Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM SISTEM LINIER

Nama Modul : Operasi Konvolusi Sinyal Diskrit


Nama : Ramlin
Nim : 2109076004

6.7 Listing Program


1. Konvolusi Dua Sinyal Unit Step
L=input('Panjang gelombang(>=xx) : '); %xx di isi 2 digit terakhir NIM
P=input('Lebar pulsa (lebih kecil dari L): '); %Nilai P harus < L
for n=1:L
if n<=P
end
end
x=1:L;
subplot(3,1,1)
stem(x);
for n=1:P
if n<=L
end
end
t=1:P;
subplot(3,1,2)
stem(t);
subplot(3,1,3)
stem(conv(x,t))

2. Konvolusi Dua Sinyal Sekuen Konstan


%Pembangkitan Sekuen Konstan Pertama
L1=4; %xx di isi dengan 2 digit terakhir NIM
for n=1:L1;
if (n>=2);
st1(n)=1;
else
st1(n)=0;
end
end
t1=(0:1:(L1-1));
subplot(311);
stem(t1);
stem (st1);
title('Konvolusi 2 sinyal sekuen konstan');
%Pembangkitan Sekuen Konstan Kedua
L2=3; % L2 bisa di isi sesuai keinginan anda tetapi nilai L2 < L1
for n=1:L2;
if (n>=2);
st2(n)=1;
else
st2(n)=0;
end
end
t2=(0:1:(L2-1));
subplot(312)
stem(t2);
stem(st2);
xlabel('Jumlah Sample')
subplot(313);
c=conv(st1,st2);
stem(c);

3. Konvolusi Dua Sinyal Sinus Diskrit


L=input('Banyaknya titik sampel(>=xx): ');% xx di isi dengan 2 Digit Terakhir NIM
anda
f1=input('Besarnya frekuensi gel 1 adalah Hz: ');
f2=input('Besarnya frekuensi gel 2 adalah Hz: ');
teta1=input('Besarnya fase gel 1(dalam radiant): ');
teta2=input('Besarnya fase gel 2(dalam radiant): ');
A1=input('Besarnya amplitudo gel 1: ');
A2=input('Besarnya amplitudo gel 2: ');
%Sinus pertama
t=1:L;
t=2*t/L;
y1=A1*sin(2*pi*f1*t + teta1*pi);
subplot(3,1,1)
stem(y1)
%Sinus kedua
t=1:L;
t=2*t/L;
y2=A2*sin(2*pi*f2*t + teta2*pi);
subplot(3,1,2)
stem(y2);
subplot(3,1,3)
stem(conv(y1,y2))
6.8 Hasil Percobaan
1. Konvolusi Dua Sinyal Unit Step

Gambar 6.1 Konvolusi Dua Sinyal Unit Step

2. Konvolusi Dua Sinyal Sekuen Konstan

Gambar 6.2 Konvolusi Dua Sinyal Sekuen Konstan

3. Konvolusi Dua Sinyal Sinus Diskrit

Gambar 6.3 Konvolusi Dua Sinyal Sinus Diskrit


1. Konvolusi Dua Sinyal Unit Step
Tabel 5.1 Pengamatan Konvolusi Dua Sinyal Unit Step
Jenis Panjang Lebar (θ)
(f) t T ω
No Gelomban Gelombang Pulsa (rad/detik
(Hz) (waktu) (sec) (rad/detik)
g (L) (>=) (P) )
1. Sinusoidal 4 2 - - 0 - -

Program di atas merupakan program untuk membuat pulsa dengan lebar tertentu. Input yang
dimasukkan adalah panjang gelombang (L) dan lebar pulsa (P) yang diinginkan. Output yang
dihasilkan adalah sinyal pulsa dengan lebar pulsa yang telah ditentukan.
Pada program tersebut, digunakan perulangan for untuk membangun sinyal pulsa dengan
lebar pulsa yang diinginkan. Selanjutnya, sinyal pulsa tersebut diplot menggunakan fungsi
stem pada tiga subplot, yaitu subplot 1 menampilkan sinyal x, subplot 2 menampilkan sinyal
t, dan subplot 3 menampilkan hasil konvolusi antara sinyal x dan t.
Nilai frekuensi (f) dan periode (T) tidak dapat ditentukan karena program di atas hanya
menghasilkan sinyal pulsa dengan lebar tertentu, tidak menghasilkan sinyal berbentuk
gelombang. Sedangkan nilai waktu (t), fase (θ), dan frekuensi sudut (ω) juga tidak dapat
ditentukan karena tidak ada informasi tentang sinyal yang dihasilkan selain dari lebar pulsa
yang telah ditentukan.

2. Konvolusi Dua Sinyal Sekuen Konstan


Tabel 5.2 Pengamatan Konvolusi Dua Sinyal Sekuen Konstan
Jenis Panjang
t (θ) ω
No Gelomban Gelombang (f) (Hz) T (sec)
(waktu) (rad/detik) (rad/detik)
g L1 L2
1. Sinusoidal 4 3 - 0.33 0 - -
Sinusoidal 4 3 - 0.5 0 - -

Dalam program yang diberikan, terdapat pembangkitan dan konvolusi dari dua sekuens
konstan diskrit. Sekuen konstan pertama memiliki panjang L1=4 dan didefinisikan
menggunakan struktur kondisional if-else. Jika indeks n lebih besar dari atau sama dengan 2,
maka nilai elemen sekuens diisi dengan 1, dan jika n kurang dari 2, maka nilai elemen
sekuens diisi dengan 0. Sekuen konstan kedua memiliki panjang L2=4 dan juga didefinisikan
dengan struktur kondisional if-else. Hasil konvolusi dari kedua sekuens konstan tersebut
ditampilkan dalam bentuk sinyal diskrit dengan menggunakan fungsi stem pada subplot
terakhir. Namun, tidak dapat ditentukan jenis gelombang, panjang gelombang, frekuensi,
fase, dan nilai omega dari program yang diberikan, karena sinyal yang dihasilkan bersifat
diskrit dan tidak bersifat kontinu. Program tersebut hanya menunjukkan pembangkitan dan
konvolusi dari sekuens konstan diskrit, dan tidak memberikan informasi tentang sinyal
kontinu yang akan memungkinkan untuk melakukan analisis lebih lanjut.

3. Konvolusi Dua Sinyal Sinus Diskrit


Tabel 5.3 Pengamatan Konvolusi Dua Sinyal Sinus Diskrit

Banyak
N Jenis (A) (f) t (θ) T ω
Sampel
o Gel.
(L)
A1 A2 f1 f2 t1 t2 Θ1 Θ2 T1 T2 ω1 ω2
Sinusoida 0.2
1. 4 1 1 1 2 0.25 0,5 0 1 0.5 2π 4π
l 5

Program tersebut menghasilkan dua gelombang sinusoidal dengan frekuensi dan amplitudo
yang berbeda. Dalam subplot 3, operasi konvolusi dilakukan pada kedua gelombang
sinusoidal, menghasilkan gelombang baru yang merepresentasikan interaksi antara kedua
gelombang. Dengan menentukan nilai T1 dan T2, kita dapat menghitung frekuensi angular
dari kedua gelombang sinusoidal. Analisis ini menunjukkan bahwa konvolusi adalah sebuah
operasi yang berguna dalam mengevaluasi interaksi antara dua gelombang sinusoidal dan
nilai frekuensi angular juga memberikan informasi tambahan tentang karakteristik kedua
gelombang sinusoidal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai