Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
kerja atau prestasi kerja. Namun sebenarnya kinerja mempunyai makna yang
lebih luas bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan
hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang
pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit
yang terbuka dan dapat dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan dihargai
sampai penghargaan superior, maka akan lebih terpacu untuk mencapai prestasi
keperawatan.
9
10
praktek keperawatan.
5. Keputusan dan tindakan perawat dilakukan atas nama klien yang di tentukan
secara etis.
klien.
Menurut Gibson (1996 dalam Syamsul & Anggraini, 2013), secara teoritis
ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja
perawat, yaitu:
1. Variabel Individu
kinerja perawat.
2. Variabel Organisasi
3. Variabel Psikologis.
Variabel faktor psikologi yang terdiri dari sub variabel persepsi, sikap,
Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
(motivation).
1. Faktor Kemampuan
memiliki IQ rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk
akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu,
perawat perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the
right man on the right place, the right man on the right job) (Gibson, 2000).
2. Faktor Motivasi
kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah
opportunity).
Gambar 2.1 Dimensi kinerja (Stoner, Freman, dan Gilbert, 1995 dalam Wijayanto,
2012)
13
1. Kemampuan
terhadap mutu atau bobot hasil kerja yang dicapai oleh perawat. Hal ini dapat
pengertian kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan pekerjaan
(Dalimunthe, 2016).
dan psikis yang kuat maka ia akan memiliki potensi dan peluang yang besar
2) Upaya bukan hanya terbatas pada kemampuan ratio dan fisik untuk
mencapai hasil.
masyarakat.
pekerjaan dalam suatu rumah sakit sangat bergantung pada kinerja perawatnya.
Sehingga kemampuan kerja merupakan hal penting bagi seorang perawat untuk
2. Motivasi
individu untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi
(Robbins, 2008). Kemudian Yusuf (2008) mengatakan ada tiga elemen kunci
15
dalam motivasi yaitu upaya, tujuan organisasi dan kebutuhan. Upaya merupakan
ukuran intensitas.
mencapai tujuan, namun belum tentu upaya yang tinggi akan menghasilkan
kinerja yang tinggi. Motivasi adalah sebagai kesiapan khusus seseorang untuk
beberapa sasaran yang telah ditetapkan. Motivasi kerja adalah sesuatu hal yang
berasal dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk
pekerjaan sesuai tugas pokok dan fungsi jabatan yang di nilai atau diukur
berdasarkan dimensi motivator dan faktor hygiene (Teck Hong & Waheed, 2011).
menyelesaikan tugas.
3) Work it self (pekerjaan itu sendiri) adalah variasi pekerjaan dan kontrol atas
pujian.
hubungan.
9) Gaji adalah imbalan finansial yang diterima oleh perawat meliputi upah,
perawat yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap
mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha
mencapai prestasi kerja secara maksimal. (Sikap mental yang siap secara psikofik)
artinya, seorang perawat harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan
utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dalam mencapai
situasi kerja.
karyawan, yaitu:
sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin,
personal lainnya.
dengan kinerja adalah gaji dan pengakuan. Isesreni (2009) tingkat pendidikan
bermakna antara umut, jenis kelamin, status perkawinan serta lama bekerja
(Edy, 2008). Dalam sebuah organisasi elemen yang paling penting adalah
kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat
mencapai suatu tujuan umum (Suarli & Bahtiar, 2012). Selain itu supervisi dan
perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya
atau kegagalan seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu,
dengan standar praktek profesional dan peraturan yang berlaku. Penilaian kinerja
dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan
proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan paa gilirannya
keseluruhannya.
pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga rumah sakit akan mempunyai
dimasa depan.
perasaanya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui
1. Penilaian sendiri
Rating dapat diberikan oleh atasan, bawahan, mitra kerja atau konsumen
dari individu itu sendiri. Penilaian sendiri biasanya digunakan pada bidang
2. Penialain atasan
oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi, penilaian ini yang termasuk
3. Penilaian mitra
4. Penialain bawahan
tujuan untuk pengembangan dan umpan balik personal. Bila penialain ini
manajemen mereka.
keperawatan yang telah diberikan pada pasien. Tujuan standar keperawatan adalah
dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Dalam menilai kualitas
Perawat Nasional Indonesi) tahun 2000 yang mengacu dalam tahapan proses
2) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan,
c. Status biologis-psikologis-sosial-spiritual
1) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identikasi masalah klien,
2) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E), dan tanda atau
diagnosa keperawatan.
tindakan keperawatan.
yang digunakan.
respon klien.
keperawatan.
2.2.1 Pengertian
keadaan dari segi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pasien (Suarli & Bahtiar,
produk dari pelayanan keperawatan itu sendiri yang meliputi secara biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual pada individu sakit maupun yang sehat dan dilakukan
tahap yaitu:
masing-masing perawat.
5. Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Dihahap ini berfungsi untuk meminimkan
optimal. Dari hasil yang optimal maka akan mendukung kinerja dan
2. Tujuan yang memiliki kriteria sulit dan menantang harus dikolaborasikan dengan
tim sejawat lain maupun tim medis lainnya. Disini perawat tidak diperkenankan
untuk melakukan tindakan secara persepsi tetapi secara rasional berdasarkan hasil
diskusi.
keberhasilan tersebut.
target lebih baik lagi. Waktu yang optimal dilaksanakan dengan target dan tidak
komunikasi dari mulut ke mulut sering dilakukan oleh masyarakat awam yang
3. Pengalaman masa lalu (past experience), seorang pasien akan cenderung menilai
kepada setiap pasien, namun sebaliknya jika seseorang pernah mengalami hal
kurang baik terhadap mutu pelayanan keperawatan maka akan melekat sampai
tersebut.
keperawatan kepada pasien harus mengetahui kelemahan dan kekuatan yang ada
28
pada diri perawat sendiri. Karena intropeksi diri yang baik akan menghasilkan
keperawatan baik dengan tim medis, teman sejawat perawat, pasien dan keluarga
pasien.
pengetahuan yang luas dan berfungsi dalam penyelesaian keluhan pasien dengan
4. Penyelesaian tugas, perawat merupakan anggota tim medis yang paling dekat
dengan pasien. Oleh karena itu, perawat dituntut untuk mengetahui keluhan
melakukan asuhan.
dibandingkan dengan hal lainnya. Mutu pelayanan itu sendiri dapat terwujud apabila
didalam setiap instasi memiliki peranan dan tugas sesuai dengan profesi. Setiap
kebutuhan pasien berjalan dengan sesuai. Dari pelayanan yang baik tersebut maka
akan menimbulkan budaya penanganan yang baik kepada semua pasien. Dan akan
kesehatan dan mejadi salah satu faktor penentu citra instansi pelayanan kesehatan di
terbanyak dan yang paling dekat dengan pasien. Mutu pelayanan keperawatannya
sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan puas atau tidak
1. Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada pasiennya.
Perawat akan senantiasa memberikan asuhan dengan sikap yang siap tanggap dan
2. Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota medis lain,
3. Kecepatan, suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Dimana perawat menunjukkan sikap yang tidak acuh tak acuh,
4. Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat akan selalu
30
kepercayaan pasien.
5. Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri. Perawat tidak
akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat akan bersikap netral kepada
keluarga pasien, dan tim medis lain dalam hal kebaikan dan kemajuan pasien.
6. Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga merupkan salah satu
kunci keberhasilan perawat dalam hal perawatan kepada pasien. Perawat akan
7. Komunikasi teraupetik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk
sendiri merupakan cara efektif agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka
dengan perawat.
2.3.1 Pengertian
Beban kerja merupakan sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus
dicapai dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan no.75/2004). Beban kerja merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh tubuh manusia dan berat ringannya beban kerja
Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan
oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Workload
atau beban kerja diartikan sebagai patients days yang merujuk pada jumlah prosedur,
pemeriksaan kunjungan (visite) pada klien (Marquis & Houston, 2010). Beban kerja
adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggung oleh pekerja untuk
sebagai sejumlah kegiatan, waktu, dan energi yang harus dikeluarkan seseorang, baik
fisik ataupun mental dengan memberikan kapasitas mereka untuk memenuhi tuntutan
Beban kerja fisik (physical workload) adalah suatu keadaan yang memerlukan
energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power) untuk menyelesaikan
tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu (Wignjosoebroto, 2012). Beban
kerja fisik adalah beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya
kerja fisik merupakan beban yang diterima oleh fisik akibat pelaksanaan kerja. Beban
kerja fisik ini diterima oleh tubuh akibat melaksanakan suatu aktivitas kerja. Prinsip
dasar dalam ergonomi adalah demand (permintaan) < capacity (kapasitas) sehingga
beban kerja fisik yang diterima oleh tubuh saat bekerja tidak melebihi kapasitas fisik
Beban kerja fisik juga dapat dikonotasikan dengan kondisi kerja berat atau
kerja kasar karena kegiatannya memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama
fisik akan mengakibatkan perubahan pada fungsi alat-alat tubuh yang dapat dideteksi
melalui perubahan konsumsi oksigen, denyut jantung, peredaran darah dalam paru-
paru, temperatur tubuh, konsentrasi asam laktat dalam darah, komposisi kimia dalam
darah dan air seni, tingkat penguapan, dan faktor lainnya. Beban kerja fisik akan
(Wignjosoebroto, 2012).
Beban kerja fisik adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang memerlukan
energi fisik manusia sebagai sumber tenaganya dimana performansi kerja sepenuhnya
akan tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga (Supriatna,
2012). Beban kerja fisik perawat meliputi mengangkat pasien, memandikan pasien,
tidur pasien, mendorong brankart pasien, serta aktivitas lain terkait asuhan
Beban kerja mental adalah suatu keadaan yang melibatkan proses berpikir dari
otak untuk menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu
(Wignjosoebroto, 2012). Beban kerja mental adalah suatu kondisi yang secara
langsung berhubungan dengan proses-proses mental apa saja yang terlibat dan
kelelahan mental bila kerja tersebut dalam kondisi yang lama, bukan diakibatkan oleh
aktivitas fisik secara langsung melainkan akibat kerja otak. Beban kerja mental adalah
beban kerja yang merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas
(margin) antara tuntutan pekerjaan atau aktivitas kerja mental dengan kemampuan
atau kapabilitas mental yang dimiliki pekerja untuk mencapai performasi tugas yang
diharapkan. Beban kerja mental merupakan sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi
kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya. Menurut Grandjean dalam
Tarwaka (2010), setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi,
interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensor
untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau.
Menurut Prabawati (2012) beban kerja mental adalah suatu konsep yang tidak
memisahkan faktor fisik dan faktor psikologis yang saling berpengaruh dalam diri
manusia.
1. Faktor eksternal
a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata
ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,
beban kerja yang diterima oleh tubuh saat bekerja tidak melebihi kapasitas
dari kapasitas atau kemampuan maka performance dari seseorang akan bisa
maksimal.
b. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir,
2. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat
dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain
dapat dimulai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktor
somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), dan faktor
adalah stuktur kepribadian, umur, kemampuan kerja, kesehatan jasmani dan rohani,
kondisi tempat kerja, peralatan kerja, waktu kerja, pencahayaan, hubungan kerja,
Penilaian beban kerja fisik secara obyektif dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu metode penilaian langsung dan tidak langsung. Metode penilaian
asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja maka semakin banyak
adalah hasil lebih akurat, namun kelemahannya yakni hanya dapat mengukur waktu
jantung. Penilaian beban kerja fisik melalui denyut jantung adalah pendekatan untuk
mengetahui berat ringannya beban kerja fisik selain ditentukan juga oleh konsumsi
energi, kapasitas ventilasi paru, dan temperatur tubuh. Pada batas tertentu ventilasi
paru, denyut jantung, dan suhu tubuh mempunyai hubungan linear dengan konsumsi
kalori dalam melakukan pekerjaan. Untuk berbagai macam alasan itulah, sehingga
Kategori beban kerja penilaian denyut nadi sebagai berikut: ringan antara 75-
100, sedang antara 101-125, berat antara 126-150, sangat berat antara 151-175 dan
sangat berat sekali lebih dari 175 denyut jantung permenit (Nurmianto, 2008).
Kelebihan metode penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja
36
mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, murah juga tidak diperlukan
peralatan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliabel dan tidak menganggu ataupun
menyakiti orang yang diperiksa. Kelemahan dari metode ini adalah laju pemulihan
denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi yakni dari ketergantungan
beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja dengan melakukan berbagai
dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State
metode ini adalah lebih sensitif terhadap berbagai kondisi pekerjaan, setiap
tugas, proses penentuan keputusan lebih cepat dan sederhana, dan lebih praktis
Kuesioner NASA-TLX terdiri enam skala yait Mental demand (MD), Physical
demand (PD), Temporal demand (TD), Performance (P), Frustation level (FR).
Skala Keterangan
Mental Demand (MD) Seberapa besar aktivitas mental dan perseptual
yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat
dan mencari. Apakah pekerjaan tersebut sulit,
sederhana atau kompleks. Longgar atau ketat
Physical Demand (PD) Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan
(misalnya mendorong, menarik dan
mengontrol putaran)
Temporal Demand (TD) Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu
yang dirasakan selama elemen pekerjaan
berlangsung. Apakah pekerjaan perlahan atau
santai atau cepat dan melelahkan
Performance (OP) Seberapa besar keberhasilan seseorang di
dalam pekerjaannya dan seberapa puas dengan
hasil kerjanya
Frustation Level (FR) Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung,
terganggu, dibandingkan dengan perasaan
aman, puas, nyaman dan kepuasaan diri yang
dirasakan
Effort (EF) Seberapa keras kerja mental dan fisik yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
a. Pembobotan
Pada bagian ini responden diminta untuk memilih salah satu dari dua
MD PD TD OP EF FR
MD
PD
TD
OP
EF
FR
b. Pemberian rating
tersebut.
Skor =
∑ WWL
15
SWAT adalah prosedur pemberian skala yang di desain untuk tugas penting yang
banyak dari seseorang yang berpengaruh pada mental serta berhubungan dengan
oleh Reid dan Nygren dengan menggunakan dasar metode penskalaan conjoint.
dengan teliti dan berakar pada teori pengukuran formal, khususnya teori
kerja mental dengan metode SWAT ini. Kelebihan metode ini yaitu pengukuran
dapat digunakan pada data tunggal maupun berkelompok dan dapat digunakan
untuk penilaian secara global yang diaplikasikan pada ruang lingkup yang lebih
luas. Kelemahan dari SWAT yaitu penggunaaan katakata secara lisan yang
HQR adalah suatu alat pengukuran beban kerja dalam hal ini untuk analisa
Handling Quality dari perangkat terbang di dalam cockpit. Metode ini terdiri
mulai dari kondisi yang terburuk hingga kondisi yang paling baik, serta
evaluator untuk menilai kualitas kerja dari perangkat yang diuji didalam cockpit
pesawat terbang. Kelemahan metode ini adalah hanya dapat digunakan pada jenis
Rating Scale Mental Effort (RSME) merupakan metode pengukuran beban kerja
pada skala 0-150 dengan deskripsi pada beberapa titik acuan. Metode ini jarang
41
digunakan karena memiliki banyak kelemahan, salah satunya adalah belum teruji
Namun dari beberapa metode tersebut, metode yang paling banyak digunakan
dan terbukti memberikan hasil yang baik adalah NASA-TLX (Hancock & Meshkati,
1988). Penelitian tentang pengukuran beban kerja mental pada perawat pernah
dilakukan oleh Hidayat, dkk (2013) di rumah sakit XYZ dan didapatkan hasil bahwa
seluruh perawat di rumah sakit tersebut memiliki beban kerja mental yang tinggi.
yang diteliti dan dibuat dalam bentuk diagram (Hidayat, 2007). Jadi kerangka
konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-
variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
2.5 Hipotesa
fakta yang muncul sehubungan dengan masalah yang diteliti (Sastroasmoro &
a. Tidak ada hubungan beban kerja fisik dengan kinerja perawat di RSUD
Kota Dumai.
2. Hipotesis alternatif
a. Ada hubungan beban kerja fisik dengan kinerja perawat di RSUD Kota
Dumai.
b. Ada hubungan beban kerja mental dengan kinerja perawat di RSUD Kota
Dumai.
Kota Dumai.