Anda di halaman 1dari 18

Jenis-jenis Metode Penilaian Investasi

Penjelasan mengenai jenis dari metode penilaian investasi yang akan diuraikan di bawah ini,
sudah dilengkapi dengan kelebihannya. Simak selengkapnya di bawah ini:

1. Metode Net Present Value (NPV)

NPV atau Net Present Value adalah metode dalam penilaian investasi yang juga digunakan
dalam menentukan nilai investasinya saat ini, yang berasal dari investasi dengan jumlah
potongan dari arus kas secara keseluruhan yang didapatkan dari sebuah proyek.

NPV juga akan memperlihatkan berapa jumlah nilai produktifnya dari suatu jenis investasi. Nilai
produktif yang diperlihatkan dari investasi nilainya bisa lebih besar, sama, atau lebih kecil
dibandingkan dengan biaya investasinya.

Nilai NPV yang positif juga menjadi tanda bahwa sebuah investasi akan menambah pendapatan
lebih permintaan. Maka investasi dengan kondisi ini harus diterima dengan baik.

Sedangkan untuk NPV negatif menjadi tanda bahwa investasi akan menghasilkan pendapatan
yang tidak banyak atau lebih rendah dari permintaan. Apabila kondisi investasinya seperti maka
tolak saja.

Nilai NPV sama dengan nol artinya adalah investasi mempunyai pendapatan yang nilainya sama
dengan permintaan. Hasilnya tidak ada keuntungan dan juga tidak ada kerugian.

Dibutuhkan dua aktivitas penting dalam NPV yaitu membuat perkiraan arus kas dan juga
menetapkan/menentukan tingkat bunga yang sifatnya relevan. Cara perhitungan dengan
menggunakan metode NPV yaitu:

 NPV = Net Present Value (dalam satuan rupiah)


 Ct = Arus kas setiap tahunnya pada periode t
 Co = Nilai investasi di awal dan tahun ke 0 (dalam satuan rupiah)
 R = Suku bunga (dalam hitungan %)
Kelebihan dari NPV yaitu:

 Dari perhitungan NPV ini semua arus kas selama proyek berlangsung akan menjadi
perhitungan dalam mengambil keputusan investasi.
 NPV sudah memperhitungkan nilai waktu dari uang.

2. Metode Payback Period (PP)

Metode penilaian investasi yang berikutnya yaitu Metode Payback Period (PP), yang
merupakan periode pengembalian disebut juga dengan jangka waktu yang diperlukan dalam
mengembalikan nilai investasi.
Pengembalian ini dilakukan melalui penerimaan yang dihasilkan oleh sebuah proyek investasi
yang masih berhubungan.

Apabila pajak penghasilannya belum dihitung di penentuan periode pengembalian pada investasi
dalam kebutuhan ekspansi usaha, maka perhitungannya bisa dilakukan dengan rumus berikut:

Payback periode dalam hitungan tahun = Investasi / laba tunai rata-rata setiap tahun.

Tapi jika dampak dari pajak penghasilannya telah dihitung, penentuan PP dapat dihitung dengan
rumus berikut ini:

Payback period (dalam hitungan tahun) = Investasi / Kas masuk bersih

Kelebihan dari PP diantaranya yaitu:

 Bisa digunakan untuk menilai suatu proyek investasi yang memiliki risiko serta rate of
return yang sama. Maka pilih investasi yang jangka waktu returnya paling cepat.
 Investasi dengan risiko besar dapat dilihat dari jangka waktu yang dibutuhkan dalam
pengembaliannya.
 Bisa digunakan untuk memilih beberapa usulan/pilihan investasi sebelum nanti
dilanjutkan pada penilaian, dengan pertimbangan kemampuan dalam berinvestasi untuk
menghasilkan keuntungan.
3. Metode Profitability Index (PI)

PI atau yang dinamakan dengan Profitability Index adalah metode penilaian investasi, yang
memperhitungkan berapa perbandingan nilai sekarang dengan cara perbandingan di penerimaan
kas bersih di masa mendatang, dengan nilai investasi yang ada saat ini.

Cara perhitungannya bisa menggunakan rumus:

Profitability Index = Laba setelah dihitung pajak / jumlah rata-rata investasi.

Sebuah usulan investasi atau suatu proyek akan diterima apabila nilai PI yang didapatkan
mempunyai nilai yang lebih besar dari angka satu. Tapi jika nilai PI yang diperoleh lebih kecil
dari satu usulan proyek tersebut tak akan bisa diterima.

Apabila ada beberapa usulan proyek maka yang dipilih adalah usulan yang bisa menghasilkan
nilai PI terbesar.

Kelebihan dari metode PI yaitu:

 Dapat memperhitungkan tingkat bunga yang akan digunakan terlebih dulu.


 Memperhitungkan nilai waktu dari uang.

Dapatkan beragam artikel tutorial, insight, tips menarik seputar bisnis dan investasi langsung
melalui email Anda. Subscribe sekarang dan raih kesuksesan bersama kami!

4. Metode Average Rate of Return (ARR)

Metode ARR bisa diartikan sebagai jumlah rata-rata dari kembalian investasi. Metode yang satu
ini juga sering disebut dengan accounting method atau nama lainnya yaitu financial statement
method.

Metode AR akan menggunakan data keuntungan yang bersih sesudah pajak, dari investasi awal
atau jumlah rata-rata yang berasal dari investasi awal. Perhitungannya bisa dilakukan dengan
rumus di bawah ini:

Average Rate of Return (ARR) = Laba setelah dihitung pajak / jumlah rata-rata investasi.

Kelebihan dari metode ARR yaitu:

 Mudah dipahami dan juga sederhana, karena menggunakan data akuntansi yang sudah
ada. Sehingga tidak ada perhitungan yang lainnya.
 Sudah memperhitungkan arus kas selama umur proyek berlangsung dari investasi yang
ada.
5. Metode Internal Rate of Return (IRR)

Metode IRR atau yang juga disebut dengan tingkat pengembalian secara internal, merupakan
suatu pengembalian yang berasal dari pilihan proyek tertentu atau dari sebuah usulan.

IRR juga merupakan tingkat diskonto yang dapat menyebabkan nilai bersih yang berasal dari
arus kas masuk sekarang, sama saja dengan nilai bersih dari arus kas yang keluar saat ini
jumlahnya sama dengan nol.

Metode ini mempunyai asumsi apabila ada arus kas yang masuk diinvestasikan lagi di tingkat
pengembalian internal dengan jumlah yang sama. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

 N = Periode akhir dari arus kas yang diharapkan


 At = Arus kas pada periode t
 R = Tingkat bunga yang nantinya menjadi jumlah dari hasil yang diharapkan.
Kelebihan dari metode IRR adalah sebagai berikut:

 Mengutamakan aliran kas yang awal dibandingkan dengan aliran kas akhir.
 Memperhitungkan nilai waktu yang berasal dari uang.
METODE PENILAIAN USULAN INVESTASI
Untuk dapat menentukan apakah investasi tersebut menguntungkan atau tidak diperlukan metode
penilaian usulan investasi, yang terdiri dari :
1. Payback Period
2. Return on assets atau return on investment
3. Net Present Value (NPV)
4. Internal Rate of Return (IRR)
5. Profitability Index

Arus Kas untuk empat proyek yang bersifat saling meniadakan (mutually exclusive)
Tahun A B C D Disc
Fac
10%
--------- --------- --------- ---------- ----------- ---------
-- -- -- - --
0 - 1.500 - 1.500 - 1.500 - 1.500 1.000
1 150 0 150 300 0,909
2 1.350 0 300 450 0,826
3 150 450 450 750 0,751
4 -150 1.050 600 750 0,683
5 -600 1.950 1.875 900 0,621

Payback Period/Periode jangka pengembalian


Merupakan jumlah tahun yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi awal
dari proyek.
Proyek A. jangka pengembalian 2 tahun
Proyek B. jangka pengembalian 4 tahun
Proyek C. jangka pengembalian 4 tahun
Proyek D. jangka pengembalian 3 tahun
Jika manajemen secara kaku menggunakan payback period, maka proyek A yang akan dipilih.
Kelemahan payback period adalah tidak mempertimbangkan seluruh arus kas dan tidak
mempertimbangkan nilai waktu uang.

Return on Assets (ROA)


Hasil pengembalian atas aktiva (return on assets), kadang-kadang juga disebut hasil
pengembalian investasi (return on investment).
ROA = (Arus kas t/n) : Io
dimana
Io = Pengeluaran kas awal
n = umur proyek

Mis, ROA untuk proyek B sbb :

1.500+0+0+450+1.050+1.950
ROA = ---------------------------------------- : 1.500 x 100%
5
= 26%

ROA untuk keempat proyek adalah :


Proyek A - 8%
Proyek B 26%
Proyek C 25%
Proyek D 22%

Berdasarkan kriteria ROA, maka Proyek B adalah yang terbaik. Kelemahan ROA tidak jauh
berbeda dengan payback period

Net Present Value (NPV)


Jika NPV positif proyek dijalankan, dan bila negatif proyek ditolak. Jika proyek bersifat saling
meniadakan, maka yang dipilih adalah proyek dengan nilai NPV yang tinggi.
CFt
NPV = --------------- - Io
(1+k)n
dimana
CFt = arus kas bersih pada periode t
K = biaya modal
Io = Investasi awal (biaya awal proyek)
n = umur proyek yang diharapkan

NPV proyek C dihitung sebagai berikut k = 10%

Tahun Arus kas x faktor disc Nilai sekarang


0 - 1.500 1.000 - 1.500
1 150 0,909 136.350
2 300 0,826 247.800
3 450 0,751 337.950
4 6001.875 0,683 409.800
5 0,621 1.164.380
NPV 796.280

NPV dari empat proyek tersebut


Proyek A NPV = - Rp 610.950
Proyek B NPV = Rp 766.050
Proyek C NPV = Rp 796.280
Proyek D NPV = Rp 778.800
JIka keempat proyek tersebut bersifat independen, maka proyek A akan ditolak dan yang
diterima adalah proyek B, C dan D. Apabila proyek tersebut saling meniadakan, maka proyek
yang NPV terbesaryang dipilih.

IRR untuk proyek D

Tahun Arus Kas PV 10% PV 25% PV 26%


--------- ------------ --------------------- --------------------- --------------------
0 -1.500.000 1.000 –1.500.000 1.000 -1.500.000 1.000 -1.500.000
1 300.000 0,909 272.700 0,800 240.000 0,794 238,200
2 450.000 0,826 371.700 0,640 288.000 0,630 283,500
3 750.000 0,751 563.250 0,512 384.000 0,500 375.000
4 750.000 0,683 515.250 0,410 307.500 0,397 297.750
5 900.000 0,621 558.900 0,328 295.200 0,315 283.500
Interpolasi :
I PV kas masuk
-------------- --------------------
25% 1.514.700
. 26% . 1.477.950
Selisih 1% 36.750

l Yang kita inginkan Rp 1.500.000


l PV yang mendekati 1.514.700

Perbedaan 14.700
Adalah ekuivalen dengan 14.700/36.750 x 1% = 0,4%
Jadi IRR = 25% + 0,4% = 25,4 %
Dengan cara perhitungan yang sama maka IRR keempat proyek tsb :
Proyek A IRR = - 200%
B IRR = 20,9%
C IRR = 22,8%
D IRR = 25,4%

Jika kita menggunakan kriteria IRR untuk menilai proyek-proyek independen, maka yang dipilih
adalah proyek dengan IRR yang lebih besar dari pada biaya kesempatan atas modal (opportunity
cost of capital) yang besarnya 10%. Maka proyek yang diterima B,C dan D.
Tetapi kalau proyek tersebut saling meniadakan (mutaully exclusive), maka dengan kriteria IRR
yang diterima adalah proyek D sebagai pilihan terbaik.
Kelemahan IRR :
a. Tidak memungkinkan untuk menghitung IRR yang berbeda setiap tahunnya
b. Bila digunakan untuk memilih proyek yang bersifat saling meniadakan

Proyek Tahun 0 Tahun 1 Tahun2 Tahun 3 NPV IRR


------- ------------ ------------- ----------- ----------- --------- ----------
A - 1.000 1.300 100 100 234,37 42%
B - 1.000 300 300 1.300 260,91 30%

Kalau kita perhatikan NPVnya, maka proyek B seharusnya dipilih karena memberikan NPV
terbesar. Sedangkan kalau kita menggunakan IRR, kita akan memilih A karena proyek tersebut
memberikan IRR yang lebih tinggi.
Pertanyaannya, apakah kita seharusnya memilih A, ataukah memilih B

Proyek Tahun 0 Tahun 1 Tahun2 Tahun 3 NPV IRR


------- ----------- ------------ ----------- ---------- --------- ----------
A - 1.000 1.300 100 100 234,37 42%
B - 1.000 300 300 1.300 260,91 30%
B minus A 0 - 1.000 200 1.200 26,53 20%

B minus A artinya, bahwa kita menerima B dan menolak A. Tingkat bunga yang menyamakan
pola arus kas incremental adalah 20%. Kalau tingkat bunga yang layak adalah 18%. Bukankah
pantas kalau kita menerima B dan menolak A? Kita lihat juga bahwa NPV dari arus kas
incremetal tersebut adalah Rp 26,53

Profitability
Profitability Index menunjukan perbandingan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar.
PV kas masuk
Profitability = ---------------------
PV kas keluar
Profitability Index Proyek D adalah :

PI = 2.228.800/1.500.000 = 1,485
Keputusan investasi menerima investasi bila PI > 1

Beberapa kasus dalam pengambilan keputusan investasi


1. Masalah Keterbatasan Dana.
2.
Perusahaan menghadapi beberapa proyek yang disusun peringkatnya sesuai dengan
profitability index (PI) proyek-proyek tersebut :
Proyek 3 1 2 4
PI 1,15 1,13 1,11 1,08
Investasi awal 200 125 175 150

Apabila dana terbatas hanya sebesar Rp 300, maka proyek yang sebaiknya diambil adalah proyek
1 dan 2, bukan proyek 3. Mengapa ?
NPV proyek 3 = (200x1,15)- 200 = Rp 30,00
NPV proyek 1 = (125x1.13)- 125 = Rp 16,25
2 = (175x1,11)- 175 = Rp 19,25
NPV proyek 1 dan 2 lebih besar Rp 35,50 dari proyek 3
Masalah yang timbul dalam keadaan keterbatasan dana adalah penentuan opportunity cost.
Contoh diatas menunjukan bahwa perusahaan tidak dapat memilih alternatif proyek 1 dan 3,
berapa kerugian yang ditanggung perusahaan karena tidak bisa mengambil proyek 1 dan 3 hanya
karena tidak mempunyai dana yang cukup.

Masalah Pemilihan Aktiva


Masalah yang sering dihadapi perusahaan adalah memilih aktiva yang mempunyai karakteristik
yang berbeda, tetapi kapasitasnya sama.
Apabila kapasitas aktiva yang akan kita pilih sama, maka kita lihat faktor-faktor yang berbeda,
misalnya : (1) harga, (2) biaya operasi, (3) umur ekonomis
Pertimbangan kita memilih present value kas keluar yang paling kecil.

Misal ada dua mesin, A dan B mempunyai kapasitas sama. Perbedaannya :

Mesin A Mesin B
Harga Perolehan Rp 15.000.000 Rp 10.000.000
Umur ekonomis 3 tahun 2 tahun
Biaya operasi 4.000.000 6.000.000

Mesin mana yang harus dipilih bila r = 10%


Kas keluar (dalam jutaan rupiah)

Mesin Tahun ke PV a 10%


---------- ---------------------------------------- ------------
0 1 2 3
-------- --------- ---------- --------
A 15 4 4 4 24,95
B 10 6 6 - 20,41
Kalau kita lihat sepintas, mesin B memberikan PV kas keluar lebik kecil dari pada mesin A,
maka mesin B yang kita pilih. Tetapi keputusan ini salah, karena kita menggunakan umur
ekonomis yang tidak sama.

Untuk itu salah satu cara yang bisa digunakan adalah menggunakan dasar waktu (common
horizon approach)
Pendekatan ini mengatakan bahwa kalau kita ingin membandingkan dua alternatif gunakan dasar
waktu yang sama.
Kalau mesin A, 3 tahun dan Mesin B, 2 tahun maka common horizon 2 x 3 = 6 tahun.

Mesin Tahun PV r 10%


---------------------------------------------
0 1 2 3 4 5 6
---------------------------------------------------------------------
A 15 4 4 (4+15) 4 4 4 43,69
B 10 6 (6+10) 6 (6+10) 6 6 51,22

Dengan menggunakan dasar waktu yang sama, maka pilihan jatuh pada Mesin A.

Bila umur ekonomis cukup lama perhitungannya dapat menggunakan annual cost
approach
Pendekatan ini menghitung berapa pengeluaran tahunan yang ekuivalen dengan PV kas keluar.
Dari contoh sebelumnya PV kas keluar mesin A Rp 24,95 juta untuk tiga tahun. Berapa kas
keluar setiap tahun (yang jumlahnya sama) yang akan sama nilainya dengan PV kas keluar
selama 3 tahun
X X X
24,95 juta = -------- + --------- + ---------
(1+0,10) (1+0,10)2 (1+0,10)3

24,95 Juta = X {1/(1+0,10) + 1/(1+0,10)2 +1/(1+0,10)3}


Nilai X = Rp 10,03 juta
Dengan cara perhitungan yang sama, equivalent annual cost Mesin B Rp 11,76 juta. Maka Mesin
A yang dipilih karena memberikan equivalent annual cost yg terkecil

Penggantian Aktiva
Analisis menggunakan penaksiran arus kas incremental
Mis, suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk mengganti mesin lama dengan mesin
baru yang lebih efisien (ditunjukan dengan biaya operasi yang lebih rendah. Nilai buku Mesin
Lama Rp 800 juta, taksiran umur kegunaannya 4 tahun, metode penyusutan menggunakan
metode garis lurus. Apabila mesin baru digunakan dapat menghemat biaya operasi Rp 250 juta
per tahun. Umur ekonomis mesin baru 4 tahun. Mesin lama diperkirakan laku dijual Rp 800
juta.Harga Mesin Baru Rp 1.200 juta
Penaksiran arus kas incremental :
Tambahan pengeluaran penggantian mesin lama dengan mesin baru Rp 1200 juta – Rp 800 juta
= Rp 400 juta.

Tambahan keuntungan karena penghematan


biaya operasional Rp 250 juta

Tambahan penyusutan :
Mesin baru Rp 300 juta
Mesin lama Rp 200 juta
Rp 100 juta.
Tambahan laba sebelum pajak Rp 150 juta
Tambahan pajak misalnya 30% 45 juta
---------------
Tambahan laba setelah pajak Rp 105.000

Tambahan kas masuk operasional Rp 105 juta + Rp 100 juta = Rp 205 juta.

Apabila tingkat bunga yang relevan ( r ) 20% maka perhitungan NPVadalah :


NPV = -400 + 205/(1+0,20) + 205/(1+0,20)2 +
205/(1+0,20)3 + 205/(1+0,20)4
= + Rp 1.307 juta
Karena NPV positif, maka penggantian mesin dinilai menguntungkan

Contoh, bila umur ekonomis tidak sama.


Bis Lama Bis baru
Harga Bis Rp 500 juta Rp 800 juta
Umur ekonomis 5 tahun 7 tahun
Nilai residu Rp 50 juta Rp 100 juta
Biaya tunai Rp 500 juta Rp 450 juta
Penghasilan per tahun Rp 800 juta Rp 900 juta

Tingkat keuntungan 18%.

Bis lama Bis baru


Penghasilan Rp 800 juta Rp 900 juta
Biaya-biaya :

Bersifat 500 juta 450 juta


tunai
Penyusutan 90 juta 100 juta
Total 590 juta 550 juta
Laba sebelum 210.000 350.000
pajak
Pajak 73.500 122.500
Penghasilan
Laba setelah 136.500 227.500
pajak
Penyusutan 90 juta 100 juta
Arus kas bersih 226,5 juta 327,5 jt

226,5 juta 50 juta


NPV bus lama = -500 + --------- + -----------
(1 + 0,18) (1 + 0,18)5
= Rp 230 juta
327,5 juta 100 juta
NPV bus baru = -800 + --------- + -----------
(1 + 0,18) (1 + 0,18)7
= Rp 479 juta

Karena NPV bus baru lebih besar, maka penggantian bis lama dapat dibenarkan.

Pengaruh Inflasi
Apa dampak inflasi terhadap analisis investasi modal ?
Inflasi akan mempengaruhi dua faktor yaitu : 1. Arus Kas dan 2. tingkat keuntungan yang
dipandang layak ( r ), semakin besar inflasi, semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan

Suatu rencana investasi memerlukan dana sebagai berikut :


1. Untuk aktiva tetap Rp 300 juta, umur ekonomis 3 tahun tanpa nilai residu. Penyusutan
menggunakan metode garis lurus
2. Modal kerja sebesar 20% dari taksiran penjualan tahun yang akan datang
3. Penjualan tahun 1, 100.000 unit
Penjualan tahun 2, 120.000 unit
Penjualan tahun 3, 200.000 unit
4. Harga jual pada tahun 1 Rp 10.000,00, harga jual ini diperkirakan naik sebesar 10% setiap
tahun (mencerminkan adanya inflasi 10%).
5. Biaya tunai 70% dari penjualan setiap tahun naik 10%
6. Dengan tingkat inflasi 10% tingkat keuntungan yang dipandang layak ditentukan sebesar 20%
7. Tarif Pajak Penghasilan 35%

Taksiran kas masuk operasional dengan memperhatikan inflasi


Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Penjualan (dlm unit) 100.000 120.000 200.000
Harga jual per unit Rp 10.000 11.000 12.100
Pendapatan penjualan 1.000 1.320 2.420
Biaya-biaya :
Tunai (70% dr penj) 700 924 1.694
Penyusutan 100 100 100
800 1.024 1.794
Laba Operasi 200 296 626
Pajak 70 103,60 219,10
Laba setelah pajak 130 192,40 406,90
Penyusutan 100 100 100
Kas Masuk Operasional 230 292,40 506,90

Taksiran arus kas investasi dengan memperhatikan faktor inflasi

Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3


Aktiva Tetap (n.buku) 300,00 200,00 100,00 0,00
Aktiva Lancar 200,00 264,00 484,00 0,00
Penambahan Ak Lanc 200,00 64,00 220,00 (484)
------------------------------------------------------------------------
Arus Kas :
Pembelian Aktiva Tetap -300,00 - - -
Penambahan Ak. Lanc –200,00 -64,00 -220,00 -
Kembalinya modal kerja - - - +484
------------------------------------------------------------------------
Arus Kas Operasional - +230,00 +292,40 +506,90
------------------------------------------------------------------------
Total arus kas -500,00 +166,00 + 72,40 +990,90
====================================

NPV investasi proyek adalah :


166 72,40 990,90
NPV = -500 + ----------- + ----------- + -------------
(1+0,20) (1+0,20)2 (1+0,20)3
= + 262
Karena NPV positif maka proyek tersebut dapat diterima.
Pengertian Risiko Investasi

Risiko investasi adalah kondisi dimana investor berpotensi mengalami kerugian dari aktivitas
investasi. Dengan kata lain, keuntungan atau imbal hasil yang diharapkan dari investasi tidak
sesuai.

Dalam hal ini, risiko investasi berbanding lurus dengan imbal hasil investasi. Jika keuntungan
investasi tinggi, maka risikonya tinggi. Begitu pun sebaliknya, apabila keuntungan investasi
rendah, umumnya risikonya pun rendah.

Selain itu, penting bagi investor untuk mengenali dan memahami profil risiko investasi. Hal itu
bermanfaat dalam menentukan produk investasi apa yang paling cocok dengan kebutuhan
investor dan profil risiko tersebut.

Misalnya, contoh risiko investasi adalah capital loss atau kerugian modal pada saham. Hal
tersebut terjadi ketika nilai jual lebih rendah dibandingkan nilai beli. Maka dari itu, investasi
saham disebut sebagai investasi high return dan tergolong high risk. Hal itu juga menjadikan,
investasi saham lebih cocok kepada investor dengan profil risiko yang agresif.
Jenis-jenis Risiko Investasi

Sebelum mengetahui cara meminimalisir dan manajemen risiko investasi. Langkah pertama yang
harus Anda ketahui adalah jenis-jenisnya. Berikut 7 jenis risiko investasi adalah diantaranya:

1. Risiko Pasar
Jenis pertama dari risiko investasi adalah risiko pasar, yaitu adanya fluktuasi atau naik turunnya
nilai aset di pasar. Hal itu diakibatkan dari berubahnya sentimen pasar keuangan seperti obligasi
dan saham. Perubahan tersebut biasanya terjadi karena kondisi tertentu, misalnya perubahan
politik, resesi ekonomi, inflasi, kerusuhan, dan lain-lain.
Risiko pasar juga dikenal sebagai risiko sistematik yang tidak dapat dihindari oleh para investor.
Risiko ini juga dapat menyebabkan investor mengalami penurunan modal investasinya
atau capital loss. Meski demikian, Anda jangan khawatir, penurunan aset investasi seperti ini
bukan termasuk risiko investasi jangka panjang.
2. Risiko Likuiditas
Jenis kedua dari risiko investasi adalah risiko likuiditas. Risiko ini timbul dari kesulitan
tersedianya uang tunai dalam suatu periode waktu. Hal itu dapat terjadi apabila pihak pengutang
tak bisa menjual asetnya karena pihak lain tidak ada yang berminat membelinya di pasar.
Misalnya, seseorang dari pihak A tidak dapat membayar utangnya secara tunai saat jatuh tempo
kepada pihak B. Tetapi, pihak A memiliki aset yang nilainya cukup untuk membayar utang
tersebut.

Tetapi, jika tidak ada pihak lain yang bersedia membeli aset tersebut, maka likuiditasnya tidak
bisa dicairkan menjadi uang tunai.

Perlu Anda ingat, bahwa risiko likuiditas berbeda dengan penurunan aset investasi. Risiko ini
kemungkinan terjadi akibat tidak ada minat dari pihak lain yang mau membeli atau menukar aset
karena kedua belah pihak sulit untuk bertemu.

3. Risiko Negara
Jenis ketiga dari risiko investasi adalah risiko negara atau politik. Risiko ini erat kaitannya
dengan aktivitas dan kondisi politik negara. Hal ini juga berkaitan dengan perubahan perundang-
undangan yang berpengaruh terhadap perekonomian negara.
Risiko ini bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi kerugian bagi investor dikarenakan adanya
perubahan ketentuan perundang-undangan. Maka dari itu, jika orang dari luar negeri ingin
berinvestasi di negara berbeda, penting untuk dilakukan adalah melihat situasi politik di negara
tersebut.

4. Risiko Suku Bunga


Jenis keempat dari risiko investasi adalah risiko suku bunga. Peningkatan suku bunga merupakan
penyebab dari menurunnya nilai relatif aset berbunga seperti obligasi atau pinjaman. Meskipun
suku bunga meningkat, hal itu membuat keuntungan investasi dan nilai obligasi berbunga akan
mengalami penurunan, begitu pun sebaliknya.
5. Risiko Inflasi
Jenis kelima dari risiko investasi adalah risiko inflasi atau risiko daya beli. Risiko investasi
saham ini adalah inflasi yang mempengaruhi daya beli lalu mengakibatkan nilai kas dari
investasi saat ini tak akan memiliki nilai banyak di masa depan. Hal tersebut juga berpotensi
menurunkan daya beli masyarakat karena kenaikan harga rata-rata diatas harga konsumsi.
Saat seseorang yang berinvestasi dengan memegang uang tunai atau aset, biasanya risiko inflasi
akan terjadi pada hal tersebut. Inflasi akan menggerus nilai uang atau aset yang mereka punya.
Sebagai contoh, bila seorang investor memiliki dana investasi tunai sebesar Rp20 juta dengan
tingkat inflasi 5%, maka per tahunnya dana tersebut akan berkurang sebanyak Rp1 juta.

6. Risiko Valuta Asing


Jenis keenam dari risiko investasi adalah risiko valuta asing atau risiko nilai tukar mata uang.
Risiko investasi jangka pendek ini erat kaitannya dengan fluktuasi kurs mata uang suatu negara
terhadap kurs mata uang negara lain.
Risiko yang juga sering disebut currency risk ini disebabkan dari adanya perubahan valuta asing
di pasaran dan pada saat dikonversikan ke mata uang rupiah tidak sesuai dengan harapan.
7. Risiko Reinvestasi
Jenis terakhir dari risiko investasi adalah risiko reinvestasi. Risiko jenis ini terjadi saat
pendapatan dari suatu aset investasi mengharuskan investor untuk menginvestasikan kembali
aset tersebut. Besar kemungkinan, arus kas investasi akan menghasilkan keuntungan yang lebih
kecil pasca direinvestasikan ke produk investasi baru.

Cara Meminimalisir Risiko Investasi

Setelah mengetahui jenis-jenis dari risiko investasi, hal selanjutnya yang perlu Anda ketahui
ketika hendak berinvestasi adalah cara meminimalisir risikonya. Berikut beberapa cara yang bisa
Anda ikuti untuk meminimalisir risiko investasi adalah diantaranya:

 Dalam satu produk investasi, ada baiknya tidak menaruh semua dana Anda, tetapi Anda dapat
memiliki portofolio yang beragam.
 Lalu, Anda harus bersikap tenang ketika menghadapi risiko investasi yang terjadi.
 Maka, sebisa mungkin hindari rasa panik, karena kepanikan akan membuat Anda salah ketika
mengambil keputusan.
Intinya, saat Anda berinvestasi apapun itu produknya, risiko akan selalu ada. Maka dari itu, Anda
harus bisa memahami manajemen risiko investasi dengan baik. Sehingga, investasi yang Anda
lakukan akan ‘lolos’ dari risiko investasi serta mendapatkan imbal hasil maksimal.

Anda mungkin juga menyukai