Power Steering
SISTEM KEMUDI DAYA
( POWER STEERING)
Lahirnya sistem kemudi daya ini didasari oleh kekurangan yang didapat pada sistem
kemudi manual dimana rendahnya kemampuan di dalam pengemudian terutama pada
perjalanan yang jauh, dan pada kecepatan rendah sehingga membuat pengemudi cepat lelah.
Disamping itu kekakuan pada kemudi manual turut mempengaruhi pengembangan sistem
kemudi kendaraan. Pengembangan sistem kemudi saat ini sudah menjangkau pada sistem
pengontrolan secara otomatis.
Sistem kemudi ini memiliki sebuah booster hidraulis dibagian tengah mekanisme kemudi
agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam keadaan normal beratnya putaran roda kemudi
adalah 2-4 kg. Sistem power steering direncanakan untuk mengurangi usaha pengemudian
bila kendaraan bergerak pada putaran rendah dan menyesuaikan pada tingkat tertentu bila
kendaraan bergerak, mulai kecepatan medium sampai kecepatan tinggi. Penggunaan power
steering memberikan keuntungan seperti :
a). Mengurangi daya pengemudian ( steering effort )
b). Kestabilan yang tinggi selama pengemudian
A. Cara Kerja Power Steering :
a. Posisi netral
Minyak dari pompa dialirkan ke katup pengontrol
(control valve ). Bila katuppengontrol berada pada posisi netral, semua minyak akan mengalir
melalui katup pengontrol ke saluran pembebas ( relief port )dan kembali ke pompa. Pada saat
ini tidak terbentuk tekanan dan arena tekanan kedua sisi sama, torak tidak bergerak.
1) Vane Pump
Vane pump adalah bagian utama dari system power steering berfungsi menghasilkan
tekanan tinggi dan debit yang besar. Vane pump juga berfungsi untuk mengatur jumlah aliran
fluida yang diperlukan sesuai dengan putaran mesin.
Selang-selang flexible.
Gambar Power Steering Tipe Integral
Control valve power steering tipe ini termasuk di dalam gear housing dan power pistonnya
terpisah di dalam power cylinder. Tipe rack and pinion hamper sama dengan mekanisme tipe
integral.
Gambar 13. Power Steering Type Rack And Pinion
1. Setelah kunci diputar ke posisi ON, Control Module memperoleh arus listrik untuk
kondisi stand-by. Seketika itu pula, indikator EPS pada panel instrumen menyala.
2. Begitu mesin hidup, maka Noise Suppressor segera menginformasikan pada Control
Module untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun langsung menghubungkan motor
dengan batang setir.
1. Torque Sensor Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas memberi informasi
pada Control Module ketika setir mulai diputar. Dan mengirimkan informasi tentang sejauh
apa setir diputar dan seberapa cepat putarannya.
2. Dengan dua informasi itu, Control Module segera mengirim arus listrik sesuai yang
dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan begitu proses memutar setir
menjadi ringan.
3. Vehicle Speed Sensor bertugas menyediakan informasi bagi control module tentang
kecepatan kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor
elektrik akan dinonaktifkan oleh Control Module. Dengan begitu setir menjadi lebih berat
sehingga meningkatkansafety. Jadi sistem EPS ini mengatur besarnya arus listrik yang
dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, Control Module
juga mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem EPS. Lampu indikator EPS pada panel
instrument akan menyala berkedip tertentu andai terjadi kerusakan. Selanjutnya ia juga
menonaktifkan motor elektrik dan clutch akan melepas hubungan motor dengan batang setir.
Namun karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan
setir via batang baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar
setir akan terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.
1. Fully Electric.
Artinya motor listrik bekerja langsung dalam membantu gerakan kemudi. Baik yang
letaknya menempel pada batang kemudi, seperti padaToyota Yaris dan Vios. Juga yang
letaknya menempel pada rack steer seperti Honda Jazz, Suzuki Karimun dan Swift. Bahkan
pada generasi awal yang diterapkan Mazda Vantrend lansiran 1995 ataupun Toyota Crown
keluaran 2005, di tempatkan pada gearbox steering.
2. Semi Electric.
Putaran motor elektrik hanya dimanfaatkan untuk mendorong hidraulis. Ini sebagai
pengganti pompa power steering yang menempel di mesin dan diputar oleh sabuk V-belt.
Misalnya seperti pada Chevrolet Zafira danMercedes Benz A-Class. Perangkat EPS yang
digunakan tentunya tidak lagi menempel pada mesin. Namun masih mengandalkan minyak
untuk meringankan gerak setir. Biasanya perangkat ini juga masih menggunakan slang tekan
dan slang balik dari minyak.Perusahaan yang memproduksi EPS adalah Koyo, NSK, Delphi,
Showa, Visteon dan ZF Freidrichshafen AG. Power steering hidraulis membuat mobil lebih
boros BBM hingga sekitar 1,07 km/l.
Electric Power Steering ( EPS )
05.14 3 comments
Electric Power Steering ( EPS ) merupakan salah satu teknologi dibidang otomotif yang
sangat memberikan kemudahan bagi para pengguna kendaraan. Teknologi ini membantu
meringankan putaran kemudi yang bertujuan meningkatkan efisiensi kerja kendaraan dengan
melakukan perubahan proses kerja power steering. Perubahan ini mengalihkan sistem
hidraulis ke elektrik.
Alasannya sederhana. Sistem power steering hidraulis memperbesar konsumsi bbm
kendaraan. Kebutuhan energi untuk sistem itu dalam beroperasi, lebih besar dari penggunaan
AC mobil. Malah sistem hidraulis berada pada posisi ketiga untuk kerugian mekanis yang
dialami mobil ketika bergerak. Posisinya di bawah kerugian akibat hambatan udara dan
gesekan dengan jalan.
Di era 1990-an, fitur power steering hanya hadir pada mobil-mobil mewah yang beredar di
Indonesia. Atau menjadi fitur tambahan pada mobil yang lebih terjangkau. Kala itu, sistem
power steering yang digunakan adalah jenis hidraulis. Namun beberapa tahun belakangan ini,
produsen kendaraan melakukan pengembangan sistem yang membantu meringankan putaran
kemudi itu. Honda Motor Co., menjadi pabrikan mobil pertama yang mengembangkan dan
menggunakan Electric Power Steering (EPS) untuk mobil massalnya yakni pada Honda
Acura NSX pada 1993.
Dalam hal perawatan pun didesain menjadi free maintenance dan tidak bikin repot lagi
seperti model konvensional,” tutur Iwan Abdurachman, technical trainee PT Toyota Astra
Motor. Nah karena bebas perawatan, EPS ini jarang ditengok. Problem yang terjadi juga tidak
dikenali. Bahkan baru paham setelah kejadian. Untuk mengetahui detail perihal EPS, yuk kita
kenali lebih dalam.
Semua EPS yang diaplikasikan, pada dasarnya tetap menggunakan tenaga bantuan
motor elektrik. Perbedaaannya bisa dibagi dua. Pertama dengan sebutan fully electric.
Artinya motor listrik bekerja langsung dalam [img]membantu gerakan kemudi. Baik yang
letaknya menempel pada batang kemudi, seperti pada Toyota Yaris dan Vios. Juga yang
letaknya menempel pada rack steer seperti Honda Jazz, Suzuki Karimun dan Swift. Bahkan
pada generasi awal yang diterapkan Mazda Vantrend lansiran 1995 ataupun Toyota Crown
keluaran 2005, di tempatkan pada gearbox steering.
Kedua model semi electric. Putaran motor elektrik hanya dimanfaatkan untuk mendorong
hidraulis. Ini sebagai pengganti pompa power steering yang menempel di mesin dan diputar
oleh sabuk V-belt. Misalnya seperti pada Chevrolet Zafira dan Mercedes Benz A-Class.
Perangkat EPS yang digunakan tentunya tidak lagi menempel pada mesin. Namun masih
mengandalkan minyak untuk meringankan gerak setir. Biasanya perangkat ini juga masih
menggunakan slang tekan dan slang balik dari minyak.
Dinamo masih harus meneruskan oli untuk membuat tekanan dalam racksteer.
Hadirnya sistem ini memang relatif sebagai penyempurnaan sistem PS model lawas atau
konvensional. “Respons terhadap gerakan kemudi juga semakin baik dan lebih disesuaikan
kondisi dibanding model biasa,” tambah Iwan. Terutama pada mekanisme fully electric. Pada
umumnya terdiri dari sensor gerak (torque sensor), dinamo berarus DC, gir reduksi, modul
EPS dan peranti pendukung ECU lainnya. Kerja dinamo dalam meringankan putaran kemudi
dideteksi pertama kali oleh sensor yang kebanyakan letaknya pada poros batang kemudi
(steering column). Gerakan kiri-kanan oleh setir bakal diterima oleh sensor untuk diatur
modul sebagai otaknya.
Setelah ada gerakan setir yang cepat ataupun lambat, akan dideteksi juga untuk disesuaikan
menurut laju kendaraan. Semakin lambat laju mobil, artinya akan semakin besar juga
kebutuhan daya oleh motor eletrik. Hasil perhitungan modul EPS akan mengatur besaran arus
yang sesuai dengan kebutuhannya.
Sedangkan mekanisme semi electric cenderung lebih repot. Pasalnya, komponen yang
digunakan juga lebih banyak dibanding model fully electric. Adanya tekanan hidraulik dalam
sistem ini berarti kerja simultan mulai dari sensor, modul dan dinamo masih diteruskan ke
hidrolis lagi. Sehingga kerja power steering secara elektrik hanya pada tahap awal saja.
Selanjutnya setelah kecepatan dinamo menciptakan tekanan minyak PS tertentu, meringankan
rangkaian racksteer pada PS konvensional.
Pada umumnya sistem Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat
elektronik yang sama, seperti:
1. Control Module : Sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS.
2. Motor elektrik : Bertugas langsung membantu meringankan perputaran setir.
3. Vehicle Speed Sensor : Terletak di girboks dan bertugas memberitahu control
module tentang kecepatan mobil.
4. Torque Sensor : Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control
module jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
5. Clutch : Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk
menghubungkan dan melepaskan motor dengan
batang setir sesuai kondisi.
6. Noise Suppressor : Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang bekerja atau
tidak.
7. On-board Diagnostic Display : Berupa indikator di panel instrumen yang akan menyala
jika ada masalah dengan sistem EPS.
PERAWATAN
Sebagai komponen yang relatif tanpa perlu lagi melakukan perawatan. Umumnya
sebatas melakukan perawatan pada komponen luar rangkaian motor elektrik. Pasalnya, parts
pengganti seperti dinamo, sensor dan komponen kecil lainnya belum dijual di pasaran. Jika
terjadi kerusakan, umumnya harus mengganti satu rangkaian. Misalnya model steer column
yang tergabung dengan dinamo atau dengan racksteer.
Walau komponen tersebut didesain tidak mudah rusak. “Sebaiknya air jangan masuk ke
motor elektrik. Seperti saat cuci mobil. Terutama buat yang letaknya tergabung dengan
racksteer atau di kolong mobil,” beber Rachmansyah Nasution.
Sebagai perawatan, menurut Rachman komponen EPS sebaiknya diperiksa secara rutin waktu
mobil dalam kondisi terangkat. Misalnya saat melakukan cuci kolong diperiksa kondisi kabel
penghubungnya. Atau bisa dengan menambahkan pelindung komponen yang bisa kemasukan
air. Mulai dari bagian soket. “Bisa ditutupi dengan balutan lakban,” pesannya.
Sekring EPS yang umumnya tertancap dalam kotak sekring dalam kabin mesin perlu
diperiksa juga. Biar enggak bermasalah, bisa semprot dengan cairan sejenis pembersih atau
contact cleaner. Atau diganti setelah tampak kendur.
Selain itu, komponen penunjang lain seperti karet boot steer dan joint steer bisa dirawat
seperti biasa. Jika tampak sobek hingga getas pada sistem semi electric artinya perlu
penggantian segera. Jika joint steer dan bagian tie rod mulai oblak artinya perlu penggantian
juga seperti merawat PS biasa saja.
DETEKSI
Permasalahan yang ditemukan dalam sistem
EPS tentu macam-macam. Jika berat seperti yang dirasakan Firman, biasanya disebabkan
karena suplai arus ke dinamo yang tidak normal. Sebagai tanda ada problem, lampu indikator
EPS umumnya akan menyala. Setelah lampu menyala, sistem EPS secara otomatis akan tidak
berfungsi alias terasa berat diputar.
Mendeteksi problem perlu menggunakan alat khusus. Pada bengkel resmi sudah pakai alat
scan untuk mendiagnosa secara elektronik. Namun paling mudah bisa dilakukan sendiri
dengan cara memeriksa kondisi sekring. Pastikan kondisi sekring tidak longgar, korosi
hingga putus dalam boks sekring pusat yang letaknya dalam ruang mesin. Kemungkinan
kerusakan terjadi pada komponen lain yang harus diperiksa oleh bengkel. Baik pada bagian
soket penghubung, modul, dinamo ataupun sensor setir dan sensor kecepatan.
Pada kecepatan rendah gaya gesek ban dengan jalan cukup tinggi, apalagi untuk tipe ban
tekanan rendah dengan telapak ban yang lebar.
Power steering mempunyai dua tipe peralatan yaitu tipe hidraulis yang menggunakan tenaga
mesin, dan yang lainnya menggunakan motor listrik atau biasa di sebut Electric Power
Steering (EPS).
Pada power steering yang menggunakan tenaga mesin , tenaga mesin di pakai untuk
menggerakkan pompa, sedangkan pada jenis yang menggunakan motor listrik, pompa
digerakkan oleh motor listrik. Keduanya sama – sama bertujuan untuk membangkitkan
tekanan hidraulis yang dipakai untuk menggerakkan torak pada power cylinder dan
memberikkan tambahan tenaga pada pinion dan rack.
Syarat sebuah power steering harus sesuai dengan gaya pengemudian dimana pada saat
kecepatan rendah usaha pengemudian harus lebih rendah (ringan) dan semakin tinggi
kecepatan kendaraan, maka usaha yang diperlukan untuk pengemudian harus semakin kecil.
Untuk memperoleh gaya kemudi yang sesuai, beberapa mobil memiliki power steering
dengan peralatan khusus yang dipasang pada pompa (vane pump) atau gear housing.
Power steering yang menggunakan sensor yang terpasang pada gear housing merupakan tipe
power steering dengan sensor kecepatan kendaraan, dimana kecepatan kendaraan dideteksi
dengan speed sensor dan tekanan fluida yang bekerja pada pompa akan berubah ubah
berdasarkan sensor kecepatan.
Power steering yang menggunakan sensor yang terpasang pada vane pump merupakan tipe
pwer steering dengan sensor putaran mesin (RPM). Pada tipe pengindera rpm mesin, di atas
kecepatan tertentu volume aliran fluida diturunkan sehingga tekanan yang bekerja pada
1. Bila kendaraan mau belok sebaiknya jalan atau gerak dulu baru belok.
2. Jangan terlalu sering membelokkan steer sampai mentok/patah terlalu lama.
3. Memilih minyak Power Steering yang original (jenis ATF).
4. Memilih spare parts yang original bila diservice.
5. Untuk hidrolik jenis rack steer, disarankan setiap mencuci kendaraan karet pelindung
(boot steer) kanan dan kiri diperiksa, apakah lepas, robek atau terjadi kerusakan
lainnya.
6. Jika parkir kendaraan, hendaknya posisi roda bagian depan harus lurus.
7. Gunakan jenis ban dengan tingkat gesekannya rendah
1. Reservoir
2. Unit pompa
3. Pipa pendingin
4. Unit pengatur sirkit aliran minyak
5. Rumah gigi kemudi
6. Saluran pembagi
pompa torak, membran, plunger, roda gigi luar, roda gigi dalam, vane, screw dan lain-lain.
Tekanan yang diperlukan merupakan tekanan secara menerus (continue), sehingga tipe
pompa yang digunakan adalah tipe Vane atau Roda Gigi. Pompa menghasilkan tekanan
dengan memanfaatkan putaran mesin, sehingga volume pemompaan sebanding dengan
putaran mesin.
Pengaturan jumlah minyak yang mengalir keluar dari pompa diatur oleh flow control valve,
sehingga selalu konstant. Pada kenyataannya, karena tahanan pengemudian pada kecepatan
tinggi berkurang maka jumlah aliran minyak juga harus dikurangi, supaya stabilitas
pengemudian tetap terjaga Pada power steering rpm sensing dan power steering yang
mempunyai flow control valve dengan built-in control spool, jumlah aliran minyak akan
diatur sesuai dengan kecepatan kendaraan.
Kerja pengaturan jumlah aliran fuida/ minyak oleh flow control valve dan control spool
adalah sebagai berikut :
a). Pada Putaran Rendah
Pada putaran rendah (650 s.d. 1250 rpm), tekanan yang dihasilkan oleh pompa akan dialirkan
ke dua saluran yaitu x (saluran ke flow control valve) dan y (saluran ke control spool). Aliran
yang melewati saluran x sebagian kembali ke pompa dan sebagian lagi keluar (P1). Aliran P1
diteruskan melewati orifice 1 & 2 dan terbagi menjadi dua yaitu output pompa dan dialirkan
ke sebelah kiri flow control valve menjadi tekanan P2. Perbedaan tekan P1 dan P2 tergantung
putaran mesin. Pada saat putaran mesin naik maka terjadi kenaikan perbedaan antara P1 dan
P2.
Apabila tekanan P1 melebihi kekuatan pegas ”A”, maka flow control valve akan bergerak
kek kiri, sehingga membuka saluran pengeluaran ke sisi pengisapan pompa sehingga jumlah
aliran pengeluaran tidak naik. Pada kondisi ini jumlah aliran minyak dikontrol pada ± 6.6 ltr/
min.
b). Pada Putaran Menengah
Pada saat putaran menengah (1250 s.d. 2500 rpm) tekanan pengeluaran pompa (P1) yang
bekerja pada sisi kiri control spool valve mempunyai tekanan yang mampu mengalahkan
tekanan pegas ”B”, sehingga control spool valve tergerakkan ke kanan. Dengan bergesernya
control spool valve maka besarnya lubang orifice 2 berkurang, sehingga tekanan out-put
pompa dan tekanan P2 berkurang yang menyebabkan flow control valve semakin bergeser ke
kiri.
Jadi pada posisi putaran menengah control spool valve akan tergeser ke kanan dan
memperkecil orifice 2 sehingga mengurangi volume fluida yang melalui orifice.
c). Pada Putaran Tinggi
Jika putaran mencapai lebih dari 2500 rpm, control spool valve akan optimum terdorong ke
kanan sehingga menutup orifice 2 dengan sempurna. Pada kondisi ini out-put pompa dan P2
hanya melalui orrifce 1, sehingga jumlah alirannya menjadi kecil, yaitu 3.3 ltr/ min.
Di dalam flow control valve terdapat relief valve yang berfungsi untuk mengatur tekanan
kerja. Jika tekanan kerja mencapai 80kg/ cm2, pegas relief valve akan terdorong sehingga
relief valve terbuka dan P2 turun.
Oil reservoir
Oil reservoir berfungsi untuk menampung oli P/S.
Tubes/Hose (selang)
Selang ini berfungsi yang menyalurkan oli yang bertekanan tinggi dari Vane Pump ke
bagian Rack Pinion/Gearbox, dengan perputaran/rotasi yang sangat cepat maka dapat
menimbulkan efek bunyi jika bahan selang yang dipakai kurang bagus kualitasnya.
Sistem power steering menggunakan tekanan hidrolis yang dibangkatkan oleh power steering
pump gunanya adalah untuk mengurangi langkah usaha yang diperlukan untuk memutar
kemudi. Power steering pump dipasang di depan engine. Pompa yang dipakai adalah tipe
vane-type, dan digerakkan oleh crankshaft melalui drive belt.
Minyak power steering ditarik dari reservoir ke pompa pada saat mesin dalam keadaan hidup.
Minyak ini ditekan oleh satu power steering switch dan control valve yang letaknya di dalam
power steering pump.
2. Electric Power Steering
Pada mobil toyota tahun 2005 sudah menerapkan Electric Power Steering (EPS), dimana
proses kerja power steering yang awalnya menggunakan sistem hidrolis berubah menjadi
sistem elektris.
Ciri khas yang terdapat pada EPS adalah sudah tidak menggunakan pompa power steering.
Pada mobil toyota tahun 2005 sudah menerapkan Electric Power Steering (EPS), dimana
proses kerja power steering yang awalnya menggunakan sistem hidrolis berubah menjadi
sistem elektris.
a. Cara kerja sistem electric power steering (EPS)
Ketika kunci di putar ke posisi On, Control module memperoleh arus listrik untuk kondisi
stand bay, bersamaan dengan itu indikator EPS pada panel instrumen menyala. Dan ketika
mesin dihidupkan, Noise suppressor segera menginformasikan pada control module untuk
mengaktifkan motor listrik dan clutch pun langsung menghubungkan motor dengan batang
setir.
Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas memberi informasi pada control
module ketika setir mulai diputar yang dinamakan Torque Sensor, alat ini akan memberikan
informasi kepada control module sejauh mana setir diputar dan seberapa cepat
putarannya.Dengan informasi tersebut control module segera mengirim arus listrik sesuai
kebutuhan , motor listrik akan memutar gigi kemudi, dengan begitu proses memutar setir
menjadi ringan.Vehicle speed sensor bertugas begitu mobil mulai melaju. sensor ini
memberikan informasi bogi control module tentang kecepatan kendaraan, jika kecepatan
melampaui 80 KM maka motor elektrik akan di nonaktifkan sehingga dengan begitu setir
menjadi berat dan meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini mengatur besarnya arus listrik
sesuai yang dibutuhkan oleh motor listrik dan memberikan kode tertentu jika ada malfungsi
pada system
Cara kerja Sistem Electric Power Steering (EPS) adalah saat kunci diputar ke posisi ON,
Control Module memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by, bersamaan dengan itu
indikator EPS pada panel instrumen menyala. Saat mesin hidup, Noise Suppressor segera
menginformasikan pada Control Module untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun
langsung menghubungkan motor dengan batang setir. Salah satu sensor yang terletak pada
steering rack bertugas memberi informasi pada Control Module ketika setir mulai diputar.
Disebut Torque Sensor, ia akan mengirimkan informasi tentang sejauh apa setir diputar dan
seberapa cepat putarannya. Dengan dua informasi tersebut, Control Module segera mengirim
arus listrik sesuai yang dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan
begitu proses memutar setir menjadi ringan. Vehicle Speed Sensor bertugas begitu mobil
mulai melaju. Sensor ini menyediakan informasi bagi control module tentang kecepatan
kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor elektrik akan
dinonaktifkan oleh Control Module.
Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini
mengatur besarnya arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, Control Module juga
mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem EPS. Lampu indikator EPS pada panel instrumen
akan menyala berkedip tertentu andai terjadi kerusakan. Selanjutnya, Control Module
menonaktifkan motor elektrik dan clutch akan melepas hubungan motor dengan batang setir.
Namun karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan setir via
batang baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar setir akan
terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.
Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat elektronik seperti:
1. Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.
2. Pengaturan steering effort berdasarkan kecepatan kendaraan.
3. Pada kecepatan sedang dan cepat, steering effort secara akan bertambah untuk
menambah kestabilan dan kenyamanan kemudi.
4. Pada kecepatan sedang dan cepat, ketika posisi kemudi berada atau mendekati posisi
netral, fungsi reactionary plunger akan menambah steering effort agar kemudi lebih
stabil.
5. Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat,
meskipun ada rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi
arah control kemudi, karena tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi
tinggi sama seperti power steering konvensional.
6. Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal,
temasuk control unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih
bisa di dapat.
1. Periksa power steering belt (belt pemutar pompa power steering). Jika kondisinya
rusak maka harus diganti namun jika hanya kendor/ longgar lakukanlah penyetelan
kekencangan belt-nya (lihat spesifikasi pada workshop manual).
2. Periksa minyak power steering. Cek jumlah dan kualitas minyak dengan melihat deep
stik pada tabung recervoir. Lakukan juga pengecekan terhadap kebocoran yang
mungkin terjadi pada pipa/ selang penghubung. Jika ada kebocoran perbaiki atau atasi
terlebih dahulu kebocoran yang terjadi, tambahkan minyak power steering pada
recervoir dan lakukan bleeding. Bleeding dilakukan dengan menghidupkan mesin
pada 100 rpm, kemudian roda kemudi diputar secara maksimum ke kanan dan ke kiri
tiga atau emapat kali.
KONSTRUKSI SISTEM
KEUNGGULAN EPS
EPS tidak hanya melakukan fungsi power steering biasa, namun juga bisa mengontrol
tekanan hydraulic pressure yang bereaksi berdasarkan counter-force plunger yang ada pada
gear box tetapnya di dalam input shaft, oleh karena itulah karakteristik steering effort vs.
tekanan hydraulic bervariasi tergantung dari kecepatan kendaraan untuk memberikan
karakteristik kemudi yang optimal pas dengan kecepatan kendaraan dan kondisi kemudi.
1. Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.
2. Pengaturan steering effort berdasarkan kecepatan kendaraan.
3. Pada kecepatan sedang dan cepat, steering effort secara akan bertambah untuk menambah
kestabilan dan kenyamanan kemudi.
4. Pada kecepatan sedang dan cepat, ketika posisi kemudi berada atau mendekati posisi
netral, fungsi reactionary plunger akan menambah steering effort agar kemudi lebih stabil.
5. Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat, meskipun
ada rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi arah control
kemudi, karena tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi tinggi sama seperti
power steering konvensional.
6. Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal, temasuk
control unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih bisa di dapat.
Pengertian, Fungsi, Komponen, Cara Kerja, dan Cara Memperbaiki Sistem Kemudi Mobil
(kemudi manual, power steering dan electric power steering)
Pengertian, Fungsi, Komponen, Cara Kerja, dan Cara Memperbaiki Sistem Kemudi Mobil
(kemudi manual, power steering dan electric power steering)
Sumber : http://gadogadosaya.wordpress.com/2009/08/11/tips-bedah-perawatan-electric-
power-steering-sistem-kemudi-mobil/
http://dutro99.blogspot.com/2013/01/memperbaiki-sistem-kemudi-mobil.html
Sistem Kemudi
Fungsi sistem kemudi
Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan
roda-roda depan.
Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear.
Steering gear memperbesar tenaga putar ini sehingga dihasilkan momen yang lebih besar
untuk menggerakkan roda depan melalui steering linkage.
Gambar Sistem kemudi
Pada dasarnya sistem kemudi dibedakan menjadi dua yaitu :
A. Sistem kemudi secara manual
- Dibutuhkan tenaga yang besar untuk menggerakkan roda kemudi
- Pengemudi lebih cepat lelah
B. Sistem kemudi yang memakai power steering
Penggunaan power steering memberikan keuntungan seperti :
- Mengurangi daya pengemudian ( steering effort )
- Kestabilan yang tinggi selama pengemudian
C. Sistem kemudi elektrik (Electric Power Steering)
Sistem kemudi secara manual jarang dipakai terutama pada mobil-mobil modern. Pada sistem
ini dibutuhkan adanya tenaga yang besar untuk mengemudikannya. Akibatnya pengemudi
akan cepat lelah apabila mengendarai mobil terutama pada jarak jauh.
Tipe sistem kemudi secara manual yang banyak digunakan adalah :
1. Recirculating ball
Cara kerjanya :
Pada waktu pengemudi memutar roda kemudi, poros utama yang dihubungkan dengan roda
kemudi langsung membelok. Di ujung poros utama kerja dari gigi cacing dam mur pada bak
roda gigi kemudi menambah tenaga dan memindahkan gerak putar dari roda kemudi ke
gerakan mundur maju lengan pitman ( pitman arm ).
Kerugian :
- Konstruksi rumit karena hubungan antara gigi sector dan gigi pinion tidak langsung
- Biaya perbaikan lebih mahal
Keuntungan :
- Konstruksi ringan dan sederhana
- Persinggungan antara gigi pinion dan rack secara langsung
- Pemindahan momen relatif lebih baik, sehingga lebih ringan
Kerugian :
- Bentuk roda gigi kecil, hanya cocok digunakan pada mobil penumpang ukuran kecil atau
sedang
- Lebih cepat aus
- Bentuk gigi rack lurus, dapat menyebabkan cepatnya keausan
1. STEERING COLUMN
Steering column atau batang kemudi merupakan tempat poros utama. Steering column terdiri
dari main shaft yang meneruskan putaran roda kemudi ke steering gear, dan column tube
yang mengikat main shaft ke body. Ujung atas dari main shaft dibuat meruncing dan
bergerigi, dan roda kemudi diikatkan ditempat tersebut dengan sebuah mur.
Steering column juga merupakan mekanisme penyerap energi yang menyerap gaya dorong
dari pengemudi pada saat tabrakan.
Gambar Steering Column
Steering columnjuga merupakan mekanisme penyerap energi yang menyerap gaya dorong
dari pengemudi pada saat tabrakan.
Ada dua tipe steering column yaitu :
1. Model Collapsible
Waktu Tabrakan
Dorongan badan pengemudi terhadap roda kemudi memutuskan pen-pen plastik dan
menyebabkan poros utama atas dan tabung batang kemudi terdorong maju, sementara tabung-
tabung atas dan bawah dihubungkan oleh bola-bola baja.
Tahanan meluncur bola-bola ini menyerap kekuatan dorong badan pengemudi.
Animasi saat terjadi kecelakaan pada mobil mengunakan sistem kemudi model non
collapsible
b. STEERING GEAR
Steering gear tidak hanya berfungsi untuk mengarahkan roda depan, tetapi dalam waktu yang
bersamaan juga berfungsi sebagai gigi reduksi untuk meningkatkan momen agar kemudi
menjadi ringan. Untuk itu diperlukan perbandingan reduksi yang disebut perbandingan
steering gear, dan biasanya perbandingannya antara 18 sampai dengan 20 : 1.
Perbandingan yang semakin besar akan menyebabkan kemudi menjadi semakin ringan, tetapi
jumlah putarannya akan bertambah banyak, untuk sudut belok yang sama.
Ada beberapa tipe steering gear, tetapi yang banyak digunakan dewasa ini adalah
Gambar Recirculating ball
Gambar Rack and pinion.
Tipe yang pertama, digunakan pada mobil penumpang ukuran sedang sampai besar dan mobil
komersial. Sedangkan tipe kedua, digunakan pada mobil penumpang ukuran kecil sampai
sedang.
Sudut belok dan gear ratio Pada diagram dapat dilihat hubungan sudut putar sector dengan
gear ratio. Pada saat lurus atau sektor shaft berputar 2,5 ° ke kiri atau ke kanan gear ratio
masih tetap 19,5 : 1. Sedangkan pada saat belok dengan sudut putar sektor 37° gear ratio
menjadi besar yaitu 21,5 : 1. Oleh karena itu pada saat membelok kemudi menjadi ringan.
c. STEERING LINKAGE
Steering linkage terdiri dari rod dan arm yang meneruskan tenaga gerak dari steering gear ke
roda depan. Walaupun mobil bergerak naik dan turun, gerakan roda kemudi harus diteruskan
ke roda-roda depan dengan sangat tepat setiap saat. Ada beberapa tipe steering linkage dan
konstruksi joint yang dirancang untuk tujuan tersebut. Bentuk yang tepat sangat
mempengaruhi kestabilan pengendaraan.
1. Steering linkage untuk suspensi rigid
4. Relay Rod
5. Tie Rod
8. Steering knuckle
9. Idler arm
B. POWER STEERING
Sistem kemudi ini memiliki sebuah booster hidraulis dibagian tengah mekanisme kemudi
agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam keadaan normal beratnya putaran roda kemudi
adalah 2-4 kg ( lihat gambar )
Animasi cara kerja power steering
Sistem power steering direncanakan untuk mengurangi usaha pengemudian bila kendaraan
bergerak pada putaran rendah dan menyesuaikan pada tingkat tertentu bila kendaraan
bergerak, mulai kecepatan medium sampai kecepatan tinggi.
Penggunaan power steering memberikan keuntungan seperti :
- Mengurangi daya pengemudian ( steering effort )
- Kestabilan yang tinggi selama pengemudian
Cara kerja power steering :
1. Posisi netral
Minyak dari pompa dialirkan ke katup pengontrol ( control valve ). Bila katup pengontrol
berada pada posisi netral, semua minyak akan mengalir melalui katup pengontrol ke saluran
pembebas ( relief port )dan kembali ke pompa. Pada saat ini tidak terbentuk tekanan dan
arena tekanan kedua sisi sama, torak tidak bergerak.
Animasi gerakan fluida pada posisi netral
2. Pada saat membelok
Pada saat poros utama kemudi (steeringmain shaft) diputar ke salah satu arah, katup
pengontrol juga akan bergerak menutup salah satu saluran minyak. Saluran yang lain akan
terbuka dan akan terjadi perubahan volume aliran minyak dan akhirnya terbentuk tekanan.
Pada kedua sisi torak akan terjadi perbedaan tekanan dan torak akan bergerak ke sisi yang
bertekanan rendah sehingga minyak yang berada dalam ruangan tersebut akan dikembalikan
ke pompa melalui katup pengontrol.
Animasi gerakan fluida pada saat berbelok
VANE PUMP
Vane pump yang berfungsi membangkitkan tekanan hidraulis, pada bagian atas pompa
terdapat reservoir yang selalu terisi air dengan fluida khusus, dan permukaan fluida harus
selalu diperiksa secara teratur. Untuk tujuan tersebut, bila seseorang memeriksa tinggi
permukaan fluida, pengecekan kondisi fluida perlu dilakukan termasuk temperatur fluida,
adanya gelembung atau fluida menjadi keruh. Yang perlu diperhatikan bahwa volume fluida
power steering tidak berubah kecuali jika terdapat kebocoran.
Flow control : fungsi untuk mengatur volume aliran minyak dari pompa ke gear
valve housing
dan menjaga agar volumenya tetap pada rpm pompa yang berubah-
ubah.
Peralatan idle up : berfungsi untuk menaikkan rpm mesin pada saat pompa memperoleh
beban
maksimum
DIAGNOSA
Diagnosis ( trouble shooting ) sistem kemudi secara manual
Pada saat memeriksa system kemudi, perhatikan bahwa antara system kemudi dengan roda-
roda depan ada kaitannya, demikian juga dengan suspensi, poros dan rangka. Adanya
hubungan tersebut disebabkan oleh system kemudi, suspensi atau yang lainnya. Oleh karena
itu, sebelum memutuskan bahwa gangguan terdapat pada system kemudi, pertimbangkan dan
periksa semua penyebab lain yang mungkin ada.
Memeriksa tinggi permukaan oli pada gear box
- Cara memeriksanya sebagai berikut :
- Tempatkan kendaraan pada tempat yang rata
- Periksa tinggi permukaan oli
- Bersihkan bagian atas dan roda gigi kemudi
- Kendorkan dan lepaskan sumbat pembuang
- Masukkan obeng kecil ke dalam lubang pengisi oli dan ukur jaraknya.
- Tambahkan oli apabila permukaan rendah, kemudian ada kebocoran atau tidak.
- Pasang kemlai sumbat penguapan
Memeriksa lengan penghubung kemudi ( steering linkage )
Cara memeriksanya sebagai berikut :
- Tempatkan kendaraan pada tempat yang rata
- Periksa tinggi permukaan oli
- Bersihkan bagian atas dari roda gigi kemudi
- Kendorkan dan lepaskan sumbat pembuang
- Masukkan obeng kecil ke dalam lubang pengisi oli dan ukur jaraknya
- Tambahkan oli apabila permukaan rendah, kemudian ada kebocoran atau tidak
- Pasang kembali sumbat penguapan.
Memeriksa tinggi permukaan oli pada gear box
- Pasangkan meter tekanan dan kran, antara saluran yang dilepas dengan saluran ke luar
pompa
- Keluarkan angin yang kemungkinan ada pada sistem dengan jalan menghidupkan motor dan
memutar kemudi ke kanan dan ke kiri berkali-kali. Periksa ketinggian cairan, tambahkan
bilamana perlu, dan biarkan meter katup sampai cairan mencapai suhu spesifikasi.
- Ukur tekanan cairan pada rumah gigi kemudi, harga spesifikasi tekanan lebih dari 72 kg/cm.
Teknologi Electric Power Steering(EPS) dibuat untuk mengerti kita. Pada EPS, mekanisme
hidraulis berganti menjadi gerakan dinamo yang mengandalkan arus listrik. “Dalam hal
perawatan pun didesain menjadi free maintenance dan enggak bikin repot lagi seperti model
konvensional,” bilang Iwan Abdurachman, technical trainee PT Toyota Astra Motor. Nah
karena bebas rawat, EPS ini jarang ditengok. Problem yang terjadi juga tidak dikenali.
Bahkan baru paham setelah kejadian. Yuk belajar bareng bersama tentang EPS.
Cara kerja Sistem Electric Power Steering (EPS) adalah saat kunci diputar ke posisi ON,
Control Module memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by, bersamaan dengan itu
indikator EPS pada panel instrumen menyala. Saat mesin hidup, Noise Suppressor segera
menginformasikan pada Control Module untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun
langsung menghubungkan motor dengan batang setir. Salah satu sensor yang terletak pada
steering rack bertugas memberi informasi pada Control Module ketika setir mulai diputar.
Disebut Torque Sensor, ia akan mengirimkan informasi tentang sejauh apa setir diputar dan
seberapa cepat putarannya. Dengan dua informasi tersebut, Control Module segera mengirim
arus listrik sesuai yang dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan
begitu proses memutar setir menjadi ringan. Vehicle Speed Sensor bertugas begitu mobil
mulai melaju. Sensor ini menyediakan informasi bagi control module tentang kecepatan
kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor elektrik akan
dinonaktifkan oleh Control Module.
Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini
mengatur besarnya arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, Control Module juga
mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem EPS. Lampu indikator EPS pada panel instrumen
akan menyala berkedip tertentu andai terjadi kerusakan. Selanjutnya, Control Module
menonaktifkan motor elektrik dan clutch akan melepas hubungan motor dengan batang setir.
Namun karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan setir via
batang baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar setir akan
terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.
3. Vehicle Speed Sensor: Terletak di girboks dan bertugas memberitahu control module
tentang kecepatan mobil.
4. Torque Sensor: Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control module
jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
5. Clutch: Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk menghubungkan
dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.
6. Noise Suppressor: Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang bekerja atau
tidak.
7. On-board Diagnostic Display: berupa indikator di panel instrumen yang akan menyala jika
ada masalah sengan sistem EPS.
KEUNGGULAN EPS
EPS tidak hanya melakukan fungsi power steering biasa, namun juga bisa mengontrol
tekanan hydraulic pressure yang bereaksi berdasarkan counter-force plunger yang ada pada
gear box tetapnya di dalam input shaft, oleh karena itulah karakteristik steering effort vs.
tekanan hydraulic bervariasi tergantung dari kecepatan kendaraan untuk memberikan
karakteristik kemudi yang optimal pas dengan kecepatan kendaraan dan kondisi kemudi.
1. Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.
3. Pada kecepatan sedang dan cepat, steering effort secara akan bertambah untuk menambah
kestabilan dan kenyamanan kemudi.
4. Pada kecepatan sedang dan cepat, ketika posisi kemudi berada atau mendekati posisi
netral, fungsi reactionary plunger akan menambah steering effort agar kemudi lebih stabil.
5. Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat, meskipun
ada rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi arah control
kemudi, karena tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi tinggi sama seperti
power steering konvensional.
6. Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal,
temasuk control unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih bisa di
dapat.PERAWATAN
Sebagai komponen yang relatif tanpa perlu lagi melakukan perawatan. Umumnya sebatas
melakukan perawatan pada komponen luar rangkaian motor elektrik. Pasalnya, parts
pengganti seperti dinamo, sensor dan komponen kecil lainnya belum dijual di pasaran. Jika
terjadi kerusakan, umumnya harus mengganti satu rangkaian. Misalnya model steer column
yang tergabung dengan dinamo atau dengan racksteer.
Walau komponen tersebut didesain tidak mudah rusak. “Sebaiknya air jangan masuk ke
motor elektrik. Seperti saat cuci mobil. Terutama buat yang letaknya tergabung dengan
racksteer atau di kolong mobil,” beber Rachmansyah Nasution.
Sebagai perawatan, menurut Rachman komponen EPS sebaiknya diperiksa secara rutin waktu
mobil dalam kondisi terangkat. Misalnya saat melakukan cuci kolong diperiksa kondisi kabel
penghubungnya. Atau bisa dengan menambahkan pelindung komponen yang bisa kemasukan
air. Mulai dari bagian soket. “Bisa ditutupi dengan balutan lakban,” pesannya.
Sekring EPS yang umumnya tertancap dalam kotak sekring dalam kabin mesin perlu
diperiksa juga. Biar enggak bermasalah, bisa semprot dengan cairan sejenis pembersih atau
contact cleaner. Atau diganti setelah tampak kendur.
Selain itu, komponen penunjang lain seperti karet boot steer dan joint steer bisa dirawat
seperti biasa. Jika tampak sobek hingga getas pada sistem semi electric artinya perlu
penggantian segera. Jika joint steer dan bagian tie rod mulai oblak artinya perlu penggantian
juga seperti merawat PS biasa saja.
DETEKSI
Permasalahan yang ditemukan dalam sistem EPS tentu macam-macam. Jika berat seperti
yang dirasakan Firman, biasanya disebabkan karena suplai arus ke dinamo yang tidak normal.
Sebagai tanda ada problem, lampu indikator EPS umumnya akan menyala. Setelah lampu
menyala, sistem EPS secara otomatis akan tidak berfungsi alias terasa berat diputar.
Mendeteksi problem perlu menggunakan alat khusus. Pada bengkel resmi sudah pakai alat
scan untuk mendiagnosa secara elektronik. Namun paling mudah bisa dilakukan sendiri
dengan cara memeriksa kondisi sekring. Pastikan kondisi sekring tidak longgar, korosi
hingga putus dalam boks sekring pusat yang letaknya dalam ruang mesin. Kemungkinan
kerusakan terjadi pada komponen lain yang harus diperiksa oleh bengkel. Baik pada bagian
soket penghubung, modul, dinamo ataupun sensor setir dan sensor kecepatan.