Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknoligi
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak dilakukan pengembangan dan
penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuandan teknologi.
Perkembangan teknologi transportasi sangat cepat terutama dalam bidang
otomoif. Pada saat ini inovasi dalam bidang otomotif semakin memanjakan pemakai
(konsumen). Hal ini membuat pemakai (konsumen) lebih mudah, aman dan nyaman,
sehingga para konsumen akan merasa puas dari keindahan kendaraan baik dari bagian
eksterior maaupun bagian interiornya. Selain itu juga disertakan perangkat keamanan
dan kenyamanan yang lengkap, yang akan berfungi optimal, yang meliputi : kemudi,
rem, dan suspensi.
Pada makalah ini akan dijelaskan salah satu fitur keamanan dan kenyaman
yang wajib ada pada setiap kendaraan yaitu sistem kemudi, walaupun masih ada
kendaraan yang menggunakan sistem kemudi mekanik. Namun seiring perkembangan
teknologi untuk meringankan beban pengemudi ketika mengemudi maka
ditemukannya Power Steering Hidrolik.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah Power Steering Hidrolik
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Power Steering Hidrolik?
2. Apa fungsi dari Power Steering Hidrolik?
3. Apa saja tipe Power Steering Hidrolik?
4. Bagaimana konstruksi dari Power Steering Hidrolik?
5. Apa saja komponen yang ada pada Power Steering Hidrolik?
6. Bagaimana cara kerja Power Steering Hidrolik?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Power Steering Hidrolik?
8. Bagaimana cara mengatasi Power Steering Hidrolik yang bermasalah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembahasan pada makalah Power Steering
Hidrolik adalah sebgai berikut :
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari Power Steering Hidrolik.
2. Mengetahui dan memahami fungsi dari Power Steering Hidrolik.
3. Mengetahui dan memahami tipe-tipe Power Steering Hidrolik.
4. Mengetahui dan memahami konstruksi dari Power Steering Hidrolik.
5. Mengetahui dan memahami komponen yang ada pada Power Steering Hidrolik.
6. Mengetahui dan memahami cara kerja Power Steering Hidrolik.
7. Mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan dari Power Steering
Hidrolik.
8. Mengetahui dan memahami cara mengatasi Power Steering Hidrolik yang
bermasalah.
BAB II

ISI

A. Power steering
Lahirnya sistem kemudi daya ini didasari oleh kekurangan yang didapat pada sistem
kemudi manual dimana rendahnya kemampuan didalam pengemudian terutama pada
perjalanan yang jauh, dan pada kecepatan rendah sehingga membuat pengemudi cepat
lelah. Disamping itu kekakuan pada kemudi manual turut mempengaruhi pengembangan
sistem kemudi kendaraan. Pengembangan sistem kemudi saat ini sudah menjangkau pada
sistem pengontrolan secara otomatis.
Pada umumnya sistem kemudi daya dibagi atas 2 tipe, yaitu :
1. Hydraulic Powersteering (HPS)
Sistem kemudi ini memiliki sebuah booster hidraulis dibagian tengah mekanisme
kemudi agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam keadaan normal beratnya putaran
roda kemudi adalah 2-4 kg. Sistem power steering direncanakan untuk mengurangi
usaha pengemudian bila kendaraan bergerak pada putaran rendah dan menyesuaikan
pada tingkat tertentu bila kendaraan bergerak, mulai kecepatan medium sampai
kecepatan tinggi. Penggunaan power steering memberikan keuntungan seperti :
- Mengurangi daya pengemudian ( steering effort )
- Kestabilan yang tinggi selama pengemudian
2. Electric Power Steering (EPS)
Tujuan dari pengembangan EPS adalah meningkatkan efisiensi kerja kendaraan
dengan melakukan perubahan proses kerja power steering. Perubahan ini mengalihkan
sistem hidraulis ke elektrik. Power steering yang proses kerjanya dibantu arus listrik
ini dapat mereduksi pemakaian energi kendaraan yang tidak perlu.
Pada makalah ini yang akan dibahas adalah hidraulik power steering.

B. Fungsi
Fungsi utama dari power steering hidrolik merupakan penyempurnaan dari steering
mekanik yaitu untuk meringankan putaran kemudi dengan bantuan tenaga hidrolik
sehingga lebih mudah aman dan nyaman dikendalikan pada kecepatan rendah hingga
tinggi.
C. Tipe Power Steering
Ada beberapa tipe power steering, tetapi masing-masing mempunyai 3 bagian yang terdiri
dari pompa, control valve dan power silinder. Ada dua jenis power steering yaitu :
1. Tipe Integral
Sesuai dengan namanya, control valve dan power piston terletak di dalam gear
box. Tipe gear yang dipakai ialah recirculating ball.Diperlihatkan di sini mekanisme
sistem power steering tipe integral. Bagian yang utama terdiri dari :
a. Tangki reservoir yang berisi fluida
b. Vane pump yang membangkitkan tenaga hidraulis
c. Gear box yang berisi control valve, power piston dan steering gear
d. Pipa-pipa yang mengalirkan fluida
e. Selang-selang flexible

Gambar 1. Power Steering Type Integral

2. Tipe Rack and Pinion


Control valve power steering tipe ini termasuk di dalam gear housing dan
power pistonnya terpisah di dalam power cylinder. Tipe rack and pinion hampir sama
dengan mekanisme tipe integral.

Gambar 2. Power Steering Type Rack and Pinion


D. Konstruksi Sistem Power Steering
Gambar 3. Konstruksi Sistem Power Steering

Pada dasarnya sistem power steering terdiri dari 4 komponen utama yaitu oil
reservoir, oil pump, control valve dan power piston. Empat komponen inilah yang
mempermudah kita dalam menggerakkan steering wheel. Cara kerja secara umumnya
ialah oli yang disediakan pada reservoir akan dinaikan tekanannya oleh pompa oli lalu
dialirkan ke control valve sehingga aliran oli selanjutnya dapat disesuaikan untuk
menggerakkan roda sesuai dengan kehendak pengemudi. Untuk cara kerja dan komponen
yang ada didalam komponen utama tersebut akan berbeda beda sesuai dengan tipe
komponen tersebut.

E. Komponen Power Steering Hidrolik


1. Pompa Power Steering
Pompa berfungsi untuk membangkitkan tekanan hidrolik yang diperlukan untuk
tekanan kerja. Tipe pompa banyak sekali, antara lain : pompa torak, membran,
plunger, roda gigi luar, roda gigi dalam, vane, screw dan lain-lain. Tekanan yang
diperlukan merupakan tekanan secara menerus (continue), sehingga tipe pompa yang
digunakan adalah tipe Vane atau Roda Gigi. Pompa menghasilkan tekanan dengan
memanfaatkan putaran mesin, sehingga volume pemompaan sebanding dengan
putaran mesin.
Pengaturan jumlah minyak yang mengalir keluar dari pompa diatur oleh flow
control valve, sehingga selalu konstant. Pada kenyataannya, karena tahanan
Gambar 4 & 5. Pompa Power Steering

pengemudian pada kecepatan tinggi berkurang maka jumlah aliran minyak juga harus
dikurangi, supaya stabilitas pengemudian tetap terjaga Pada power steering rpm
sensing dan power steering yang mempunyai flow control valve dengan built-in
control spool, jumlah aliran minyak akan diatur sesuai dengan kecepatan kendaraan.

Gambar 6. Flow Control Valve

Gambar 7. RPM-Sensing Type Flow Control Valve


Kerja pengaturan jumlah aliran fuida/ minyak oleh flow control valve dan control
spool adalah sebagai berikut :
a. Pada Putaran Rendah
Pada putaran rendah (650 s.d. 1250 rpm), tekanan yang dihasilkan oleh pompa
akan dialirkan ke dua saluran yaitu x (saluran ke flow control valve) dan y
(saluran ke control spool). Aliran yang melewati saluran x sebagian kembali ke
pompa dan sebagian lagi keluar (P1). Aliran P1 diteruskan melewati orifice 1 & 2
dan terbagi menjadi dua yaitu output pompa dan dialirkan ke sebelah kiri flow
control valve menjadi tekanan P2. Perbedaan tekan P1 dan P2 tergantung putaran
mesin. Pada saat putaran mesin naik maka terjadi kenaikan perbedaan antara P1
dan P2.
Gambar 8. RPM-Sensing Type Flow Control Valve pada Putaran Rendah

Apabila tekanan P1 melebihi kekuatan pegas A, maka flow control valve


akan bergerak kek kiri, sehingga membuka saluran pengeluaran ke sisi pengisapan
pompa sehingga jumlah aliran pengeluaran tidak naik. Pada kondisi ini jumlah
aliran minyak dikontrol pada 6.6 ltr/ min.

b. Pada Putaran Menengah

Gambar 9. RPM-Sensing Type Flow Control Valve pada Putaran Menengah

Pada saat putaran menengah (1250 s.d. 2500 rpm) tekanan pengeluaran pompa

(P1) yang bekerja pada sisi kiri control spool valve mempunyai tekanan yang
mampu mengalahkan tekanan pegas B, sehingga control spool valve
tergerakkan ke kanan. Dengan bergesernya control spool valve maka besarnya
lubang orifice 2 berkurang, sehingga tekanan out-put pompa dan tekanan P2
berkurang yang menyebabkan flow control valve semakin bergeser ke kiri.
Jadi pada posisi putaran menengah control spool valve akan tergeser ke kanan
dan memperkecil orifice 2 sehingga mengurangi volume fluida yang melalui
orifice.

c. Pada Putaran Tinggi


Jika putaran mencapai lebih dari 2500 rpm, control spool valve akan optimum
terdorong ke kanan sehingga menutup orifice 2 dengan sempurna. Pada kondisi ini
out-put pompa dan P2 hanya melalui orrifce 1, sehingga jumlah alirannya menjadi
kecil, yaitu 3.3 ltr/ min.

Gambar 10. RPM-Sensing Type Flow Control Valve pada Putaran Tinggi

Di dalam flow control valve terdapat relief valve yang berfungsi untuk
mengatur tekanan kerja. Jika tekanan kerja mencapai 80kg/ cm2, pegas relief
valve akan terdorong sehingga relief valve terbuka dan P2 turun.

Gambar 11. Kerja relief Valve

2. Control Valve
Pengatur arah aliran fluida bertekanan ke power silinder adalah control valve.
Poros control valve dipasang pada steering shaft. Jika steering shaft pada posisi
normal, control valve juga pada posisi normal sehingga fluida langsung kembali ke
recervoir.
Jika steering shaft berputar maka control valve berputar dan mengatur arah aliran
fluida dari pompa ke power silinder sisi belok dan mengatur arah fluida pada power
silinder sisi satunya berhubungan dengan recervoir. Begitu proses puntiran saat belok
selesai maka kerja control valve juga selesai. Dengan kata lain, kerjanya control valve
hanya sesaat saja.
Control valve ada 3 (tiga) jenis yaitu : spool valve, rotary valve dan flapper valve.
Semua jenis control valve bekerja berdasarkan puntiran belok yang terjadi.
Pemantauan puntiran belok dilakukan oleh batang besi yang dinamakan torsion bar.
Control valve kerjanya tergantung dari besarnya puntiran torsion bar. Pada saat tidak
ada tekanan fluida, jika torsion bar berputar sampai derajat tertentu maka akan
menyentuh valve shaft stopper dan akan langsung memutar pinion shaft dan
menggerakkan rack, sehingga jika sistem power steering gagal bekerja, kemudi secara
manual masih bekerja dengan sempurna.

Gambar 12. Spool valve Gambar 13. Rotary valve

Gambar 14. Flapper Valve


3.

Power Silinder
Power silinder adalah tempat piston bekerja menggerakkan roda gigi kemudi (steering
Gear).

Gambar 15. Komponen Power Steering Gear Box

F. Cara Kerja Power Steering


Cara kerja yang akan dijelaskan dalam modul ini adalah control valve tipe rotary,
karena merupakan tipe yang banyak digunakan pada kendaraan. Pengaturan aliran
minyak diatur oleh pergerakan control valve shaft dan rotary valve
1. Posisi Lurus
Apabila posisi lurus, orifice x dan orifice y maupun orifice x dan orifice y pada
bukaan yang sama sehingga tekanan pada sisi power silinder sama, minyak mengalir
kembali ke recervoir.
2. Posisi Belok Kanan
Pengaturan aliran minyak pada posisi belok kanan, tekanan dibatasi oleh orifice x dan
orifice y sehingga minyak dari pompa melalui orifice x masuk ke power silinder sisi
kanan dan membantu mendorong piston bergerak ke kiri. Sedangkan minyak dari
power silinder sisi kiri masuk ke recervoir melalui orifice y.
3. Posisi Belok Kiri
Pengaturan aliran minyak pada posisi belok kiri, tekanan dibatasi oleh orifice x dan
orifice y sehingga minyak dari pompa melalui orifice y masuk ke power silinder sisi
kiri dan membantu mendorong piston bergerak ke kanan. Sedangkan minyak dari
power silinder sisi kanan masuk ke recervoir melalui orifice x.

Gambar 16. Rotary Valve


Gambar 17. Rotary Control Valve
Gambar 18. Diagram Rotary Cobtrol Valve Power Steering

G. Kelebihan dan Kekurangan Power Steering Hidrolik


1. Kelebihan
a. Jenis peranti biaya perawatannya lebih murah dan lebih mudah , karena hanya
menggunakan oli pada pirantinya untuk dapat bekerja dengan baik.
b. Pada sistem energi hidrolik saluran-saluran energi hidrolik dapat ditempatkan
pada hampir setiap tempat. Pada sistem energi hidrolik tanpa menghiraukan posisi
poros terhadap transmisi tenaganya seperti pada sistem energi mekanik. Energi
hidrolik lebih fleksibel dari segi penempatan transmisi tenaganya.
c. Dalam sistem hidrolik, gaya yang relatif sangat kecil dapat digunakan untuk
menggerakkan atau mengangkat beban yang sangat besar dengan cara mengubah
sistem perbandingan luas penampang silinder. Hal ini tidak lain karena
kemampuan komponen-komponen hidrolik pada tekanan dan kecepatan yang
sangat tinggi. Komponen penghasil energi yang kecil (pompa hidrolik) dapat
memberikan tenaga yang sangat besar (silinder hidrolik). Bila dibandingkan
dengan motor listrik yang mempunyai tenaga kuda yang sama, pompa hidrolik
akan mempunyai ukuran yang relatif ringan dan kecil. Sistem energi hidrolik akan
memberikan kekuatan tenaga kuda yang lebih besar pada ukuran yang sama
dibanding dengan sistem energi lain.
d. Sistem hidrolik menggunakan minyak mineral sebagai media pemindah gayanya.
Pada sistem ini, komponen- komponen yang saling bergesekan terselimuti oleh
lapisan minyak (oli), sehingga pada bagianbagian tersebut dengan sendirinya akan
terlumasi. Proses inilah yang akan menurunkan gesekan.
e. Dalam system ini energy yang dihasilkan dari pengubahan energi hidrolik
(silinder hidrolik) lebih mudah dikontrol melalui katup kontrol arah/tekanan.
Bahkan untuk beban lebih dapat diatasi melalui katup-katup pembocor (relief
valves).
2. Kekurangan
a. Dalam jangka waktu tertentu, oli power streering yang mengandalkan hidrolik
mesti diganti. Belum lagi mesti mewaspadai kebocoran oli yang suka merembes
bila seal-nya sudah getas.
b. Boros BBM , Sistem power steering hidraulis membebani kerja mesin sehingga
konsumsi konsumsi lebih besar. Sistem ini membutuhkan energi yang lebih besar
dari penggunaan AC mobil. Malah sistem hidraulis berada pada posisi ketiga
untuk kerugian mekanis yang dialami mobil ketika bergerak.
c. Sistem hidrolik membutuhkan lingkungan yang bersih bebas debu. Komponen-
komponennya sangat peka terhadap kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh
debu, korosi, dan kotoran-kotoran lain. Juga pengaruh temperatur yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat minyak hidrolik. Karena kotoran akan ikut minyak
hidrolik yang kemudian bergesekan dengan bidang-bidang gesek komponen
hidrolik mengakibatkan terjadinya kebocoran hingga akan menurunkan efisiensi.
Dengan kondisi itu, maka sistem hidrolik membutuhkan perawatan yang lebih
intensif, hal yang amat menonjol bila dibandingkan dengan sistem energi yang
lain.

H. Trouble Shooting Power Steering


Permasalahan yang timbul biasanya adalah kemudi/ steer terasa berat sehingga ada
indikasi bahwa power steering menjadi salah satu kemungkinan penyebabnya, walaupun
bukan merupakan satu-satunya penyebab. Jika ada permasalahan tersebut maka dalam
melakukan pemeriksaan sistem power steering adalah sebagai berikut :
1. Periksa power steering belt (belt pemutar pompa power steering). Jika kondisinya
rusak maka harus diganti namun jika hanya kendor/ longgar, lakukanlah penyetelan
kekencangan belt-nya (lihat spesifikasi pada workshop manual).
2. Periksa minyak power steering. Cek jumlah dan kualitas minyak dengan melihat deep
stik pada tabung recervoir. Lakukan juga pengecekan terhadap kebocoran yang
mungkin terjadi pada pipa/ selang penghubung. Jika ada kebocoran perbaiki atau atasi
terlebih dahulu kebocoran yang terjadi, tambahkan minyak power steering pada
recervoir dan lakukan bleeding. Bleeding dilakukan dengan menghidupkan mesin
pada 100 rpm, kemudian roda kemudi diputar secara maksimum ke kanan dan ke kiri
tiga atau emapat kali. Penggantian minyak dilakukan jika minyak ditemukan
sudahnteroksidasi/ berbuih/ berbusa dan atau bahkan sudah ada emulsi. Penggantian
minyak dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Naikkan bagian depan kendaraan.
b. Lepaskan pipa pengembalian minyak dari recervoir dan keluarkan minyak.
c. Dengan mesin hidup idling, putarkan roda kemudi maksimum ke kanan dan ke
kiri sambil mengeluarkan minyak.
d. Matikanlah mesin.
e. Isikan minyak baru ke recervoir.
f. Hidupkan mesin pada 1000 rpm.
g. Setelah minyak keluar melalui pipa saluran balik, pastikan bahwa minyak
direcervoir selalu penuh dan minyak yang keluar melalui saluran balik tidak
bercampur udara.
h. Pasang kembali pipa pengembalian minyak dari recervoir.
i. Lakukan pembuangan udara yang kemungkinan masih tersisa (bleeding) dengan
cara sebagaimana dijelaskan di atas.
j. Pastikan bahwa pada saat mesin dimatikan, kenaikan level minyak pada recervoir
tidak lebih dari 5 mm.
3. Periksa tekanan minyak power steering. Dengan menggunakan pressure gauge
pastikan bahwa tekanan minyak tidak lebih rendah dari 65 kg/ cm2 pada kondisi
maksimum belok dan atau pada saat idle dan saluran pressure gauge diblok (max
bloking 10 detik).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Power steering hidrolik merupakan sistem pembantu tenaga untuk menggerakkan roda
dengan tenaga hidrolik sehingga lebih mudah aman dan nyaman dikendalikan pada
kecepatan rendah hingga tinggi.
Ada banyak sekali tipe power steering hidrolik namun ada 2 tipe yang umum digunakan yaitu
tipe rack and pinion dan tipe integral.
Komponen utama power steering hidrolik ialah reservoir, pompa, katup rotary, dan power
silinder, dan cara kerjanya ialah oli di reservoir dihisap pompa dan ditekan menuju rotary valve
sehingga mampu mengendalikan power silinder yang dengan adanya rangsangan gerak dari
steering valve.
Kelebihan dari power steering hidrolik ialah biaya perawatan murah, konstruksinya fleksibel,
tenaga yang diperoleh maksimal, komponennya lebih minim gesekan, mudah dalam pengaturan
tenaga outputnya. Kekurangan dari power steering hidrolik ialah perlunya penggantian oli dalam
jangka waktu tertentu, boros bbm dan rawan rusak akibat kotoran
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (1994). Training Manual Chasis Group, Jakarta : Penerbit PT. Toyota-Astra
Motor.

Anonim (tt). Step 2 Materi Pelajaran Chassis Group, Jakarta : Penerbit PT. Toyota-Astra
Motor.

Novrida, S.Pd (tt). Memperbaiki Sistem Kemudi, Medan.

Anda mungkin juga menyukai