Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Pola hidup adalah aturan pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan
dalam aktifitas, minat dan opininya (Kotler, 2009). Gaya hidup menggambarkan
dan Mowen Pola hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana
2009).
Pola hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan
memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang
lain. Dalam kesehatan, Pola hidup seseorang dapat diubah dengan cara
pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi
kehidupan yang memengaruhi pola perilakunya. Tidak ada aturan ketentuan baku
tentang pola hidup yang berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struktur
keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan tempat kerja
yang berbeda, menciptakan berbagai gaya yang berbeda pula (Hadywinoto, 1999).
Menurut Potter dan Perry (2005) mengemukakan bahwa ada kegiatan dan
kegiatan yang berpotensi memberikan efek negatif antara lain makan berlebihan
7
8
atau nutrisi yang buruk, kurang tidur dan istirahat, dan kebersihan pribadi yang
dan kegiatan berbahaya seperti skydiving serta mendaki gunung. Individu dengan
kebiasaan yang dapat pula menimbulkan sakit yaitu kebiasaan berjemur di bawah
matahari yang meningkatkan resiko kanker kulit, dan kelebihan berat badan dapat
Menurut Ayers, Bruno dan Langford (1999) menyatakan bahwa pola hidup
merupakan wilayah yang paling dapat dikontrol oleh seseorang dan memiliki
yang termasuk dalam pola hidup sangat mungkin diubah. Faktor-faktor yang
Gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah
gaya hidup seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan,
minuman kaleng, buah dan sayur yang memakai bahan pengawet, makanan kaya
lemak, makanan kaya kolesterol. Gaya hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh
dan kesehatan karena tubuh kita menjadi rusak karena makanan yang tidak sehat
mengandung kadar karbohidrat tinggi namun minim serat seperti makanan cepat
Individu yang mengalami obesitas rentan terhadap penyakit diabetes mellitus tipe
salah satu faktor risiko yang memicu timbulnya diabetes mellitus. Peningkatan
porsi makan jangan terlalu kenyang akan lebih baik jika porsi makannya sedikit
tapi sering, banyak minum air putih sekitar 7-8 gelas/hari dan batasi minum kopi
dan teh, kurangi garam, makanan hendaknya mudah dicerna, lembek tidak keras,
hindari makanan yang terlalu manis, terlalu asin dan yang terlalu gurih/gorengan
menemukan bahwa nutrisi yang berlebihan menjadi salah satu faktor risiko yang
mendukung timbulnya gagal ginjal kronik dan gagal ginjal terminal. Konsumsi
diet yang berlebihan menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak terkontrol
berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronik. Hal ini disebabkan setiap
kenaikan dari BMI akan diikuti oleh kenaikan tekanan darah, lipid serum serta
kadar glukosa darah. Setiap peningkatan BMI akan diikuti dengan peningkatan
hubungan peningkatan BMI dengan gagal ginjal kronik tidak begitu dimengerti
namun diestimasi bahwa kejadian tersebut ada kaitannya dengan aktivasi sistem
diduga berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronik (Nomura dkk, 2009).
merupakan faktor resiko gagal ginjal kronik karena dapat memicu peningkatan
tekanan darah. Selain itu penderita obesitas lebih resisten terhadap pengobatan
untuk menurunkan tekanan darah. Peningkatan berat badan yang berlebihan telah
mendukung peningkatan kadar leptin, volume ekspansi, sesak waktu tidur dan bila
karena pola diet yang tidak tepat ditemukan lebih banyak yang menjalani terapi
hemodialisa karena gagal ginjal terminal dibandingkan pasien yang memiliki berat
badan normal atau kurang. Studi yang dilakukan terhadap 1010 pasien
memperlihatkan, bila dilihat dari berat badan maka 47,9% pasien mempunyai
kelebihan berat badan, 40,2% memiliki berat badan normal dan 11,9% memiliki
11
berat badan di bawah standar untuk usia dan jenis kelaminnya (Salahudeen dkk,
2004).
Manfaat yang dapat diperoleh dari aktifitas fisik yang dilakukan secara
teratur telah banyak dilaporkan. Aktifitas fisik yang dilakukan secara teratur
selama 30 menit setiap hari minimal 3 kali dalam seminggu akan membantu
Olah raga yang teratur akan membantu menjaga tubuh tetap sehat dan
bugar karena kalori terbakar setiap hari serta mengendurkan semua otot yang
nyenyak. Dampak olah raga tersebut akan dirasakan bila olah raga minimal
aerobik dilakukan 3-5 kali seminggu selama 30 menit dengan pemanasan terlebih
Sesuai dengan pernyataan Ayers, Bruno dan Langford (1999) bahwa pola
aktifitas fisik adalah individu yang lebih banyak duduk, tidak berolah raga atau
melakukan olah raga tidak teratur atau frekuensi latihan fisik tidak mencapai 30
menit dengan aktifitas minimal 3 kali dalam satu minggu. Individu yang memiliki
terhadap penyakit kardiovaskuler, gagal ginjal kronik dan gagal ginjal terminal.
12
gagal ginjal kronik di Jepang. Adanya hubungan antara gagal ginjal kronik dan
pencegahan penyakit gagal ginjal kronik dan gagal ginjal terminal (Iseki, 2005).
3. Penggunaan zat
Penggunaan zat baik legal maupun ilegal, memiliki resiko serius terhadap
kesehatan. Salah satu perilaku yang tergolong penggunaan zat adalah merokok.
kronik. Gangguan ini pada perokok, berawal dari gangguan fungsi ginjal karena
1,2 kali lebih tinggi dari individu yang tidak merokok. Risiko ini lebih tinggi bila
jumlah rokok yang dihisap lebih dari 20 batang perhari. Individu yang merokok >
20 batang rokok perhari diperkirakan 2,3 kali lebih mungkin mengalami gagal
ginjal kronik dibandingkan yang merokok 1-20 batang sehari (Bénédicte dkk,
2003).
Pernyataan Ayers, Bruno dan Langford (1999) bahwa pola hidup yang
tidak baik dilihat dari penggunaan zat adalah perilaku beresiko seperti merokok,
penggunaan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, dan sebagainya. Perilaku ini
gangguan kerja ginjal yang berakhir dengan gagal ginjal kronik. Pendapat lain
13
ginjal kronik 2,2 kali lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak merokok.
Risiko menderita gagal ginjal kronik ini tetap lebih tinggi pada perokok,
merokok. Perokok yang telah berhenti berisiko 1,08 kali menderita gagal ginjal
kronik sedangkan yang memilih untuk tetap merokok 2,4 kali lebih mungkin
menjadi gagal ginjal terminal yang diinduksi oleh rokok, terjadi melalui tiga cara.
50%. Hal ini menginduksi ginjal mengalami fibrosis yang pada akhirnya
Zat lain yang turut merusak ginjal yaitu cadmium (Cd) yang terkandung di
kerusakan jaringan karena toksisitas zat tersebut yang akan menimbulkan jaringan
langsung pada organ ginjal, beresiko meningkatkan tekanan darah dan jantung.
14
Selain rokok, menurut studi terhadap pasien yang menderita gagal ginjal
kronik yang kemudian mengalami gagal ginjal terminal, ditemukan zat-zat lain
telah mengkonsumsi obat anti nyeri secara tidak tepat (lebih dari satu pil dalam
seminggu) sepanjang kurun waktu 2 tahun atau lebih untuk menghilangkan rasa
sakit beresiko mengalami kerusakan ginjal. Lebih lanjut ditemukan, pasien yang
bekerja dalam waktu lama pada sektor industri, lebih mungkin mengalami gagal
ginjal dibandingkan sektor lain. Sektor industri yang paling tinggi frekuensi
logam (9%) dan pekerja rumah sakit (6%) (Steenland dkk, 2005).
Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal. Gagal ginjal di bagi menjadi dua bagian besar yakni
gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Gagal Ginjal Akut yaitu penurunan
aliran darah ke ginjal. Hal ini dapat terjadi karena kehilangan darah, operasi, atau
syok. Sedangkan pada gagal ginjal kronik, penurunan fungsi ginjal terjadi secara
berbulan–bulan atau bertahun– tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama
Adapun kriteria CKD yaitu terdapat satu atau lebih penanda kerusakan
Ratio ≥30 mg/g atau ≥3 mg/mmol), abnormalitas sedimen urin, elektrolit dan
2012).
2.1.2 Klasifikasi
sistemik dan temuan patologi anatomi pada bagian ginjal yang diduga mengalami
Tabel 2.2
Klasifikasi CKD Menurut Kategori LFG
LFG
Kategori Deskripsi
(ml/menit/1.73 m2)
G1 ≥90 LFG normal atau tinggi
G2 60-89 Penurunan LFG ringan*
G3a 45-59 Penurunan LFG ringan sampai sedang
G3b 30-44 Penurunan LFG sedang sampai berat
G4 15-29 Penurunan LFG berat
G5 <15 Gagal ginjal
*Relatif pada dewasa muda
CKD stage 5 disebut juga dengan ESRD (End Stage Renal Disease) di mana
dan dibutuhkan terapi ginjal pengganti untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam
16
Tabel 2.3
Klasifikasi CKD Menurut Kategori Albumin
Selama tahap awal CKD, pasien cenderung asimtomatik. Pada saat fungsi
Menurut Brunner & Suddarth (2001) pada gagal ginjal kronis setiap sistem
tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, oleh karena itu pasien akan
tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari
pembesaran vena Integumen yaitu yang ditandai dengan warna kulit abu-abu
mengkilat, kulit kering dan bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh
2. Pulmoner yaitu yang ditandai dengan krekeis, sputum kental dan liat, napas
17
dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual dan muntah, konstipasi dan diare,
disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
5. Muskuloskletal yaitu yang ditandai dengan kram otot, kekuatan otot hilang,
2.1.4 Patofisiologi
(1) mekanisme awal tergantung dari etiologi yang mendasarinya dan (2)
yang merupakan konsekuensi masa panjang penurunan massa ginjal (Fauci et al.,
2012).
Respon terhadap penurunan jumlah nefron ini dimediasi oleh hormon vasoaktif,
yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses
adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang tersisa. Proses ini akan diikuti oleh penurunan fungsi nefron
yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi (Suwitra,
18
2009).
peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah, terjadi penimbunan cairan
berbagai manifestasi klinik dan komplikasi pada seluruh sistem tubuh. Semakin
banyak sisa akhir metabolisme yang tertimbun, maka gejala akan semakin berat
obat nefrotoksid;
kelebihan cairan dan keseimbangan elektrolit (Suwitra, 2009; Price & Wilson,
2005).
19
(LeMone & Burke, 2008). Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal
usia pasien (Shahgholian et al, 2008). Ada 2 terapi pengganti ginjal yaitu dialysis
merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan di dunia dan
elektrolit pada pasien gagal ginjal (Black & Hawks, 2005; Ignatavicius, 2006).
akumulasi sampah buangan, digunakan bagi pasien dengan gagal ginjal tahap
akhir atau pasien dengan penyakit akut yang membutuhkan dialisis dalam waktu
ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien
sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme
yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal serta
intrasel yang sebenarnya merupakan fungsi dari ginjal normal. Dialisis dilakukan
dengan memindahkan beberapa zat terlarut seperti urea dari darah ke dialisat. dan
dengan memindahkan zat terlarut lain seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam
Konsentrasi zat terlarut dan berat molekul merupakan penentu utama laju
difusi. Molekul kecil, seperti urea, cepat berdifusi, sedangkan molekul yang
susunan yang kompleks serta molekul besar, seperti fosfat, β2- mikroglobulin dan
albumin, serta zat terlarut yang terikat protein seperti p- cresol, lebih lambat
berdifusi. Disamping difusi, zat terlarut dapat melalui lubang kecil (pori-pori) di
membran dengan bantuan proses konveksi yang ditentukan oleh gradien tekanan
2009).
21
terlarut; tujuan utama dari ultrafiltrasi ini adalah untuk membuang kelebihan
cairan tubuh total. Dialisis ditujukan untuk menghilangkan kumpulan gejala yang
bahwa disfungsi sel ataupun organ tertentu merupakan penyebab dari akumulasi
minggu) atau klien dengan penyakit ginjal tahap akhir yang membutuhkan terapi
klinis uremik berat, overhidrasi, oliguria (produksi urine 6,5 mmol/I), asidosis
osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah yang merupakan sisa hasil
bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan
Aliran darah yang penuh dengan toksin akan dialihkan dari tubuh pasien
tubuh pasien (Brunner & Suddarth, 2006). Ada tiga prinsip yang mendasari kerja
hemodialisis, yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah yang
difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan
Ureum, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari
darah ke cairan dialisat karena unsurunsur ini tidak terdapat dalam dialisat.
Natrium asetat atau bicarbonat yang lebih tinggi konsentrasinya dalam dialisat
akan berdifusi kedalam darah. Kecepatan difusi solut tergantung kepada koefesien
perbedaan tekanan hidrostatik diantara membran dialisis (Price & Wilson, 2005).
Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.
kata lain air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh klien)
ke tekanan yang lebih rendah (dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan melalui
Wilson, 2005).
5 jam, atau paling sedikit 10 – 12 jam seminggu (Australia and New Zealand
Dialysis and Transplant Registry, 2005; Black & Hawk, 2005). Hemodialisis di
atau dilakukan 3 kali dalam seminggu dengan lama hemodialisis 4 jam (Rahardjo,
ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal tahap akhir
yang cukup pesat, namun masih banyak penderita yang mengalami masalah medis
saat menjalani hemodialisis. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang
1. Komplikasi akut
hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung,
Komplikasi Penyebab
2. Komplikasi kronik
25
terhadap perubahan fisik dan pola hidup, ketergantungan secara fisik dan ekonomi
pada orang lain serta ketergantungan pada mesin dialisa selama sisa hidup (Bieber
Pelaksanaan hemodialisa
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Skema 2.2
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Tidak di teliti
: Diteliti
: Berhubungan