Anda di halaman 1dari 15

TIKTOK SEBAGAI GAYA BELAJAR MILENIAL DALAM

PEMBELAJARAN SENI TARI ANAK USIA DINI

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

SYINTIA RAHMA FEBRIANTI

NIM 190153602905

JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MALANG, 13 MEI 2022


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tik Tok merupakan jaringan media sosial yang digunakan oleh


penggunanya untuk membuat video pendek dengan durasi maksimal 5 menit.
Dengan Aplikasi Tik Tok, pengguna dapat melakukan berbagai ekspresi, gaya,
gerakan maupun tarian (Susilowati, 2018). Pengguna juga dapat membuat
backsound musik sendiri sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Selaras
dengan pendapat Sari (2020) Tik Tok memberikan filter yang menarik untuk
penggunanya. Pengguna Aplikasi ini sebagian adalah anak sekolah bahkan
anak usia dini (Aji dan Setiyadi, 2020).

Deriyanto dan Qorib (2018) aplikasi Tik Tok mampu bermanfaat bagi
penggunanya sebagai sarana berbagi dan menerima informasi, memperluas
jejaring sosial. Batoebara (2020) juga menambahkan aplikasi ini mampu
mengasah kreativitas khususnya dalam membuat video serta membantu siswa
berekspresi (Luisandrith dan Yanuartuti, 2020:). Sebagian besar pengguna
menggunakan aplikasi ini untuk meunjukkan bakat-bakat mereka seperti
menari, bernyanyi, drama, mengaji dan berdakwah (Damayanti dan
Gemiharto, 2019).

Menurut Aji (2018) Aplikasi Tik Tok dapat dimanfaatkan sebagai media
dalam pembelajaran seni tari anak usia dini . Menurut Luisandrith dan
Yanuartuti (2020) Aplikasi Tik Tok dapat mengembangkan kekereatifian anak
serta membantu dalam berekspresi dalam membuat video. Anak dapat
memainkan ekspresi wajah dengan menirukan gerak, musik ataupun
koreografi tarinya(Chusna, 2020). Hal ini selaras dengan pendapat Pratama
dan Muchlis (2020) pengguna dapat menunjukkan segala perasaan pengguna
melalui wajah atau gerak tubuh serta ekspresi dengan aplikasi Tik Tok.
Proses belajar yang dijalani dengan cara menyenangkan memungkinkan
anak mampu mengingat materi lebih banyak dan lebih lama, dengan kata lain
tingkat retensinya lebih kuat. Selaras dengan program merdeka belajar saat ini,
guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
Mengikuti perkembangan zaman milenial guru harus tahu apa yang
dibutuhkan anak zaman sekarang. Seperti halnya fenomena aplikasi TikTok
yang sedang viral. Pendidikan 4.0 menuntut guru dan anak harus cakap
teknologi. Guru dan anak harus inovatif dan kreatif terhadap kemajuan zaman.
Dengan adanya pemanfaatan TikTok ini dapat mewujudakan program
merdeka belajar dalam pembelajaran seni tari anak usia dini sebagai gaya
belajar millennial.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, peneliti memiliki


pertanyaan yaitu bagaimana bentuk pemanfaatan Tik Tok sebagai gaya belajar
millenial dalam pembelajaran seni anak usia dini?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui bentuk
pemanfaatan Tik Tok sebagai gaya belajar millennial dalam pembelajaran seni
tari anak usia dini.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi semua


pihak yang khususnya pada guru Tk dan semua pihak yang memerlukan
sehingga dapat memberikan nilai-nilai yang positif untuk meningkatkan
kualitas pendidikan yang baik dalam bidang seni tari.

Manfaat yang diharapkan tersebut diantaranya:

1. Bagi guru, pada hasil ini dapat memberikan inovasi pembelajaran seni tari
yang menyenangkan dan mendidik kepada anak di era kemajuan zaman
yang semakin canggih ini.
2. Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi masalah dalam
proses pembelajaran yang membuat anak mudah cepat bosan jika tidak ada
kreatifitas dalam pembelajarannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aplikasi Tik Tok


Aplikasi Tik Tok adalah sebuah jejaring sosial dan platform video
musik asal negeri Tiongkok yang diluncurkan pada awal September 2016.
Aplikasi tersebut memberi akses kepada para pemakai untuk membuat
video musik pendek mereka sendiri. Sepanjang tahun 2018 sampai 2019,
Tik Tok mengukuhkan diri sebagai aplikasi paling banyak diunduh yakni
45,8 juta kali. Dengan jumlah yang sebesar itu, mengalahkan aplikasi
popular lainnya seperti Instagram dan Whatsapp (Fatimah Kartini Bohang,
2018). Dilansir dalam laman tekno.kompas.com ada sekitar 10 juta lebih
pemakai aktif aplikasi Tik Tok di Indonesia. Mayoritas dari pengguna
aplikasi Tik Tok di Indonesia sendiri adalah anak milenial, usia sekolah,
atau biasa dikenal dengan generasi Z.
Dilansir dalam laman tekno. kompas.com plikasi Tik Tok pernah
di blokir pada 3 Juli 2018, akses Tik Tok diblokir oleh pemerintah
Indonesia. Kemeninfo telah melakukan telah melakukan pemantuan, dan
mendapati laporan dan keluhan terhadap aplikasi video ini. Terhitung lebih
sampai 3 Juli 2018, laporan yang masukm mencapai lebih dari 2ribu
laporan dan keluhan. Menurut menteri Rudiantara, ditemukan banyak
konten bermuatan negative, terutama untuk anak-anak. Namun dengan
berbagai pertimbangan dan regulasi baru maka pada Agustus 2018 aplikasi
Tik Tok ini dapat kembali di unduh. Salah satu regulasi yang ditengarai
adalah batas usia pengguna, yaitu usia 11 tahun.
Terlepas dari kontrovesi tersebut, melihat fakta jumlah pengguna
yang mencapai 10 juta lebih di Indonesia dan mayoritas merupakan anak
usia sekolah bahkan anak usia dini, maka dapat diketahui bahwa aplikasi
Tik Tok menjadi primadona, digandrungi dan menarik minat para milenial,
yang mayoritas anak usia sekolah. Tik Tok dapat diolah menjadi media
pembelajaran yang menarik dan interaktif bagi anak. Aplikasi Tik Tok
dapat diimplementasikan sebagai gaya belajar millennial dalam
pembelajaran seni tari anak usia dini.

B. Eksistensi Gaya Belajar Millenial

Gaya belajar milenial cenderung mengarah pada belajar


berkelompok, pembelajaran yang didapat dari pengalaman mereka, dan
pemanfaatan teknologi dalam proses belajar. Gaya belajar milenial
ternyata dianggap efektif oleh sebagian besar dari mereka, sebab belajar
berkelompok memberikan kemudahan dan mempercepat pemecahan
masalah. Mereka menganggap dengan adanya kerjasama oleh kelompok
mampu menuntaskan masalah secara cepat. Namun, sisi kelemahannya
terdapat pada berbagai perbedaan pendapat dari berbagai kepala sulit
disatukan apabila ego mereka lebih dominan. Belajar dari pengalaman pun
menjadi suatu ketertarikan bagi milenial. Melalui metode experiental
learning dapat dicapai pembelajaran yang tidak hanya monoton pada teori
saja, melainkan juga ada praktik. Teori saja tidak cukup, harus dilakukan
penerapan praktik untuk merealisasikan teori tersebut.  Selain kedua gaya
belajar tersebut, ketertarikan pada pemanfaatan teknologi dalam belajar
juga diterapkan. 

Keterlibatan teknologi menawarkan kemudahan dan efisiensi


dalam mencari sumber informasi dan survive berbagai bidang ilmu
melalui teknologi. Kemudahan akses 24 jam internet memicu milenial
untuk melakukan akses beragam kebutuhan informasi melalui digital
system. Namun, sisi kelemahannya terdapat pada kejenuhan dalam
berinteraksi secara online. Beberapa gaya belajar ala milenial tersebut
diterapkan dalam proses belajar mereka, tentu saja terdapat kelemahan dan
kelebihan dengan adanya metode belajar seperti itu. Hal tersebut menjadi
tantangan bagi generasi milenial dalam memegang peranan mereka dalam
menjalani aspek kehidupan untuk terus berkembang, belajar, dan berkarya.
Berdasarkan pengamatan dalam lingkup sosial sekitar dan berbagai
sumber referensi, berikut beberapa metode atau gaya belajar yang kerap
kali diterapkan oleh generasi milenial.

C. Pembelajaran Seni Tari Bagi Anak Usia Dini


Tari dalam dimensi pendidikan akan memberi warna dan arah pada
pembentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan gerak. Hal ini
disebabkan karena pembelajaran tari tidak hanya mengembangkan
kompetensi motorik semata, akan tetapi kompetensi afektif dan kognitif.
Ada empat fungsi pendidikan taripada anak usia dini. Purnomo (1993:30-
31) mengemukakan keempat fungsi itu sebagai berikut: (1)
mengembangkan kompetensi intelektual. Hal ini disebabkan pada saat
menari anak harus mempu secara kognitif, yaitu untuk memahami,
mengerti, mensintesa bahkan mengevaluasi gerak yang dilakukan.
Sedangkan dari ranah afektif anak dituntut untuk mampu bersikap positif
menerima estetika tari. Sementara dari ranah psikomotorik anak dituntut
untuk mampu melakukan gerak secara terampil, tepat dengan irama yang
mengiringinya;(2) wahana sosialisasi. Tari dalam dimensi pendidikan juga
merupakan wahana sosialisasi bagi anak, terutama sewaktu menari dalam
bentuk kelompok. Setiap anak dituntut untuk mampu bekerjasama. Hal ini
diperlukan untuk memberi kekompakan gerak sewaktu menari. Sosialisasi
melalui tari akan berdampak pada rasa percaya diri pada anak;(3) wahana
cinta lingkungan. Selain mengembangkan kompetensi intelektual dan
kompetensi bersosialisasi, tari pendidikan juga mampu mengembangkan
cinta lingkungan pada anak. Ini dapat dilakukan dengan cara memberi
pengertian tentang makna tari yang terkandung didalamnya. Dengan
demikian anak tidak hanya hanya hapal dalam menari melainkan dapat
menanamkan sejak dini untuk mencintai lingkungan alam sekitar;(4)
pengembangan kreativitas. Pengembangan kreativitas ini dapat dilakukan
dengan melakukan eksplorasi gerak yang dilakukan oleh anak. Melalui
eksplorasi anak-anak dapat mencoba dan menemukan berbagai ragam
gerak yang dikehendaki. Kemampuan yang sangat mendasar dari fisik
anak usia dini dapat dilihat dari kemampuan dalam melakukan gerakan
keseimbangan, lokomotor, kecepatan, adanya perubahan ekspresi, teknik,
bisa mengendalikan tubuh dan dapat melakukan gerak energik melalui
koordinasi dengan anggota tubuh lainnya. Berikut ini hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran tari bagi anak usia dini, yaitu : (1) tari
imitatif, dan (2) karakteristik gerak tari bagi anak usia dini. Menurut
Rachmi (2008:6.7) secara umum karakteristik gerak bagi anak usia dini,
yaitu :
1) Menirukan

Dalam bermain anak-anak senang menirukan hal-hal yang


diamatinya baik secara audio, visual maupun audio visual. Ia mulai
menirukan berbagai aktion/gerakan sampai pada otot-ototnya demi
menurut kata hatinya.

2) Manipulasi (perlakuan)

Anak-anak melakukan gerakan-gerakan secara spontan dari objek


yang diamatinya sesuai dengan keinginannya ataupun terhadap gerakan-
gerakan yang disukainya.

3) Bersahaja

Anak-anak dalam melakukan gerak dengan sangat sederhana dan


tidak dibuatbuat atau apa adanya. Kesahajaan itulah yang dimiliki anak.
Contohnya ketika anak usia dini mendengarkan musik, ia akan
menggerak-gerakan bagian tubuhnya sesuai dengan keinginan hatinya.
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif


dimana peneliti berusaha menggali informasi sebanyak mungkin tentang
persoalan yang menjadi topik penelitian dengan mengutamakan data-data
verbal. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis. Penelitian
dengan pendekatan fenomenologi berusaha untuk memahami makna dari
berbagai peristiwa dan interaksi manusia didalam situasinya yang khusus.
Bogdan & Biklen, 1982 (Sutopo,2002:27) menjelaskan bahwa pendekatan
fenomenologis menekankan pada berbagai aspek subjektif dari perilaku
manusia supaya dapat memahami tentang bagaimana dan apa makna yang
mereka bentuk dari berbagai peristiwa dalam kehidupan mereka sehari-
hari. Dalam penelitian ini, peneliti memilih sampel kepala sekolah,
beberapa guru dan anak didik kelompok B TK Aisyah Bustanul Atfal
Jiwut, Kota Blitar. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan
metode wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian tentang Tik Tok sebagai gaya belajar milenial


dalam pembelajaran seni tari anak usia dini menunjukkan bahwa: alasan
mereka untuk memanfaatkan Tik Tok dalam pembelajaran seni tari
sehingga bisa dikatakan sebagai gaya belajar milenial ini karena demi
mengikuti perkembangan zaman milenial. Sebagai guru haruslah siap
dengan konsep pembelajaran yang menerapkan “merdeka belajar”. Guru di
TK Aisyiyah Bustanul Atfal Jiwut mengubah konsep belajar yang
monoton dan membosankan menjadi menarik dan menyenangkan.
Berbagai  diklat online diikuti, seperti Quizziz, Edmodo, Examora, Komik
Digital, Canva dan masih banyak lagi. Semua platform digital dipelajari
hanya untuk menemukan model dan media pembelajaran yang terbaik dan
menyenangkan.

Guru di TK Aisyiyah Bustanul Atfal Jiwut memanfaatkan aplikasi


TikTok sebagai salah satu bentuk penerapan merdeka belajar. Media
tersebut diintegrasikan ke dalam pembelajaran seni tari anak usia dini,
model pembelajaran yang dirancang berbeda agar tidak membosankan.
Pembelajaran disesuaikan dengan gaya belajar anak zaman milenial.
BAB V

PEMBAHASAN

Tiktok merupakan platform video berdurasi singkat yang berasal


dari Cina. Aplikasi Tiktok sangat digemari anak muda, orang dewasa
bahkan orangtua. Fenomena tiktok saat ini membawa pengaruh bagi
generasi Z (anak sekolah). Bahkan tak jarang TikTok dianggap aplikasi
yang banyak mengandung kontent negatif yang tidak patut ditonton anak
usia dini. Padahal, jika dilihat dari sisi positif, tiktok sangat membawa
pengaruh dalam pembelajaran, jika tepat dalam penggunaannya. Salah
satunya meningkatkan motivasi belajar anak. Inovasi inilah yang bisa
dikembangkan dalam pembelajaran seni tari anak usia dini.
Mengkolaborasikan pembelajaran dengan memanfaatkan fitur TikTok.
Ternyata dengan TikTok, pembelajaran yang terkesan kaku menjadi lebih
menyenangkan.

Media tiktok sangat cocok untuk pembelajaran seni tari. Dari


semua media yang telah dikembangkan, TikTok sangat efektif sebagai
media pembelajaran, karena memiliki banyak fitur yang dapat
mengimplementasikan ke dalam pembelajaran. TikTok juga sangat
mengikuti perkembangan zaman milenial, yang lekat dan dekat dengan
teknologi digital khususnya gadget atau gawai. Aplikasi TikTok sering
dianggap hanya membawa dampak negatif bagi dunia pendidikan. Karena
sering menyajikan content yang negatif. Padahal dilihat dari sisi
positifnya, Tiktok membawa kebermanfaatan jika digunakan secara tepat.
Berbagai fitur yang terdapat pada TikTok, sangat memungkinkan
digunakan sebagai media pembelajaran.

Fitur Kegunaan
Merekam suara melalui gawai, kemudian
Rekam suara diintegrasikan ke dalam akun Tik Tok personal

Merekam video melalui gawai, kemudian


Rekam video dintegrasikan ke dalam akun Tik Tok personal

Menambahkan suara latar yang bisa diunduh dari


Backsound media penyimpanan Aplikasi Tik Tok

Memperbaiki dan menyunting draft video yang


Edit telah dibuat

Share Membagikan hasil video


Duet Berkolaborasi dengan pengguna TikTok lainnya.

Pembelajaran akan menjadi menarik jika dikemas dengan ide-ide


yang kekinian. Misalnya pada materi Seni Tari, pada tahapan ini, guru di
Tk Aisyiyah Bustanul Atfal Jiwut mempersiapkan perangkat pembelajaran
dan mulai merancang materi ajar apa yang akan diberikan untuk
memudahkan anak memahami pelajaran seni tari. Selanjutnya pertemuan
pertama yang dilaksanakan secara daring, guru memberikan penjelasan
tentang pokok bahasan seni tari melalui tayangan video di telegram.
Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu memahami dan mengerti apa itu
tari, dan bagaimana cara memperagakan serta menciptakan gerak tari.
Dengan kata lain siswa tidak lagi dituntut harus menghafal gerak dan
menarikan tarian yang sudah ada. Anak juga bisa bereksplorasi dan
berimajenasi untuk mengembangkan kreativitas gerak tari.

Anak bisa mencoba bergerak melakukan gerak tari pada fitur


rekam video, dan menemukan musik yang ada di fitur backsound yang
terdapat di aplikasi TikTok. Jelas ini sangat memudahkan anak dalam
belajar teori dan juga praktek. Mereka bisa menonton tayangan TikTok
secara berulang agar lebih memahami. Dan aplikasi ini sangat
menyenangkan sebagai media pembelajaran. Merdeka belajar bermakna
memberikan kesempatan belajar secara bebas dan nyaman kepada anak
untuk belajar dengan tenang, santai dan gembira.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam


pengimplementasian TikTok adalah:

 Guru menyiapkan naskah cerita sesuai dengan RPP yang sudah disusun.
 Guru mendownload aplikasi Tik Tok di Play Store
 Guru membuat akun TikTok, kemudian mengatur privasi pada aplikasi TikTok.
 Untuk membuat video, guru menggunakan fitur rekam video yang bisa digunakan
secara langsung. Atau jika ingin memasukkan video yang sudah ada maka bisa di
unggah melalui galeri handphone.
 Guru mulai menyunting video dan mengedit video melalui fitur yang tersedia.
 Selanjutnya video yang dihasilkan, di share ke siswa agar bisa dilihat dan
dipelajari.

Melalui aplikasi TikTok, dapat menumbuhkan kreativitas anak dalam


berkarya. Anak mampu mengekspresikan dirinya secara langsung.
Misalnya dalam pembelajaran Seni Tari, anak yang awalnya kaku untuk
menari, setelah menggunakan aplikasi TikTok menjadi lebih percaya diri
dalam menari. Pembelajaran seni tari adalah salah satu dari empat aspek
pembelajaran seni budaya. Jika dikategorikan pendidikan seni tari
merupakan unsur utama pelajaran yang dapat memberikan dasar-dasar
apresiasi pemahaman serta membentuk sikap kreatif. Untuk itu guru
memiliki peranan yang cukup besar dalam rangka memotivasi siswa untuk
mencapai tujuan program merdeka belajar. Peran utama guru dalam
pelaksanaan pembelajaran adalah mendidik dan membentuk siswa menjadi
terampil. Sehingga pembelajaran yang diharapkan berpusat pada siswa
dapat tercapai. Dengan adanya media TikTok, guru menjadi lebih mudah
memberikan materi kepada siswa. Anak cepat tanggap untuk
menyelesaikan tantangan yang diberikan.
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa TikTok


dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif sesuai gaya
belajar milenial yang selaras dengan program merdeka belajar. Dari
pengalaman praktik pengajaran merdeka belajar yang DIterapkan,
pemanfaatan TikTok sebagai bentuk gaya belajar milenial menunjukkan
peningkatan capaian belajar anak sangat baik. Motivasi belajar meningkat.
Dan anak tidak stress akibat tumpukan tugas yang menggunung. Dengan
demikian masing-masing mereka tumbuh dan berkembang sesuai potensi
dan kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA

Luisandrith, D. R., & Yanuartuti, S. (2020). Pembelajaran Seni Tari Melalui Aplikasi Tik
Tok untuk Meningkatkan Kreativitas Anak. Jurnal Seni Tari, 9(2), 175–180.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/42085/17450

Ratih, E. K., & Yanuartuti, S. (2021). Meningkatkan Daya Kreatif Siswa


Menggunakan Teknologi Digital Sebagai Media Pembelajaran Daring.
NATURALISTIC : Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan Dan
Pembelajaran, 6(1), 942–955.
https://doi.org/10.35568/naturalistic.v6i1.1634

Fatimah, S. D., Hasanudin, C., & Amin, A. K. (2020). Pemanfaatan Aplikasi


Tik Tok Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, 8(2), 95–102.

Dasar, P. P., Tari, S., Lokal, K., Febriarti, G. N., Digital, T., Tari, S., &
Lokal, K. (2021). EKSPLORASI TEKNOLOGI DIGITAL DALAM
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SBdP BERBASIS
KEARIFAN LOKAL. 7, 1–16.

Ramdani, N. S., & Hadiapurwa, A. (2021). POTENSI PEMANFAATAN


MEDIA SOSIAL TIKTOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
DALAM kehidupan , salah satunya pada pendidikan . Sistem pendidikan
yang ada yang mana mengakibatkan tidak adanya interaksi langsung
antara mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa . 10(2), 425–436.

Anda mungkin juga menyukai