk power steering tipe rack and pinion biasanya
menggunakan rotary valve dan spool valve. Untuk recirculating ball terdapat dua tipe dengan
flapper valve dan rotary valve. Tipe rack and pinion menggunakan rotary valve yang kompak
dan keandalan tinggi maka sebagian besar dari merek kendaraan menggunakan rotary valve.

B. Sistem PowerSteering Tipe Rack And Pinion


Sistem kemudi bertujuan untuk mempermudah pengemudian mengendalikan arah jalanya
kendaraan dengan membelokkan roda depan. Steering whell diputar kemudian diteruskan oleh
steering main shaft ke steering main gear, steering main gear memperbesar momen puntir yang
disalurkan ke steering linkage ke roda depan. Sistem kemudi bekerja bersama-sama dengan
sistem suspensi untuk memperoleh kemudahan dan kenyamanan dalam pengemudian dari
berbagai macam tingkat kecepatan.
Untuk sistem power steering dasar kontruksi sama seperti sistem kemudi manual namun
ditambahi peralatan hidrolik untuk tipe rack and pinion ini mempunyai komponen-komponen
yang penting yaitu: rumah roda gigi dan power silinder, control valve, dan vane pump.
Selanjutnya kita dapat kita membahas secara detail satu persatu dari komponen diatas sebagai
berikut:

1. Gear Housing
Gear housing pada sistem power steering ini menggunakan roda gigi tipe rack and pinion.
Alur kerja dari roda gigi rack and pinion adalah steering pinion pada bagian ujung bawah poros
utama kemudi bersinggungan dengan steering rack. Bila rack kemudi diputar maka steering
pinion akan berputar menggerakan steering rack ke kiri dan ke kanan. Gerakan steering rack
diteruskan ke knuckle arm melalui ujung rack dan ujung tie rod.

Roda gigi rack and pinion mempunyai keuntungan sebagai berikut:


a. Kontruksinya, kompak, sederhana, ringan karena gear box kecil dan rack bekerja sebagai
steering linkage.
b. Persinggungan gigi langsung sehingga respon pengemudian sangat tajam.
c. Tahanan gesernya kecil, sehingga pemindahan momennya lebih baik dan kemudi menjadi
sangat ringan.
d. Rakitan steering tertutup rapat sehingga tidak memerlukan perawatan.

2. Power Silinder
Piston didalam silinder tenaga (power silinder) di tempatkan pada rack, dan rack bergerak
karena adanya tekanan minyak yang bebeda yang dihasilkan oleh vane pump bekerja pada power
piston. Kebocoran tekanan minyak di cegah oleh seal ring pada piston ada juga oil seal pada
kedua sisi silinder untuk mencegah minyak bocor ke bagian luar.

Control valve shaft dihubungkan dengan steering main shaft yang terhubung dengan
steering wheel. Jika steering wheel pada posisi lurus maka control valve pada posisi netral
sehingga minyak dari vane pump tidak bekerja dikedua ruang tetapi dialirkan kembali ke
reservoir tank. Jika steering wheel diputar kesalah satu arah, control valve akan merubah saluran
sehingga minyak pada ruangan lainnya dikeluarkan dan mengalir ke reservoir tank.
Pada tipe rack and pinion ada dua macam alat yang mengatur perubahan saluran
yaitu: spool valve dan rotary valve. Pada masing-masing jenis terdapat torsion bar antara control
valve dan pinion. Control valve bekerja tergantung pada besarnya puntiran yang diterima torsion
bar. Pada saat tidak ada minyak atau tekanan minyak dan torsion bar berputar sampai titik
tertentu control shaft stoper akan berlangsung memutar pinion dan menggerakkan rack sama
seperti pada kemudi manual momen roda kemudi diteruskan ke pinion melalui control valve
shaft.

3. Tipe Katup Rotary


Control valve (rotary valve) didalam rumah roda gigi (gear housing) menentukan arah
aliran minyak dari pompa. Control valve shaft yang menerima momen dari steering wheel
dengan pinion gear dihubungkan oleh sebuah pasak dan berputar bersama.
Bila tidak ada tekanan minyak dari vane pump, torsion bar akan terpuntir sepenuhnya.
Control valve shaft dengan pinion gear berhubungan pada stopper. Sehingga momen dari control
valve diteruskan langsung ke pinion gear.

a. Cara Kerja Pengaturan Minyak


Pembatasan dalam sirkuit hidrolis dilakukan oleh gerakan putar dari control valve shaft
dalam kaitan dengan rotary valve. Pada saat membelok kekanan tekanan ditutup pada orifice X
dan Y dan pada saat berbelok kekiri pembatasan dilakukan pada orifice X’ dan Y’.
Pada saat roda kemudi diputar, maka control valve berputar memutarkan pinion gear
melalui torsion bar, Pada saat control valve terpuntir berlawanan dengan pinion gear sesuai
dengan gaya pada permukaan jalan, control valve shaft hanya berputar sebatas puntiran dan
gerakan kekiri dan kekanan mengikuti rotari valve. Akibatnya orifice X ,Y (X’ dan Y’) terbentuk
dan perbedaan tekanan hidraulis pada ruangan silinder sisi kanan dan kiri.
Dengan cara inilah putaran control valve langsung melakukan perubahan saluran untuk
mengatur tekanan minyak. Minyak dari vane pump masuk dari lingkaran luar rotary valve dan
minyak kembali ke tangki reservoir melalui celah antara torsion bar control valve shaft.

b. Posisi Netral
Selama control valve shaft tidak berputar, berarti berada dalam posisi netral demikian juga
katup rotary juga tak berubah posisi. Posis ini terjadi pada saat jalan lurus tanpa memutar roda
kemudi sama sekali.
Minyak yang dailirkan dari pompa kembali ketangki reservoir melalui lubang D pada ruang D.
Ruangan di sebelah kiri dan kanan dalam silinder mulai bertekanan tetapi karena pada keduanya
tidak ada perbadaan maka tidak terjadi bantuan power silinder.

c. Posisi Belok kanan


Pada saat berbelok kekanan torsion bar terpuntir dan control valve berputar kekanan.
Minyak dari pompa ditahan oleh orifice X dan Y dari control edge untuk menghentikan aliran ke
lubang C dan D. Akibatnya minyak dari lubang B mengalir ke sleeve B dan kemudian ke
ruangan silinder kanan, menyebabkan rack bergerak ke kiri dengan bantuan power
steering. Pada saat yang bersamaan minyak dari ruang silinder kiri kembali ke
reservoir melalui sleeve C-lubang C-lubang D-D.

d. Posisi belok kiri


Sama halnya dengan saat membelok ke kanan, kendaraan membelok ke kiri Torsion bar
terpuntir dan control shaft berputar ke kiri. Minyak yang dialirkan dari pompa ditahan pada
orifice X’ dan Y’ dan menutup aliran ke lubang C ke sleeve C dan kemudian ke ruangan silinder
kiri memberikan bantuan power steering. Pada waktu yang bersamaan, minyak pada silinder
kanan mengalir kembali ke tangki reservoir melewati sleeve B-lubang B-ruang D-ruang D.

4. Vane Pump

a. Bagian utama vane pump


Sistem power steering adalah satu tipe peralatan hidrolik yang membutuhkan tekanan
sangat tinggi dan debit yang besar, penghasil tekanannya vane pump. Vane pump termasuk
dalam pompa rotary. Vane pump disamping untuk membangkitkan tekanan juga untuk mengatur
jumlah aliran fluida yang diperlukan sesuai putaran mesin. Juga ada alat idle up untuk mencegah
mesin mati saat setir diputar maksimal. Pada pompa rotary ini dipergunakan vane (sliding blade),
sehingga vane pump nama yang dipakai ada pompa
Tipe ini yang digunakan pada power steering. Adapun komponen yang ada dalam vane
pump adalah sebagai :

1) Reservoir tank
Tangki resevoir menampung persediaaan minyak power steering. Penempatannya dapat
disatukan dengan pump body dan juga terpisah dengan pump body dengan pipa penghubung.
Biasanya tutup tangki reservoir dilengkapi dengan pengukur minyak (level gauge/ deep stick)
untuk memeriksa ketinggian permukaan minyak power steering dalam tangki. Bila ketinggian
permukaan minyak dalam tangki kurang dari yang ditentukan, maka pompa akan kemasukan
udara dan kinerja pompa menjadi tidak normal.

2) Pump body
Pompa digerakkan oleh puli engkol mesin dengan drive belt, dan mengalirkan yang
bertekanan ke gear housing. Pengaliran volume minyak dari pompa adalah sebanding dengan
rpm mesin, banyaknya minyak yang dialirkan ke gear housing diatur oleh flow control valve
dengan kelebihan minyak dialirkan ke sisi hisap (suction side).

3) Flow control valve


Katup pengaturan aliran (flow control valve) mengatur volume aliran minyak dari pompa
ke gear housing dan menjaga agar volume tetap pada rpm pompa yang berubah-ubah sesuai
dengan kondisi pengendaraan. Sekarang banyak pompa power steering yang menggunakan
control spool bersama dengan flow control valve untuk menurunkan volume aliran minyak pada
saat pompa mencapai kecepatan tertentu. Jenis ini dikenal dengan rpm sensing type power
steering untuk memperoleh gaya pengemudian yang sesuai dengan yang diperlukan, walaupun
kendaraan berjalan dengan kecepatan tinggi. Pompa mempunyai relief valve yang dipasang
didalam flow control valve untuk mengatur tekanan minyak maksimum. Tekanan maksimum
tercapai pada saat roda kemudi diputar sepenuhnya ke kiri ataupun ke kanan, dan control valve
menutup saluran balik (return port).

4) Peralatan Idle Up
Pompa mengahasilkan tekanan minyak maksimum pada saat roda kemudi diputar
sepenuhnya ke kiri dan ke kanan. Pada saat ini pompa memperoleh beban maksimum yang akan
menurunkan rpm idle up mesin. Untuk mengatasi masalah ini, sistem power steering dilengkapi
dengan peralatan idle up yang akan bekerja untuk menaikkan rpm mesin. Pada saat pompa
memperoleh beban maksimum, fungsi peralatan idle up untuk menaikkan rpm idle mesin, bila
tekanan minyak pada pompa bekerja pada air control valve yang dipasang pada vane pump body
untuk mengatur aliran udara.

a) Mesin EFI
Pada mesin dengan EFI bila torak pada air control valve didorong oleh tekanan minyak,
maka katup udara membuka dan volume uadar yang di bypass throttle valve bertambah dan
menaikan rpm mesin.
Jadi pada mesin dengan EFI alat idle up fungsinya menambah pasokan udara ke intake manifold,
sehingga udara masuk banyak menyemprot bensin akan banyak.

b) Mesin karburator
Pada mesin yang dilengkapi dengan karburator, bila torak dari control valve terdorong
oleh tekanan minyak, maka air valve membuka dan kevakuman pada diafragma akan berubah,
untuk mengatur sudut pembukaan throttle valve.
Idle up pada mesin dengan karburator menyalurkan kevakuman dari intake manifold ke
diafragma yang akan meningkatkan pembukaan sudut throttel valve.

b. Cara kerja

1) Vane Pump
Rotor berputar didalam cam ring yang diikatkan pada rumah roda gigi (gear housing).
Rotor terdapat slot, didalam slot dipasangkan vane plate. Bagian luar rotor berbentuk lingkaran
tetapi permukaan bagian dalam cam ring. Vane plate menyekat celah membentuk ruang minyak.
Vane plate terdorong merapat ke permukaan bagian dalam cam ring oleh gaya sentrifugal
dan tekanan minyak pada bagian belakang vane plate, membentuk seal sehingga pada saat terjadi
kenaikan tekanan minyak. Tekanan kebocoran antara cam ring dan vane plate dapat di cegah.
Pada saat rotor berputar kapasitas ruang minyak akan membesar dan mengecil untuk melakukan
pemompan, saat hisap ruang minyak memperbesar sehinggga minyak dar reservoir mengalir ke
ruang minyak melalui saluran hisap.
Volume ruang minyak akan mengecil pada sisi keluar (discharge side), bila mencapai nol
maka minyak tadi terhisap masuk ke ruangan melalui saluran hisap keluar melalui saluran keluar.
Untuk setiap putaran terjadi dua kali penghisapan dan pengeluaran minyak.

2) Flow Contol Valve dan Control Spool


Volume pengeluaran minyak dari vane pump akan bertambah sebanding denagn kenaikan
rpm mesin. Besarnya gaya steering assist yang diberikan oleh power piston ke gear housing
ditentukan oleh volume minyak dari pompa.
Bila rpm naik, maka volume alirannya semakin besar dan memberikan bantuan pengemudian
yang lebih besar, akibatnya diperlukan gaya pengemudian yang lebih kecil. Usaha pengemudian
berubah-ubah sesuai dengan perubahan rpm, ini mengakibatkan kerugian dalam aspek stabillitas
pengemudian.
Oleh karena itu, volume aliran minyak dari pompa perlu dipertahankan konstan meskipun
putaran pompa berubah, inilah kerja dari fungsi flow control valve. Bila kendaraan berjalan
dengan kecepatan tinggi tahanan ban berkurang dan akibatnya dibutuhkan usaha pengemudian
yang lebih kecil. Pada beberapa power steering di berikan power assist yang kecil selama
kecepatan agar diperoleh pengendalian yang nyaman. Volume aliran minyak dari pompa ke gear
housing dikurangi selama pengendaraan pada kecepatan tinggi, sehingga tidak ada power assist
pada sistem power steering. Volume minyak yang keluar dari pompa akan bertambah bila
kecepatan pompa bertambah tetapi aliran minyak ke gear housing dikurangi. Hal ini berlaku pada
rpm sensing type dan mempunyai control valve dengan built in control spool.

a) Cara kerja selama kecepatan rendah (kecepatan pompa: 650-1250 rpm)


Tekanan keluar pompa P1 dialirkan kesebelah kanan flow control valve, dan P2 dialirkan
kesebelah kiri setelah melewati orifice 1 dan 2. Perbedaan tekanan anatara P1 dan P2 akan
semakin besar bila kecepatan rpm mesin ditambah. Bila perbedaan tekanan P1 dan P2 mampu
mengalahkan tegangan pegas A pada flow control valve, maka flow control valve akan begerak
kekiri. Ini akan membuka saluran pada sisi hisap pompa. Sehingga minyak akan kembali ke sisi
hisap pompa. Saat ini volume aliran minyak ke gear housing diatur 6,61/menit.

b) Selama kecepatan sedang (kecepatan pompa: 1250-2500 rpm)


Tekanan pengeluaran pompa P1 dialirkan kesebelah kiri control spool, bila pompa berputar
diatas 1250 rpm, maka tekana P1 mengalahkan tegangan pegas B dan mendorong control spool
ke kanan sehingga volume minyak yang melalui orifice 2 akan berkurang dan menyebabkan
penurunan tekanan P2 akibatnya perbedaan tekanan P1 dengan P2 akan bertambah. Flow control
valve bergerak ke kiri sehingga minyak kembali ke sisi hisap pompa dan menurunkan volume
alira minyak yang ke gear housing. Bila control spool bergerak ke kanan ujung spool bergerak ke
arah orifice 2 menurunkan volume minyak yang mengalir melalui lubang tersebut.

c) Selama Kecepatan tinggi (kecepatan pompa: diatas 2500 rpm)


Bila kecepatan pompa melebihi 2500 rpm, maka control spool terdorong sepenuhnya ke
kanan menutup rapat orifice no.2 pada saat in tekanan P2 tentukan oleh banyaknya minyak yang
dialirkan melaui orifice no.1. Volume aliran minyak ke gear housng diatur 3,31/menit.

d) Relief valve
Katup pembebasan (relief valve) ditempatkan pada flow control valve. Bila tekanan P2
melebihi 80 kg/cm2 (bila roda kemudi diputar sepenuhnya) maka relief valve akan terbuka dan
menurunkan tekanan pada saat tekanan P2 turun control valve terdorong ke kiri dan mengatur
tekanan maksimum.

C. Dasar Hidrolik

1. Fluida yang digunakan


Dalam sistem power steering menggunakan fluida automatic transmition fluids (ATF).
Minyak ini digunakan untuk mengubah momen puntir untuk kendaraan bermotor. ATF
digunakan dalam sistem power steering karena mempunyai fungsi untuk mengalihkan gaya,
maka power steering menggunakan minyaik yang sama dengan transmisi otomatis.
Persyaratan untuk minyak ATF adalah cukup tinggi karena harus :
a. Kekentalan yang sesuai.
b. Stabil terhadap panas dan oksidasi.
c. Tidak berbusa maka minyak power steering ditambah bahan anti foaming agent.
d. Untuk membedakan antara ATF dan minyak lain ATF diberi warna merah.
e. Sifat mengali yang baik oleh sebab itu memerlukan minyak dasar yang sangat encer.
Minyak power steering harus mampu memelihara sifat hidrolik dengan baik karena juga
berfungsi sebagai pelumas untuk power steering dan pompa. Minyak power steering yang
digunakan sesuai spesifikasi adalah Dextron atau Dextron II. Pada proyek akhir sistem power
steering ini menggunakan ATF dengan merek Union 76 yang diproduksi oleh Unocal Oil
Coorperation California USA.

D. Kontruksi Sistem Kemudi Power Steering

Keterangan :
1. Steering Wheel
2. Motor listrik
3. Vane Pump
4. Power steering
5. Steering Main Shaft
6. Rack and Pinion

1. Bagian-bagian dari kontruksi sistem power steering

a. Sistem power steering


Yang dipakai pada Tugas Akhir ini tipe rack and pinion sebab yang paling banyak
digunakan dikendaraan dan bentuknya simpel dan kompak.

b. Power silinder
Power silinder adalah tempat piston bekerja dan ditempatkan satu poros dengan rack, rack
bergerak karena ada tekanan minyak yang dihasilkan oleh tekanan vane pump yang bekerja pada
power piston. Kebocoran minyak dicegah oleh oil seal pada kedua sisi silinder dan pada bagian
ujung power silinder juga dicegah oil seal untuk mencegah kebocoran.

c.Tie rod
Tie rod adalah batang yang dipasangkan pada rack and untuk menghubungkan steering
gear ke roda. Tie rod dapat distel untuk mengatur jarak antara joint.

d. Steering rack
Steering rack berfungsi meneruskan putaran dari steering pinion untuk menggerakkan
power silinder, ujung rack dan ujung tie rod ke kiri dan ke kanan.
e. Katup pengatur minyak (Control valve).
Arah aliran minyak dari pompa ditentukan oleh control valve (rotary vave) yang ada di
dalam rumah gigi (gear housing). Control valve shaft yang diterima momen dari steering wheel
dengan pinion gear dihubungkan oleh sebuah pasak dan berputar bersama-sama dengan torsion
bar.

f. Vane pump
Vane pump berfungsi untuk mengatur jumlah aliran fluida yang diperlukan sesuai dengan
putaran mesin. Pada vane pump juga terdapat reservoir tank yang berfungsi untuk menampung
persediaan minyak power steering

Anda mungkin juga menyukai