Anda di halaman 1dari 18

III.

TUGAS KHUSUS

Tugas khusus yang akan dibahas dalam laporan kerja praktik ini yaitu

mengenai desain perhitungan perkerasan kaku (Rigid Pavement) dalam

Proyek Pembangunan Jalan Lingkar di Institut Teknologi Sumatera.

Menurut Diklat Perkerasan Kaku (2017), Perkerasan kaku (beton semen)

merupakan konstruksi perkerasan dengan bahan baku agregat dan

menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya, sehingga mempunyai

tingkat kekakuan yang relatif cukup tinggi khususnya bila dibandingkan

dengan perkerasan aspal (perkerasan lentur), sehingga dikenal dan

disebut sebagai perkerasan kaku atau rigid pavement. Perkerasan kaku

dibagi menjadi 5, antara lain :

A. Perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan atau

Jointed Unreinforced (plain) Concrete Pavement (JPCP).

B. Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan atau

Jointed Reinforced Concrete Pavement (JRCP).

C. Perkerasan kaku menerus dengan tulangan atau Continuously

Reinforced Concrete Pavement (CRCP).

D. Perkerasan beton semen prategang atau Prestressed Concrete

Pavement
40

E. Perkerasan beton semen pracetak (dengan dan tanpa prategang)

Pada perhitungan perkerasan kaku yang akan dilakukan, digunakan jenis

perkerasan kaku bersambung dengan tulangan dan perkerasan kaku

menerus dengan tulangan. Bagan alir (Flowchart) desain Perencanaan

perkerasan kaku dapat dilihat pada Gambar 3.1. Bagan Alir (Flowchart)

Perencanaan Perkerasan Kaku.

Gambar 3.1. Bagan Alir (Flowchart) Perencanaan Perkerasan Kaku

3.1. Perkerasan Kaku Bersambung dengan Tulangan (Jointed


Reinforced Concrete Pavement – JRCP)

Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan adalah perkerasan

beton semen yang menggunakan tulangan pada sambungan

memanjang maupun melintang jalan. Untuk perhitungan

perkerasan
41

kaku bersambung dengan tulangan ini digunakan data-data sebagai

berikut.

3.1.1 Koefisien Gesekan (F)

Koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di

bawahnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Tebal Perkerasan Jalan Kaku


Berdasarkan AASHTO 1993

3.1.2 Penentuan Tebal Pelat

Perencanaa ruji (Dowel) dan perencaan batang pengikat

(Tie Bar). Tebal plat ditentukan pada Tabel 3.2. Katalog

Perencanaan berdasarkan SNI 8457 2017.


42

Tabel 3.2. Katalog Perencanaan

Berdasarkan Tabel 3.2. Katalog Perencanaan, ditentukan

: Tebal Pelat (h) = 150 mm

Ruji (Dowel) = Ø28 - 450

Batang Pengikat (Tie Bar) digunakan

Diameter (D) = 13 mm

Panjang (L) = 600 mm

Spasi (S) = 750 mm

Mutu Baja = BjTS 30

Tegangan Tarik Baja izin (fs) dengan mutu baja ulir U-32

fs = 320 MPa
43

3.1.3 Desain Penulangan Memanjang Pada Perkerasan


Bersambung Dengan Tulangan

Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dari persamaan

sebagai berikut :
11,76 X F X L X h
As = (mm2/m lebar)
fs

F = 1.5

L = 5.00 m

b = 1000 mm

h = 150 mm

fs = 320 MPa

11,76 X F X L X h
As Perlu = fs

11,76 X 1,5 X 4 X 150


= 320

= 35,28 mm2

As min = 0.14% x b x h

= 0.14% x 1000 x 150

= 224 mm2

As Perlu < As Min

Berdasarkan kondisi di atas, maka luas tulangan yang

dipakai adalah 224 mm2

Sehingga digunakan tulangan sebagai berikut :

Diameter (D) = 8 mm

Luas Tulangan = 50,27 mm2 (SNI 2052-2014)


44

As Perlu
Jumlah Tulangan =
As 1 tulangan

224
=
1
𝜋 (8)2
4

= 4,4563

= 5 buah tulangan

) =b
Jarak Perlu Perl
(S u n

1000
= 4,4563

= 224,3995 mm

= 200 mm

Maka Tulangan Memanjang yang digunakan adalah

D8 – 200 mm

Pemeriksaan tulangan yang digunakan :

AsPakai 1000 X Luas Tulangan


= S pakai

1000 X 50,27
= 200

= 251,35 mm2

Aspakai > Asperlu

251,35 mm2 > 224 mm2 (OK!)


45

3.1.4 Desain Penulangan Melintang Pada Perkerasan


Bersambung Dengan Tulangan

Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dari persamaan

berikut :

11,76 X F X L X
As = h fs

F = 1.5

L = 5.00 m

b = 1000 mm

h = 160 mm

fs = 320 MPa

11,76 X F X L X h
As Perlu = fs

11,76 X 1,5 X 4 X 150


= 320

= 35,28 mm2

As min = 0.14% x b x h

= 0.14% x 1000 x 150

= 224 mm2

As Perlu < As Min

Berdasarkan kondisi di atas, maka luas tulangan yang

dipakai adalah 224 mm2

Sehingga digunakan tulangan sebagai berikut :

Diameter (D) = 8 mm

Luas Tulangan = 50,27 mm2 (SNI 2052-2014)


46

As Perlu
Jumlah Tulangan =
As 1 tulangan

224
=
1
𝜋 (8)2
4

= 4,4563

= 5 buah tulangan

) =b
Jarak Perlu Perl
(S u n

1000
= 4,4563

= 224,3995 mm

= 200 mm

Maka Tulangan Melintang yang digunakan adalah

D8 – 200 mm

Pemeriksaan tulangan yang digunakan :

AsPakai 1000 X Luas Tulangan


= S pakai

1000 X 50,27
= 200

= 251,35 mm2

Aspakai > Asperlu

251,35 mm2 > 224 mm2 (OK!)


47

3.2. Perkerasan Kaku Menerus dengan Tulangan

Perkerasan kaku menerus dengan tulangan adalah pelat dengan

jumlah tulangan yang cukup banyak tanpa sambungan susut.

Jumlah tulangan yang digunakan pada arah memanjang umumnya

antara 0,6% dan 0,8% dari luas penampang melintang beton, dan

jumlah tulangan dalam arah melintang lebih kecil dari arah

memanjang. Pengalaman menunjukkan jika jumlah tulangan yang

digunakan pada perkerasan kaku menerus dengan tulangan lebih

kecil dari 0,6%, maka potensi terjadinya kerusakan punch out akan

menjadi lebih besar. Untuk perhitungan perkerasan kaku menerus

dengan tulangan ini diambil data berdasarkan Tabel 3.2. Katalog

Perencanaan sebagai berikut :

Tebal Pelat (h) = 150 mm

Ruji (Dowel) = Ø28 - 450

Batang Pengikat (Tie Bar) digunakan

Diameter (D) = 13 mm

Panjang (L) = 600 mm

Spasi (S) = 750 mm

Mutu Baja = BjTS 30

Tegangan Tarik Baja izin (fs) dengan mutu baja ulir U-32

fs = 320 MPa
48

3.2.1. Desain Penulangan Memanjang Pada Perkerasan


Menerus Dengan Tulangan

Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dari persamaan

sebagai berikut :

100 X fct X (1,30−0,2µ)


Ps = fy−n x fct

di mana :

fcf = 4,5 Mpa (Kuat Tarik beton fs 4.5 Mpa)

fct = 0,4 fcf

= 1,80 (Diambil 0,4-0,5 dari kuat tarik beton)

µ =F (Koefisien gesekan antara pelat beton

dengan lapisan di bawahnya)

= 1.5

Es = 200000 mpa (Modulus Elastisitas Baja)

f’c = 41,5 Mpa (fs 45 setara K-500)

Ec = 4700 √f′c (Modulus Elastisitas Beton)

= 4700 √41.5

= 30277.6 Mpa

n = Es/Ec

= 200000/30277.6

= 6,6055

fy = 320 Mpa (Mutu Baja Tulangan U-32)

b = 1000 mm
49

h = 150 mm

100 X 1,8 X (1,30−0,2 (1,5))


Ps perlu = 320−6,6055 X 1,8

= 0,5842 %

Persentase minimum dari tulangan memanjang pada

perkerasan beton menerus adalah 0,6 % luas penampang

beton.

Ps min = 0,6 %

Ps perlu < Ps min

Berdasarkan kondisi di atas, maka luas tulangan perlu

menggunakan Ps min

As perlu = Ps x b x h
0,6
= x 1000 x 150
100

= 960 mm2

Sehingga digunakan tulangan sebagai berikut :

Diameter (D) = 16 mm

Luas Tulangan = 201,1 mm2 (SNI 2052-2014)


50

As Perlu
Jumlah Tulangan =
As 1 tulangan

960
=
1
𝜋 (16)2
4

= 4,7746

= 5 buah tulangan

) =b
Jarak Perlu Perl
(S u n

1000
= 4,7746

= 209,4395 mm

= 200 mm

Maka Tulangan Memanjang yang digunakan adalah

D16 – 200 mm

Pemeriksaan tulangan yang digunakan :

AsPakai 1000 X Luas Tulangan


= S pakai

1000 X 201,1
= 200

= 1005,5 mm2

Aspakai > Asperlu

1005,5 mm2 > 960 mm2 (OK!)

Jumlah optimum tulangan memanjang perlu dipasang agar

jarak dan lebar retakan dapat dikendalikan. Secara teoritis


51

jarak antara retakan pada perkerasan beton menerus dengan

tulangan dihitung dari persamaan berikut :

fct2
Lcr =
n . (p)2 . u . fb (ɛs . Ec – fct)

Dimana :

fcf = 4,5 Mpa (Kuat Tarik beton fs 4.5

Mpa) fct = 0,4 fcf

= 1,80

Es = 200000 mpa (Modulus Elastisitas Baja)

n = Es/Ec

= 200000/30277.6

= 6,6055

Aspakai = 1005,5 mm2

b = 1000 mm

h = 160 mm

As pakai
p = bXh (perbandingan luas tulangan
memanjang dengan luas
penampang beton)

1005,5
= 1000 X 160

= 0,00628

u = 4/d (Keliling penampang tulangan

per satuan luas tulangan (m-1))


52

= 4/0.016

= 250

f’c = 41,5 Mpa

d = 16 cm

fb = (0,79 x √f′c)/d

= (0,79 x √4150)/16

= 3,1808 N/cm2 ≤ 5,5 MPa OK!!

ɛs = 0,0004

Ec = 4700 √f′c

= 4700 √41.5

= 30277.6 Mpa

fct2
Lcr =
n . (p)2 . u . fb (ɛs . Ec – fct)
3,24
=
2,1360

= 1,51685 m < 2m OK!!

3.2.2. Desain Penulangan Melintang Pada Perkerasan

Menerus Dengan Tulangan

Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dari persamaa

sebagai berikut

11,76 X F X L X
As = h fs
53

F = 1.5

L = 4.00 m

b = 1000 m

h = 160 mm

fs = 320 MPa

11,76 X F X L X h
As Perlu = fs

11,76 X 1,5 X 4 X 160


= 320

= 35,28 mm2

As min = 0.14% x b x h

= 0.14% x 1000 x 160

= 224 mm2

As Perlu < As Min

35,28 mm2 < 224 mm2

Berdasarkan kondisi di atas, maka luas tulangan yang

dipakai adalah 224 mm2

Sehingga digunakan tulangan sebagai berikut :

Diameter (D) = 8 mm

Luas Tulangan = 50,27 mm2 (SNI 2052-2014)


As Perlu
Jumlah Tulangan =
As 1 tulangan

224
=
1
𝜋 (8)2
4
54

= 4,4563

= 5 buah tulangan

) =b
Jarak Perlu Perl
(S u n

1000
= 4,4563

= 224,3995 mm

= 200 mm

Maka Tulangan Melintang yang digunakan adalah

D8 – 200 mm

Pemeriksaan tulangan yang digunakan :

AsPakai
1000 X Luas Tulangan
= S pakai

1000 X 50,27
= 200

= 251,35 mm2

Aspakai > Asperlu

251,35 mm2 > 224 mm2 (OK!)


55

Dari perhitungan yang telah dilakukan dipakai desain

penulangan perkerasan bersambung dengan tulangan,

berikut merupakan gambar tampak atas dan gambar

potongan dari perkerasan kaku yang telah direncanakan.

Gambar 3.2. Tampak Atas Perkerasan Kaku Bersambung


Dengan Tulangan
56

Anda mungkin juga menyukai