Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul [Tik Tok digandrungi millenial,namun penuh
kontroversial!] ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas [guru] pada
[bidang studi/Bahasa Indonesia]. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu,selaku guru [bidang studi/Bahasa Indonesia ]
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Meulaboh,. April 2021

Penulis

i
Asal Mula TikTok, Diganderungi Milenial tapi Penuh Kontroversial

Aplikasi TikTok hingga kini masih diganderungi milenial di seluruh Indonesia. Namun,


di India, TikTok dijegal lantaran memanasnya hubungan diplomasi kedua negara di
perbatasan Himalaya. Hasilnya, perusahaan induk TikTok, ByteDance mengalami kerugian
sebesar USD6 miliar (Rp84 triliun).

Namun, aplikasi TikTok masih merajai di berbagai belahan dunia, seperti di Indonesia.


Pendirinya adalah Zhang Yiming, pria asal China yang juga mendirikan ByteDance.

Yiming yang merupakan lulusan software engineer dari Universitas Nankai mendirikan
perusahaan teknologi ByteDance pada Maret 2012. Lewat perusahaannya inilah Yiming
mengembangkan aplikasi TikTok.

TikTok dikembangkan sebagai pembuat video pendek yang memiliki misi untuk
merekam dan menyajikan kreativitas serta momen berharga. TikTok memungkinkan setiap
orang untuk menjadi kreator dan mendorong pengguna untuk membagikan ekspresi kreatif
melalui video berdurasi 15 detik. 

TikTok pun mudah digunakan lantaran sederhana dan membuat siapapun bisa menjadi
kreator. Aplikasi yang di negara asalnya dikenal dengan nama Douyin ini secara resmi pada
September 2016.

Sepanjang tahun 2018, aplikasi TikTok merajai App Store dengan 500 juta kali unduhan
lebih. Sebagian besar pengguna TikTok diketahui merupakan anak muda. Hal tersebut sesuai
target TikTok yang menyasar pengguna generasi muda.

i
Yiming sang pembuat TikTok pun meminta karyawan membuat video di aplikasi
garapannya. Bahkan perusahaan mengadakan kompetisi untuk mengumpulkan banyak like
dari video TikTok yang diunggah. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk promosi dan ajang
seru-seruan.

Kesuksesan Tik Tok pun berdampak positif bagi ByteDance terutama Yiming. Berkat
TikTok, kekayaan Yiming sebagaimana dilansir dari Forbes mencapai USD16,2 miliar atau
Rp233,5 triliun.

Meski TikTok dijegal di India, namun Zhang Yiming tetap menempati ranking 61 orang
terkaya dunia versi Forbes.

TikTok Kuasai Dunia: Ketika Alay Sama dengan Popularitas

Aplikasi kaum alay. Stigma itu sangat melekat pada TikTok, khususnya di Indonesia. Tak
dapat disangkal, TikTok kini telah menjelma menjadi aplikasi media sosial dengan angka
pertumbuhan paling cepat, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia. Kok bisa?
Kepopuleran TikTok di Indonesia tak bisa dipisahkan dari Bowo Alpenliebe alias Prabowo
Mondardo. Pada 2018 lalu, bocah laki-laki yang akrab dipanggil Bowo ini menghebohkan
publik Indonesia. Suatu hari, Bowo yang populer melalui TikTok menggelar acara jumpa
penggemar dan memungut biaya untuk foto bersama. Bowo yang kala itu masih berusia 13
tahun langsung dirisak oleh warganet. Banyak yang menganggapnya tidak layak melakukan
acara jumpa penggemar, apalagi yang berbayar. Warganet juga menyoroti perilaku
penggemar yang rata-rata seumuran Bowo. Mereka menilai kelakuan para penggemar tidak
masuk akal karena berlebihan memuja Bowo yang penampilannya dianggap alay oleh
sebagian warganet. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyayangkan kelakuan
warganet yang merisak Bowo di media sosial. “Sangat tidak layak orang yang sudah dewasa
memaki-maki Bowo dengan bahasa yang tidak pantas,” kata Retno Listyarti, Komisioner
Bidang Pendidikan KPAI pada Juli 2018. Tak hanya itu, aplikasi ini sendiri juga sempat
diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika karena dianggap memiliki konten
negatif, khususnya bagi anak-anak. Namun, setelah melalui proses negosiasi, TikTok kembali
dapat digunakan sampai hari ini.

i
Popularitas yang Melejit

TikTok kini sudah menjadi salah satu aplikasi media sosial raksasa di dunia, menyaingi
Facebook, Twitter dan Instagram. Pada November lalu, aplikasi ini telah memiliki lebih dari
500 juta pengguna di 150 negara. Di Indonesia per Juli lalu, TikTok mengklaim memiliki 10
juta pengguna. Aplikasi ini telah diunduh lebih dari 1 miliar kali. Menurut data dari
SensorTower, TikTok telah diunduh di Amerika Serikat sekitar lima juta kali dengan
pendapatan mencapai $2 juta dolar AS per Februari 2019. Seperti dilansir Techcrunch, sejak
mendapatkan investasi senilai $3 miliar, ByteDance, perusahaan yang menciptakan TikTok,
kini telah menjadi start-up teknologi bernilai paling tinggi di dunia, dengan valuasi mencapai
$75 miliar dolar. Kesuksesan ini tidak lepas dari akuisisi TikTok terhadap aplikasi lipsync
populer Musical.ly dengan nilai $1 miliar dolar pada 2017. Sebagai catatan, TikTok dikenal
dengan nama Douyin di Cina. Yang menarik, angka 500 juta pengguna TikTok itu belum
mencakup jumlah pengguna Douyin. Di Cina, Douyin memiliki sekitar sekitar 300 juta
pengguna aktif per bulannya. Jumlah ini merupakan angka pengguna per November 2018
lalu. TikTok bukan satu-satunya aplikasi terkenal dari ByteDance, perusahaan ini juga
dikenal dengan aplikasi Toutiao, sebuah aplikasi agregasi berita berbasis Artificial
Intelligence (AI) dan merupakan salah satu aplikasi yang paling banyak dipakai di Cina
dengan lebih dari 120 juta pengguna. ByteDance boleh dibilang fenomenal. Ia berhasil
mendobrak dominasi tiga raksasa Internet di Cina: Baidu, Alibaba, dan Tencent. Di AS,
dilansir dari Wired, TikTok kini tidak hanya dicintai oleh remaja 14 tahun yang senang ber-
lipsync ria. Para pelawak, atlet dan sejumlah jenama terkemuka seperti Coca Cola, Nike,
ABC dan Google bahkan telah beriklan di TikTok. Khloe Kardashian bahkan dibayar untuk
mengunggah konten bersponsor di TikTok. Tak hanya itu, banyak meme populer yang
beredar di Internet juga disinyalir berawal dari aplikasi video singkat ini. Hal yang sama juga
terjadi di India. Dilaporkan South Cina Morning Post (SCMP), aplikasi ini juga populer di
kalangan selebriti India. Kurang lebih 50 pelawak dan aktor India memiliki lebih dari satu
juta follower di TikTok. Salah satunya bintang yang tengah naik daun, Bangia. “Ada begitu
banyak tantangan menarik untuk diikuti, ratusan filter, stiker, dan efek bisa dipilih agar video
terlihat wah,” kata Bangia tentang alasannya menggunakan TikTok. Pengguna di India,
berdasarkan data dari Similar Web, mewakili kurang lebih 40 persen dari total 500 juta
pengguna TikTok

i
Alay adalah Kunci

TikTok adalah kombinasi dari sejumlah elemen yang dapat ditemukan di wahana-
wahana media sosial yang telah beredar. Ia menyediakan lagu-lagu layaknya Spotify untuk
dikombinasikan dalam video singkat berdurasi 15 hingga 60 detik layaknya Snapchat atau
Vine yang kini telah dimatikan Twitter. Louise Matsakis dari Wired menyebut TikTok
sebagai aplikasi penyedia variety show yang tidak pernah berakhir. “[Aplikasi ini] murni
hiburan,” tulisnya. Namun, ada satu hal yang sama dirasakan oleh para pengguna di berbagai
belahan dunia. Konten-konten yang diunggah di media sosial ini memang kerap bikin
meringis. Taylor Lorenz dari Atlantic menyatakan ada banyak konten di TikTok yang “sangat
‘menyakitkan’ dan memalukan untuk dilihat sehingga yang dapat dilakukan oleh
penontonnya hanyalah tertawa". Pengguna dapat dengan mudah menemukan konten berisi
video berbagai macam orang melakukan hal-hal ganjil. Jimmy Fallon, pembawa acara
talkshow populer di AS The Tonight Show, misalnya, baru-baru ini mengunggah tantangan
bernama “tumbleweedchallenge”. Ia menantang para pengguna TikTok untuk berguling-
guling di lantai bak tanaman tumbleweed ketika sebuah lagu diputar. Tantangan aneh ini,
anehnya, mendapat reaksi luar biasa di TikTok. Fallon mengklaim ada 8.000 video yang
dibuat untuk menjawab tantangannya. Video-video itu ditonton lebih dari sembilan juta kali
hanya dalam beberapa hari.

i
Bagi Lorenz, keanehan-keanehan inilah yang menjadi daya tarik dari TikTok dan
membuatnya populer. Ia mengatakan unsur fun sebagai elemen utama dari segala konten
‘alay’ yang diunggah di media sosial ini. Konten unggahan semua orang, tulis Lorenz, mulai
terlihat serupa sehingga "video-video TikTok terasa aneh dan baru”. “[TikTok] adalah
aplikasi yang penuh dengan orang-orang yang memposting konten aneh ke internet tanpa rasa
sadar diri atau rasa malu. [Konten ini] mudah untuk diolok-olok, tapi itu juga yang mungkin
membuat TikTok sukses.” Meski demikian, konten bukanlah hal tunggal yang membuat
orang kecanduan TikTok. New York Times dan CNN melaporkan bahwa kecerdasan buatan
(artificial intelligence/AI) sedikit banyak berperan penting. Media-media ini mencatat bahwa
melalui AI, TikTok mencatat kebiasaan pengguna dan konten-konten yang mereka sukai.
Kebiasaan pengguna ini kemudian dimanfaatkan oleh teknologi machine learning untuk
mengurasi konten yang disuguhkan kepada pengguna. Perlu dicatat, aplikasi ini bukannya
tanpa kontroversi. Pada Febuari lalu, misalnya, TikTok dituduh telah mengambil data dari
anak berusia di bawah 13 tahun secara ilegal di AS. Di India, masih dari SCMP, aplikasi
dituduh telah menyebarkan konten-konten seksual. TikTok juga dituding melalukan
pengambilan data untuk kepentingan Cina. Terlepas dari kontroversi yang ada, TikTok
membuktikan bahwa ke-alay-an sesungguhnya disukai oleh banyak orang/

i
i

Anda mungkin juga menyukai