Toyota mengembangkan teknologi power steering dengan menggunakan Electric Power Steering
(EPS) untuk menggantikan sistem lama yaitu Hidraulic Power Steering (HPS), hal ini menambah
kenyamanan dalam mengendarai mobil.
1. Fully Electric, secara langsung gerakan kemudi dibantu oleh motor elektrik, yang
letaknya tidak menempel pada mesin melainkan pada steering column.
2. Semi Electric, motor elektrik sebagai pendorong sistem hidraulik dan masih memerlukan
minyak agar gerakan kemudi menjadi ringan, letaknya juga telah tidak menempel di
mesin.
1. Pada saat pengemudi memutar roda kemudi, sebuah sensor torsi kemudi mendapat sinyal
posisi dan kecepatan rotasi dari roda kemudi.
2. Sinyal dari sensor torsi kemudi tersebut dikirimkan ke EPS ECU (Electronic Control
Unit), bersamaan sinyal lainnya dari ECM (Electronic Control Module) seperti kecepatan
kendaraan dan kecepatan mesin.
3. EPS ECU memerintah motor listrik untuk memberikan kemampuan daya putar tambahan
pada steering rack dalam jumlah tertentu yang diperlukan.
4. Daya putar tambahan tersebut disalurkan ke roda-roda sehingga roda kemudi menjadi
lebih responsif.
Elektronik Power Stering ( EPS) perangkat yang membatu meringankan sistem kemudi.
Elektronik Power Steering adalah pengembangan lanjutan dari sistem Hidrolik Power Steering.
Kerja alat Elektronik Power Stering pada awalnya menggunakan semi elektronik, di mana motor
elektronik masih memutar pompa hidrolik. Seiring berkembangnya teknologi motor elekronik
sudah lansung memutar rack.
Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.
Pada saat melaju kencang putaran kemudi akan di beratkan agar mobil tetap stabil
Pada kecepatan sedang dan cepat, stering effort akan bertambah untuk menambahjan
kestabilan dan kenyamanan kemudi
Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat, meskipun
ada rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi arah control
kemudi, karena tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi tinggi sama seperti
power steering konvensional.
Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal, temasuk
control unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih bisa di dapat.
2.
Prinsip kerja Elektronik Power Steering ( EPS ) hampir sama dengan Hidrolik Power Steering
tapi, pada EPS tidak menggunaka pompa power string lagi sehinga tidak membebani mesin.
Dengan di gantikannya pompa hidrolik dengan motor elektronik maka beban mesin berkurang
sehingga putran mesin menjadi lebih enteng dan akan membuat konsumsi bahan bakar menjadi
lebih hemat.
EPS berkerja dengan mengunakan sensor dari ecu. Nantinya, ECU ini yang akan berkordinasi
dengan ECU utama mobil untuk mengambil data kecepatan dan lainnya.
Gunanya demi keamanan. Maksudnya, dalam kecepatan rendah setir harus dibuat seringan
mungkin, sedangkan kecepatan tinggi justru dibuat lebih berat agar kemudi tak mudah berubah
arah. Alhasil, energi listrik yang dibutuhkan EPS justru ada di putaran mesin rendah.
Cara kerjanya, torque sensor yang ada di kolom setir akan membaca putaran setir yang dilakukan
pengemudi, lalu mengubahnya menjadi sinyal listrik. Lantas ECU akan memerintahkan sinyal ini
untuk menggerakan motor listrik, menggunakan arus DC.
Nantinya, akan ada perangkat reduction mechanism yang akan mengurangi kecepatan motor
listrik melalui penggunaan worm gear dan wheel gear, untuk memberikan respon kembali pada
setir.
Motor listrik ini punya trafo sendiri untuk membangkitkan listrik yang dibutuhkan. Kalau
tegangan aki hanya sebesar 12 volt, maka motor listrik EPS bisa hingga 14 volt, dalam posisi
bekerja penuh.
Nah, perintah utamanya hanya dari gerakan setir. Jadi, ketika setir berada dalam posisi lurus.
Pastinya torque sensor tak akan membaca beban yang harus dikeluarkan. Motor listrik pun
berhenti bekerja.
POWER STEERING
Power steering merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk meringankan memutar sistem
kemudi kendaraan sehingga menghasilkan putaran kemudi yang ringan tanpa membutuhkan
tenaga yang berarti untuk mengendalikan kemudi. Dalam perkembangannya power steering
terbagi menjadi 2, yaitu : Hidrolik Power Steering dan Elektronik Power Steering.
A. HYDRAULIC POWER STEERING
Rack-and-pinion assembly merupakan unit hydraulic-mechanical dengan integral piston dan rack
assembly. Di dalamnya ada satu rotary valve yang mengarahkan aliran minyal power steering
dan mengontrol tekanan untuk mengurangi steering effort (suatu usaha daya yang diperlukan
untuk memutar kemudi). Ketika kemudi diputar, tahanan yang terbentuk oleh adanya berat dari
kendaraan dan gesekan roda ke ban, menyababkan torsion bar di dalam rotary valve menjadi
agak cenderung melenceng. Hal ini akan merubah posisi valve spool dan sleeve, karena itulah
diperlukan pengarahan pelumas bertekanan ke proper end yang terdapat pada power cylinder.
Perbedaan tekanan pada sisi piston (yang dipasang pada rack) membantu menggerakkan rack
untuk mengurangi langkah usaha putar. Pelumas di dalam power cylinder yang berlawanan
didesak ke control valve dan kembali ke pump reservoir. Ketika steering effort berhenti, maka
control valve akan diketengahkan oleh gaya melintir dari torsion bar, tekanan pada kedua sisi
piston akan disamakan, dan roda depan kembali ke posisi lurus ke depan.
KONSTRUKSI SISTEM
KEUNGGULAN EPS
EPS tidak hanya melakukan fungsi power steering biasa, namun juga bisa mengontrol tekanan
hydraulic pressure yang bereaksi berdasarkan counter-force plunger yang ada pada gear box
tetapnya di dalam input shaft, oleh karena itulah karakteristik steering effort vs. tekanan
hydraulic bervariasi tergantung dari kecepatan kendaraan untuk memberikan karakteristik
kemudi yang optimal pas dengan kecepatan kendaraan dan kondisi kemudi.
1. Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.
2. Pengaturan steering effort berdasarkan kecepatan kendaraan.
3. Pada kecepatan sedang dan cepat, steering effort secara akan bertambah untuk menambah
kestabilan dan kenyamanan kemudi.
4. Pada kecepatan sedang dan cepat, ketika posisi kemudi berada atau mendekati posisi netral,
fungsi reactionary plunger akan menambah steering effort agar kemudi lebih stabil.
5. Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat, meskipun ada
rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi arah control kemudi,
karena tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi tinggi sama seperti power steering
konvensional.
6. Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal, temasuk control
unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih bisa di dapat.
Di era modern ini, mobil-mobil sudah tidak jadul lagi semua serba otomatis, dari mau buka kaca
jendela tinggal pencet, mau buka pintu bagasi juga tinggal pencet tombol sekali doank... tapi
sekarang saya akan menshare sistem-sistem terbaru yang terdapat dimobil jaman sekarang.....
Pada saat pengendara memutar stir,sebuah sensor torsi kemudi mendapat sinyal posisi
dan kecepatan rotasi dari roda kemudi
Sinyal dari sensor torsi kemudi tersebut dikirim ke EPS ECU (Electronic Control Unit),
bersamaan sinyal lainnya dari ECM (Electronic Control Module)Seperti kecepatan
kendaraan dan kecepatan mesin
EPS ECU memerintah motor listrik untuk memberikan kemampuan daya putar tambahan
pada steering rack dalam jumlah tertentu yang diperlukan
Daya putar tambahan tersebut disalurkan ke roda-roda sehingga stir menjadi lebih
responsif
3. TRANSAXLE AUTOMATIC (Transmisi Otomatis/matic)
Transmisi otomatis (matic) adalah transmisi yang melakukan perpindahan gigi percepatan
secara otomatis. Untuk mengubah tingkat kecepatan pada sistem transmisi otomatis ini
digunakan mekanisme gesek dan tekanan minyak transmisi otomatis. Pada transmisi otomatis,
roda gigi planetari berfungsi untuk mengubah tingkat kecepatan dan torsi seperti halnya pada
roda gigi transmisi manual. Keuntungan memakai transmisi matic daripada transmisi manual
yaitu lebih efisian secara penggunaan dan lebih simpel dalam perawatan karena tidak
menggunakan sistem kopling seperti yang digunakan oleh transmisi manual
Efek sistem keselamatan : Mengurangi resiko kecelakaan fatal (Data yang dikeluarkan oleh
NHTSA : 1999)
Jika hanya menggunakan Seat belt (sabuk pengaman) : Tingkat berkurangnya adalah 45%
Jika menggunakan Airbag : Tingkat berkurangnya adalah 14%
Jika menggunakan Seat belt dan Airbag : Tingkat berkurangnya adalah 50%
Elektronik Power Steering (EPS) merupakan generasi saat ini dari Power Steering, yaitu power
steering sistem kerjanya secara elektronik atau komputerisasi. Meskipun ada yang masih semi
elekronik seperti yang disebutkan diatas. Nah yang semi elektronik ini sebenarnya masih disebut
dengan Elektronik Power Steering(EPS) karena pada dasarnya masih mengandalkan sistem
elektris, tetapi sistemnya merupakan kombinasi antara elektris dan hidrolis. Masih mengandalkan
pompa dan tekanan oli untuk membantu kemudi tetapi menggunakan elektronik untuk
menggerakkan pompanya. Generasi terbaru sekarang adalah Elekronik Power Steering yang full
elektronik jadi tidak dibutuhkan lagi pompa hidrolik,belt dan oli, digantikan oleh motor elektris
untuk mengerakan kemudi. Pada EPS komponen utamanya adalah rack setir untuk
menggerakkan kemudi,motor elektris untuk membantu rack menggerakkan setir dan ECU
khusus EPS yang mengatur pergerakan motor elektris. Maka dari itu dengan EPS bisa diatur
berat dan ringan setir sesuai dengan kondisi jalannya, bila dalam kecepatan rendah setir terasa
ringan kemudian bila dalam kecepatan tinggi setir dibuat berat (faktor keamanan). Kelebihan
dari EPS ini barang tentu adalah komponen Power Steering menjadi lebih ringan dan ringkas
karena tidak adanya pompa hidrolis,tidak menggunakan oli dan belt. Sehingga perawatan
menjadi lebih mudah dan gampang malah tidak perlu dirawat secara rutin, tetapi hanya perlu
perlakukan khusus dalam menggerakan kemudi(jangan menggerakan kemudi pada saat mesin
mati dan diam). Kelemahan dari EPS ini adalah bila terlanjur rusak maka perlu biaya yang
lumayan besar dan tentunya lebih sulit dalam perbaikannya. Bila rusak biasanya akan muncul
secara terus menerus tanda EPS atau simbol setir di dashboard, bila rusak segera ke bengkel yang
mumpuni dalam EPS.
Oh iya untuk penempatan unit EPS ini terdapat dua versi, yaitu ditempatkan pada batang setir
dan ditempatkan pada rack setir. Secara garis besar tidak ada perbedaan dalam sistem kerja
hanya perbedaan penempatan saja. Oh iya lagi bila EPS rusak bukan berarti setir tidak dapat
digerakkan, setir tetap bisa bergerak normal tetapi setir akan menjadi lebih berat dari biasanya.
CMIIW
Electric Power Steering (Sistem Kemudi Mobil)
Teknologi Electric Power Steering(EPS) dibuat untuk mengerti kita. Pada EPS,
mekanisme hidraulis berganti menjadi gerakan dinamo yang mengandalkan arus
listrik. Dalam hal perawatan pun didesain menjadi free maintenance dan enggak
bikin repot lagi seperti model konvensional, bilang Iwan Abdurachman, technical
trainee PT Toyota Astra Motor. Nah karena bebas rawat, EPS ini jarang ditengok.
Problem yang terjadi juga tidak dikenali. Bahkan baru paham setelah kejadian. Yuk
belajar bareng bersama tentang EPS.
Model Fully electric cenderung paling responsif
Semua EPS yang diaplikasikan, pada dasarnya tetap menggunakan tenaga bantuan
motor elektrik. Perbedaaannya bisa dibagi dua. Pertama dengan sebutan fully
electric. Artinya motor listrik bekerja langsung dalam [img]membantu gerakan
kemudi. Baik yang letaknya menempel pada batang kemudi, seperti pada Toyota
Yaris dan Vios. Juga yang letaknya menempel pada rack steer seperti Honda Jazz,
Suzuki Karimun dan Swift. Bahkan pada generasi awal yang diterapkan Mazda
Vantrend lansiran 1995 ataupun Toyota Crown keluaran 2005, di tempatkan pada
gearbox steering.
Kedua model semi electric. Putaran motor elektrik hanya dimanfaatkan untuk
mendorong hidraulis. Ini sebagai pengganti pompa power steering yang menempel
di mesin dan diputar oleh sabuk V-belt. Misalnya seperti pada Chevrolet Zafira dan
Mercedes Benz A-Class. Perangkat EPS yang digunakan tentunya tidak lagi
menempel pada mesin. Namun masih mengandalkan minyak untuk meringankan
gerak setir. Biasanya perangkat ini juga masih menggunakan slang tekan dan slang
balik dari minyak.
CARA KERJA ELECTRIC POWER STEERING
Cara kerja Sistem Electric Power Steering (EPS) adalah saat kunci diputar ke posisi ON, Control Module
memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by, bersamaan dengan itu indikator EPS pada panel
instrumen menyala. Saat mesin hidup, Noise Suppressor segera menginformasikan pada Control Module
untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun langsung menghubungkan motor dengan batang setir.
Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas memberi informasi pada Control Module
ketika setir mulai diputar. Disebut Torque Sensor, ia akan mengirimkan informasi tentang sejauh apa
setir diputar dan seberapa cepat putarannya. Dengan dua informasi tersebut, Control Module segera
mengirim arus listrik sesuai yang dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan begitu
proses memutar setir menjadi ringan. Vehicle Speed Sensor bertugas begitu mobil mulai melaju. Sensor
ini menyediakan informasi bagi control module tentang kecepatan kendaraan. Pada kecepatan tinggi,
umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor elektrik akan dinonaktifkan oleh Control Module.
Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini mengatur
besarnya arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja. Selain mengatur kerja
motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, Control Module juga mendeteksi jika ada malfungsi
pada sistem EPS. Lampu indikator EPS pada panel instrumen akan menyala berkedip tertentu andai
terjadi kerusakan. Selanjutnya, Control Module menonaktifkan motor elektrik dan clutch akan melepas
hubungan motor dengan batang setir. Namun karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini masih
terhubung dengan setir via batang baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau
memutar setir akan terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.
Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat elektronik seperti:
5. Clutch: Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk
menghubungkan dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.
KEUNGGULAN EPS
EPS tidak hanya melakukan fungsi power steering biasa, namun juga bisa mengontrol tekanan hydraulic
pressure yang bereaksi berdasarkan counter-force plunger yang ada pada gear box tetapnya di dalam
input shaft, oleh karena itulah karakteristik steering effort vs. tekanan hydraulic bervariasi tergantung
dari kecepatan kendaraan untuk memberikan karakteristik kemudi yang optimal pas dengan kecepatan
kendaraan dan kondisi kemudi.
1. Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.
3. Pada kecepatan sedang dan cepat, steering effort secara akan bertambah untuk menambah kestabilan
dan kenyamanan kemudi.
4. Pada kecepatan sedang dan cepat, ketika posisi kemudi berada atau mendekati posisi netral, fungsi
reactionary plunger akan menambah steering effort agar kemudi lebih stabil.
5. Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat, meskipun ada
rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi arah control kemudi, karena
tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi tinggi sama seperti power steering konvensional.
6. Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal, temasuk control
unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih bisa di dapat.PERAWATAN
Sebagai komponen yang relatif tanpa perlu lagi melakukan perawatan. Umumnya
sebatas melakukan perawatan pada komponen luar rangkaian motor elektrik.
Pasalnya, parts pengganti seperti dinamo, sensor dan komponen kecil lainnya
belum dijual di pasaran. Jika terjadi kerusakan, umumnya harus mengganti satu
rangkaian. Misalnya model steer column yang tergabung dengan dinamo atau
dengan racksteer.
Walau komponen tersebut didesain tidak mudah rusak. Sebaiknya air jangan
masuk ke motor elektrik. Seperti saat cuci mobil. Terutama buat yang letaknya
tergabung dengan racksteer atau di kolong mobil, beber Rachmansyah Nasution.
Sebagai perawatan, menurut Rachman komponen EPS sebaiknya diperiksa secara
rutin waktu mobil dalam kondisi terangkat. Misalnya saat melakukan cuci kolong
diperiksa kondisi kabel penghubungnya. Atau bisa dengan menambahkan pelindung
komponen yang bisa kemasukan air. Mulai dari bagian soket. Bisa ditutupi dengan
balutan lakban, pesannya.
Sekring EPS yang umumnya tertancap dalam kotak sekring dalam kabin mesin
perlu diperiksa juga. Biar enggak bermasalah, bisa semprot dengan cairan sejenis
pembersih atau contact cleaner. Atau diganti setelah tampak kendur.
Selain itu, komponen penunjang lain seperti karet boot steer dan joint steer bisa
dirawat seperti biasa. Jika tampak sobek hingga getas pada sistem semi electric
artinya perlu penggantian segera. Jika joint steer dan bagian tie rod mulai oblak
artinya perlu penggantian juga seperti merawat PS biasa saja.
DETEKSI
Permasalahan yang ditemukan dalam sistem EPS tentu macam-macam. Jika berat
seperti yang dirasakan Firman, biasanya disebabkan karena suplai arus ke dinamo
yang tidak normal. Sebagai tanda ada problem, lampu indikator EPS umumnya
akan menyala. Setelah lampu menyala, sistem EPS secara otomatis akan tidak
berfungsi alias terasa berat diputar.
Mendeteksi problem perlu menggunakan alat khusus. Pada bengkel resmi sudah
pakai alat scan untuk mendiagnosa secara elektronik. Namun paling mudah bisa
dilakukan sendiri dengan cara memeriksa kondisi sekring. Pastikan kondisi sekring
tidak longgar, korosi hingga putus dalam boks sekring pusat yang letaknya dalam
ruang mesin. Kemungkinan kerusakan terjadi pada komponen lain yang harus
diperiksa oleh bengkel. Baik pada bagian soket penghubung, modul, dinamo
ataupun sensor setir dan sensor kecepatan.
Power Steering hidrolik merupakan sistem power kemudi yang memanfaatkan media zat cair (oli) di
dalam berkerja. yakni oli yang di pompa untuk membantu meringankan sistem kemudi.
Power Steering elektrik merupakan sistem power kemudi yang memanfaatkan aliran listrik(motor listrik)
di dalam berkerja. yakni motor listrik yang digunakan untuk membantu meringankan sistem kemudi
Pada kecepatan rendah gaya gesek ban dengan jalan cukup tinggi, apalagi untuk tipe ban tekanan
rendah dengan telapak ban yang lebar.
Power steering mempunyai dua tipe peralatan yaitu tipe hidraulis yang menggunakan tenaga
mesin, dan yang lainnya menggunakan motor listrik atau biasa di sebut Electric Power Steering
(EPS).
Pada power steering yang menggunakan tenaga mesin , tenaga mesin di pakai untuk
menggerakkan pompa, sedangkan pada jenis yang menggunakan motor listrik, pompa
digerakkan oleh motor listrik. Keduanya sama sama bertujuan untuk membangkitkan tekanan
hidraulis yang dipakai untuk menggerakkan torak pada power cylinder dan memberikkan
tambahan tenaga pada pinion dan rack.
Syarat sebuah power steering harus sesuai dengan gaya pengemudian dimana pada saat
kecepatan rendah usaha pengemudian harus lebih rendah (ringan) dan semakin tinggi kecepatan
kendaraan, maka usaha yang diperlukan untuk pengemudian harus semakin kecil. Untuk
memperoleh gaya kemudi yang sesuai, beberapa mobil memiliki power steering dengan
peralatan khusus yang dipasang pada pompa (vane pump) atau gear housing.
Power steering yang menggunakan sensor yang terpasang pada gear housing merupakan tipe
power steering dengan sensor kecepatan kendaraan, dimana kecepatan kendaraan dideteksi
dengan speed sensor dan tekanan fluida yang bekerja pada pompa akan berubah ubah
berdasarkan sensor kecepatan.
Power steering yang menggunakan sensor yang terpasang pada vane pump merupakan tipe pwer
steering dengan sensor putaran mesin (RPM). Pada tipe pengindera rpm mesin, di atas kecepatan
tertentu volume aliran fluida diturunkan sehingga tekanan yang bekerja pada pompa akan
berkurang.
1. Bila kendaraan mau belok sebaiknya jalan atau gerak dulu baru belok.
2. Jangan terlalu sering membelokkan steer sampai mentok/patah terlalu lama.
3. Memilih minyak Power Steering yang original (jenis ATF).
4. Memilih spare parts yang original bila diservice.
5. Untuk hidrolik jenis rack steer, disarankan setiap mencuci kendaraan karet pelindung (boot
steer) kanan dan kiri diperiksa, apakah lepas, robek atau terjadi kerusakan lainnya.
6. Jika parkir kendaraan, hendaknya posisi roda bagian depan harus lurus.
7. Gunakan jenis ban dengan tingkat gesekannya rendah
1. Reservoir
2. Unit pompa
3. Pipa pendingin
4. Unit pengatur sirkit aliran minyak
5. Rumah gigi kemudi
6. Saluran pembagi
pompa torak, membran, plunger, roda gigi luar, roda gigi dalam, vane, screw dan lain-lain.
Tekanan yang diperlukan merupakan tekanan secara menerus (continue), sehingga tipe pompa
yang digunakan adalah tipe Vane atau Roda Gigi. Pompa menghasilkan tekanan dengan
memanfaatkan putaran mesin, sehingga volume pemompaan sebanding dengan putaran mesin.
Pengaturan jumlah minyak yang mengalir keluar dari pompa diatur oleh flow control valve,
sehingga selalu konstant. Pada kenyataannya, karena tahanan pengemudian pada kecepatan
tinggi berkurang maka jumlah aliran minyak juga harus dikurangi, supaya stabilitas
pengemudian tetap terjaga Pada power steering rpm sensing dan power steering yang
mempunyai flow control valve dengan built-in control spool, jumlah aliran minyak akan diatur
sesuai dengan kecepatan kendaraan.
Kerja pengaturan jumlah aliran fuida/ minyak oleh flow control valve dan control spool adalah
sebagai berikut :
a). Pada Putaran Rendah
Pada putaran rendah (650 s.d. 1250 rpm), tekanan yang dihasilkan oleh pompa akan dialirkan ke
dua saluran yaitu x (saluran ke flow control valve) dan y (saluran ke control spool). Aliran yang
melewati saluran x sebagian kembali ke pompa dan sebagian lagi keluar (P1). Aliran P1
diteruskan melewati orifice 1 & 2 dan terbagi menjadi dua yaitu output pompa dan dialirkan ke
sebelah kiri flow control valve menjadi tekanan P2. Perbedaan tekan P1 dan P2 tergantung
putaran mesin. Pada saat putaran mesin naik maka terjadi kenaikan perbedaan antara P1 dan P2.
Apabila tekanan P1 melebihi kekuatan pegas A, maka flow control valve akan bergerak kek
kiri, sehingga membuka saluran pengeluaran ke sisi pengisapan pompa sehingga jumlah aliran
pengeluaran tidak naik. Pada kondisi ini jumlah aliran minyak dikontrol pada 6.6 ltr/ min.
b). Pada Putaran Menengah
Pada saat putaran menengah (1250 s.d. 2500 rpm) tekanan pengeluaran pompa (P1) yang bekerja
pada sisi kiri control spool valve mempunyai tekanan yang mampu mengalahkan tekanan pegas
B, sehingga control spool valve tergerakkan ke kanan. Dengan bergesernya control spool valve
maka besarnya lubang orifice 2 berkurang, sehingga tekanan out-put pompa dan tekanan P2
berkurang yang menyebabkan flow control valve semakin bergeser ke kiri.
Jadi pada posisi putaran menengah control spool valve akan tergeser ke kanan dan memperkecil
orifice 2 sehingga mengurangi volume fluida yang melalui orifice.
c). Pada Putaran Tinggi
Jika putaran mencapai lebih dari 2500 rpm, control spool valve akan optimum terdorong ke
kanan sehingga menutup orifice 2 dengan sempurna. Pada kondisi ini out-put pompa dan P2
hanya melalui orrifce 1, sehingga jumlah alirannya menjadi kecil, yaitu 3.3 ltr/ min.
Di dalam flow control valve terdapat relief valve yang berfungsi untuk mengatur tekanan kerja.
Jika tekanan kerja mencapai 80kg/ cm2, pegas relief valve akan terdorong sehingga relief valve
terbuka dan P2 turun.
Oil reservoir
Oil reservoir berfungsi untuk menampung oli P/S.
Tubes/Hose (selang)
Selang ini berfungsi yang menyalurkan oli yang bertekanan tinggi dari Vane Pump ke bagian
Rack Pinion/Gearbox, dengan perputaran/rotasi yang sangat cepat maka dapat menimbulkan
efek bunyi jika bahan selang yang dipakai kurang bagus kualitasnya.
Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas memberi informasi pada control
module ketika setir mulai diputar yang dinamakan Torque Sensor, alat ini akan memberikan
informasi kepada control module sejauh mana setir diputar dan seberapa cepat
putarannya.Dengan informasi tersebut control module segera mengirim arus listrik sesuai
kebutuhan , motor listrik akan memutar gigi kemudi, dengan begitu proses memutar setir
menjadi ringan.Vehicle speed sensor bertugas begitu mobil mulai melaju. sensor ini memberikan
informasi bogi control module tentang kecepatan kendaraan, jika kecepatan melampaui 80 KM
maka motor elektrik akan di nonaktifkan sehingga dengan begitu setir menjadi berat dan
meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini mengatur besarnya arus listrik sesuai yang dibutuhkan
oleh motor listrik dan memberikan kode tertentu jika ada malfungsi pada system
Electric Power Steering
Sistem Electronic Power Steering (EPS) termasuk di dalamnya komponen yang sama
seperti pada sistem power steering konvensional. Sebagai tambahannya adalah sebuah solenoid
valve pada power steering gear box, dan satu control unit dekat dibawah audio yang terletak di
panel farcia tengah. Untuk mengontrol aliran oli pada steering gear box, disediakan satu solenoid
yang bekerja berdasarkan arus dari control module yang menerima sinyal dari VSS (Vehicle
Speed Sensor) dan TPS.
1. Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.
2. Pengaturan steering effort berdasarkan kecepatan kendaraan.
3. Pada kecepatan sedang dan cepat, steering effort secara akan bertambah untuk menambah
kestabilan dan kenyamanan kemudi.
4. Pada kecepatan sedang dan cepat, ketika posisi kemudi berada atau mendekati posisi netral,
fungsi reactionary plunger akan menambah steering effort agar kemudi lebih stabil.
5. Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat, meskipun ada
rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi arah control kemudi,
karena tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi tinggi sama seperti power
steering konvensional.
6. Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal, temasuk control
unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih bisa di dapat.
1. Periksa power steering belt (belt pemutar pompa power steering). Jika kondisinya rusak maka
harus diganti namun jika hanya kendor/ longgar lakukanlah penyetelan kekencangan belt-nya
(lihat spesifikasi pada workshop manual).
2. Periksa minyak power steering. Cek jumlah dan kualitas minyak dengan melihat deep stik pada
tabung recervoir. Lakukan juga pengecekan terhadap kebocoran yang mungkin terjadi pada
pipa/ selang penghubung. Jika ada kebocoran perbaiki atau atasi terlebih dahulu kebocoran
yang terjadi, tambahkan minyak power steering pada recervoir dan lakukan bleeding. Bleeding
dilakukan dengan menghidupkan mesin pada 100 rpm, kemudian roda kemudi diputar secara
maksimum ke kanan dan ke kiri tiga atau emapat kali.
Dengan menggunakan pressure gauge pastikan bahwa tekanan minyak tidak lebih rendah dari 65
kg/ cm pada kondisi maksimum belok dan atau pada saat idle dan
saluran pressure gauge diblok (max bloking 10 detik).
Sejarah EPS
EPS (Electric Power Steering) di Indonesia rasanya bermula ketika Mazda Vantrend memakai
perangkat ini di tahun 1990-an. Setelah itu, giliran Suzuki Karimun hingga sekarang ini terlalu
banyak mobil yang pakai. Saat itu, Vantrend masih memakai EPS yang diletakkan pada steering
rack.
Selain itu, ada model semi elektris yang memakai kombinasi elektris dengan hidrolis. Jadi, motor
elektris hanya digerakkan untuk mendorong pompa oli yang akan memutar rack setir. Contoh
pada Chevrolet Zafira ataupun Mercedes Benz A-Class. Hasilnya, masih butuh perawatan dan
penggantian oli untuk jangka panjang.
Belakangan ini, model full elektris yang dipercaya untuk memutar rack. Jadi, tak akan ada lagi
belt yang memutar pompa. Gerakan pompa digantikan oleh motor elektris.
Hanya saja, ada sedikit perbedaan posisi motor elektris. Misalkan di Toyota Yaris dan New
Avanza yang motor elektris semua ada di batang setir, sedangkan Honda New Jazz dan Suzuki
Swift menempel pada rack setir. Tapi prinsip keduanya sudah tak lagi mengandalkan pompa
hidrolis.
Sedikit flashback, power steering (PS) hidrolis punya banyak penemu awal. Mulai dari Robert
Twyford di 1900 yang mematenkan pertama kali, lalu disempurnakan oleh Francis Davis di
tahun 1926 dan Charles Hammond di era 1958. Hingga akhirnya Chrysler yang pertama kali
memakai pada kendaraan komersial di varian Imperial.
Prinsip kerja PS hidrolis menggunakan putaran mesin untuk memutar pompa power steering
dengan menggunakan belt, sehingga oli yang berada dalam sistem menjadi bertekanan tinggi dan
sanggup membantu memutar rack kemudi. Alhasil, PS hidrolis butuh slang tekanan tinggi untuk
menyalurkan oli dari pompa menuju rack.
Nah, penyakit pada PS hidrolis yaitu kebocoran pada slang, hingga rusaknya gigi pemutar pada
pompa PS. Biasanya sih terdapat bunyi berdengung ketika setir dibelokkan. Ongkos perbaikan
PS hidrolis biasanya sekitar Rp 500 ribu belum termasuk spare part, terang Jananto Widhi,
juragan MW Power Steering, bengkel spesialisasi PS di Jl. Lebak Bulus Raya No.18, Jaksel.
Tapi perawatan PS hidrolis termasuk mudah. Selama tak ada kebocoran, cukup ganti secara rutin
oli PS sesuai yang direkomendasikan masing-masing pabrikan. Lalu yakinkan oli pada tabung
reservoir tidak kurang dari level yang ditentukan.
Prinsip kerja EPS sebenarnya sama dengan hidrolis. Hanya saja tak ada lagi oli dan pompa,
berganti dengan motor elektris. Jadi, mesin pun tidak lagi terbebani harus memutar belt PS,
terang Iwan Abdurahman, Section Head Technical PT Toyota Astra Motor (TAM). Makanya,
mobil yang sudah dilengkapi EPS biasanya lebih irit konsumsi bahan bakar.
Nah, perangkat utama EPS yakni rack setir yang digunakan untuk memutar kemudi, lalu motor
elektris dan ECU (Electronic Control Unit) khusus EPS. Nantinya, ECU ini yang akan
berkordinasi dengan ECU utama mobil untuk mengambil data kecepatan dan lainnya.
Gunanya demi keamanan. Maksudnya, dalam kecepatan rendah setir harus dibuat seringan
mungkin, sedangkan kecepatan tinggi justru dibuat lebih berat agar kemudi tak mudah berubah
arah. Alhasil, energi listrik yang dibutuhkan EPS justru ada di putaran mesin rendah.
Cara kerjanya, torque sensor yang ada di kolom setir akan membaca putaran setir yang dilakukan
pengemudi, lalu mengubahnya menjadi sinyal listrik. Lantas ECU akan memerintahkan sinyal ini
untuk menggerakan motor listrik, menggunakan arus DC.
Nantinya, akan ada perangkat reduction mechanism yang akan mengurangi kecepatan motor
listrik melalui penggunaan worm gear dan wheel gear, untuk memberikan respon kembali pada
setir.
Motor listrik ini punya trafo sendiri untuk membangkitkan listrik yang dibutuhkan. Kalau
tegangan aki hanya sebesar 12 volt, maka motor listrik EPS bisa hingga 14 volt, dalam posisi
bekerja penuh.
Nah, perintah utamanya hanya dari gerakan setir. Jadi, ketika setir berada dalam posisi lurus.
Pastinya torque sensor tak akan membaca beban yang harus dikeluarkan. Motor listrik pun
berhenti bekerja.