Anda di halaman 1dari 2

Tema : Berkarya melalui Media Sosial

Nama : Angelina Chintya Dewi

Kelas : XII IPS 3

No. Absen : 04

Tiktok sebagai Wahana Inspirasi Kawula Muda

TikTok Award 2022 baru saja diselenggarakan pada 25 Februari 2022. Dalam acara ini, hadir nama-
nama yang berhasil meraih penghargaan, salah satunya Erika Richardo, TikTokers yang meraih
khususnya kategori Rising Star of The Year.

Pesona Erika Richardo sebagai sosok inspiratif yang selalu membagikan karya lukisannya ini tak lepas
dari sorotan publik. (dikutip dari idn.times)

Siapa sih netizen tiktok yang tidak mengenal Erika Richardo? Ya, gadis pelukis asal Jakarta ini telah
membuat banyak netizen tiktok terpesona. Selain karena kecantikannya, dia juga sangat berbakat dalam
hal melukis. Yang dilukis pun bervariasi, mulai dari hewan endemik Indonesia, ketampakan alam yang
indah, bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia yang semuanya rata-rata bertema “Indonesia
Banget” yang mana ini juga tak pernah gagal dibuat oleh tangan dingin seorang Erika Richardo, yang
mana hampir semuanya masuk FYP (For Your Page) Tiktok.

Tetapi FYP bagi Erika Richardo, tak berarti segalanya. Dia tidak hanya sekadar melukis hanya untuk
konten semata, Diketahui dalam beberapa kesempatan, melukis adalah hobi dan kecintaannya sedari
kecil dan merupakan salah satu upaya dan sarana dalam memasarkan produk alat melukisnya, yaitu by
painters. Melalui lukisan-lukisan yang telah ia buat konten di tiktok inilah produknya berkembang, yang
awalnya hanya terjual beberapa buah, menjadi produk alat lukis yang terjual hingga ribuan di shopee.

“Karena menurutku untuk bisnis Tiktok Itu sangat-sangat efektif buat dimulai dan penyebarannya itu
cepet banget dibanding media sosial lainnya” kutip salah satu wawancara erika richardo di salah satu
acara stasiun tv.

Tak hanya bisnis yang ada di benak pikirannya, tetapi dia juga ingin mengangkat budaya Indonesia yang
mungkin di zaman sekarang ini telah dilupakan/ditinggalkan oleh kawula muda Indonesia. Terbukti pada
sekitar bulan Desember – Januari kemarin, dia telah menyelesaikan pembuatan karya buku terbesarnya
yang berisi seluk beluk yang sangat khas Indonesia. Ini menginspirasi pelukis muda tiktok lain, seperti
Alicia Eva yang juga melukis 30 meter nuansa Nusantara, yang mana ini juga menghasilkan prestasi,
yaitu memecahkan rekor muri, dilansir dari Merahputih.com.

Tiktok adalah aplikasi berbagi video yang mempunyai berbagai genre yang dapat dipilih oleh
penontonnya. Menurut sumber survei “video of popularity social network in Indonesia”, persentase
komedi dengan 71,6 % penonton, dance 68,3 % penonton, lip sync 58,10 %, dan Freestyle performance
48,20%. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia menyukai konten komedi yang
menurut saya pribadi, bodoh. bahkan kadang membahayakan diri si pengguna tiktok yang ingin “viral”
dan dilihat banyak orang, contohnya seperti menjilat wc duduk dengan lidah dengan tagar
#coronaviruschallange, dsb.
Dilansir dari sumber Ragam Jakarta, Indonesia menjadi kedua yang terbanyak dalam mengakses aplikasi
tiktok, dengan pengguna sejumlah 92,1 juta setelah Amerika Serikat dengan 136,4 juta pengguna.
Jumlah ini menimbulkan beberapa pro kontra di berbagai kalangan masyarakat, apalagi dewasa ini,
banyak konten tak pantas atau tak mendidik bermunculan di tiktok. Ini memunculkan keresahan dari
banyak pihak, terutama orang tua, keresahan orang tua menyebabkan adanya pembatasan terhadap
medsos seperti tiktok yang beresiko besar akan menimbulkan dampak negatif dalam diri si anak.
Pengekangan inilah yang menyebabkan ketidakbebasan, ketidakpuasan anak, khususnya remaja yang
masih sangat labil dalam mengakses aplikasi medsos yang dianggap/diberi stereotip negatif, yang mana
dalam hal ini adalah tiktok.

Makin dikekang, makin pula memberontak karena penasaran. Itu adalah sisi psikologis yang wajar dari
seorang manusia, apalagi psikologis para muda-mudi yang masih sangat labil. Angka yang dipublikasikan
di sumber periklanan ByteDance pun membuktikannya. Disebutkan bahwa TikTok memiliki 92,07 juta
pengguna berusia 18 tahun ke atas di Indonesia pada awal 2022. Usia 18-24 tahun mungkin bagi
sebagian besar masyarakat adalah usia yang telah dewasa, tidak labil dan dapat memutuskan segala
sesuatunya sendiri. Tetapi, menurut fakta serta pengalaman pribadi, usia tidak menentukan kedewasaan
serta tanggung jawab terhadap dirinya. Jadi ada beberapa orang yang sudah tua, tetapi masih bersikap
kekanakan dan tidak dewasa dalam menghadapi era digital, dimana tiktok ini yang salah satunya
berkembang di era 4.0 seperti saat ini.

Kawula muda Indonesia kebanyakan hanya pada tingkat melihat konten, tetapi tidak berinisiatif
membuat konten yang bermutu serta berkualitas tinggi. Kalaupun ada, itu hanya segelintir saja.
Kebanyakan di otak para kawula muda kita kebanyakan isinya hanyalah agar masuk FYP saja, yang
penting viral dan terkenal saja, tanpa memperhatikan isi, kebermanfaatan dari konten yang dibuatnya
tersebut. Padahal ada hal yang lebih penting daripada viral, yaitu, kualitas isi, personality konten, ciri
khas, dll.

Dalam menghadapi era digital yang semakin melanglangbuana, kita, sebagai kawula muda yang
mengerti banyak tentang teknologi harus menyikapinya dan memanfaatkannya dengan bijak. Bagi
sebagian orang, tiktok hanya berisi hal negatif tak bermanfaat bagi pengembangan diri, tetapi mari kita
lihat kembali erika richardo. Erika richardo dapat menghasilkan karya-karya yang indah dan hebat dalam
perjalanannya membuat konten di tiktok, serta dapat menjadi inspirasi bagi kawula muda Indonesia,
bahkan mungkin suatu hari nanti akan mengharumkan nama Indonesia melalui karya serta kontennya
itu.

Kalaupun kita tak mempunyai bakat seperti Erika Richardo, paling tidak, kita dapat menonton konten –
konten inspiratif bagi otak kita, yang berguna bagi pengembangan diri. Mungkin dengan cara
mempelajari algoritma tiktok, melihat barang di tiktok yang dapat dijual, membuat suatu produk,
mempromosikan produk yang telah kita buat melalui tiktok dan menjualnya melalui tiktok shop, itu
dapat lebih berguna bagi diri kita sendiri, selain menghasilkan uang, kita juga belajar public speaking
kecil-kecilan, walau hanya ditatap kamera.

Anda mungkin juga menyukai