Anda di halaman 1dari 2

Ekploitasi Alam

Dalam kehidupan di ruang lingkup masyarakat tentunya akan berdampingan dengan dampak
kerusakan lingkungan yang di sebabkan oleh ulah manusia. Kejadian yang merugikan hampir
dirasakan di berbagai wilayah pada negara Indonesia, dampak tersebut dikenal dengan
ekploitasi alam. Bedasarkan pada 22 ayat (1) UUPPLH aktivitas tersebut diwajibkan
mempunyai amdal ataupun analisis dampak lingkungan. Terdapat banyak kegiatan yang
menimbulkan dampak ekploitasi alam secara signifikan misalnya, pemanasan global, efek
rumah kaca, menipisnya lapisan ozon, kurangnya wilayah penghijauan, polusi nuklir, bahkan
banyak yang punah dalam segi tumbuhan serta hewan.

Pada saat ini kasus ekploitasi alam yang sangat menonjol dan menjadi perbincangan publik
yaitu polusi udara yang melangami peningkatan di wilayah Jakarta. Banyak dari media sosial
yang menyebarkan informasi mengenai kasus tersebut, hingga memicu banyaknya keluhan
dari masyafakat Jakarta dikarenakan meningkatnya polusi udara. Beberapa masyarakat
menyatakan bahwa polusi udara membaik diwaktu Covid – 19 sekitar pada tahun 2019
menyebar ke Indonesia. Faktor yang menyebabkan membaiknya ekploitasi alam yaitu
berkurangnya transportasi darat yang berlalu lalang di jalanan Jakarta dikarenakan adanya
pemberlakuan lockdown bahkan para pekerja di Jakarta disarankan untuk Work From Home
atau WFH. Aktivitas terswbut dilakukan pada jarak jauh melalui tempat tinggal masing –
masing.

Penyebab dari adanya peningkatan polusi udara yang berada diwilayah Jakarta yaitu adanya
kegiatan atau ulah dari manusia yang merugikan lingkungan sekitarnya. Ulah manusia dapat
berupa banyaknya kendaraan yang memadati wilayah Jakart sehingga dikenal dengan
penyumbang CO² atau Karbondioksida terbanyak, sektor industri mencapai 3.738 ton
semakin banyak menyebabkan adanya pembuangan limbah secara liar, pembangkit listrik
industri, adanya kebakaran hutan dan lahan atau Karhutala, bahkan polusi udara yang
semakin parah dikarenaka efek fenomena iklim yang membuat hujan makin hilang atau El
Nino dipicu adanya pembaharan ladang dimusim kemarau sehingga polusi akan mengambang
diuadara. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa ekploitasi alam tak hanya polusi udara yang
buruk melainkan adanya faktor lain penebangan hutan, pencemaran, perubahan iklim,
pemanasan global dan perusakan ozon.

Dengan adanya ekploitasi alam yang meningkat seperti dalam ketegori polusi udara di
wilayah Jakarta maka akan menimbulkan berbagai dampak yang bisa merugikan diri sendiri.
Dampak tersebut berupa memicu banyaknya penyakit dalam segi pernafasan yaitu Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Kasus tersebut mencapai hingga 100 ribu pada prediksi di
bulan Juli 2023 pada wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi. Selain itu
polusi udara memicu adanya penyakit gangguan pernafasan (respirasi) yang meliputi
tuberkulosis, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, pneumonia (radang paru),
dan asma. Bahkan ketua komite penanggulangan penyakit respirasi dan polusi udara atau
PPRPPU menyatakan polusi udara yang meningkat pada wilayah Jakarta bisa memicu adanya
kematian. Selain itu dampak dari eksploitasi alam lainnya yaitu semakin memburuk kuakitas
lingkungan alam dikarenakan ulah manusia hingga hisa memicu adanya kerusakan
lingkungan seperti penebangan hutan secara liar yang menyebabkan adanya tanah longsor
hingga kebakaran hutan apabila tidak dilakukan penebangan pilih, kemudian memicu adanya
faktor lain yang berupa kegiatan manusia berupa reklamasi pantai, menyebarnya polusi
minyak karena tidak dilakukan penyaringan terlebih dahulu sebelum pembuangan,
penambangan pasir serta karang, menurunnya kualitas air semakin buruk, bahkan
pencemaran sampah yang sembarangan.

Banyaknya dampak negatif yang dihasilkan dari kerusakan lingkungan atau ekploitasi alam
tersebut, maka diharuskan adanya upaya penanggulangan maupun pencegahan yang nantinya
dilakukan oleh seluruh manusia. Pencegahan tersebut dikarenakan adanya bentuk rasa xinta
tanah air dengan melakukan adanya pembuangan sampah sesuai tempatnya, melakukan
reboisasi atau penanaman hutan kembali yang mengalami penebangan secara liar, tidak
melakukan pembuangan limbah industri tanpa melalui pengelolaan ke laut, memberlakukan
adanya teratering di daerah pegunungan. Hampir sama dengan upaya penanggulangan yang
berada di wilayah Jakarta sesuai dengan Pasal 22 ayat (2) mengenai tataran empiris yang
dialamu karena apanya tujuan yang berupa pencegahan pencegahan pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup sebagai tujuan dikeluarkannya izin lingkungan masih belum
tercapai. Sehingga harus dilakukan berupa pengurangan kendaraan pribadi dengan
menerapkan transportasi umum, serta melakukan reboisasi atau penanaman pohon kembali
bahkan upaya yang dilakukan pemerintah saat ini berupa membuat adanya hujan buatan.

Anda mungkin juga menyukai