Laporan Ebp - Kelompok 3
Laporan Ebp - Kelompok 3
Oleh:
Fransisca Lio R014211004
Sri Deviyanti R014211057
Asmira R014211054
A. Latar Belakang
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru
dilahirkan dengan berat pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (Hasan,
2010). Bayi Berat Lahir Rendah akan mengalami banyak masalah antara lain
hipotermi, sindroma gawat napas, perdarahan intra kranial, hiperbilirubinemia
dan hipoglikemia karena daya hisap bayi lemah sehingga intake tidak adekuat.
Bayi Berat Lahir Rendah menyebabkan tingginya angka kematian bayi di
Indonesia (Bobak, 2011). Prevalensi kelahiran BBLR di dunia sekitar 20 juta
per tahunnya (WHO, 2012). Bayi Berat Lahir Rendah sering mengalami
kesulitan oral feeding karena imaturitas organ yang berdampak kegagalan
perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (Roesli Utami, 2016).
Berdasarkan hasil observasi selama melaksanakan praktik profesi
keperawatan di ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit
Umum Pusat Wahidin Sudirohusodo Makassar, intervensi yang sudah
dilakukan oleh perawat adalah kolaborasi dengan fisioterapis dan rehabilitasi
medik. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian
BBLR adalah dengan mengatasi masalah yang terjadi dengan reflek hisap
yang lemah, yaitu dengan memberikan stimulasi oral sejak dini berupa
sentuhan pemijatan terhadap jaringan otot di sekitar mulut. Melalui sentuhan
dan stimulasi terutama jaringan otot daerah sekitar mulut yang dapat
meningkatkan peredaran darah meningkatkan fungsi otot dan merangsang
reflek hisap pada bayi terutama Bayi Berat Lahir Rendah serta dapat
meningkatkan fungsi organ tubuh yang lainnya (Hasri, 2008).
Bayi BBLR yang dilakukan stimulasi oral selama 15 menit per hari akan
mengalami kenaikan efektifitas reflek hisap per hari sejumlah 20% sampai
47% lebih banyak dari yang tidak dilakukan stimulasi oral. (T .Field dan
Scafidi, 2016). Penelitian di RS The National Cheng Kung University
Hospital (NCKUH) Tainan, Taiwan menunjukkan bahwa dari 19 bayi BBLR
(7 laki-laki dan 12 perempuan) dengan berat badan antara 520 gram – 2.342
gram dan usia gestasi 32 minggu – 40 minggu mengalami kenaikan berat
badan sebesar 284 gram dalam satu minggu setelah dilakukan stimulasi oral
(Yea Shwu Hwang, 2010). Dari hasil Penelitian di RSUD dr. Soebandi
Jember yaitu sebelum dilakukan fisioterapi oral sebanyak 30 responden
(100%) mengalami reflek hisap lemah dan sesudah dilakukan fisioterapi oral
sebanyak 22 responden (73,3%) mengalami reflek hisap yang kuat.
(Reynowati, 2013).
Mekanisme menghisap dan menelan belum berkembang dengan baik pada
prematur. Mekanisme ini hanya dapat dikoordinasi oleh bayi untuk mulai
menyusu pada payudara sekitar 32-34 minggu usia gestasi dan menjadi sangat
efektif pada usia gestasi 36-37 minggu (Johnson, 2003). Kurang matangnya
perkembangan menghisap pada bayi prematur ditandai dengan munculnya
permasalahan oral feeding yang akan menyebabkan keterlambatan dalam
menyusui, berat badan rendah dan dehidrasi selama awal minggu pasca
kelahiran. Kelemahan menghisap ini dikaitkan dengan kematangan struktur
saraf bayi dan kekuatan otot mulut (Lau, 2006). Kesulitan makan karena
kelemahan menghisap ini menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan karena
sering menunda perubahan ke proses makan atau menyusu lewat mulut secara
mandiri, menunda kepulangan dari rumah sakit dan secara negatif
mempengaruhi hubungan ibu dan bayi serta berpotensi menjadi penyebab
gangguan makan pada anak-anak. Beberapa alasan tersebut menjadi acuan
untuk pemberian intervensi dini untuk meningkatkan kemampuan oral feeding
dengan menstimulasi kemampuan menghisap pada bayi prematur (Fucile ert
al, 2011).
Program stimulasi perioral (struktur luar mulut) dan intra oral (struktur
dalam mulut) menjadi salah satu intervensi yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan menghisap pada bayi prematur. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fucile (2011) bahwa terdapat pengaruh dari
pemberian stimulasi oral terhadap perkembangan kemampuan menghisap,
peningkatan pencernaan dan berpotensi mengurangi lama waktu perawatan
rumah sakit setelah diberikan stimulasi perioral dan intra oral selama 15 menit
sehari selama 7 hari. Lebih dari itu, terapi sentuhan atau stimulasi yang
dilakukan sendiri oleh ibu bayi mempunyai makna dan sangat berpengaruh
terhadap hubungan batin atau hubungan kejiwaan antara ibu dan bayinya.
Bagi bayi terapi sentuhan atau stimulasi dari ibu dapat dirasakan sebagai
sentuhan kasih sayang yang sangat berarti untuk pembentukan kepribadian
positif di lain hari (Roesli Utami, 2016).
Berdasarkan uraian diatas, mahasiswa program profesi keperawatan
peminatan NICU kelompok 3 dibawah bimbingan Ibu Nur Fadhilah, S. Kep.,
Ns., MN sebagai preseptor institusi dan Ibu Irmayanti, S. Kep., Ns sebagai
preseptor lahan, merasa tertarik untuk melakukan intervensi sesuai Evidence
Based Practised (EBP) yang didapatkan dari jurnal dengan judul “The effects
of premature infant oral motor intervention (PIOMI) on oral feeding of
preterm infants: a randomized clinical trial”. Tujuan dari pelaksanaan
intervensi Stimulasi Oral ini adalah diharapkan dengan pelaksanaan intervensi
dapat meningkatkan reflek hisap pada bayi berat badan lahir rendah di Ruang
NICU RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2. Prosedur EBP
Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapi PIOMI
(Premature Infant Oral Motor Intervention) selama 10 hari (Ghomi & dkk, 2019).
Terapi ini merupakan intervensi yang dilakukan pada daeerah mulut yang dapat
meningkatkan kontraksi dan kekuatan otot mulut bayi dengan 8 gerakan selama 5
menit . Adapun prosedur yang dilakukan, sebagai berikut :
8 langkah Teknik Tujuan Frekuensi Durasi
Pipi c- 1. Tempatkan jari meningkatkan 2x setiap 30 det
pereganga dalam pipi dan satu jangkauan gerak cek
n pipi luar. Geser dan dan kekuatan pipi
regangkan ke dan meningkatkan
belakang (ke arah kekuatan bibir
telinga), lalu ke
bawah, lalu kembali
ke depan (pola C).
2. Ulangi untuk sisi
lain
Gulungan 1. Letakkan jari di meningkatkan 1x setiap 30 det
bibir bagian dalam dan jangkauan gerak bibir
ibu jari di luar bibir bibir
atas.
2. Gerakkan jari ke
arah horizontal
sambil
menggerakkan ibu
jari ke arah
sebaliknya
(menggulung bibir
di antara jari-jari).
3. Lakukan di sisi kiri
bibir, lalu ulangi di
sisi kanan
4. Ulangi pada bibir
bawah
Ikal bibir 1. Letakkan jari di luar meningkatkan 1x setiap 30 det
atau bibir atas, dan satu kekuatan bibir, bibir
pereganga di dalam rentang gerak dan
n bibir 2. Kompres bibir segel
dengan lembut, dan
regangkan garis
tengah ke bawah,
bergerak melintasi
bibir
3. Ulangi pada bibir
bawah, regangkan
ke atas
Pijat gusi 1. Letakkan jari di sisi meningkatkan 2x 30 det
kiri gusi atas, jangkauan gerak
dengan tekanan lidah, merangsang
berkelanjutan yang menelan dan
kuat perlahan meningkatkan
melintasi ke sisi mengisap
yang lain
2. Turunkan gusi
bawah (untuk
melanjutkan siklus),
dengan tekanan
berkelanjutan yang
kuat perlahan-lahan
pindah ke sisi lain
Batas 1. Letakkan jari pada meningkatkan 1x setiap 15 det
lateral tingkat geraham jangkauan gerak sisi
lidah/pipi antara bilah samping dan kekuatan lidah
lidah dan gusi dan meningkatkan
bawah mengisap
2. Gerakkan jari tengah
bawah, dorong lidah
ke arah garis tengah
3. Lalu gerakkan jari
ke belakang dan
sampai ke pipi
sambil
meregangkannya
Bilah 1. Letakkan jari di meningkatkan 2x 30 det
tengah tengah mulut, pengisapan dan
lidah/langi berikan tekanan aktivasi langit-
t-langit berkelanjutan ke langit lunak
langit-langit keras
selama 3 detik
2. Gerakkan jari ke
arah pusat kontak
bilah lidah
3. Pindahkan lidah ke
bawah dengan
tekanan yang kuat
4. Gerakkan jari
kembali ke tengah
langit-langit keras
Menimbul Letakkan jari di garis 8meningkatkan N/A 15 det
kan rasa tengah, tengah palet, mengisap, dan
ngilu usap langit-langit aktivasi langit-
dengan lembut untuk langit lunak
mendapatkan isapan
3. Kriteria Partisipan
a. Inklusi
1) Lahir dengan usia kehamilan 26-29 minggu
2) Memiliki fisik yang stabil ketika mendapatkan stimulasi oral
3) Skor Apgar 6 pada 5 menit pertama
4) Orang tua bersedia menjadi partisipan
5) Bayi diberikan oksigen melalui Continuous Positive Airway
Pressure (CPAP) atau nasal prong, jika diperlukan
b. Eksklusi
1) Bayi dengan kelainan kongenital
2) Kondisi kesehatan kronis
3) Bayi mengalami broncho-pulmonary dysplasia
4) Perdarahan intravena grade III & IV
5) NEC
6) Asfiksia
7) Sepsis
A. Prosedur Pelaksanaan
Memberikan intervensi PIOMI sesuai dengan jurnal yang digunakan, yaitu
dilakukan stimulasi pada otot mulut bayi dengan 8 gerakan selama 5 menit
sebelum diberikan ASI/PASI. Intervensi ini dilakukan selama 9 hari mulai
tanggal 28 Juni sampai 6 Juli 2022 di ruang NICU RSUP Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Intervensi ini dilakukan pada By.Ny.M dengan usian
gestasi 38 minggu, berat badan lahir 2615 gram, betar badan sekarang 2780
gram, dengan refleks isap lemah. Intervensi ini dilakukan untuk meningkatan
kemampuan menghisap bayi dan diobservasi setiap hari serta dibandingkan
hasilnya. Untuk mengetahui perubahan kemampuan menghisap yang terjadi
maka digunakan indicator jumlah volume ASI/susu formula yang dapat
diminum dalam satu hari (mL) melalui mulut, dengan hasil reflek hisap baik
jika ≥ 80% kebutuhan cairan, cukup jika 50-79% kebutuhan cairan dan kurang
jika <49% kebutuhan cairan.
B. Hasil
Hasil pengamatan setelah pemberian intervensi PIOMI selama 9 hari pada By.
Ny. N, sebagai berikut :
Tanggal Volume Kebutuhan Jumlah ASI Yang Persentase
Enteral Dihabiskan Bayi
28 Juni 2022 440 mL 420 mL 95%
29 Juni 2022 440 mL 430 mL 98%
30 Juni 2022 448 mL 448 mL 100%
1 Juli 2022 480 mL 480 mL 100%
2 Juli 2022 480 mL 480 mL 100%
3 Juli 2022 480 mL 480 mL 100%
4 Juli 2022 480 mL 480 mL 100%
5 Juli 2022 480 mL 480 mL 100%
6 Juli 2022 560 mL 560 mL 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap volume
pemberian ASI setelah diberikan intervensi PIOMI.
C. Pembahasan