Anda di halaman 1dari 56

SISTEM KEMUDI EPS (ELEKTRONIK POWER STEERING )

Power Steering
SISTEM KEMUDI DAYA
( POWER STEERING)

Lahirnya sistem kemudi daya ini didasari oleh kekurangan yang didapat pada sistem
kemudi manual dimana rendahnya kemampuan di dalam pengemudian terutama pada
perjalanan yang jauh, dan pada kecepatan rendah sehingga membuat pengemudi cepat lelah.
Disamping itu kekakuan pada kemudi manual turut mempengaruhi pengembangan sistem
kemudi kendaraan. Pengembangan sistem kemudi saat ini sudah menjangkau pada sistem
pengontrolan secara otomatis.

Pada umumnya sistem kemudi daya dibagi atas 2 tipe, yaitu :

1) Hydraulic Powersteering (HPS)

Sistem kemudi ini memiliki sebuah booster hidraulis dibagian tengah mekanisme kemudi
agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam keadaan normal beratnya putaran roda kemudi
adalah 2-4 kg. Sistem power steering direncanakan untuk mengurangi usaha pengemudian
bila kendaraan bergerak pada putaran rendah dan menyesuaikan pada tingkat tertentu bila
kendaraan bergerak, mulai kecepatan medium sampai kecepatan tinggi. Penggunaan power
steering memberikan keuntungan seperti :
a). Mengurangi daya pengemudian ( steering effort )
b). Kestabilan yang tinggi selama pengemudian
A. Cara Kerja Power Steering :

a. Posisi netral
Minyak dari pompa dialirkan ke katup pengontrol
(control valve ). Bila katuppengontrol berada pada posisi netral, semua minyak akan mengalir
melalui katup pengontrol ke saluran pembebas ( relief port )dan kembali ke pompa. Pada saat
ini tidak terbentuk tekanan dan arena tekanan kedua sisi sama, torak tidak bergerak.

b. Pada saat membelok

Pada saat poros utama kemudi (steeringmain shaft) diputar ke


salah satu arah, katup pengontrol juga akan bergerak menutup salah satu saluran minyak.
Saluran yang lain akan terbuka dan akan terjadi perubahan volume aliran minyak dan
akhirnya terbentuk tekanan. Pada kedua sisi torak akan terjadi perbedaan tekanan dan torak
akan bergerak ke sisi yang bertekanan rendah sehingga minyak yang berada dalam ruangan
tersebut akan dikembalikan ke pompa melalui katup pengontrol.
B. KOMPONEN – KOMPONEN POWERSTEERING

1) Vane Pump
Vane pump adalah bagian utama dari system power steering berfungsi menghasilkan
tekanan tinggi dan debit yang besar. Vane pump juga berfungsi untuk mengatur jumlah aliran
fluida yang diperlukan sesuai dengan putaran mesin.

Adapun komponen yang ada dalam vane pump adalah :

a. Reservoir Tank. berfungsi untuk tampungan fluida power steering.


b. Pump Body, adalah rumah dari rotor blade dan pompa digerakan oleh puli poros
engkol
mesin dengan drive blet, dan mengalirkan tekanan fluida kegear housing
c. Flow Control Valve, mengatur volume aliran minyak dari pompa ke gear housing dan
menjaga agar volumenya tetap pada rpm pompa yang berubahubah.
Flow Control Valve,
Vane Pump

Tipe Hydraulic Power Steering


Ada beberapa tipe power steering, tetapi masing-masing mempunyai 3 bagian yang terdiri
dari pompa, control valve dan power silinder. Ada dua jenis power steering yaitu :
1) Tipe Integral
Sesuai dengan namanya, control valve dan power piston terletak di dalam gearbox. Tipe gear
yang dipakai ialah recirculating ball.Diperlihatkan di sini mekanisme sistem power steering
tipe integral. Bagian yang utama terdiri dari :
Tangki reservoir yang berisi fluida
Vane pump yang membangkitkan tenaga hidraulis
Gear box yang berisi control valve, power piston dan steering gear
Pipa-pipa yang mengalirkan fluida

Selang-selang flexible.
Gambar Power Steering Tipe Integral

2) Tipe Rack and Pinion

Control valve power steering tipe ini termasuk di dalam gear housing dan power pistonnya
terpisah di dalam power cylinder. Tipe rack and pinion hamper sama dengan mekanisme tipe
integral.
Gambar 13. Power Steering Type Rack And Pinion

2) Electric Power Steering (EPS)


Tujuan dari pengembangan EPS adalah meningkatkan efisiensi kerja kendaraan dengan
melakukan perubahan proses kerja power steering. Perubahan ini mengalihkan sistem
hidraulis ke elektrik. Power steering yang proses kerjanya dibantu arus listrik ini dapat
mereduksi
pemakaian energi kendaraan yang tidak perlu.

A. KOMPONEN UTAMA EPS

Umumnya sistem Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat


elektronik yang sama, seperti:
1. Control Module: Sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS.
2. Motor elektrik: Bertugas langsung membantu meringankan perputaran setir.
3. Vehicle Speed Sensor: Terletak di girboks dan bertugas memberitahu control
4. module tentang kecepatan mobil.
5. Torque Sensor: Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control module
jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
6. Clutch: Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk menghubungkan
dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.
7. Noise Suppressor: Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang bekerja atau
tidak.
8. On-board Diagnostic Display: berupa indikator di panel instrumen yang akan menyala jika
ada masalah sengan sistem EPS.

Gambar 14 . Konstruksi EPS


B. CARA KERJA

1. Setelah kunci diputar ke posisi ON, Control Module memperoleh arus listrik untuk
kondisi stand-by. Seketika itu pula, indikator EPS pada panel instrumen menyala.
2. Begitu mesin hidup, maka Noise Suppressor segera menginformasikan pada Control
Module untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun langsung menghubungkan motor
dengan batang setir.
1. Torque Sensor Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas memberi informasi
pada Control Module ketika setir mulai diputar. Dan mengirimkan informasi tentang sejauh
apa setir diputar dan seberapa cepat putarannya.
2. Dengan dua informasi itu, Control Module segera mengirim arus listrik sesuai yang
dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan begitu proses memutar setir
menjadi ringan.
3. Vehicle Speed Sensor bertugas menyediakan informasi bagi control module tentang
kecepatan kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor
elektrik akan dinonaktifkan oleh Control Module. Dengan begitu setir menjadi lebih berat
sehingga meningkatkansafety. Jadi sistem EPS ini mengatur besarnya arus listrik yang
dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.

Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, Control Module
juga mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem EPS. Lampu indikator EPS pada panel
instrument akan menyala berkedip tertentu andai terjadi kerusakan. Selanjutnya ia juga
menonaktifkan motor elektrik dan clutch akan melepas hubungan motor dengan batang setir.
Namun karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan
setir via batang baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar
setir akan terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.

Gambar 32, Cara Kerja EPS


C. Macam-Macam EPS

1. Fully Electric.
Artinya motor listrik bekerja langsung dalam membantu gerakan kemudi. Baik yang
letaknya menempel pada batang kemudi, seperti padaToyota Yaris dan Vios. Juga yang
letaknya menempel pada rack steer seperti Honda Jazz, Suzuki Karimun dan Swift. Bahkan
pada generasi awal yang diterapkan Mazda Vantrend lansiran 1995 ataupun Toyota Crown
keluaran 2005, di tempatkan pada gearbox steering.

2. Semi Electric.
Putaran motor elektrik hanya dimanfaatkan untuk mendorong hidraulis. Ini sebagai
pengganti pompa power steering yang menempel di mesin dan diputar oleh sabuk V-belt.
Misalnya seperti pada Chevrolet Zafira danMercedes Benz A-Class. Perangkat EPS yang
digunakan tentunya tidak lagi menempel pada mesin. Namun masih mengandalkan minyak
untuk meringankan gerak setir. Biasanya perangkat ini juga masih menggunakan slang tekan
dan slang balik dari minyak.Perusahaan yang memproduksi EPS adalah Koyo, NSK, Delphi,
Showa, Visteon dan ZF Freidrichshafen AG. Power steering hidraulis membuat mobil lebih
boros BBM hingga sekitar 1,07 km/l.
Electric Power Steering ( EPS )
05.14 3 comments

Electric Power Steering ( EPS ) merupakan salah satu teknologi dibidang otomotif yang
sangat memberikan kemudahan bagi para pengguna kendaraan. Teknologi ini membantu
meringankan putaran kemudi yang bertujuan meningkatkan efisiensi kerja kendaraan dengan
melakukan perubahan proses kerja power steering. Perubahan ini mengalihkan sistem
hidraulis ke elektrik.
Alasannya sederhana. Sistem power steering hidraulis memperbesar konsumsi bbm
kendaraan. Kebutuhan energi untuk sistem itu dalam beroperasi, lebih besar dari penggunaan
AC mobil. Malah sistem hidraulis berada pada posisi ketiga untuk kerugian mekanis yang
dialami mobil ketika bergerak. Posisinya di bawah kerugian akibat hambatan udara dan
gesekan dengan jalan.
Di era 1990-an, fitur power steering hanya hadir pada mobil-mobil mewah yang beredar di
Indonesia. Atau menjadi fitur tambahan pada mobil yang lebih terjangkau. Kala itu, sistem
power steering yang digunakan adalah jenis hidraulis. Namun beberapa tahun belakangan ini,
produsen kendaraan melakukan pengembangan sistem yang membantu meringankan putaran
kemudi itu. Honda Motor Co., menjadi pabrikan mobil pertama yang mengembangkan dan
menggunakan Electric Power Steering (EPS) untuk mobil massalnya yakni pada Honda
Acura NSX pada 1993.
Dalam hal perawatan pun didesain menjadi free maintenance dan tidak bikin repot lagi
seperti model konvensional,” tutur Iwan Abdurachman, technical trainee PT Toyota Astra
Motor. Nah karena bebas perawatan, EPS ini jarang ditengok. Problem yang terjadi juga tidak
dikenali. Bahkan baru paham setelah kejadian. Untuk mengetahui detail perihal EPS, yuk kita
kenali lebih dalam.

Model Fully electric cenderung paling responsif

Semua EPS yang diaplikasikan, pada dasarnya tetap menggunakan tenaga bantuan
motor elektrik. Perbedaaannya bisa dibagi dua. Pertama dengan sebutan fully electric.
Artinya motor listrik bekerja langsung dalam [img]membantu gerakan kemudi. Baik yang
letaknya menempel pada batang kemudi, seperti pada Toyota Yaris dan Vios. Juga yang
letaknya menempel pada rack steer seperti Honda Jazz, Suzuki Karimun dan Swift. Bahkan
pada generasi awal yang diterapkan Mazda Vantrend lansiran 1995 ataupun Toyota Crown
keluaran 2005, di tempatkan pada gearbox steering.
Kedua model semi electric. Putaran motor elektrik hanya dimanfaatkan untuk mendorong
hidraulis. Ini sebagai pengganti pompa power steering yang menempel di mesin dan diputar
oleh sabuk V-belt. Misalnya seperti pada Chevrolet Zafira dan Mercedes Benz A-Class.
Perangkat EPS yang digunakan tentunya tidak lagi menempel pada mesin. Namun masih
mengandalkan minyak untuk meringankan gerak setir. Biasanya perangkat ini juga masih
menggunakan slang tekan dan slang balik dari minyak.
Dinamo masih harus meneruskan oli untuk membuat tekanan dalam racksteer.
Hadirnya sistem ini memang relatif sebagai penyempurnaan sistem PS model lawas atau
konvensional. “Respons terhadap gerakan kemudi juga semakin baik dan lebih disesuaikan
kondisi dibanding model biasa,” tambah Iwan. Terutama pada mekanisme fully electric. Pada
umumnya terdiri dari sensor gerak (torque sensor), dinamo berarus DC, gir reduksi, modul
EPS dan peranti pendukung ECU lainnya. Kerja dinamo dalam meringankan putaran kemudi
dideteksi pertama kali oleh sensor yang kebanyakan letaknya pada poros batang kemudi
(steering column). Gerakan kiri-kanan oleh setir bakal diterima oleh sensor untuk diatur
modul sebagai otaknya.

Setelah ada gerakan setir yang cepat ataupun lambat, akan dideteksi juga untuk disesuaikan
menurut laju kendaraan. Semakin lambat laju mobil, artinya akan semakin besar juga
kebutuhan daya oleh motor eletrik. Hasil perhitungan modul EPS akan mengatur besaran arus
yang sesuai dengan kebutuhannya.
Sedangkan mekanisme semi electric cenderung lebih repot. Pasalnya, komponen yang
digunakan juga lebih banyak dibanding model fully electric. Adanya tekanan hidraulik dalam
sistem ini berarti kerja simultan mulai dari sensor, modul dan dinamo masih diteruskan ke
hidrolis lagi. Sehingga kerja power steering secara elektrik hanya pada tahap awal saja.
Selanjutnya setelah kecepatan dinamo menciptakan tekanan minyak PS tertentu, meringankan
rangkaian racksteer pada PS konvensional.
Pada umumnya sistem Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat
elektronik yang sama, seperti:
1. Control Module : Sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS.
2. Motor elektrik : Bertugas langsung membantu meringankan perputaran setir.
3. Vehicle Speed Sensor : Terletak di girboks dan bertugas memberitahu control
module tentang kecepatan mobil.
4. Torque Sensor : Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control
module jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
5. Clutch : Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk
menghubungkan dan melepaskan motor dengan
batang setir sesuai kondisi.
6. Noise Suppressor : Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang bekerja atau
tidak.
7. On-board Diagnostic Display : Berupa indikator di panel instrumen yang akan menyala
jika ada masalah dengan sistem EPS.

PERAWATAN

Sebagai komponen yang relatif tanpa perlu lagi melakukan perawatan. Umumnya
sebatas melakukan perawatan pada komponen luar rangkaian motor elektrik. Pasalnya, parts
pengganti seperti dinamo, sensor dan komponen kecil lainnya belum dijual di pasaran. Jika
terjadi kerusakan, umumnya harus mengganti satu rangkaian. Misalnya model steer column
yang tergabung dengan dinamo atau dengan racksteer.
Walau komponen tersebut didesain tidak mudah rusak. “Sebaiknya air jangan masuk ke
motor elektrik. Seperti saat cuci mobil. Terutama buat yang letaknya tergabung dengan
racksteer atau di kolong mobil,” beber Rachmansyah Nasution.
Sebagai perawatan, menurut Rachman komponen EPS sebaiknya diperiksa secara rutin waktu
mobil dalam kondisi terangkat. Misalnya saat melakukan cuci kolong diperiksa kondisi kabel
penghubungnya. Atau bisa dengan menambahkan pelindung komponen yang bisa kemasukan
air. Mulai dari bagian soket. “Bisa ditutupi dengan balutan lakban,” pesannya.
Sekring EPS yang umumnya tertancap dalam kotak sekring dalam kabin mesin perlu
diperiksa juga. Biar enggak bermasalah, bisa semprot dengan cairan sejenis pembersih atau
contact cleaner. Atau diganti setelah tampak kendur.
Selain itu, komponen penunjang lain seperti karet boot steer dan joint steer bisa dirawat
seperti biasa. Jika tampak sobek hingga getas pada sistem semi electric artinya perlu
penggantian segera. Jika joint steer dan bagian tie rod mulai oblak artinya perlu penggantian
juga seperti merawat PS biasa saja.

DETEKSI
Permasalahan yang ditemukan dalam sistem
EPS tentu macam-macam. Jika berat seperti yang dirasakan Firman, biasanya disebabkan
karena suplai arus ke dinamo yang tidak normal. Sebagai tanda ada problem, lampu indikator
EPS umumnya akan menyala. Setelah lampu menyala, sistem EPS secara otomatis akan tidak
berfungsi alias terasa berat diputar.
Mendeteksi problem perlu menggunakan alat khusus. Pada bengkel resmi sudah pakai alat
scan untuk mendiagnosa secara elektronik. Namun paling mudah bisa dilakukan sendiri
dengan cara memeriksa kondisi sekring. Pastikan kondisi sekring tidak longgar, korosi
hingga putus dalam boks sekring pusat yang letaknya dalam ruang mesin. Kemungkinan
kerusakan terjadi pada komponen lain yang harus diperiksa oleh bengkel. Baik pada bagian
soket penghubung, modul, dinamo ataupun sensor setir dan sensor kecepatan.

MENGUBAH SEMI ELEKTRIK JADI FULL HIDRAULIK


Mengandalkan putaran AC ataupun waterpump
Dari semua model power steering (PS) elektris, motor dan perangkat modul jebol pasti bikin
putaran setir berat. Nah buat yang mengaplikasi sistem elektronik-hidraulik, ada solusi
alternatif daripada mengganti motor PS hingga modul pengatur kerja motor. “Lebih baik
diganti model hidraulik saja. Lebih murah dan mudah perawatannya,” ujar Purwanto dan
Paulus Dwi Eriawan dari MW Power Steering di Lebak Bulus, Jakbar.
Tipe PS elektrik hidraulik ada pada Chevrolet Zafira, Mercedes-Benz A-Class atau Peugeot
307. Kalau motor listrik PS ini rusak, jelas bikin berat. Karena tidak bisa memutar pompa
lagi. Sayangnya, komponen ini masih tergolong mahal, harganya mencapai Rp 10 juta.
Nah, sistem pompa elektrik itu bisa diganti dengan pompa mekanis yang mengandalkan
putaran mesin. “Makanya hanya bisa digunakan untuk sistem elektrik-hidraulik. Karena
masih pakai cairan PS. Tidak bisa untuk yang full elektrik,” papar Wawan, sapaan akrab
Paulus Dwi Eriawan. Hanya dengan dana Rp 3,5 juta, sistem hidraulis ini bisa terpasang
berikut beberapa tambahan kedudukan. Merogoh kantong pun lebih ringan.
SISTEM POWER STEERING

A. Pengertian power steering


Power steering merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk meringankan
memutar sistem kemudi kendaraan sehingga menghasilkan putaran kemudi yang ringan tanpa
membutuhkan tenaga yang berarti untuk mengendalikan kemudi, terutama pada kecepatan
rendah dan menyesuaikannya pada kecepatan menengah serta tinggi.

Pada kecepatan rendah gaya gesek ban dengan jalan cukup tinggi, apalagi untuk tipe ban
tekanan rendah dengan telapak ban yang lebar.
Power steering mempunyai dua tipe peralatan yaitu tipe hidraulis yang menggunakan tenaga
mesin, dan yang lainnya menggunakan motor listrik atau biasa di sebut Electric Power
Steering (EPS).
Pada power steering yang menggunakan tenaga mesin , tenaga mesin di pakai untuk
menggerakkan pompa, sedangkan pada jenis yang menggunakan motor listrik, pompa
digerakkan oleh motor listrik. Keduanya sama – sama bertujuan untuk membangkitkan
tekanan hidraulis yang dipakai untuk menggerakkan torak pada power cylinder dan
memberikkan tambahan tenaga pada pinion dan rack.
Syarat sebuah power steering harus sesuai dengan gaya pengemudian dimana pada saat
kecepatan rendah usaha pengemudian harus lebih rendah (ringan) dan semakin tinggi
kecepatan kendaraan, maka usaha yang diperlukan untuk pengemudian harus semakin kecil.
Untuk memperoleh gaya kemudi yang sesuai, beberapa mobil memiliki power steering
dengan peralatan khusus yang dipasang pada pompa (vane pump) atau gear housing.
Power steering yang menggunakan sensor yang terpasang pada gear housing merupakan tipe
power steering dengan sensor kecepatan kendaraan, dimana kecepatan kendaraan dideteksi
dengan speed sensor dan tekanan fluida yang bekerja pada pompa akan berubah ubah
berdasarkan sensor kecepatan.
Power steering yang menggunakan sensor yang terpasang pada vane pump merupakan tipe
pwer steering dengan sensor putaran mesin (RPM). Pada tipe pengindera rpm mesin, di atas
kecepatan tertentu volume aliran fluida diturunkan sehingga tekanan yang bekerja pada

pompa akan berkurang.

• Penggunaan power steering memberikan beberapa keuntungan seperti

1. Mengurangi steering effort


2. Kestabilan yang sangat tinggi selama pengemudian
3. Mengurangi guncangan dari ketidak rataan permukaan jalan yang di salurkan pada
steering wheel.

• Cara perawatan power steering agar awet :

1. Bila kendaraan mau belok sebaiknya jalan atau gerak dulu baru belok.
2. Jangan terlalu sering membelokkan steer sampai mentok/patah terlalu lama.
3. Memilih minyak Power Steering yang original (jenis ATF).
4. Memilih spare parts yang original bila diservice.
5. Untuk hidrolik jenis rack steer, disarankan setiap mencuci kendaraan karet pelindung
(boot steer) kanan dan kiri diperiksa, apakah lepas, robek atau terjadi kerusakan
lainnya.
6. Jika parkir kendaraan, hendaknya posisi roda bagian depan harus lurus.
7. Gunakan jenis ban dengan tingkat gesekannya rendah

• Cara kerja power steering :


1. Posisi netral
Alirkan ke katup pengontrol ( control valve ). Bila katup pengontrol berada pada posisi netral,
semua minyak akan mengalir melalui katup pengontrol ke saluran pembebas ( relief port )dan
kembali ke pompa. Pada saat ini tidak terbentuk tekanan dan arena tekanan kedua sisi sama,
torak tidak bergerak.
2. Pada saat membelok
Pada saat poros utama kemudi (steeringmain shaft) diputar ke salah satu arah, katup
pengontrol juga akan bergerak menutup salah satu saluran minyak. Saluran yang lain akan
terbuka dan akan terjadi perubahan volume aliran minyak dan akhirnya terbentuk tekanan.
Pada kedua sisi torak akan terjadi perbedaan tekanan dan torak akan bergerak ke sisi yang
bertekanan rendah sehingga minyak yang berada dalam ruangan tersebut akan dikembalikan
ke pompa melalui katup pengontrol.
B. Macam-Macam Power Steering yaitu :

1. Hidrolik Power Steering


Hidrolik Power Steering adalah sebuah sistem hidrolik (servo hidrolik) yang berfungsi untuk
memperingan tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkan kemudi terutama pada kecepatan
rendah dan menyesuaikannya pada kecepatan menengah serta tinggi. Pada kecepatan rendah
gaya gesek ban dengan jalan cukup tinggi, apalagi untuk tipe ban tekanan rendah dengan
telapak ban yang lebar.

A. Cara kerja power steering hidrolic :


Ketika kemudi diputar, tahanan yang terbentuk oleh berat kendaraan dan mobil gesekan
antara ban dan permukaan jalan menyebabkan torsion bar di dalam rotary valve menjadi
membelok. Hal ini merubah posisi valve spool dan sleeve, kemudian mengarahkan minyak
power steering dibawah tekanan ke power cylinder.
Perbedaan tekanan pada satu sisi piston (yang dipasang pada rack) membantu menggerakkan
rack untuk mengurangi usaha putar. Minyal pelumas yang ada di dalam sisi power cylinder
lainnya dipaksa ke control valve dan kembali ke pump reservoir. Pada saat steering efforts
berhenti, maka control valve diketengahkan oleh gaya putar dari torsion bar, tekanan
diseimbangkan pada kedua sisi piston, dan roda depan kembali lurus ke posisi depan.

Power steringhidrolic / Manual

Rack-and-pinion assembly merupakan unit hydraulic-mechanical dengan integral


piston dan rack assembly. Di dalamnya ada satu rotary valve yang mengarahkan aliran
minyal power steering dan mengontrol tekanan untuk mengurangi steering effort (suatu usaha
daya yang diperlukan untuk memutar kemudi). Ketika kemudi diputar, tahanan yang
terbentuk oleh adanya berat dari kendaraan dan gesekan roda ke ban, menyababkan torsion
bar di dalam rotary valve menjadi agak cenderung melenceng. Hal ini akan merubah posisi
valve spool dan sleeve, karena itulah diperlukan pengarahan pelumas bertekanan ke proper
end yang terdapat pada power cylinder. Perbedaan tekanan pada sisi piston (yang dipasang
pada rack) membantu menggerakkan rack untuk mengurangi langkah usaha putar. Pelumas di
dalam power cylinder yang berlawanan didesak ke control valve dan kembali ke pump
reservoir. Ketika steering effort berhenti, maka control valve akan diketengahkan oleh gaya
melintir dari torsion bar, tekanan pada kedua sisi piston akan disamakan, dan roda depan
kembali ke posisi lurus ke depan.
A. Konstruksi System
Keterangan :

1. Reservoir
2. Unit pompa
3. Pipa pendingin
4. Unit pengatur sirkit aliran minyak
5. Rumah gigi kemudi
6. Saluran pembagi

Rack-and-pinion power steering system terdiri dari:


• Rack and pinion steering gear box
Rack Pinion/Gearbox adalah system penggerak Power Steering dari kemudi atas kemudian di
teruskan ke bagian roda dengan dibantu oleh komponen understeel atau kaki-kaki kendaraan
(tie rod, rack end, idle arm dll). Di dalam system RackPinion/Gearbox terdapat piston dan
valve(katup) yang bekerja sesuai tekanan olie yang disalurkan melalui Vane Pump, selain itu
terdapat juga seal-seal yang berguna menahan tekanan olie agar tidak bocor keluar.
• Power steering oil pump
Pompa PS berfungsi sebagai penyalur tenaga dari mesin dengan oli yang bertekanan tinggi
yang kemudian diteruskan ke bagian Rack Pinion/Gearbox melalui Selang Tekan (Selang
bertekanan tingi). Posisi Vane Pump selalu berada di bagian atas dari RackPinion/Gearbox.
Dan hampir setengahnya system Power Steering dikendalikan/ditentukan dari kerja Pompa,
oleh karena itu bila terdapat kerusakan pada Pompa hampir dipastikan system Power
Steeringnya juga tidak akan jalan alias rusak. Tipe pompa banyak sekali, antara lain :

pompa torak, membran, plunger, roda gigi luar, roda gigi dalam, vane, screw dan lain-lain.
Tekanan yang diperlukan merupakan tekanan secara menerus (continue), sehingga tipe
pompa yang digunakan adalah tipe Vane atau Roda Gigi. Pompa menghasilkan tekanan
dengan memanfaatkan putaran mesin, sehingga volume pemompaan sebanding dengan
putaran mesin.
Pengaturan jumlah minyak yang mengalir keluar dari pompa diatur oleh flow control valve,
sehingga selalu konstant. Pada kenyataannya, karena tahanan pengemudian pada kecepatan
tinggi berkurang maka jumlah aliran minyak juga harus dikurangi, supaya stabilitas
pengemudian tetap terjaga Pada power steering rpm sensing dan power steering yang
mempunyai flow control valve dengan built-in control spool, jumlah aliran minyak akan
diatur sesuai dengan kecepatan kendaraan.
Kerja pengaturan jumlah aliran fuida/ minyak oleh flow control valve dan control spool
adalah sebagai berikut :
a). Pada Putaran Rendah
Pada putaran rendah (650 s.d. 1250 rpm), tekanan yang dihasilkan oleh pompa akan dialirkan
ke dua saluran yaitu x (saluran ke flow control valve) dan y (saluran ke control spool). Aliran
yang melewati saluran x sebagian kembali ke pompa dan sebagian lagi keluar (P1). Aliran P1
diteruskan melewati orifice 1 & 2 dan terbagi menjadi dua yaitu output pompa dan dialirkan
ke sebelah kiri flow control valve menjadi tekanan P2. Perbedaan tekan P1 dan P2 tergantung
putaran mesin. Pada saat putaran mesin naik maka terjadi kenaikan perbedaan antara P1 dan
P2.
Apabila tekanan P1 melebihi kekuatan pegas ”A”, maka flow control valve akan bergerak
kek kiri, sehingga membuka saluran pengeluaran ke sisi pengisapan pompa sehingga jumlah
aliran pengeluaran tidak naik. Pada kondisi ini jumlah aliran minyak dikontrol pada ± 6.6 ltr/
min.
b). Pada Putaran Menengah
Pada saat putaran menengah (1250 s.d. 2500 rpm) tekanan pengeluaran pompa (P1) yang
bekerja pada sisi kiri control spool valve mempunyai tekanan yang mampu mengalahkan
tekanan pegas ”B”, sehingga control spool valve tergerakkan ke kanan. Dengan bergesernya
control spool valve maka besarnya lubang orifice 2 berkurang, sehingga tekanan out-put
pompa dan tekanan P2 berkurang yang menyebabkan flow control valve semakin bergeser ke
kiri.
Jadi pada posisi putaran menengah control spool valve akan tergeser ke kanan dan
memperkecil orifice 2 sehingga mengurangi volume fluida yang melalui orifice.
c). Pada Putaran Tinggi
Jika putaran mencapai lebih dari 2500 rpm, control spool valve akan optimum terdorong ke
kanan sehingga menutup orifice 2 dengan sempurna. Pada kondisi ini out-put pompa dan P2
hanya melalui orrifce 1, sehingga jumlah alirannya menjadi kecil, yaitu 3.3 ltr/ min.
Di dalam flow control valve terdapat relief valve yang berfungsi untuk mengatur tekanan
kerja. Jika tekanan kerja mencapai 80kg/ cm2, pegas relief valve akan terdorong sehingga
relief valve terbuka dan P2 turun.

 Oil reservoir
 Oil reservoir berfungsi untuk menampung oli P/S.
 Tubes/Hose (selang)
 Selang ini berfungsi yang menyalurkan oli yang bertekanan tinggi dari Vane Pump ke
bagian Rack Pinion/Gearbox, dengan perputaran/rotasi yang sangat cepat maka dapat
menimbulkan efek bunyi jika bahan selang yang dipakai kurang bagus kualitasnya.

b. Prinsip Kerja Power Steering Hidrolis

Sistem power steering menggunakan tekanan hidrolis yang dibangkatkan oleh power steering
pump gunanya adalah untuk mengurangi langkah usaha yang diperlukan untuk memutar
kemudi. Power steering pump dipasang di depan engine. Pompa yang dipakai adalah tipe
vane-type, dan digerakkan oleh crankshaft melalui drive belt.
Minyak power steering ditarik dari reservoir ke pompa pada saat mesin dalam keadaan hidup.
Minyak ini ditekan oleh satu power steering switch dan control valve yang letaknya di dalam
power steering pump.
2. Electric Power Steering
Pada mobil toyota tahun 2005 sudah menerapkan Electric Power Steering (EPS), dimana
proses kerja power steering yang awalnya menggunakan sistem hidrolis berubah menjadi
sistem elektris.
Ciri khas yang terdapat pada EPS adalah sudah tidak menggunakan pompa power steering.
Pada mobil toyota tahun 2005 sudah menerapkan Electric Power Steering (EPS), dimana
proses kerja power steering yang awalnya menggunakan sistem hidrolis berubah menjadi
sistem elektris.
a. Cara kerja sistem electric power steering (EPS)
Ketika kunci di putar ke posisi On, Control module memperoleh arus listrik untuk kondisi
stand bay, bersamaan dengan itu indikator EPS pada panel instrumen menyala. Dan ketika
mesin dihidupkan, Noise suppressor segera menginformasikan pada control module untuk
mengaktifkan motor listrik dan clutch pun langsung menghubungkan motor dengan batang
setir.

Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas memberi informasi pada control
module ketika setir mulai diputar yang dinamakan Torque Sensor, alat ini akan memberikan
informasi kepada control module sejauh mana setir diputar dan seberapa cepat
putarannya.Dengan informasi tersebut control module segera mengirim arus listrik sesuai
kebutuhan , motor listrik akan memutar gigi kemudi, dengan begitu proses memutar setir
menjadi ringan.Vehicle speed sensor bertugas begitu mobil mulai melaju. sensor ini
memberikan informasi bogi control module tentang kecepatan kendaraan, jika kecepatan
melampaui 80 KM maka motor elektrik akan di nonaktifkan sehingga dengan begitu setir
menjadi berat dan meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini mengatur besarnya arus listrik
sesuai yang dibutuhkan oleh motor listrik dan memberikan kode tertentu jika ada malfungsi
pada system

Electric Power Steering

Sistem Electronic Power Steering (EPS) termasuk di dalamnya komponen yang


sama seperti pada sistem power steering konvensional. Sebagai tambahannya adalah sebuah
solenoid valve pada power steering gear box, dan satu control unit dekat dibawah audio yang
terletak di panel farcia tengah. Untuk mengontrol aliran oli pada steering gear box,
disediakan satu solenoid yang bekerja berdasarkan arus dari control module yang menerima
sinyal dari VSS (Vehicle Speed Sensor) dan TPS.
Gambar :Cara Kerja Electric Power Steering

Cara kerja Sistem Electric Power Steering (EPS) adalah saat kunci diputar ke posisi ON,
Control Module memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by, bersamaan dengan itu
indikator EPS pada panel instrumen menyala. Saat mesin hidup, Noise Suppressor segera
menginformasikan pada Control Module untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun
langsung menghubungkan motor dengan batang setir. Salah satu sensor yang terletak pada
steering rack bertugas memberi informasi pada Control Module ketika setir mulai diputar.
Disebut Torque Sensor, ia akan mengirimkan informasi tentang sejauh apa setir diputar dan
seberapa cepat putarannya. Dengan dua informasi tersebut, Control Module segera mengirim
arus listrik sesuai yang dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan
begitu proses memutar setir menjadi ringan. Vehicle Speed Sensor bertugas begitu mobil
mulai melaju. Sensor ini menyediakan informasi bagi control module tentang kecepatan
kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor elektrik akan
dinonaktifkan oleh Control Module.
Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini
mengatur besarnya arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, Control Module juga
mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem EPS. Lampu indikator EPS pada panel instrumen
akan menyala berkedip tertentu andai terjadi kerusakan. Selanjutnya, Control Module
menonaktifkan motor elektrik dan clutch akan melepas hubungan motor dengan batang setir.
Namun karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan setir via
batang baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar setir akan
terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.
Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat elektronik seperti:

1. Control Module: Sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS.


2. Motor elektrik: Bertugas langsung membantu meringankan perputaran setir.
3. Vehicle Speed Sensor: Terletak di girboks dan bertugas memberitahu control module
tentang kecepatan mobil.
4. Torque Sensor: Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control
module jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
5. Clutch: Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk
menghubungkan dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.
6. Noise Suppressor: Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang bekerja
atau tidak.
7. On-board Diagnostic Display: berupa indikator di panel instrumen yang akan menyala
jika ada masalah sengan sistem EPS.

b. Keungulan Electric Power Steering


EPS tidak hanya melakukan fungsi power steering biasa, namun juga bisa mengontrol
tekanan hydraulic pressure yang bereaksi berdasarkan counter-force plunger yang ada pada
gear box tetapnya di dalam input shaft, oleh karena itulah karakteristik steering effort vs.
tekanan hydraulic bervariasi tergantung dari kecepatan kendaraan untuk memberikan
karakteristik kemudi yang optimal pas dengan kecepatan kendaraan dan kondisi kemudi.

1. Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.
2. Pengaturan steering effort berdasarkan kecepatan kendaraan.
3. Pada kecepatan sedang dan cepat, steering effort secara akan bertambah untuk
menambah kestabilan dan kenyamanan kemudi.
4. Pada kecepatan sedang dan cepat, ketika posisi kemudi berada atau mendekati posisi
netral, fungsi reactionary plunger akan menambah steering effort agar kemudi lebih
stabil.
5. Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat,
meskipun ada rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi
arah control kemudi, karena tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi
tinggi sama seperti power steering konvensional.
6. Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal,
temasuk control unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih
bisa di dapat.

Permasalahan yang timbul biasanya adalah kemudi/ steer terasa


berat sehingga ada indikasi bahwa power steering menjadi salah satu
kemungkinan penyebabnya, walaupun bukan merupakan satu-satunya
penyebab. Jika ada permasalahan tersebut maka dalam melakukan
pemeriksaan sistem power steering adalah sebagai berikut :

1. Periksa power steering belt (belt pemutar pompa power steering). Jika kondisinya
rusak maka harus diganti namun jika hanya kendor/ longgar lakukanlah penyetelan
kekencangan belt-nya (lihat spesifikasi pada workshop manual).
2. Periksa minyak power steering. Cek jumlah dan kualitas minyak dengan melihat deep
stik pada tabung recervoir. Lakukan juga pengecekan terhadap kebocoran yang
mungkin terjadi pada pipa/ selang penghubung. Jika ada kebocoran perbaiki atau atasi
terlebih dahulu kebocoran yang terjadi, tambahkan minyak power steering pada
recervoir dan lakukan bleeding. Bleeding dilakukan dengan menghidupkan mesin
pada 100 rpm, kemudian roda kemudi diputar secara maksimum ke kanan dan ke kiri
tiga atau emapat kali.

Penggantian minyak dilakukan jika minyak ditemukan sudah


teroksidasi/ berbuih/ berbusa dan atau bahkan sudah ada emulsi.
Penggantian minyak dilakukan dengan cara sebagai berikut :

 Naikkan bagian depan kendaraan


 Lepaskan pipa pengembalian minyak dari recervoir dan keluarkan minyak
 Dengan mesin hidup idling, putarkan roda kemudi maksimum kekanan dan ke kiri
sambil mengeluarkan minyak.
 Matikanlah mesin.
 Isikan minyak baru ke recervoir.
 Hidupkan mesin pada 1000 rpm.
 Setelah minyak keluar melalui pipa saluran balik, pastikan bahwa minyak direcervoir
selalu penuh dan minyak yang keluar melalui saluran balik tidak bercampur udara.
 Pasang kembali pipa pengembalian minyak dari recervoir.
 Lakukan pembuangan udara yang kemungkinan masih tersisa (bleeding) dengan cara
sebagaimana dijelaskan di atas.
 Pastikan bahwa pada saat mesin dimatikan, kenaikan level minyak
 pada recervoir tidak lebih dari 5 mm.

3). Periksa tekanan minyak power steering.


Dengan menggunakan pressure gauge pastikan bahwa tekanan minyak tidak lebih rendah dari
65 kg/ cm pada kondisi maksimum belok dan atau pada saat idle dan
saluran pressure gauge diblok (max bloking 10 detik).
POWER STEERING
Power steering merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk meringankan memutar sistem
kemudi kendaraan sehingga menghasilkan putaran kemudi yang ringan tanpa membutuhkan
tenaga yang berarti untuk mengendalikan kemudi. Dalam perkembangannya power steering
terbagi menjadi 2, yaitu : Hidrolik Power Steering dan Elektronik Power Steering.
A. HYDRAULIC POWER STEERING
Rack-and-pinion assembly merupakan unit hydraulic-mechanical dengan integral piston dan
rack assembly. Di dalamnya ada satu rotary valve yang mengarahkan aliran minyal power
steering dan mengontrol tekanan untuk mengurangi steering effort (suatu usaha daya yang
diperlukan untuk memutar kemudi). Ketika kemudi diputar, tahanan yang terbentuk oleh
adanya berat dari kendaraan dan gesekan roda ke ban, menyababkan torsion bar di dalam
rotary valve menjadi agak cenderung melenceng. Hal ini akan merubah posisi valve spool
dan sleeve, karena itulah diperlukan pengarahan pelumas bertekanan ke proper end yang
terdapat pada power cylinder. Perbedaan tekanan pada sisi piston (yang dipasang pada rack)
membantu menggerakkan rack untuk mengurangi langkah usaha putar. Pelumas di dalam
power cylinder yang berlawanan didesak ke control valve dan kembali ke pump reservoir.
Ketika steering effort berhenti, maka control valve akan diketengahkan oleh gaya melintir
dari torsion bar, tekanan pada kedua sisi piston akan disamakan, dan roda depan kembali ke
posisi lurus ke depan.

KONSTRUKSI SISTEM

Rack-and-pinion power steering system terdiri dari:


- Rack and pinion steering gear box
Rack Pinion/Gearbox adalah system penggerak Power Steering dari kemudi atas kemudian di
teruskan ke bagian roda dengan dibantu oleh komponen understeel atau kaki-kaki kendaraan
(tie rod, rack end, idle arm dll). Di dalam system RackPinion/Gearbox terdapat piston dan
valve(katup) yang bekerja sesuai tekanan olie yang disalurkan melalui Vane Pump, selain itu
terdapat juga seal-seal yang berguna menahan tekanan olie agar tidak bocor keluar.
- Power steering oil pump
Pompa PS berfungsi sebagai penyalur tenaga dari mesin dengan oli yang bertekanan tinggi
yang kemudian diteruskan ke bagian Rack Pinion/Gearbox melalui Selang Tekan (Selang
bertekanan tingi). Posisi Vane Pump selalu berada di bagian atas dari RackPinion/Gearbox.
Dan hampir setengahnya system Power Steering dikendalikan/ditentukan dari kerja Pompa,
oleh karena itu bila terdapat kerusakan pada Pompa hampir dipastikan system Power
Steeringnya juga tidak akan jalan alias rusak
- Oil reservoir
Oil reservoir berfungsi untuk menampung oli P/S.
- Tubes/Hose (selang)
Selang ini berfungsi yang menyalurkan oli yang bertekanan tinggi dari Vane Pump ke bagian
Rack Pinion/Gearbox, dengan perputaran/rotasi yang sangat cepat maka dapat menimbulkan
efek bunyi jika bahan selang yang dipakai kurang bagus kualitasnya.

PRINSIP KERJA POWER STEERING HIDROLIS


Sistem power steering menggunakan tekanan hidrolis yang dibangkatkan oleh power steering
pump gunanya adalah untuk mengurangi langkah usaha yang diperlukan untuk memutar
kemudi. Power steering pump dipasang di depan engine. Pompa yang dipakai adalah tipe
vane-type, dan digerakkan oleh crankshaft melalui drive belt.
Minyak power steering ditarik dari reservoir ke pompa pada saat mesin dalam keadaan hidup.
Minyak ini ditekan oleh satu power steering switch dan control valve yang letaknya di dalam
power steering pump.

B. ELECTRIC POWER STEERING


Sistem Electronic Power Steering (EPS) termasuk di dalamnya komponen yang sama seperti
pada sistem power steering konvensional. Sebagai tambahannya adalah sebuah solenoid
valve pada power steering gear box, dan satu control unit dekat dibawah audio yang terletak
di panel farcia tengah. Untuk mengontrol aliran oli pada steering gear box, disediakan satu
solenoid yang bekerja berdasarkan arus dari control module yang menerima sinyal dari VSS
(Vehicle Speed Sensor) dan TPS.
CARA KERJA ELECTRIC POWER STEERING
Cara kerja Sistem Electric Power Steering (EPS) adalah saat kunci diputar ke posisi ON,
Control Module memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by, bersamaan dengan itu
indikator EPS pada panel instrumen menyala. Saat mesin hidup, Noise Suppressor segera
menginformasikan pada Control Module untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun
langsung menghubungkan motor dengan batang setir. Salah satu sensor yang terletak pada
steering rack bertugas memberi informasi pada Control Module ketika setir mulai diputar.
Disebut Torque Sensor, ia akan mengirimkan informasi tentang sejauh apa setir diputar dan
seberapa cepat putarannya. Dengan dua informasi tersebut, Control Module segera mengirim
arus listrik sesuai yang dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan
begitu proses memutar setir menjadi ringan. Vehicle Speed Sensor bertugas begitu mobil
mulai melaju. Sensor ini menyediakan informasi bagi control module tentang kecepatan
kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor elektrik akan
dinonaktifkan oleh Control Module.
Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini
mengatur besarnya arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, Control Module juga
mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem EPS. Lampu indikator EPS pada panel instrumen
akan menyala berkedip tertentu andai terjadi kerusakan. Selanjutnya, Control Module
menonaktifkan motor elektrik dan clutch akan melepas hubungan motor dengan batang setir.
Namun karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan setir via
batang baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar setir akan
terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.
Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat elektronik seperti:
1. Control Module: Sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS.
2. Motor elektrik: Bertugas langsung membantu meringankan perputaran setir.
3. Vehicle Speed Sensor: Terletak di girboks dan bertugas memberitahu control module
tentang kecepatan mobil.
4. Torque Sensor: Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control module
jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
5. Clutch: Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk menghubungkan
dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.
6. Noise Suppressor: Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang bekerja atau
tidak.
7. On-board Diagnostic Display: berupa indikator di panel instrumen yang akan menyala jika
ada masalah sengan sistem EPS.

KEUNGGULAN EPS
EPS tidak hanya melakukan fungsi power steering biasa, namun juga bisa mengontrol
tekanan hydraulic pressure yang bereaksi berdasarkan counter-force plunger yang ada pada
gear box tetapnya di dalam input shaft, oleh karena itulah karakteristik steering effort vs.
tekanan hydraulic bervariasi tergantung dari kecepatan kendaraan untuk memberikan
karakteristik kemudi yang optimal pas dengan kecepatan kendaraan dan kondisi kemudi.
1. Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.
2. Pengaturan steering effort berdasarkan kecepatan kendaraan.
3. Pada kecepatan sedang dan cepat, steering effort secara akan bertambah untuk menambah
kestabilan dan kenyamanan kemudi.
4. Pada kecepatan sedang dan cepat, ketika posisi kemudi berada atau mendekati posisi
netral, fungsi reactionary plunger akan menambah steering effort agar kemudi lebih stabil.
5. Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat, meskipun
ada rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi arah control
kemudi, karena tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi tinggi sama seperti
power steering konvensional.
6. Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal, temasuk
control unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih bisa di dapat.
Pengertian, Fungsi, Komponen, Cara Kerja, dan Cara Memperbaiki Sistem Kemudi Mobil
(kemudi manual, power steering dan electric power steering)
Pengertian, Fungsi, Komponen, Cara Kerja, dan Cara Memperbaiki Sistem Kemudi Mobil
(kemudi manual, power steering dan electric power steering)

Sumber : http://gadogadosaya.wordpress.com/2009/08/11/tips-bedah-perawatan-electric-
power-steering-sistem-kemudi-mobil/
http://dutro99.blogspot.com/2013/01/memperbaiki-sistem-kemudi-mobil.html
Sistem Kemudi
Fungsi sistem kemudi

Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan
roda-roda depan.
Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear.
Steering gear memperbesar tenaga putar ini sehingga dihasilkan momen yang lebih besar
untuk menggerakkan roda depan melalui steering linkage.
Gambar Sistem kemudi
Pada dasarnya sistem kemudi dibedakan menjadi dua yaitu :
A. Sistem kemudi secara manual
- Dibutuhkan tenaga yang besar untuk menggerakkan roda kemudi
- Pengemudi lebih cepat lelah
B. Sistem kemudi yang memakai power steering
Penggunaan power steering memberikan keuntungan seperti :
- Mengurangi daya pengemudian ( steering effort )
- Kestabilan yang tinggi selama pengemudian
C. Sistem kemudi elektrik (Electric Power Steering)

a. SISTEM KEMUDI SECARA MANUAL

Sistem kemudi secara manual jarang dipakai terutama pada mobil-mobil modern. Pada sistem
ini dibutuhkan adanya tenaga yang besar untuk mengemudikannya. Akibatnya pengemudi
akan cepat lelah apabila mengendarai mobil terutama pada jarak jauh.
Tipe sistem kemudi secara manual yang banyak digunakan adalah :

1. Recirculating ball
Cara kerjanya :
Pada waktu pengemudi memutar roda kemudi, poros utama yang dihubungkan dengan roda
kemudi langsung membelok. Di ujung poros utama kerja dari gigi cacing dam mur pada bak
roda gigi kemudi menambah tenaga dan memindahkan gerak putar dari roda kemudi ke
gerakan mundur maju lengan pitman ( pitman arm ).

gambar Sistem kemudi jenis recirculating ball


Lengan-lengan penghubung (linkage), batang penghubung ( relay rod ), tie rod, lengan idler (
idler arm ) dan lengan nakel arm dihubungkan dengan ujung pitman arm. Mereka
memindahkan gaya putar dari kemudi ke roda-roda depan dengan memutar ball joint pada
lengan bawah ( lower arm ) dan bantalan atas untuk peredam kejut.
Jenis ini biasanya digunakan pada mobil penumpang atau komersial.
Keuntungan :
- Komponen gigi kemudi relative besar, bisa digunakan untuk mobil ukuran sedang, mobil
- besar dan kendaraan komersial
Keausan relative kecil dan pemutaran roda kemudi relative ringan

Kerugian :
- Konstruksi rumit karena hubungan antara gigi sector dan gigi pinion tidak langsung
- Biaya perbaikan lebih mahal

2. Jenis rack and pinion


Cara kerja :
Pada waktu roda kemudi diputar, pinion pun ikut berputar. Gerakan ini akan menggerakkan
rack dari samping ke samping dan dilanjutkan melalui tie rod ke lengan nakel pada roda-roda
depan sehingga satu roda depan didorong, sedangkan satu roda tertarik, hal ini menyebabkan
roda-roda berputar pada arah yang sama.
gambar Sistem kemudi jenis rack dan pinion
Kemudi jenis rack and pinion jauh lebih efisien bagi pengemudi untuk mengendalikan roda-
roda depan.
Pinion yang dihubungkan dengan poros utama kemudi melalui poros intermediate, berkaitan
denngan rack.

Keuntungan :
- Konstruksi ringan dan sederhana
- Persinggungan antara gigi pinion dan rack secara langsung
- Pemindahan momen relatif lebih baik, sehingga lebih ringan

Kerugian :
- Bentuk roda gigi kecil, hanya cocok digunakan pada mobil penumpang ukuran kecil atau
sedang
- Lebih cepat aus
- Bentuk gigi rack lurus, dapat menyebabkan cepatnya keausan

KOMPONEN SISTEM KEMUDI

1. STEERING COLUMN
Steering column atau batang kemudi merupakan tempat poros utama. Steering column terdiri
dari main shaft yang meneruskan putaran roda kemudi ke steering gear, dan column tube
yang mengikat main shaft ke body. Ujung atas dari main shaft dibuat meruncing dan
bergerigi, dan roda kemudi diikatkan ditempat tersebut dengan sebuah mur.
Steering column juga merupakan mekanisme penyerap energi yang menyerap gaya dorong
dari pengemudi pada saat tabrakan.
Gambar Steering Column
Steering columnjuga merupakan mekanisme penyerap energi yang menyerap gaya dorong
dari pengemudi pada saat tabrakan.
Ada dua tipe steering column yaitu :

1. Model Collapsible

Model ini mempunyai keuntungan :


Apabila kendaraan berbenturan / bertabrakan dan steering gear box mendapat tekanan yang
kuat, maka main shaft column atau bracket akan runtuh sehingga pengemudi terhindar dari
bahaya.
Kerugiannya adalah :
Main shaft nya kurang kuat, sehingga hanya digunakan pada mobil penumpang atau mobil
-
ukuran kecil.
-
Konstruksinya lebih rumit

Waktu Tabrakan
Dorongan badan pengemudi terhadap roda kemudi memutuskan pen-pen plastik dan
menyebabkan poros utama atas dan tabung batang kemudi terdorong maju, sementara tabung-
tabung atas dan bawah dihubungkan oleh bola-bola baja.
Tahanan meluncur bola-bola ini menyerap kekuatan dorong badan pengemudi.

2. Model Non collapsible


Model ini mempunyai keuntungan :
- Main shaftnya lebih kuat sehingga banyak digunakan pada mobil-mobil besar atau mobil-
mobil kecil
- Konstruksinya sederhana
Kerugiannya adalah :
- Apabila berbenturan dengan keras, kemudinya tidak dapat menyerap goncangan sehingga
keselamatan pengemudi relatif kecil.

Animasi saat terjadi kecelakaan pada mobil mengunakan sistem kemudi model non
collapsible

b. STEERING GEAR

Steering gear tidak hanya berfungsi untuk mengarahkan roda depan, tetapi dalam waktu yang
bersamaan juga berfungsi sebagai gigi reduksi untuk meningkatkan momen agar kemudi
menjadi ringan. Untuk itu diperlukan perbandingan reduksi yang disebut perbandingan
steering gear, dan biasanya perbandingannya antara 18 sampai dengan 20 : 1.
Perbandingan yang semakin besar akan menyebabkan kemudi menjadi semakin ringan, tetapi
jumlah putarannya akan bertambah banyak, untuk sudut belok yang sama.
Ada beberapa tipe steering gear, tetapi yang banyak digunakan dewasa ini adalah
Gambar Recirculating ball
Gambar Rack and pinion.

Tipe yang pertama, digunakan pada mobil penumpang ukuran sedang sampai besar dan mobil
komersial. Sedangkan tipe kedua, digunakan pada mobil penumpang ukuran kecil sampai
sedang.
Sudut belok dan gear ratio Pada diagram dapat dilihat hubungan sudut putar sector dengan
gear ratio. Pada saat lurus atau sektor shaft berputar 2,5 ° ke kiri atau ke kanan gear ratio
masih tetap 19,5 : 1. Sedangkan pada saat belok dengan sudut putar sektor 37° gear ratio
menjadi besar yaitu 21,5 : 1. Oleh karena itu pada saat membelok kemudi menjadi ringan.

Gambar Gear rasio dan sudut belok

Ada beberapa bentuk steering gear box, diantaranya :


1. Model worm dan sector roller

Worm gear berkaitan dengan sector roller di bagian


tengahnya. Gesekannya dapat mengubah sentuhan
antara gigi dengan gigi menjadi sentuhan
menggelinding.

2. Model worm dan sector

Pada model ini worm dan sector berkaitan langsung

3. Model screw pin

Pada model ini pin yang berbentuk tirus bergerak


sepanjang worm gear

4. Model screw dan nut

Model ini di bagian bawah main shaft terdapat ulir dan


sebuah nut terpasang padanya. Pada nut terdapat
bagian yang menonjol dan dipasang kan tuas yang
terpasang pada rumahnya.
5. Model recirculating ball

Pada model ini, peluru-peluru terdapat dalam lubang-


lubang nut untuk membentuk hubungan yang
menggelinding antara nut dan worm gear.Mempunyai
sifat tahan aus dantahan goncangan yang baik

6. Model rack and pinion

Gerakan putar pinion diubah langsung oleh rack


menjadi gerakan mendatar. Model rack and pinion
mempunyai konstruksi sederhana, sudut belok yang
tajam dan ringan, tetapi goncangan yang diterima dari
permukaan jalan mudah diteruskan ke roda depan.

c. STEERING LINKAGE
Steering linkage terdiri dari rod dan arm yang meneruskan tenaga gerak dari steering gear ke
roda depan. Walaupun mobil bergerak naik dan turun, gerakan roda kemudi harus diteruskan
ke roda-roda depan dengan sangat tepat setiap saat. Ada beberapa tipe steering linkage dan
konstruksi joint yang dirancang untuk tujuan tersebut. Bentuk yang tepat sangat
mempengaruhi kestabilan pengendaraan.
1. Steering linkage untuk suspensi rigid

Gambar Steering linkage suspensi rigid


2. Steering linkage untuk suspensi independen
Gambar Ball joint pada suspensi independen
Komponen sistem kemudi lainnya bergantung pada jenis kemudi yang digunakan antara lain :
1. Steering wheel.

Ada beberapa macam roda kemudi ditinjau dari


konstruksinya yaitu :
a. Roda kemudi besar
Bentuk ini mempunyai keuntungan, yaitu mendapatkan
momen yang besar sehingga pada waktu membelokkan
kendaraan , akan terasa ringan dan lebih stabil
b. Roda kemudi kecil
Mempunyai keuntungan tidak memakan tempat dan
peka terhadap setiap gerakan yang diberikan pada saat
jalan lurus, akan tetapi dibutuhkan tenaga besar untuk
membelokkan kendaraan karena mempunyai momen
kecil
c. Roda kemudi ellips
Model ini dapat mengatasi kedua-duanya karena
merupakan gabungan roda kemudi besar dan kecil.

2. Steering Main Shaft

Steering main shaft atau Poros Utama Kemudi


berfungsi untuk menghubungkan atau sebagai tempat
roda kemudi dengan steering gear.
3. Pitman Arm

Pitman arm meneruskan gerakan gigi kemudi ke relay


rod atau drag link. Berfungsi untuk merubah gerakan
putar steering column menjadi gerakan maju mundur.

4. Relay Rod

Relay rod dihubungkan dengan pitman arm dan tie rod


end kiri serta kanan. Relay rod ini meneruskan gerakan
pitman arm ke tie rod

5. Tie Rod

Ujung tie rod yangberulir dipasang pada ujung rack


pada kemudi rack end pinion, atau ke dalam pipa
penyetelan pada recirculating ball, dengan demikian
jarak antara joint- joint dapat disetel.

6. Tie Rod End ( Ball Joint )

Tie rod end dipasanglkan pada tie rod untuk


menghubungkan tie rod dengan knuckle arm, relay roda
dan lain-lain.
7. Knuckle arm

Knuckle arm meneruskan gerakan tie rod atau drag link


ke roda depan melalui steering knuckle.

8. Steering knuckle

Steering knuckle untuk menahan beban yang diberikan


pada roda-roda depan dan berfungsi sebagai poros
putaran roda. Berputar dengan tumpuan ball joint atau
king pin dari suspension arm

9. Idler arm

Pivot dari idler arm dipasang pada body dan ujung


lainnya dihubungkan dengan relay rod dengan swivel
joint. Arm ini memegang salah satu ujung relay rod dan
membatasi gerakan relay rod pada tingkat tertentu.

B. POWER STEERING

Sistem kemudi ini memiliki sebuah booster hidraulis dibagian tengah mekanisme kemudi
agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam keadaan normal beratnya putaran roda kemudi
adalah 2-4 kg ( lihat gambar )
Animasi cara kerja power steering
Sistem power steering direncanakan untuk mengurangi usaha pengemudian bila kendaraan
bergerak pada putaran rendah dan menyesuaikan pada tingkat tertentu bila kendaraan
bergerak, mulai kecepatan medium sampai kecepatan tinggi.
Penggunaan power steering memberikan keuntungan seperti :
- Mengurangi daya pengemudian ( steering effort )
- Kestabilan yang tinggi selama pengemudian
Cara kerja power steering :
1. Posisi netral
Minyak dari pompa dialirkan ke katup pengontrol ( control valve ). Bila katup pengontrol
berada pada posisi netral, semua minyak akan mengalir melalui katup pengontrol ke saluran
pembebas ( relief port )dan kembali ke pompa. Pada saat ini tidak terbentuk tekanan dan
arena tekanan kedua sisi sama, torak tidak bergerak.
Animasi gerakan fluida pada posisi netral
2. Pada saat membelok
Pada saat poros utama kemudi (steeringmain shaft) diputar ke salah satu arah, katup
pengontrol juga akan bergerak menutup salah satu saluran minyak. Saluran yang lain akan
terbuka dan akan terjadi perubahan volume aliran minyak dan akhirnya terbentuk tekanan.
Pada kedua sisi torak akan terjadi perbedaan tekanan dan torak akan bergerak ke sisi yang
bertekanan rendah sehingga minyak yang berada dalam ruangan tersebut akan dikembalikan
ke pompa melalui katup pengontrol.
Animasi gerakan fluida pada saat berbelok

VANE PUMP
Vane pump yang berfungsi membangkitkan tekanan hidraulis, pada bagian atas pompa
terdapat reservoir yang selalu terisi air dengan fluida khusus, dan permukaan fluida harus
selalu diperiksa secara teratur. Untuk tujuan tersebut, bila seseorang memeriksa tinggi
permukaan fluida, pengecekan kondisi fluida perlu dilakukan termasuk temperatur fluida,
adanya gelembung atau fluida menjadi keruh. Yang perlu diperhatikan bahwa volume fluida
power steering tidak berubah kecuali jika terdapat kebocoran.

Gambar vane pump


Tipe Power Steering
Ada beberapa tipe power steering, tetapi masing-masing mempunyai 3 bagian yang terdiri
dari pompa, control valve dan power silinder. Ada dua jenis power steering yaitu :
a. Tipe Integral
Sesuai dengan namanya, control valve dan power piston terletak di dalam gear box. Tipe gear
yang dipakai ialah recirculating ball.Diperlihatkan di sini mekanisme sistem power steering
tipe integral.
Bagian yang utama terdiri dari :
a. Tangki reservoir yang berisi fluida
b. Vane pump yang membangkitkan tenaga hidraulis
c. Gear box yang berisi control valve, power piston dan steering gear
d. Pipa-pipa yang mengalirkan fluida
e. Selang-selang flexible.

Gambar power steering type integral


b. Tipe Rack and Pinion
Control valve power steering tipe ini termasuk di dalam gear housing dan power pistonnya
terpisah di dalam power cylinder. Tipe rack and pinion hampir sama dengan mekanisme tipe
integral.

Gambar power steering type rack and pinion


Komponen utama vane pump sebagai berikut :
Reservoir tank : berfungsi untuk menampung persediaan minyak power steering.
Pump body : digerakkan oleh puli poros engkol mesin dan drive belt atau motor
listrik,

dan mengalirkan minyak yang bertekanan ke gear housing.

Flow control : fungsi untuk mengatur volume aliran minyak dari pompa ke gear
valve housing

dan menjaga agar volumenya tetap pada rpm pompa yang berubah-
ubah.

Peralatan idle up : berfungsi untuk menaikkan rpm mesin pada saat pompa memperoleh
beban

maksimum

DIAGNOSA
Diagnosis ( trouble shooting ) sistem kemudi secara manual
Pada saat memeriksa system kemudi, perhatikan bahwa antara system kemudi dengan roda-
roda depan ada kaitannya, demikian juga dengan suspensi, poros dan rangka. Adanya
hubungan tersebut disebabkan oleh system kemudi, suspensi atau yang lainnya. Oleh karena
itu, sebelum memutuskan bahwa gangguan terdapat pada system kemudi, pertimbangkan dan
periksa semua penyebab lain yang mungkin ada.
Memeriksa tinggi permukaan oli pada gear box
- Cara memeriksanya sebagai berikut :
- Tempatkan kendaraan pada tempat yang rata
- Periksa tinggi permukaan oli
- Bersihkan bagian atas dan roda gigi kemudi
- Kendorkan dan lepaskan sumbat pembuang
- Masukkan obeng kecil ke dalam lubang pengisi oli dan ukur jaraknya.
- Tambahkan oli apabila permukaan rendah, kemudian ada kebocoran atau tidak.
- Pasang kemlai sumbat penguapan
Memeriksa lengan penghubung kemudi ( steering linkage )
Cara memeriksanya sebagai berikut :
- Tempatkan kendaraan pada tempat yang rata
- Periksa tinggi permukaan oli
- Bersihkan bagian atas dari roda gigi kemudi
- Kendorkan dan lepaskan sumbat pembuang
- Masukkan obeng kecil ke dalam lubang pengisi oli dan ukur jaraknya
- Tambahkan oli apabila permukaan rendah, kemudian ada kebocoran atau tidak
- Pasang kembali sumbat penguapan.
Memeriksa tinggi permukaan oli pada gear box

Gambar gear box


Memeriksa lengan penghubung kemudi ( steering linkage )

Gambar lengan penghubung kemudi


Pemeriksaan kebebasan roda kemudi
Langkah-langkahnya :
- Putar roda kemudi hingga pada posisi lurus
- Putar perlahan-lahan roda kemudi jangan samapai roda berherak
- Besarkan gerakan roda kemudi (free play)
- Besarnya kebebasan roda kemudi bergantung pada model mobil, biasanya tidak lebih dari
30 mm
Gambar kebebasan roda kemudi
Kemudi berat
Langkah-langkahnya :
- Periksa tekanan ban
- Periksa steering systemnya (tinggi minyak, steering linkage, steering gear)
- Periksa ball jaoin atau king pin
- Periksa suspension arm
- Periksa tinggi kendaraan
- Periksa wheel aliggment
Memeriksa sabuk penggerak pompa pada power steering
Memeriksa sabuk penggerak pompa pada power steering, yaitu :
- Sabuk penggerak pompa harus diperiksa dan diganti bila pecah-pecah
- mengkilat / terbakar
- kerusakan lain/ tergencet
Apabila sabuk penggerak pompa berbunyi pada saat kendaraan sedang membelok, berarti
sabuk dalam keadaan kendor, oleh karena itu, perlu disetel. Penyetelan dapat dilakukan
menggunakan alat khusus uji ketegangan sabuk

Memeriksa tekanan kerja power steering


Langkah-langkahnya :

- Lepaskan saluran tekanan dari rumah pompa

- Pasangkan meter tekanan dan kran, antara saluran yang dilepas dengan saluran ke luar
pompa

- Untuk pemeriksaan teliti, perlu bantuan termometer dan tachometer

- Keluarkan angin yang kemungkinan ada pada sistem dengan jalan menghidupkan motor dan
memutar kemudi ke kanan dan ke kiri berkali-kali. Periksa ketinggian cairan, tambahkan
bilamana perlu, dan biarkan meter katup sampai cairan mencapai suhu spesifikasi.

- Ukur tekanan cairan pada rumah gigi kemudi, harga spesifikasi tekanan lebih dari 72 kg/cm.

C. Electric Power Steering (Sistem Kemudi Mobil)

Teknologi Electric Power Steering(EPS) dibuat untuk mengerti kita. Pada EPS, mekanisme
hidraulis berganti menjadi gerakan dinamo yang mengandalkan arus listrik. “Dalam hal
perawatan pun didesain menjadi free maintenance dan enggak bikin repot lagi seperti model
konvensional,” bilang Iwan Abdurachman, technical trainee PT Toyota Astra Motor. Nah
karena bebas rawat, EPS ini jarang ditengok. Problem yang terjadi juga tidak dikenali.
Bahkan baru paham setelah kejadian. Yuk belajar bareng bersama tentang EPS.

Model Fully electric cenderung paling responsif


Semua EPS yang diaplikasikan, pada dasarnya tetap menggunakan tenaga bantuan motor
elektrik. Perbedaaannya bisa dibagi dua. Pertama dengan sebutan fully electric. Artinya
motor listrik bekerja langsung dalam [img]membantu gerakan kemudi. Baik yang letaknya
menempel pada batang kemudi, seperti pada Toyota Yaris dan Vios. Juga yang letaknya
menempel pada rack steer seperti Honda Jazz, Suzuki Karimun dan Swift. Bahkan pada
generasi awal yang diterapkan Mazda Vantrend lansiran 1995 ataupun Toyota Crown
keluaran 2005, di tempatkan pada gearbox steering.
Kedua model semi electric. Putaran motor elektrik hanya dimanfaatkan untuk mendorong
hidraulis. Ini sebagai pengganti pompa power steering yang menempel di mesin dan diputar
oleh sabuk V-belt. Misalnya seperti pada Chevrolet Zafira dan Mercedes Benz A-Class.
Perangkat EPS yang digunakan tentunya tidak lagi menempel pada mesin. Namun masih
mengandalkan minyak untuk meringankan gerak setir. Biasanya perangkat ini juga masih
menggunakan slang tekan dan slang balik dari minyak.
CARA KERJA ELECTRIC POWER STEERING

Cara kerja Sistem Electric Power Steering (EPS) adalah saat kunci diputar ke posisi ON,
Control Module memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by, bersamaan dengan itu
indikator EPS pada panel instrumen menyala. Saat mesin hidup, Noise Suppressor segera
menginformasikan pada Control Module untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun
langsung menghubungkan motor dengan batang setir. Salah satu sensor yang terletak pada
steering rack bertugas memberi informasi pada Control Module ketika setir mulai diputar.
Disebut Torque Sensor, ia akan mengirimkan informasi tentang sejauh apa setir diputar dan
seberapa cepat putarannya. Dengan dua informasi tersebut, Control Module segera mengirim
arus listrik sesuai yang dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan
begitu proses memutar setir menjadi ringan. Vehicle Speed Sensor bertugas begitu mobil
mulai melaju. Sensor ini menyediakan informasi bagi control module tentang kecepatan
kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor elektrik akan
dinonaktifkan oleh Control Module.

Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini
mengatur besarnya arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, Control Module juga
mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem EPS. Lampu indikator EPS pada panel instrumen
akan menyala berkedip tertentu andai terjadi kerusakan. Selanjutnya, Control Module
menonaktifkan motor elektrik dan clutch akan melepas hubungan motor dengan batang setir.
Namun karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan setir via
batang baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar setir akan
terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.

Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat elektronik seperti:

1. Control Module: Sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS.

2. Motor elektrik: Bertugas langsung membantu meringankan perputaran setir.

3. Vehicle Speed Sensor: Terletak di girboks dan bertugas memberitahu control module
tentang kecepatan mobil.
4. Torque Sensor: Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control module
jika setir mulai diputar oleh pengemudi.

5. Clutch: Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk menghubungkan
dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.

6. Noise Suppressor: Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang bekerja atau
tidak.

7. On-board Diagnostic Display: berupa indikator di panel instrumen yang akan menyala jika
ada masalah sengan sistem EPS.

KEUNGGULAN EPS

EPS tidak hanya melakukan fungsi power steering biasa, namun juga bisa mengontrol
tekanan hydraulic pressure yang bereaksi berdasarkan counter-force plunger yang ada pada
gear box tetapnya di dalam input shaft, oleh karena itulah karakteristik steering effort vs.
tekanan hydraulic bervariasi tergantung dari kecepatan kendaraan untuk memberikan
karakteristik kemudi yang optimal pas dengan kecepatan kendaraan dan kondisi kemudi.

1. Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.

2. Pengaturan steering effort berdasarkan kecepatan kendaraan.

3. Pada kecepatan sedang dan cepat, steering effort secara akan bertambah untuk menambah
kestabilan dan kenyamanan kemudi.

4. Pada kecepatan sedang dan cepat, ketika posisi kemudi berada atau mendekati posisi
netral, fungsi reactionary plunger akan menambah steering effort agar kemudi lebih stabil.

5. Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat, meskipun
ada rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi arah control
kemudi, karena tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi tinggi sama seperti
power steering konvensional.
6. Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal,
temasuk control unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih bisa di
dapat.PERAWATAN
Sebagai komponen yang relatif tanpa perlu lagi melakukan perawatan. Umumnya sebatas
melakukan perawatan pada komponen luar rangkaian motor elektrik. Pasalnya, parts
pengganti seperti dinamo, sensor dan komponen kecil lainnya belum dijual di pasaran. Jika
terjadi kerusakan, umumnya harus mengganti satu rangkaian. Misalnya model steer column
yang tergabung dengan dinamo atau dengan racksteer.
Walau komponen tersebut didesain tidak mudah rusak. “Sebaiknya air jangan masuk ke
motor elektrik. Seperti saat cuci mobil. Terutama buat yang letaknya tergabung dengan
racksteer atau di kolong mobil,” beber Rachmansyah Nasution.
Sebagai perawatan, menurut Rachman komponen EPS sebaiknya diperiksa secara rutin waktu
mobil dalam kondisi terangkat. Misalnya saat melakukan cuci kolong diperiksa kondisi kabel
penghubungnya. Atau bisa dengan menambahkan pelindung komponen yang bisa kemasukan
air. Mulai dari bagian soket. “Bisa ditutupi dengan balutan lakban,” pesannya.
Sekring EPS yang umumnya tertancap dalam kotak sekring dalam kabin mesin perlu
diperiksa juga. Biar enggak bermasalah, bisa semprot dengan cairan sejenis pembersih atau
contact cleaner. Atau diganti setelah tampak kendur.
Selain itu, komponen penunjang lain seperti karet boot steer dan joint steer bisa dirawat
seperti biasa. Jika tampak sobek hingga getas pada sistem semi electric artinya perlu
penggantian segera. Jika joint steer dan bagian tie rod mulai oblak artinya perlu penggantian
juga seperti merawat PS biasa saja.

DETEKSI

Permasalahan yang ditemukan dalam sistem EPS tentu macam-macam. Jika berat seperti
yang dirasakan Firman, biasanya disebabkan karena suplai arus ke dinamo yang tidak normal.
Sebagai tanda ada problem, lampu indikator EPS umumnya akan menyala. Setelah lampu
menyala, sistem EPS secara otomatis akan tidak berfungsi alias terasa berat diputar.
Mendeteksi problem perlu menggunakan alat khusus. Pada bengkel resmi sudah pakai alat
scan untuk mendiagnosa secara elektronik. Namun paling mudah bisa dilakukan sendiri
dengan cara memeriksa kondisi sekring. Pastikan kondisi sekring tidak longgar, korosi
hingga putus dalam boks sekring pusat yang letaknya dalam ruang mesin. Kemungkinan
kerusakan terjadi pada komponen lain yang harus diperiksa oleh bengkel. Baik pada bagian
soket penghubung, modul, dinamo ataupun sensor setir dan sensor kecepatan.

MENGUBAH SEMI ELEKTRIK JADI FULL HIDRAULIK

Mengandalkan putaran AC ataupun waterpump


Dari semua model power steering (PS) elektris, motor dan perangkat modul jebol pasti bikin
putaran setir berat. Nah buat yang mengaplikasi sistem elektronik-hidraulik, ada solusi
alternatif daripada mengganti motor PS hingga modul pengatur kerja motor. “Lebih baik
diganti model hidraulik saja. Lebih murah dan mudah perawatannya,” ujar Purwanto dan
Paulus Dwi Eriawan dari MW Power Steering di Lebak Bulus, Jakbar.
Tipe PS elektrik hidraulik ada pada Chevrolet Zafira, Mercedes-Benz A-Class atau Peugeot
307. Kalau motor listrik PS ini rusak, jelas bikin berat. Karena tidak bisa memutar pompa
lagi. Sayangnya, komponen ini masih tergolong mahal, harganya mencapai Rp 10 juta.
Nah, sistem pompa elektrik itu bisa diganti dengan pompa mekanis yang mengandalkan
putaran mesin. “Makanya hanya bisa digunakan untuk sistem elektrik-hidraulik. Karena
masih pakai cairan PS. Tidak bisa untuk yang full elektrik,” papar Wawan, sapaan akrab
Paulus Dwi Eriawan. Hanya dengan dana Rp 3,5 juta, sistem hidraulis ini bisa terpasang
berikut beberapa tambahan kedudukan. Merogoh kantong pun lebih ringan.

Anda mungkin juga menyukai