Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diagnosis

2.1.1 Definisi Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis menegenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengindentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik

pada klien sakit maupun sehat. Respons-respons tersebut merupakan reaksi

terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan yang dialami klien.

Masalah kesehatan mengacu kepada respons klien terhadap kondisi sehat

sakit, sedangkan proses kehidupan mengacu kepada respons klien terhadap

kondisi yang terjadi selama rentang kehidupannya dimulai dari fase

pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal yang membutuhkan

diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan intervensi

keperawatan (SDKI, 2015).

8
9

2.1.2 Klasifikasi Diagnosis Keperawatan

International Council Of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah

mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan

International Council Of Nurses For Nursing Practice (ICNP). Sistem

klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi diagnosis keperawatan,

tetapi juga mencakup klasifikasi dan tujuan (outcome) keperawatan.

Sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan

terminologi –terminologi keperawatan yang digunakan di berbagi Negara

diantaranya seperti Clinical Care Classification (CCC), North American

Nursing Diagnosis Association (NANDA), Home Health Care Classification

(HHCC), Systematized Nomenclature Of Medicine Clanical Terms

(SNOMED CT), International Classification Of Functioning, Disability

and health (ICF), Nursing Diagnostic System Of the Centre for Nursing

Development and Research (ZEFP) dan Omaha system (Hardiker et al,

2011; Muller-Staub et al,2007; Wake & Coenen, 1998).

ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi lima

kategori,didalam lima kategori tersebut memiliki subkategori yaitu sebagai

berikut (Wake & Coenen, 1998) :

2.1.2.1 Fisiolgis

Didalam fisiologis terdapat Respirasi, Sirkulasi, Nutrisi dan Cairan,

Eliminasi, Aktivitas dan Istirahat, Neurosensori dan Reproduksi.


10

2.1.2.2 Psikologis

Didalam psikologis terdapat Nyeri dan Kenyamanan,Integritas Ego,

dan yang terakhir ada pertumbuhan dan perkembangan.

2.1.2.3 Perilaku

Kebersihan dan Penyeluhan/Pembelajaran itu merupakan bagian dari

perilaku.

2.1.2.4 Relasional

Interaksi sosial merupakan bagian dari relasional.

2.1.2.4 Lingkungan

Didalam sebuah lingkungan memutuhkan suatu keamanan dan


proteksi.

2.1.3 Jenis Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis

negative dan diagnosis positif. diagnosis negatif menunjukkan bahwa klien

dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakkan

diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang

bersifat penyembuhan, pemulihan, dan pencegahan. diagnosis ini terdiri

atas diagnosis actual dan diagnosis resiko. Sedangkan diagnosis positif

menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencaapai

kondisi yang lebih sehat atau optimal, dan diagnosis ini disebut juga

dengan diagnosis promosi kesehatan (ICNP, 2015; Standar Praktik

Keperawatan Indonesia – PPNI, 2005).


11

Aktual
Negatif
Diagnosis Risiko
Keperawatan
Positif Promosi
Kesehatan

Skema 2.1. Jenis Diagnosis Keperawatan

Jenis-jenis diagnosis keperawatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

(Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013)

2.1.3.1 Diagnosis Aktual

Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi

kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami

masalah kesehatan. Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan

divalidasi pada klien.

2.1.3.2 Diagnosis Risiko

Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi

kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien berisiko

mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan

minor pada klien, namun klien memiliki factor risiko mengalami masalah

kesehatan.
12

2.1.3.3 Diagnosis Promosi Kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien

untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik

atau optimal.

2.1.4 Komponen Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu

masalah (problem) dan diagnosis dan indikator diagnostik. Masing-masing

komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut:

2.1.4.1 Masalah (problem)

Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang

menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan atau

proses kehidupan. Label diagnosis terdiri atas descriptor atau penjelas dan

fokus diagnostik.

Table 2.1. Contoh Deskriptor Dan Fokus Diagnostik Pada


Diagnosis Keperawatan
No Deskriptor Fokus Diagnostik
1 Tidak efektif Bersihan jalan napas
2 Gangguan Pertukaran gas
3 Penurunan Curah jantung
4 Intoleransi Aktivitas
5 Defisit Pengetahuan

Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana

suatu fokus diagnosis terjadi. Beberapa deskriptor yang digunakan dalam

diagnosis keperawatan diuraikan pada table dibawah ini.

Table 2.2. Deskriptor Dan Definisi Deskriptor Pada Diagnosis


13

Keperawatan
No Deskriptor Definisi
1 Defisit Tidak cukup, tidak adekuat
2 Disfungsi Tidak berfungsi secara normal
3 Efektif Menimbulkan efek yang diinginkan
4 Gangguan Mengalami hambatan atau kerusakan
5 Lebih Berada di atas nilai normal atau yang
diperlukan
6 Penurunan Berkurang baik dalam ukuran, jumlah
maupun derajat
7 Rendah Berada dibawah nilai normal atau yang
diperlukan
8 Tidak efektif Tidak menimbulkan efek yang diinginkan

2.1.4.2. Indikator Diagnostik


Indikator diagnostik terdiri atas penyebab, tanda/gejala, faktor risiko

dengan uraian sebagai berikut:

1. Penyebab (Etiology) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan status kesehatan. Etiologi dapat mencakup empat kategori

yaitu, fisiologis (biologis atau psikologis), efek terapi/tindakan, situasional

(lingkungan/personal), dan maturasional.

2. Tanda (sign) dan Gejala (symptom) tanda merupakan data objektif

diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan

prosedur diagnostik, sedangkan gejala merupakan data subjektif yang

diperoleh dari anamnesis. Tanda /gejala dikelompokkan menjadi dua yaitu

mayor dan minor. Yang dikatakan mayor yaitu tanda/gejala itu ditemukan

sekitar 80% -100% untuk validasi diagnosis, sedangkan untuk minor

tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika ditemukandapat

mendukung penegakkan diagnosis.


14

3. Faktor Risiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatka

kerentanan klien mengalami masalah kesehatan.

2.1.5 Proses Penegakkan Diagnosis Keperawatan

Proses penegakkan diagnosis (diagnostic process) atau mendiagnosis

merupakan suatu proses yang sistematis yang terdiri atas tiga tahap, yaitu

analisis data, identifikasi masalah dan perumusan diagnosis.

Analisis
Data

Identifikasi
Masalah

Perumusan
Diagnosis

Skema 2.2. Tahap Proses Penegakkan Diagnosis (diagnostic process)


Diadaptasi dari : Ackley, Ladwig & Makic (2017); Berman,
Snyder & Frandsen (2015); Potter & Perry (2013).

Proses penegakkan diagnosis dapat dijelaskan sebagai berikut :

2.1.5.1 Analisa Data


15

Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Bandingkan data dengan nilai normal

Data-data yang didapatkan dari pengkajian dibandingkan dengan

nilai-nilai normal dan identifikasi tanda garis/gejala yang bermakna

(signivicant cues).

2. Pengelompokkan data

Tanda/gejala yang dianggap bermakna dikelompokkan berdasarkan

pola kebutuhan dasar yang meliputi respirasi, sirkulasi, nutrisi/cairan,

eliminasi, aktivitas/istirahat, neurosensorik, reproduksi/seksualitas,

nyeri/kenyamanan, integritas, ego, pertumbuhan/perkembangan,

kebersihan diri, penyuluhan/pembelajaran, interaksi sosial, dan

Keamanan/Proteksi.

2.1.5.2 Identifikasi Masalah


Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama

mengindentifikasi masalah actual, risiko ataupun promosi kesehatan

2.1.5.3 Perumusan Diagnosis Keperawatan

Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis

diagnosis keperawatan. Terdapat dua metode perumusan diagnosis, yaitu:

1. Penulisan Tiga Bagian (Three Part)

Metode penulisan ini terdiri atas masalah, penyebab dan tanda/gejala.

Metode penulisan ini hanya dilakukan pada diagnosis aktual, dengan

formulasi sebagai berikut:

Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan


16

dengan tanda/gejala

frase ‘berhubungan dengan’ dapat disingkat dengan b.d dan

‘dibuktikan dengan’ dapat disingkat d.d.

Masalah b.d. Penyebab d.d. Tanda/gejala

Contoh penulisan :

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas

dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, dispnea, gelisah.

2. Penulisan Dua Bagian (Two Part)

Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan diagnosis

promosi kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut:

a) Diagnosis Risiko

Masalah dibuktikan dengan faktor resiko

Contoh penulisan diagnosis

Risiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun.

b) Diagnosis Promosi Kesehatan

Masalah dibuktikan dengan tanda/gejala

Contoh penulisan diagnosis :

Kesiapan peningkatan eliminasi urine dibuktikan dengan pasien ingin

meningkatkan eliminasi urine, jumlah dan karateristik urine normal.

Dan untuk komponen-komponen diagnosis pada masing-masing

jenis diagnosis keperawatan dan metode penulisan diagnosisnya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.


17

Tabel 2.3. Jenis, Komponen, Dan Penulisan DiagnosisKeperawatan


No Jenis Diagnosis Komponen dan Penulisan
Keperawatan Diagnosis
1 Diagnosis Aktual Masalah b.d. Penyebab d.d.
Tanda/gejala
2 Diagnosis Risiko Masalah d.d. Faktor Risiko
3 Diagnosis Promosi Masalah d.d. Tanda/gejala
Kesehatan
Ket :

b.d. : behubungan dengan.

d.d. : dibuktikan dengan.

2.2. Pengetahuan

2.2.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, raba, sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo, (2007) dan Hakim, (2017) pengetahuan

adalah hasil dari tahu yang artinya pengetahuan yang diperoleh hanya

sebatas mengingat sesuatu yang telah dipelajari. Pengetahuan yang

dimiliki oleh kelompok intervensi ataupun kelompok kontrol jika mengacu

pada tingkatan pengetahuan maka berada pada kategori pengetahuan

kurang.

2.2.2 Kategori Pengetahuan


18

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

2.2.2.1.Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2.2.2.2.Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus

dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

2.2.2.3.Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

2.2.2.4.Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.


19

2.2.2.5.Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru.

2.2.2.6.Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan & Dewi, (2011) terdapat dua faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu:

2.2.3.1 Faktor internal

1. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan

dalam pembangunan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan akan

semakin mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan

Pekerjaan dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang


20

menyita waktu, bagi ibu-ibu bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

3. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir sampai berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Kepercayaan masyarakat orang

yang lebih dewasa akan diberikan kepercayaan lebih daripada orang yang

belum tinggi kedewasaannya.

2.2.3.2 Faktor Eksternal

1. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok.

2. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

perilaku dalam menerima informasi.

2.3. Perawat
2.3.1 Pengertian Perawat
Menurut Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 38

Tahun 2014 tentang Keperawatan, bahwa yang dimaksud dengan “perawat


21

adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di

dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan. Perawat merupakan seseorang yang telah

menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara

bersangkutan untuk memberikan pelayanan, dan bertanggung jawab dalam

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap

pasien.

Keperawatan merupakan suatu bentuk pemberian asuhan

keperawatan terhadap individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat baik

yang sehat maupun yang sakit (UU Keperawatan nomor 38tahun 2014).

Keperawatan juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk pelayanan

profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat-kiat kesehatan, secara

komprehensif yaitu berbentuk pelayanan bio-psiko-sosiol-spiritual,

ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat, dan kelompok baik sehat

maupun sakit yang mencakup seluruh proseskehidupan manusia (Asmuji

(2012) dalam Azizah, 2015).

2.3.2. Peran Perawat

Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem,


22

dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat

maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan, Peran

perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989. Yaitu sebagai

berikut:

2.3.2.1 Pemberi asuhan keperawatan

dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan dari yang sederhana sampai dengan

kompleks.

2.3.2.2 Peran Advokat pasien /klien

dengan menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan

atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, mempertahankan dan

melindungi hak-hak pasien.

2.3.2.3 Peran Pendidik /Edukator

perawat bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dalam

hal ini individu, keluarga, serta masyarakat sebagai upaya menciptakan

perilaku individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

2.3.2.4 Peran Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan cara mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga


23

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan klien.

2.3.2.5 Peran Kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan

termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan

selanjutnya.

2.3.2.6 Peran Konsultan

Peran perawat sebagai konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas

permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan

yang diberikan.

2.3.2. Peran Pembaharu

Perawat juga mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola

layanan keperawatan di semua tatanan layanan kesehatan (rumah sakit,

puskesmas, dan sebagainya).

2.3.3 Fungsi Perawat

Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan

sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan


24

dengan keadaan yang ada, perawat dalam menjalankan perannya memiliki

beberapa fungsi, seperti:

2.3.3.1 Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,

dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri

dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka

memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan

fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan

dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan

aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,

pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan

aktualisasi diri.

2.3.3.2 Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan

atau instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan

tugas yang di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis

kepada perawat umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

2.3.3.3 Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat

terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam

pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada

penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat


25

diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang

lainnya (Cairncross, 2007).

2.4 Kerangka Berfikir

Pengetahuan Faktor-Faktor Yang


Perawat Mempengaruhi Pengetahuan
Yaitu :
26

1. Faktor Internal
2. Faktor Ekternal

Analisa data
1. Bandingkan dengan
nilai normal
2. Kelompokkan data

Penegakkan Diagnosis Identifikasi Masalah


Keperawatan Menurut 1. Masalah Aktual
Standar Diagnosis 2. Risiko
Keperawatan Indonesia 3. Promosi Kesehatan

Perumusan Masalah
1. Aktual (Masalah b.d
Penyebab d.d Tanda/
Gejala)
2. Risiko (Masalah d.d
Faktor risiko
3. Promkes (Masalah
d.d Tanda/ Gejala

Hasil Observasi

Sesuai Tidak Sesuai

Skema 2.3 Kerangka Berfikir

(Sumber : SDKI (2015) & Wawan, Dewi (2011)


2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent


27

Ketepatan Dalam Menegakkan


Pengetahuan Diagnosis Keperawatan
Perawat Menurut SDKI

Skema 2.4 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

1. Ha : Ada hubungan pengetahuan perawat terhadap ketepatan

dalam menegakkan diagnosis keperawatan menurut standar

diagnosis keperawatan Indonesia.

2. Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan perawat terhadap

ketepatan dalam menegakkan diagnosis keperawatan menurut

standar diagnosis keperawatan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai