Anda di halaman 1dari 3

RESUME : KETENTUAN NORMATIF PEMERIKSAAN PAJAK

Nama : Pangihutan Sitinjak


NPM : 51622120056

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 17 Tahun 2013
s.t.d.d PMK Nomor 18 Tahun 2021, pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan profesional, berdasarkan suatu standar pemeriksaan.
Merujuk PMK Nomor 18 Tahun 2021, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan bisa dilakukan dalam hal memenuhi beberapa kriteria. Pertama, Wajib
Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sesuai
dengan Pasal 17B Undang-undang (UU) Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP). Kedua, ada data konkret yang menyebabkan pajak yang terutang
tidak dibayar atau kurang dibayar.

Ketiga, Wajib Pajak melaporkan SPT Tahunan/Masa yang menyatakan lebih bayar. Keempat,
Wajib Pajak yang sudah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.
Kelima, Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan/Masa yang menyatakan rugi. Keenam,
Wajib Pajak melaksanakan penggabungan, pemekaran, likuidasi, peleburan, pembubaran,
atau meninggalkan Indonesia selama-lamanya.
Ketujuh, Wajib Pajak melaksanakan perubahan tahun buku atau metode pembukuan.
Kedelapan, Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan/Masa, atau menyampaikannya
tetapi lewat dari jangka waktu yang sudah ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk
dilaksanakan pemeriksaan berdasarkan analisis risiko.
Kesembilan, Wajib Pajak menyampaikan SPT yang terpilih untuk dilaksanakan pemeriksaan
berdasarkan analisis risiko. Kesepuluh, Pengusaha Kena Pajak (PKP) tidak melaksanakan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dan telah diberikan
pengembalian pajak masukan, atau telah mengkreditkan pajak masukan sesuai dengan Pasal 9
ayat (6c) UU PPN

Sementara pemeriksaan yang dilakukan untuk tujuan lain, di luar konteks kepatuhan, dapat
dilakukan pada saat:

Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan


Penghapusan NPWP
Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengajuan keberatan oleh WP
Pengumpulan bahan Penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)
Pencocokan data dan/atau alat keterangan
Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian
sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau
Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
(P3B)

Proses Pemeriksaan dalam rangka restitusi:


1. Penyampaian SPT PPh Badan
2. Penerbitan SP2 dan Pemberitahuan ke WP
3. Permintaan Peminjaman Dokumen
4. Pelaksanaan Pengujian
5. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) dan pemberian tanggapan dari WP
6. Pembahasan Akhir (Closing Conference) dan Pembahasan Akhir dengan Tim Quality
Assurance
7. Berita acara hasil pembahasan akhir
8. Laporan hasil pemeriksaan
9. Penerbitan SKP

Apabila dalam proses pemeriksaan pajak ada tahapan-tahapan yang dilanggar atau tidak
sesuai prosedur, atau ada yang tidak disetujui oleh wajib pajak dalam pembahasan akhir,
wajib pajak dapat melakukan gugatan, keberatan bahkan banding atas hasil keberatan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No 6


Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), terdapat
sejumlah pasal yang mengatur hak dan kewajiban Wajib Pajak. Adapun salah satu hak Wajib
Pajak adalah pengajuan keberatan.

Sesuai Pasal 25 ayat (1) UU KUP, ketentuan pengajuan keberatan hanya dapat diajukan
kepada dirjen pajak atas:
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).
Sesuai Pasal 1 UU KUP, SKPKB adalah SKP yang menentukan besarnya jumlah pokok
pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).
SKPKBT merupakan SKP yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan. Timbulnya ketetapan ini biasanya dikarenakan adanya data baru yang belum
terungkap pada saat pemeriksaan sebelumnya pada tahun pajak yang bersangkutan.
– Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
SKPLB adalah SKP yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
Timbulnya pajak lebih bayar ini disebabkan karena kredit pajak yang lebih besar daripada
pajak yang seharusnya dibayar.
– Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
SKPLN adalah SKP yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai