Anda di halaman 1dari 37

UJIAN AKHIR SEMESTER (GENAP 2021/2022)

MATA KULIAH PENGEMBANGAN METODE ASESMEN PSIKOLOGIS

Disusun Oleh :

Farah Fauziyah Fitri 705200212


Irmi Husna Fakriyah H. 705200258
Marlyn Pribadi 705200278
Elishka Rossa A. 705200280

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JENJANG SARJANA


FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA, MARET 2022

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Fenomena Social Responsibility


Social Responsibility adalah salah satu istilah yang tidak asing diperbincangkan
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Simorangkir (1987) Tanggung jawab sosial
berarti memelihara dengan baik sesuatu di sekeliling kita serta kesediaan untuk
melakukan sesuatu yang perlu dilakukan, adanya kesadaran tingkah laku, dan
kesadaran akan akibatnya bagi orang lain dan masyarakat, seperti tindakan yang
diwujudkan akan selalu didasari oleh rasa kasih sayang dan saling menghormati, saling
memahami dan saling memiliki. Sehingga dengan memiliki rasa tanggung jawab sosial,
setiap individu akan memelihara dan mengembangkan persaudaraan serta rasa kasih
sayang, mampu memelihara hak-hak orang lain di sekitarnya dengan tidak selalu
mementingkan dirinya, selalu berupaya untuk melaksanakan tata kesopanan sosial.
Hanya saja masih banyak remaja yang kurang memiliki tanggung jawab sosial.
Social Responsibility harus dimiliki semua orang dengan kedudukannya masing-
masing, baik sebagai masyarakat umum, intelektual, politisi, siswa, mahasiswa dan lain-
lain. Keterlibatan individu dalam pekerjaan dan lingkungannya, seperti ada kesempatan,
ada kesanggupan dan ada penguasaan diri sendiri dalam menyelesaikan pekerjaanya.
Seseorang yang diberikan tanggung jawab dan wewenang oleh organisasi artinya
mereka diberikan kesempatan dan dipercaya oleh organisasi untuk melakukan tugasnya
sendiri.
i. Kondisi di mana individu memiliki social responsibility
Adapun karakteristik yang sama untuk orang yang mempunyai social
responsibility (Borba, 2008). Mereka dikendalikan pedoman moral dalam diri mereka
yang mengarahkan mereka berbuat baik terhadap orang lain. Dalam melakukan apapun
mereka tidak mengharapkan balasan. Mereka takut mendapat hukuman jika tidak
berbuat baik atau tidak diterima lingkungan. Mereka simpatik bersikap baik karena
mereka peduli dengan perasaan dan kebutuhan orang lain

i. Kondisi di mana individu kurang/tidak memiliki social responsibility


Menurut Self-Perception Theory (Bem, 1972) individu mengetahui sikap dan nilai
mereka sendiri dengan menyimpulkannya melalui pengamatan terhadap perilaku
mereka sendiri. Ide ini berlaku untuk hubungan dari kesukarelaan ke nilai-nilai
tanggung jawab sosial dan juga merupakan dorongan untuk memeriksa hubungan dari
alkohol, tembakau, dan penggunaan narkoba dengan tanggung jawab sosial. Penelitian
sebelumnya telah menemukan hubungan cross-sectional dan longitudinal yang negatif
dari tanggung jawab sosial hingga penggunaan narkoba (Roberts & Bogg, 2004; Wray-
Lake, Maggs, et al., 2012), dan konstruksi ini mungkin terkait secara timbal balik. Teori
social responsibility dibangun di atas sistem etika, di mana keputusan dan tindakan
harus divalidasi secara etis sebelum melanjutkan. Jika tindakan atau keputusan
tersebut merugikan masyarakat atau lingkungan, maka tindakan atau keputusan
tersebut dianggap tidak bertanggung jawab secara sosial.

1.2 Urgency (1). Jelaskan mengapa / apa pentingnya individu memiliki


social responsibility.
Tugas utama remaja adalah mencapai identitas yang stabil dan menjadi
produktif dewasa (Santrock, 2008). Tanggung jawab sosial merupakan keterampilan
penting bagi remaja dalam mencapai tugas ini. Ini dapat membantu remaja untuk
mendefinisikan siapa mereka, di mana mereka cocok dalam pergaulan dunia, dan
membangun kepercayaan dalam diri mereka (Berman, 1990; Youniss et al., 1997).
Selain itu, tanggung jawab sosial akan mencegah remaja untuk terlibat diri
mereka dalam perilaku negatif karena memungkinkan mereka untuk menemukan
potensi mereka, tanggung jawab dan berkomitmen pada moral-etika ideologi (Youniss
et al., 1997). Sosial tanggung jawab juga memungkinkan remaja memiliki orientasi
prestasi yang tinggi (Nakamura & Watanabe, 2006). Beberapa penelitian sebelumnya
(Wentzel, 1991; Scales et al., 2000; Reed et al., 2005) telah menunjukkan bahwa
tanggung jawab sosial terkait secara positif dengan prestasi akademik remaja.

1.2.1 Dampaknya jika individu memiliki social responsibility?


Nilai adalah prioritas pribadi yang luas, dengan komponen kognitif dan emosional
yang memandu keyakinan, sikap, dan perilaku tertentu. Sebagai aspek inti dari diri, nilai
memberikan koherensi dengan identitas pribadi dan membuat tindakan lebih terarah
(Hitlin, 2003). Social responsibility melintasi jenis nilai universalisme (misalnya,
keadilan) dan kebajikan (misalnya, membantu orang lain yang dekat) yang keduanya
berada di bawah dimensi nilai transendensi-diri yang lebih luas (Schwartz, 1992).
Dengan demikian, dibingkai sebagai nilai, tanggung jawab sosial menawarkan wawasan
penting ke dalam bagaimana individu memandang diri mereka sendiri dalam
hubungannya dengan orang lain, di man "orang lain" dapat secara luas diperluas ke
kesejahteraan orang lain yang tidak diketahui, masyarakat, spesies lain, dan lingkungan
atau merujuk lebih lokal untuk merawat teman dan keluarga.
Nilai tanggung jawab sosial diharapkan dapat memotivasi perilaku seseorang
yang melibatkan membantu orang lain dan berkontribusi pada masyarakat. Misalnya,
nilai-nilai yang memprioritaskan kebaikan yang lebih besar telah dikaitkan secara positif
dengan pelayanan masyarakat (Pratt, Hunsberger, Pancer, & Alisat, 2003), perilaku pro-
lingkungan (Verplanken & Holland, 2002), dan aktivisme politik (Mayton & Furnham,
1994). Keterlibatan masyarakat dapat memiliki banyak sekali motivasi, tetapi sesuai
dengan arus konseptualisasi (Zaff, Boyd, Li, Lerner, & Lerner, 2010), kami berpendapat
bahwa hanya tindakan sipil yang dimotivasi oleh kepedulian dan keadilan yang berada
di bawah payung tanggung jawab sosial. Selanjutnya, perilaku kewarganegaraan dan
tanggung jawab sosial seseorang saling mempengaruhi: Sama seperti tanggung jawab
sosial dapat memprovokasi tindakan sipil, jenis tindakan sipil tertentu dapat
meningkatkan social responsibility. Namun, nilai tidak selalu mengarah pada tindakan.
Banyak rintangan menghalangi kaum muda untuk bertindak atas tanggung jawab
sosial, seperti kendala waktu, stres yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar sendiri, norma-norma sosial yang menekankan persaingan daripada kepedulian
terhadap orang lain, atau kurangnya peluang. Hambatan-hambatan ini harus diatasi,
jika memungkinkan, untuk memungkinkan kesempatan yang sama untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial terlepas dari situasi atau latar belakang sosial seseorang.
1.2.2 Apa akibatnya jika individu kurang memiliki social responsibility?
Individu yang kurang memiliki social responsibility akan berpengaruh kepada
human development, dimana jika seorang individu memiliki social responsibility rendah
maka human development nya pun rendah dimana seseorang memiliki ego yang tinggi.
Jika lingkungan sosial lingkungan mencintai, dia cenderung mencintai, dan
kewajibannya terhadap orang lain menjadi terikat erat dengan kewajibannya untuk diri.
Kegagalan besar dalam respons sosial sibility, seperti keegoisan yang nyata atau
mencari diri sendiri yang agresif, selalu terikat untuk kegagalan atau distorsi di awal ini
hubungan keluarga dan sosial. Namun secara umum, perkembangan tanggung jawab
sosial penuh membutuhkan pengalaman dalam tindakan sosial atau tindakan
bermanfaat bagi orang lain. Seorang muda per- putra membutuhkan pengalaman ini
untuk menguji kecukupan penilaiannya, untuk membiasakan diri dengan batas-batas
apa yang bisa dia lakukan, dan di atas segalanya, untuk dipelajari tentang pemenuhan
diri yang datang dari melayani orang lain. Namun, secara umum, perkembangan
tanggung jawab sosial penuh membutuhkan pengalaman dalam tindakan sosial atau
tindakan bermanfaat bagi orang lain. Seorang muda per-putra membutuhkan
pengalaman ini untuk menguji kecukupan penilaiannya, untuk membiasakan diri
dengan batas-batas apa yang bisa dia lakukan, dan di atas segalanya, untuk dipelajari
tentang pemenuhan diri yang datang dari melayani orang lain.
Selain itu, dampak individu ketika kurang memiliki social responsibility adalah
menjadikan individu tersebut memiliki sifat individualisme yang tinggi dan cenderung
apatis. Lalu juga mengakibatkan tidak gampang dipercayai oleh orang lain dan
cenderung tidak dihargai oleh masyarakat.

1.3 Urgency
1.3.1 Intervensi / treatment
Asesmen merupakan proses kritis dalam praktik pekerjaan sosial. Penentuan
tujuan dan intervensi amat tergantung pada asesmen. Hepworth and Larsen (1986)
menjelaskan asesmen sebagai berikut: Asesmen adalah proses pengumpulan,
penganalisaan dan mensintesakan data kedalam suatu formulasi yang menekankan
dimensi vital sebagai berikut: (1) sifat permasalahan klien, termasuk perhatian khusus
terhadap peran-peran yang klien dan hal penting lainnya yang sulit dijalankan; (2)
keberfungsian klien (kekuatan, keterbatasan, aset pribadi dan kekurangan) serta hal
penting lainnya; (3) motivasi klien untuk mengatasi masalah; (4) relevansi faktor
lingkungan yang turut mendukung timbulnya masalah; dan (5) sumber-sumber yang
tersedia atau dibutuhkan untuk mengurangi/ menghilangkan kesulitan klien. (p.165)
Asesmen adalah proses dan suatu produk/hasil pemahaman, dimana tindakan
pertolongan diberikan kepada orang yang membutuhkan (dalam hal ini adalah klien Eks
Psikotik). Asesmen merupakan proses berpikir yang menjadi alasan bagi seorang
pekerja sosial dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan data sampai dengan
kesimpulan sementara. Selama asesmen, informasi yang tersedia di susun dan
dipelajari untuk membuat alur dari situasi klien yang menjadi dasar untuk rencana
intervensi. Setelah asesmen lengkap, pekerja sosial harus dapat menggambarkan
masalah secara akurat dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang akan dirubah
untuk memperbaiki situasi klien. Maka itu alat ukur social responsibility adalah hal yang
penting dalam hal tersebut.

1.3.2 Identifikasi penyusunan kebijakan/ aturan dalam pendidikan/


pekerjaan
Mengukur Kinerja CSR Sangat Penting. Mampu mengukur dan melaporkan
dampak sosial organisasi pada akhirnya dapat menarik investor, mempertahankan
talenta terbaik, meningkatkan reputasi, dan meningkatkan kinerja bisnis. Di samping
beberapa manfaat potensial lainnya. Inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan tidak
lagi bagus untuk dimiliki dan sekarang telah beralih ke bagian penting dari setiap
perusahaan. Seiring dengan hal-hal yang harus dimiliki ini, mengukur upaya ini sangat
penting.
Dengan mengukur dampak CSR, Anda dapat menghubungkan nilai aktivitas
dengan laba perusahaan. Misalnya, Anda dapat membangun hubungan antara
pengembangan keterampilan dan biaya pelatihan yang lebih rendah, kepuasan
karyawan dan tingkat perputaran yang lebih rendah, dan bahkan pertumbuhan prospek
penjualan yang meningkatkan pendapatan.

1.4 Jelaskan berbagai (minimal dua) alat ukur social responsibility yang
sudah ada.
1.4.1 Skala Responsivitas Sosial
Skala Responsivitas Sosial (SRS; Constantino et al.2003) adalah ukuran
kuantitatif ciri-ciri autis pada anak usia 4-18 tahun. SRS telah menunjukkan sifat
psikometrik yang baik dan validitas lintas budaya untuk penilaian Autism Spectrum
Disorder (ASD) (Bo¨lte et al. 2008,2011). Formulir yang ditetapkan memperluas
penerapan SRS dengan item yang dimodifikasi untuk mengatasi responsivitas sosial di
masa dewasa (SRS-A; Constantino dan Todd 2005). Seperti versi anak, SRS-A berisi 65
item skala Likert (0–3) menghasilkan skala tunggal dengan skor maksimum 195 untuk
perilaku yang ditunjukkan dalam 6 bulan terakhir, dan membutuhkan waktu 15-20
menit untuk menyelesaikannya. SRS dapat digunakan baik sebagai penyaring dan
sebagai bantuan untuk diagnosis klinis ASD, terutama bentuk yang kurang parah
seperti PDD-NOS. Administrasi yang mungkin adalah laporan diri, orang tua, kerabat
lain, dan pasangan. Namun, hanya sedikit informasi yang dipublikasikan tentang
instrumen ini (Virkud et al.2009). Penelitian ini, menggunakan adaptasi Jerman,
memberikan berbagai hasil baru pada SRS-A.

1.4.2 Perceived Role of Ethics and Social Responsibility (PRESOR) Scale


Perceived Role of Ethics and Social Responsibility (PRESOR) Scale dikembangkan
di Amerika Serikat oleh Singhapakdi et al. (1996b) sebagai skala yang handal dan valid
untuk mengukur peran yang dirasakan dari etika dan tanggung jawab sosial dalam
mencapai efektivitas organisasi.

1.4.3 Perceived Social Responsibility Scale (2016)


Penelitian telah menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial dikaitkan dengan
aktivisme sipil dan aktivisme politik di kalangan pemuda (Armstrong, 2011).
Selanjutnya, penelitian pengembangan pemuda berpendapat bahwa meskipun
pengembangan rasa memiliki di antara teman sebaya dan panutan orang dewasa,
program pemuda dapat mempromosikan pengembangan dan pertumbuhan tanggung
jawab sosial (McDonough et al., 2013). Dengan demikian, dengan mempromosikan rasa
memiliki dan tanggung jawab terhadap suatu program secara keseluruhan, pemuda
dapat belajar bagaimana menjadi anggota yang aktif dan akuntabel dengan berbagai
konteks sosial dan di seluruh masyarakat (Martinek et al., 2001; Newman, Lower, Riley,
Wade-Mdivanian, & Anderson-Butcher, 2014).

1.5 Kekurangan dan Kritik Terhadap Alat Ukur Social Responsibility


1.5.1 Autism Spectrum Disorders (ASD)
Kekurangan dari Instrumen SRS adalah alat ukur ini hanya bisa digunakan untuk
anak usia 4 - 18 tahun yang mengidap Autism Spectrum Disorders (ASD).

1.5.2 Perceived Role of Ethics and Social Responsibility (PRESOR) Scale?


instrumen PRESOR merupakan perkembangan yang tepat waktu di Amerika
Serikat oleh Singhapakdi et al. (1996) ukuran persepsi manajer tentang peran etika dan
tanggung jawab sosial dalam mencapai efektivitas organisasi. Bagaimanapun,
instrumen semacam itu pasti dipengaruhi oleh sistem nilai lingkungan sosial dan
ekonomi di mana instrumen itu digunakan. Di luar Amerika Serikat, harus diasumsikan
bahwa perbedaan budaya dapat mempengaruhi tidak hanya persepsi tentang peran
etika dan tanggung jawab sosial, tetapi mungkin juga struktur itu sendiri, dari peran
etika dan tanggung jawab sosial yang dirasakan.

1.5.3 Perceived Social Responsibility Scale


Jika dilihat dari banyaknya jurnal publikasi yang terdata melalui APA Psynet, alat
ukur ini belum terhitung banyak digunakan ataupun dikembangkan oleh peneliti dan
dalam alat ukur juga tidak ada dimensi pada butir-butir alat ukur
1.6 Usulan Solusi Terhadap Kekurangan dan Permasalahan dari Alat Ukur
Social Responsibility
Pengukuran yang diharapkan akan menghasilkan data yang valid harus dilakukan
secara sistematis. Namun, pengukuran dalam bidang non ‐ fisik, khususnya dalam
bidang psikologi, masih dalam perkembangan mungin belum pernah mencapai
kesempurnaannya. Beberapa tes dan skala psikologi standar dan yang telah
terstandarkan kualitasnya belum dapat dikatakan optimal. Sebab masih terus
berkembang seiring dengan pesatnya teori pengukuran. Penggunaan alat ukur social
responsibility lebih dari satu dapat membuat membantu menutup kekurangan dari
setiap alat ukur sendiri. Penggunaan alat ukur lebih dari satu harus tetap dengan tujuan
dan target dari pengukuran tersebut.

1.6.1 Perlunya Penyusunan Alat Ukur Social Responsibility untuk Mengatasi


Kekurangan/Permasalahan Alat Ukur Social Responsibility Sudah Ada
Dengan keterbatasan tersebut peneliti merasa memerlukan penyusunan alat
ukur social responsibility untuk mengatasi kekurangan dan permasalahan alat ukur
social responsibility yang sudah ada. SRS yang hanya mengukur usia 4 hingga 18 tahun
sementara di atas 18 tahun pengukuran tersebut menjadi kurang valid. PRESOR
memiliki keterbatasan dengan wilayah. Perceived Social Responsibility Scale tidak
terdapat dimensi dalam tiap butir nya.

1.6.2 Usulkan untuk mengatasi kekurangan/permasalahan alat ukur social


responsibility sudah ada
Alat ukur social responsibility yang dapat mengatasi kekurangan dan
permasalahan alat ukur social responsibility yang telah tersedia menurut peneliti adalah
alat ukur yang mencakup range umur yang luas. Wilayah bukan lah suatu penghalang
alat ukur untuk digunakan. Bahasa akan di sesuaikan dengan bahasa internasional
sehingga dapat mencapai negara yang luas. Dimensi dan butir dari alat ukur akan di
spesifik dan dikelompokkan sehingga hasil akan lebih mudah diinterpretasikan.
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1. Definisi Social Responsibility


Social Responsibility adalah konsep yang digunakan di seluruh bidang bisnis,
ekonomi, ilmu politik, dan psikologi positif. Di seluruh disiplin ilmu, tanggung jawab
sosial didefinisikan sebagai mencerminkan keprihatinan yang melampaui keinginan
pribadi, kebutuhan, atau keuntungan (Gallay, 2006). Hubungan dengan orang lain dan
rasa kepedulian dan keadilan moral merupakan inti dari definisi tanggung jawab sosial
kita.
Menurut KBBI, tanggung jawab adalah keadaan dimana seseorang diwajibkan
untuk menanggung segala hal yang bersinggungan dengan sebab dan akibat. Artinya,
segala hal yang dilakukan murni berdasarkan kemauan pribadi dan atas kesadaran
penuh. Secara etimologis bertanggung jawab sosial dapat diartikan sebagai penjelmaan
dari nilai-nilai moral dan kesusilaan yang ada dalam bentuk tindakan dan perbuatan.
Social Responsibility didefinisikan sebagai kepatuhan terhadap aturan sosial dan
harapan peran (lihat Ford, 1985; Ford, Wentzel, Wood, Stevens, & Siesfeld, 1989).
Aturan-aturan ini ada berdasarkan peran sosial yang mendefinisikan aturan untuk
partisipasi kelompok, sebagai cerminan dari norma-norma sosial dan budaya yang luas,
atau sebagai hasil dari komitmen pribadi kepada individu lain.

2.2. Dampak (DV) dari Social Responsibility


Tanggung Jawab Sosial sebagai Nilai. Nilai adalah prioritas pribadi yang luas,
dengan komponen kognitif dan emosional, yang memandu keyakinan, sikap, dan
perilaku tertentu. Sebagai aspek inti dari diri, nilai-nilai memberikan koherensi pada
identitas pribadi dan membuat tindakan lebih terarah (Hitlin, 2003). Tanggung jawab
sosial melintasi jenis nilai universalisme (misalnya, keadilan) dan kebajikan (misalnya,
membantu orang lain dekat (Schwartz, 1992). Dengan demikian, dibingkai sebagai nilai,
tanggung jawab sosial menawarkan hal yang penting wawasan tentang bagaimana
individu memandang diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan orang lain, di
mana "orang lain" dapat diperluas secara luas untuk kesejahteraan orang lain yang
tidak dikenal, masyarakat, spesies lain, dan lingkungan atau merujuk lebih lokal untuk
merawat teman dan keluarga.

2.3. Faktor (IV) dari Social Responsibility


Menurut Schwartz (1994) Korelasi faktor-faktor ini dengan berbagai nilai pribadi
semakin mendukung struktur nilai. Pertama berkorelasi dengan nilai-nilai universalisme
tambahan (misalnya, kebijaksanaan, pengertian, toleransi) dan dengan pengarahan diri
sendiri (mengejar pengetahuan, pengetahuan diri dan peningkatan) dan nilai-nilai
kebajikan (membantu, murah hati, pemaaf, perhatian). Pengarahan diri dan kebajikan
adalah nilainya tipe yang berdekatan dengan universalisme dalam struktur nilai. Kedua
berkorelasi dengan nilai-nilai keamanan lainnya (bersih, rapi) dan dengan kesesuaian
(sopan, dapat diandalkan, halus) dan nilai-nilai kekuasaan (otoritas, kemakmuran,
pengakuan sosial). Kekuasaan dan kesesuaian berdekatan dengan keamanan dalam
struktur nilai.

2.4. Alat Ukur Social Responsibility 1 (Skala Responsivitas Sosial )


2.4.1 Jumlah Butir / Jumlah Dimensi
It comprises 65 items
2.4.2 Contoh Butir + dan Butir - (dalam setiap dimensi)
Contoh Butir +
Dimensi : Convergent validity
Social interaction 0.46, Communication 0.40, Stereotypicm behavior 0.38.
Contoh Butir -
Dimensi : Concurrent/external validity
Adaptive behavior composite (ABC) 0.36, Communication 0.43 , Socialization 0.41 Daily
living 0.35
2.4.3 Informasi Internal Consistency Reliability (dalam setiap dimensi)
Keandalan dinilai dengan menghitung konsistensi internal (Cronbach's a) dari
semua 65 item serta tes-tes ulang keandalan dan keandalan antar penilai dari skor total
SRS menggunakan korelasi intraclass (ICC) dan produk Pearson korelasi momen (PPM)
dalam normatif dan klinis Sampel.
2.4.4 Informasi Construct / Criterion Validity
using a ‘‘0’’ (not true) to ‘‘3’’ (almost always true) point Likert scale generating
one total score (max. 195) Skor total SRS-A 67 memiliki sensitivitas 0,85, dan
spesifisitas 0,83 untuk ASD versus CLIN/TD. Korelasi dengan skala autisme yang mapan
(ADOS, AQ, SCQ) adalah sedang hingga tinggi (r = .25-.83).

2.5. Alat Ukur Social Responsibility 2 (Perceived Role of Ethics and Social
Responsibility (PRESOR) Scale)
2.5.1 Jumlah Butir dan Jumlah Dimensi
The PRESOR instrument terdiri dari 16 items selected from an instrument
developed by Kraft and Jauch (1992). Identified three factorial subscales comprised of
13 items – “Social responsibility and profitability” (items 8, 9, 13 and 15), “Long-term
gains” (items 1, 6, 7, 10, 11 and 12), and “Short-term gains” (items 5, 14 and 16).
Menggunakan Likert scale dari 1 (Completely disagree) hingga 9 (Completely agree).
2.5.2 Contoh Butir + dan Butir -
Faktor 1 memiliki item +
Being ethical and socially responsible is the most important thing a firm can do.
Business has a social responsibility beyond making a profit.
Faktor 2 memiliki item -
The ethics and social responsibility of a firm is essential to its long-term profitability.
The overall effectiveness of a business can be determined to a great extent by the
degree to which it is ethical and socially responsible.

2.5.3 Informasi Internal Consistency Reliability


Forsyth (1980) melaporkan dua skala hampir ortogonal (r = –0,07), memiliki
reliabilitas tes-tes ulang sedang (r = 0,67 dan d 0,66), dan memiliki keandalan
konsistensi internal (a = 0,80 dan 0,73).

2.5.4 Informasi Construct / Criterion Validity


Pertimbangan arti dari variabel laten yang terlibat dan variansnya, Namun,
menunjukkan bahwa dukungan untuk set ini hubungan bermakna dan, oleh karena itu,
sangat penting dalam membangun konstruk validitas dari dua subskala PRESOR.

2.6. Alat Ukur Social Responsibility 3 (Perceived Social Responsibility Scale)


2.6.1 Jumlah Butir 7/ Jumlah Dimensi
Rata-rata skor response dari tujuh (7) item harus dihitung dan digunakan
sebagai indikator tanggung jawab sosial, dengan skor yang lebih tinggi mencerminkan
tingkat tanggung jawab sosial yang lebih besar.
2.6.2 Contoh Butir + dan Butir - (dalam setiap dimensi)
I am able to help others.
When people are upset, I ask if they need help
When someone is upset, I help them calm down.
I am able to demonstrate socially responsible characteristics.
I am a good role model for others.
I am concerned about others in my community.
I can make a difference in my community.
2.6.3 Informasi Internal Consistency Reliability
Semua item secara signifikan (p<.05) memuat faktor upaya laten, dengan
koefisien standar yang lengkap mulai dari .65 - .76 dan korelasi ganda kuadrat mulai
dari .43-.57. Konsistensi internal skala kuat (α = .87), menunjukkan bahwa PSRS dapat
diandalkan. Korelasi bivariat positif dan signifikan antara PSRS dan variabel lain, seperti
pengendalian diri dalam olahraga (r=.59) dan kompetensi sosial (r=.73), mendukung
validitas prediksi skala.
2.6.4 Informasi Construct / Criterion Validity
Social Responsibility adalah kepatuhan terhadap aturan dan harapan sosial
dengan memperhatikan masalah etika yang lebih luas dan kebaikan bersama
(Armstrong, 2011; Wentzel, 1991). Lebih khusus dalam konteks pengembangan
pemuda yang positif, tanggung jawab sosial mengacu pada sikap dan inisiatif untuk
menghormati hak dan perasaan orang lain, menjadi warga negara yang bertanggung
jawab, dan menghindari perilaku kekerasan dan destruktif (Ford, Wentzel, Wood,
Stevens, & Siesfeld, 1989). ; Martinek, Schilling, & Johnson, 2001; McDonough, Ullrich-
Prancis, Anderson-Butcher, Amorose, & Riley, 2013).

BAB III
RANCANGAN ALAT UKUR
SOCIAL RESPONSIBILITY

No. Dimensi / Indikat Sumber Referensi Rancangan Butir Pernyataan Valensi Rancangan
Aspek or Indikator *)
/ Respons **)

(jika ada) (sampl Arah


e of (+ / -)
behavio
r)

1.1 Social P01. Saya bersedia berpartisipasi 1 2 3 4 5


Respon menjadi panitia pemilu.
sibility

1.2 Social P02. Saya senang membantu 1 2 3 4 5


Respon mempromosikan program
sibility pemerintah (vaksin, pelestarian
lingkungan, lingkungan anti-rokok,
dll.).

1.3 Social P03. Saya menyisihkan sebagian 1 2 3 4 5


Respon uang saku saya untuk berdonasi
sibility kepada panti asuhan.

1.4 Social P04. Saya menawarkan diri menjadi 1 2 3 4 5


Respon mentor/kakak asuh bagi adik-adik
sibility kelas (di sekolah / di kampus).

1.5 Social P05. Saya bersedia mendampingi 1 2 3 4 5


Respon siswa/mahasiswa baru untuk
sibility mengenal lingkungan sekitar
sekolah/kampus.

1.6 Social P06. Saya meneruskan berbagai 1 2 3 4 5


Respon informasi/pesan penting kepada
sibility komunitas/rekan-rekan WhatsApp
Group (WAG) yang saya ikuti.

1.7 Social P07. Kadang saya merasa kesulitan 1 2 3 4 5


Respon jika harus menyelesaikan tugas /
sibility berdiskusi bersama kelompok.

1.8 Social P08. Saya senang menggunakan 1 2 3 4 5


Respon pakaian seragam atau mengikuti
sibility cara berpakaian sesuai dengan
atribut/aturan yang ditentukan.

1.9 Social P09. Saya akan tetap 1 2 3 4 5


Respon menyelesaikan tugas/pekerjaan,
sibility walaupun tugas tersebut kurang
saya sukai.

1.10 Social P10. Jika saya seorang pemimpin 1 2 3 4 5


Respon perusahaan, penting bagi saya
sibility untuk mengusahakan sejumlah
bantuan kepada masyarakat
lokal/sekitar perusahaan.

1.11 Social P11. Saya turut aktif berdiskusi 1 2 3 4 5


Respon dalam WhatsApp Group saat
sibility membicarakan permasalahan
tertentu di lingkungan
(sekolah/kampus/tempat kerja)
saya.

1.12 Social P12. Terkadang saya merasa 1 2 3 4 5


Respon kurang serius di dalam
sibility menyelesaikan tugas yang
diberikan kepada saya.

1.13 Social P13. Saya kurang mempedulikan, 1 2 3 4 5


Respon apakah barang yang akan saya beli,
sibility mendukung/tidak mendukung
program pelestarian lingkungan,
program sosial, dll.

4.1 Social 1 2 3 4 5
Respon P14. Bagi saya, membantu teman

sibility yang kesulitan dalam beradaptasi


adalah hal yang penting.

4.2 Social 1 2 3 4 5
Respon P15. Saya bersedia membantu

sibility pemerintah dalam mempromosikan


program/bantuan sosial.
4.3 Social 1 2 3 4 5
Respon P16. Saya kurang senang

sibility berdiskusi mengenai masalah-


masalah yang terjadi di
masyarakat.

4.4 Social 1 2 3 4 5
Respon P17. Saya kurang berminat sebagai

sibility panitia (dalam acara amal, dll.)

Social 1 2 3 4 5
Respon P18. Saya kurang berminat

sibility mengikuti latihan dasar bela negara


sesuai dengan bidang
pengabdian/profesi saya saat ini.

Social
Respon P19. Saya senang berbagi (sharing)

sibility pengetahuan dan keterampilan


kepada adik-adik kelas.

Social
Respon P20. Saya senang membantu orang

sibility lain yang berbeda suku, agama,


ras, dan adat-istiadat (SARA).

Social
Respon P21. Jika terdapat diskusi di dalam

sibility WhatsApp Group, saya mengajukan


ide/solusi untuk membantu
memecahkan masalah komunitas
tersebut.

Social
Respon P22. Saya akan menegur orang

sibility yang berbuat kontraproduktif


(melanggar norma, melanggar
aturan, dll.).

Social
Respon P23. Sesekali tidak apa, jika karena

sibility keterbatasan modal atau alasan


tertentu, seorang pedagang
menjual barang/produk yang sudah
kadaluarsa.

Catatan.
*)
Sumber Referensi Indikator boleh lebih dari satu, misalnya: (a) journal article; (b) textbook; (c) wawancara
(terhadap ahli/expert); (d) media/website milik perusahaan tertentu yang terpercaya (credible); (e) diskusi kelompok
(group discussion). (sumber referensi dicantumkan untuk setiap baris/indikator). Sumber referensi dicantumkan
kembali pada Daftar Pustaka dengan format APA 7ed. Manual Publication.
**)
1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju, 5 = sangat setuju.

BAB IV
(RENCANA) HASIL

4.1 Bagaimana (rencana) Pengujian Reliabilitas dari Rancangan Alat Ukur


social responsibility tersebut
Rencana pengujian berupa dari pertama data yang sudah didapatkan dari
responden dilakukan recode untuk memisahkan data yang memiliki pertanyaan negatif
dan positif, lalu pengolahan data untuk mencari cronbach alpha dari data sesuai alat
ukur yang tersedia. Data yang di uji dengan nilai < 0.600 di hapus dan dilakukan uji
ulang sampai semua variabel dimensi memiliki cronbach diatas 0.600.
4.2 Bagaimana (rencana) Pengujian Validitas dari Rancangan Alat Ukur social
responsibility tersebut?
Input data hasil angket instrumen dalam worksheet (lembar kerja). jumlahkan
skor setiap responden dengan menggunakan [=sum(range cell)]. Pada baris paling
bawah, untuk setiap kolom item butir soal kita hitung nilai korelasi pearson dengan
[=pearson(array cell1; array cell2)]. Pada baris setelah korelasi pearson, cari nilai t-
hitung dengan mendefinisikan sebuah fungsi di excel hasil interpretasi terhadap rumus t
[=SQRT(n- 2)*rxy/SQRT(1-rxy^2)]. Nilai n diisi dengan jumlah responden instrumen
angket dan nilai rxy diisi dengan nilai korelasi yang telah dihitung pada baris
sebelumnya.Selanjutnya, cara uji validitas dengan nilai t-tabel dapat kita hitung
menggunakan fungsi excel dengan menuliskan syntax [=tinv(probability;degree of
freedom)].Penentuan signifikansi validitas dapat menggunakan [=IF(p>q;”valid”;”tdk
valid”)]. P berisikan nilai t-hitung dan q nilai t-tabel.

4.3 Bagaimana (rencana) Pembuatan Norma Alat Ukur social responsibility


yang dirancang?
Langkah pertama untuk mendapatkan kategori yang diinginkan adalah Mengolah
data dari yang sudah ada (hitung skor total). Setelah mengikuti langkah pertama
dengan mengolah data itu, langkah kedua Mencari Mean dan STD Skor
Total.Memindahkan mean dan std ke excel .Mencari titik atas dan titik bawah
menentukan titik skor untuk kategori “sangat tinggi”, “tinggi”, “rata-rata”, “rendah” dan
“Sangat Rendah”

BAB V
DISKUSI DAN SARAN
5.1 Bagaimana definisi operasional dari hasil pengukuran berdasarkan alat
ukur social responsibility yang dirancang tersebut?
Dilihat dari beberapa alat ukur yang ada dan dijelaskan diatas, Social
Responsibility adalah suatu sifat yang ada di dalam individu yang mengatur rasa tolong
menolong, empati maupun perilaku yang dapat memberikan dampak yang positif untuk
sekitar dan juga lingkungan.
Social Responsibility pun juga berpengaruh terhadap human development
dimana jika individu memiliki social responsibility yang rendah maupun tidak memiliki
Social Responsibility maka individu tersebut akan memberikan dampak yang negatif
terhadap lingkungan sekitar. Contohnya adalah melanggar peraturan, atau hanya
mengabaikan jika ada lansia maupun ibu hamil yang seharusnya mendapatkan kursi
prioritas di dalam kendaraan umum.

5.2 Apa kelebihan rancangan alat ukur social responsibility tersebut


dibandingkan dengan alat ukur social responsibility yang sudah ada?
Dapat mengatasi kekurangan dan permasalahan alat ukur social responsibility
yang telah tersedia menurut peneliti adalah alat ukur yang mencakup range umur yang
luas. Wilayah bukan lah suatu penghalang alat ukur untuk digunakan. Bahasa akan di
sesuaikan dengan bahasa internasional sehingga dapat mencapai negara yang luas.
Dimensi dan butir dari alat ukur akan di spesifik dan dikelompokkan sehingga hasil akan
lebih mudah diinterpretasikan.

5.3 Apa keterbatasan rancangan alat ukur social responsibility tersebut


dibandingkan dengan alat ukur social responsibility yang sudah ada?
Keterbatasan rancangan alat ukur social responsibility tersebut ialah validitas
belum terjamin. Penerapan belum terlaksanakan. Bahasa internasional yang digunakan
menjadi penghalang bagi daerah yang terbelakang dan kurang mendapatkan
pendidikan.
5.4 Kelebihan / Keterbatasan berdasarkan informasi psikometris (reliabilitas
& validitas) dari alat ukur social responsibility yang dirancang, dibandingkan
dengan alat ukur social responsibility yang sudah ada:
Keterbatasan dari alat ukur ini adalah alat ukur ini belum diujikan validitas yang
sesuai dengan standar alat ukur yang ada. Alat ukur ini pun masih berupa sebuah
rancangan yang harus melewati tahap lainnya agar dinyatakan valid.
Pada alat ukur ini pun masih dalam bahasa indonesia belum diubah menjadi
bahasa internasional yang ditetapkan yaitu Bahasa Inggris. Jika alat ukur ini digunakan,
maka hanya negara yang mengerti bahasa indonesia saja yang dapat
menggunakannya.

I. Rencana Pengujian Reliabilitas dari Rancangan Alat Ukur Social


Responsibility
Kelebihannya pengujian reliabilitas alat ukur adalah butir yang diperoleh banyak
yang reliabel dan sudah sesuai cronbach. Semakin banyak data reliabel semakin
sesuai dengan alat ukur. Untuk kekurangannya karena data yang diambil adalah data
yang harus reliabel diatas cronbach sehingga beberapa butir harus dikeluarkan.

II. Rencana Pengujian Validitas dari Rancangan Alat Ukur Social


Responsibility
Kelebihannya pengujian Validitas adalah data dilakukan pengujian korelasi
sehingga lebih bisa mewakilkan pengujian alat ukur karena butir tidak dikeluarkan dan
hanya perlu dicari nilai sesuai korelasi. Kekurangan dari pengujian validitas adalah
dikarenakan data dibutuhkan uji hipotesis sesuai korelasi sehingga data harus di atas
korelasi.

III. Rencana Penyusunan Norma Alat Ukur Social Responsibility

Kelebihan dari penyusunan norma alat ukur social responsibility adalah data yang
dilakukan pengujian lebih tergolong tidak terlalu banyak hanya memerlukan std deviasi
dan mean yang ada. Kekurangan dari pengujian norma adalah terkadang suka tidak
tepat untuk mengelompokkan dalam kategori yang ada.

5.5 Bagaimana saran untuk pengembangan lebih lanjut dari rancangan alat
ukur social responsibility, selain dengan metode kuesioner (self-report)?
Metode wawancara merupakan metode yang memberi pertanyaan terstruktur
kepada sampel dari populasi dan dirancang untuk memperoleh informasi (data) dari
responden. Seperti pada Metode Pengamatan yang dibahas sebelumnya, Metode
Interview juga dapat diklasifikasikan sebagai metode obyektif atau metode subyektif.
Teknik-Teknik Obyektif adalah teknik yang sedikit menggunakan penaksiran dan bias
interviewer. Teknik-Teknik subyektif adalah teknik yang sangat mengandalkan pada
penaksiran dan keterampilan interviewer. Masing-masing mempunyai peran penting
dalam riset pemasaran.

5.5.1 Bagaimana rancangan asesmen social responsibility tersebut jika


dilakukan dengan wawancara/observasi/portofolio?
Wawancara personal ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu di rumah, mall-
intercept atau dibantu komputer. Wawancara di rumah dilakukan langsung dan
bertatap muka di rumah tempat responden berada. Pewawancara menghubungi
responden, mengajukan pertanyaan, dan mencatat tanggapan mereka. Dalam cara
kedua, pewawancara mencegat responden di tempat umum. Pewawancara kemudian
mengolah pertanyaan seperti yang dilakukan dalam wawancara di rumah. Keunggulan
wawancara ini adalah lebih efisien, karena responden datang sendiri ke mall atau
tempat umum lainnya dan kemudian pewawancara mendatangi responden. Wawancara
ini secara khusus sangat tepat jika responden dibutuhkan untuk dilihat, ditangani atau
mengkonsumsi produk sebelum mereka memberi informasi yang berarti.
Beberapa keunggulan dari metode wawancara pertama pertanyaan yang dibuat
mudah untuk dikelola. Kedua Data yang didapatkan reliabel, karena tanggapan dibatasi
pada alternatif pertanyaan. Ketiga, Dengan menggunakan tanggapan pertanyaan, maka
akan menurunkan variabilitas dalam hasil, yang disebabkan oleh perbedaan
pewawancara. Keempat, Coding, analisis dan interpretasi data relatif sederhana

5.5.2 Bagaimana draft rancangan/butir-butir wawancara/observational


checklist/ portofolio

Beberapa point yang harus diperhatikan dalam mengadakan wawancara adalah


sebagai berikut:

1. Interviewer harus mengenalkan dirinya kepada interviewee baik langsung


maupun tidak langsung serta menyampaikan maksud penelitian untuk kemajuan
ilmu dan kepentingan bersama, serta sekaligus meminta kesediaan kapan waktu
wawancara boleh dimulai.
2. Interviewer harus menciptakan hubungan baik dengan interviewee dengan cara
saling menghormati, kerja sama, mempercayai, memberi, dan menerima.
3. Ciptakan suasana santai dan tidak tergesa-gesa dalam mengajukan pertanyaan.
4. Hendaklah menjadi pendengar yang baik dan tidak memotong maupun
menggiring interviewee kepada jawaban yang diharapkan.
5. Harus terampil dalam bertanya. Agar terampil, maka harus mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut: adakanlah pembicaraan pembukaan, gaya berbicara
jangan berbelit-belit, aturlah nada suara agar tidak membosankan, sikap
bertanya jangan seperti menghakimi atau menggurui, mengadakan prodding
atau penggalian yang lebih mendalam, mencatat, dan menilai jawaban, serta
aturlah waktu bertanya, jangan lupa buatlah pedoman sebagai bimbingan untuk
mengajukan pertanyaan
Lampiran 1
INSIGHT / PEMBELAJARAN

No NIM Nama Kontribusi dalam Tugas UAS Personal Insight /


Lengkap Pembelajaran yang didapat
dari Tugas UAS ini

1 705200 Farah ● menjelaskan 3 alat ukur a. Menambah pengetahuan


212 Fauziyah social responsibility yang mengenai alat ukur
Fitri sudah ada responsibility lebih dalam
● menambahkan kondisi b. Mengetahui bagaimana
individu yang memiliki kondisi individu yang
social responsibility memiliki social
● Menambahkan alat ukur responsibility
yang sudah ada c. Mengetahui dampak dari
● Menjelaskan dampak dari responsibility terhadap
social responsibility pelaku
● Menjelaskan kekurangan d. Mengetahui bahwa
alat ukur Perceived Role setiap alat ukur memiliki
of Ethics and Social kekurangan dan
Responsibility (PRESOR) kelebihan
Scale e. Berpikir kritis untuk
● Menjelaskan solusi mencari solusi dari
terhadap kekurangan/ kekurangan alat ukur
permasalahan dari alat responsibility
ukur social responsibility f. Memahami validitas dari
● Mencari pengujian penyusunan alat ukur
Validitas dari Rancangan g. Berpikir kritis alasan
Alat Ukur social perlunya penyusunan
responsibility alat ukur untuk
● menjelaskan diperlukan memperkuat alat ukur
penyusunan alat ukur sebelumnya
social responsibility untuk h. Mencari tahu kelebihna
mengatasi dan kekurangan dari alat
kekurangan/permasalaha ukur yang di susun
n alat ukur social i. Mencari tahu butir dari
responsibility sudah ada item alat ukur yang
saat ini disusun
● Menjelaskan alat ukur
social responsibility yang
diusulkan untuk
mengatasi kekurangan/
permasalahan alat ukur
social responsibility sudah
ada saat ini
● Menjelaskan kelebihan
rancangan alat ukur
social responsibility
tersebut dibandingkan
dengan alat ukur social
responsibility yang sudah
ada
● Menjelaskan kekurangan
rancangan alat ukur
social responsibility
tersebut dibandingkan
dengan alat ukur social
responsibility yang sudah
ada
● RANCANGAN ALAT UKUR
SOCIAL RESPONSIBILITY

2 705200 Irmi ● Menambahkan alat ukur a. Mengetahui macam alat


258 Husna yang sudah ada ukur social responsibility
Rizki ● Menjelaskan alat ukur b. Memahami tentang alat
Fakhriyya Perceived Role of Ethics ukur Perceived Role of
h and Social Responsibility Ethics and Social
Harahap (PRESOR) Scale Responsibility (PRESOR)
● Menjelaskan urgency Scale
pentingnya individu c. Memahami pentingnya
memiliki social individu memiliki social
responsibility. responsibility.
● Menjelaskan dampak jika d. Mengetahui manfaat jika
individu memiliki social individu memiliki social
responsibility responsibility
● Menambahkan penjelasan e. Memahami tentang
tentang Kondisi di mana Kondisi di mana individu
individu kurang/tidak kurang/tidak memiliki
memiliki social social responsibility
responsibility f. Mengetahui seberapa
● Menjelaskan pentingnya penting alat ukur social
alat ukur social responsibility untuk
responsibility untuk mengidentifikasi kondisi
mengidentifikasi kondisi dasar dalam penyusunan
dasar dalam penyusunan kebijakan/aturan dalam
kebijakan/aturan dalam pendidikan/ pekerjaan/
pendidikan/ pekerjaan/ dll.)
dll.) g. Mengetahui seberapa
● Menjelaskan pentingnya penting alat ukur social
alat ukur social responsibility untuk
responsibility untuk melakukan asesmen
melakukan asesmen dalam rangka menyusun
dalam rangka menyusun rencana intervensi /
rencana intervensi / treatment
treatment h. Mengetahui akibatnya
● Menambah penjelasan jika individu kurang
urgency tentang memiliki social
akibatnya jika individu responsibility
kurang memiliki social i. Mengetahui output dari
responsibility hasil uji validitas
● Mengisi output hasil uji
validitas

3 705200 Marlyn ● Rencana Pembuatan Norma a. Mengetahui


278 Pribadi Alat Ukur social pembuatan sebuah
responsibility yang norma alat ukur
dirancang b. Mengetahui
● Menjelaskan Informasi construct validity
Construct / Criterion Validity suatu alat ukur
● Menjelaskan tentang C. Mengetahui suatu
rencana Pengujian reliabilitas alat ukur
Reliabilitas dari Rancangan social responsibility
Alat Ukur social j. Mengetahui apa saja
responsibility tersebut dampak kurang nya sifat
● Menjelaskan dampak jika
individu kurang social social responsibility
responsibility k. Mengetahui beberapa
● Menjelaskan butir dari alat butir dari alat ukur SRS
ukur SRS dan PRESOR dan PRESOR
● Menjelaskan definisi l. Mengetahui definisi
operasional dari hasil operasional berdasarkan
pengukuran berdasarkan social responsibility
alat ukur social m. Mengetahui apa saja
responsibility yang keterbatasan dari alat
dirancang tersebut ukur yang dibuat
● Menjelaskan Kelebihan / n. Mengetahui kekurangan
Keterbatasan berdasarkan dan kelebihan dari
informasi psikometris penyusunan alat ukur
(reliabilitas & validitas) dari dengan norma
alat ukur social
responsibility yang
dirancang, dibandingkan
dengan alat ukur social
responsibility yang sudah
ada
● Menjelaskan tentang
kelebihan dan kekurangan
pengujian norma alat ukur
social responsibility

4 705200 Elishka ● Menjelaskan fenomena a. Memahami fenomena


280 Rossa social responsibility mengenai social
Andini ● Menambahkan dan responsibility
menjelaskan alat ukur b. Mengetahui macam alat
yang sudah ada ukur social responsibility
● Menambahkan kondisi c. Mengetahui kondisi
individu yang memiliki ketika individu tersebut
social responsibility memiliki social
● Menjelaskan kondisi responsibility
individu yang tidak d. Memahami kondisi
memiliki social seseorang yang tidak
responsibility memiliki social
● Menjelaskan faktor dari responsibility
social responsibility e. Mengetahui faktor-faktor
● Menjelaskan alat ukur dari social responsibility
Perceived Social f. Memahami tentang alat
Responsibility Scale yang ukur Perceived Social
sudah ada Responsibility Scale
● Menambahkan rancangan g. Memahami rancangan
alat ukur social alat ukur social
responsibility responsibility
● Menjelaskan bab 2 h. Memahami kerangka
kerangka teori pada alat teori pada alat ukur
ukur Perceived Social Perceived Social
Responsibility Scale Responsibility Scale
● Menjelaskan saran untuk i. Berhasil mengusulkan
pengembangan lebih saran untuk
lanjut dari rancangan alat pengembangan lebih
ukur SR, selain metode lanjut dari rancangan
kuesioner alat ukur SR
● Menjelaskan rancangan j. Memahami jauh tentang
asesmen SR jika rancangan asesmen SR
dilakukan dengan jika dilakukan dengan
wawancara wawancara
● Mengisi draft rancangan k. Memahami isi dari draft
wawancara wawancara
● Mengisi output hasil
penyusunan norma

Lampiran 2
OUTPUT HASIL UJI RELIABILITAS, UJI VALIDITAS, PENYUSUNAN NORMA

RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 122 100.0

Excludeda 0 .0

Total 122 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

N of
Cronbach's Alpha Items

.856 20

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SR_20 122 46,00 100,00 72,8115 11,23993


Valid N 122
(listwise)

Mean Std Deviation

72,8115 11,23993

X Zscore T score Batas Bawah Batas Atas

100 2,418920758 148,3784152 67,195 78,425

99 2,329952233

98 2,240983707

97 2,152015182

96 2,063046656
SANGAT
95 1,97407813 TINGGI

94 1,885109605

93 1,796141079

92 1,707172554

91 1,618204028

90 1,529235502
TINGGI
89 1,440266977

88 1,351298451

87 1,262329926

86 1,1733614

85 1,084392874

84 0,995424349
83 0,906455823

82 0,817487298

81 0,728518772

80 0,639550246

79 0,550581721

78 0,461613195

77 0,372644669

76 0,283676144

75 0,194707618

74 0,105739093

73 0,016770567
RATA RATA
72 -0,072197959

71 -0,161166484

70 -0,25013501

69 -0,339103535

68 -0,428072061

67 -0,517040587
RENDAH
66 -0,606009112

65 -0,694977638

64 -0,783946163

63 -0,872914689

62 -0,961883215

61 -1,05085174

60 -1,139820266
59 -1,228788791

58 -1,317757317

57 -1,406725843

56 -1,495694368
SANGAT
55 -1,584662894
RENDAH
54 -1,673631419

53 -1,762599945

52 -1,851568471

51 -1,940536996

50 -2,029505522

49 -2,118474047

48 -2,207442573

47 -2,296411099

46 -2,385379624

45 -2,47434815

44 -2,563316675

43 -2,652285201

42 -2,741253727

41 -2,830222252

40 -2,919190778

39 -3,008159303

38 -3,097127829

37 -3,186096355

36 -3,27506488
35 -3,364033406

34 -3,453001932

33 -3,541970457

32 -3,630938983

31 -3,719907508

30 -3,808876034

29 -3,89784456

28 -3,986813085

27 -4,075781611

26 -4,164750136

25 -4,253718662

24 -4,342687188

23 -4,431655713

22 -4,520624239

21 -4,609592764

20 -4,69856129

Validitas

Correlations

Social
Responsibilit
y SR_20_MEAN
Spearman's rho Social Correlation 1.000 .578**
Responsibilit Coefficient
y
Sig. (2-tailed) . .000
N 122 122

SR_20_MEAN Correlation .578** 1.000


Coefficient

Sig. (2-tailed) .000 .

N 122 122

**. Correlation is
significant at the 0.01
level (2-tailed).

Correlations

SR_20_MEAN MEAN_AG_26
Spearman's rho SR_20_MEAN Correlation 1.000 -.137
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .131

N 122 122

MEAN_AG_2 Correlation -.137 1.000


6 Coefficient

Sig. (2-tailed) .131 .

N 122 122

Penyusunan Norma

Descriptiv
e Statistics
Minimu Maximu
N m m Mean Std. Deviation
SR_20 122 46.00 100.00 72.8115 11.23993
Valid N 122
(listwise)
Daftar Pustaka
(disusun berdasarkan APA Manual Publication 7th ed.)

Armstrong, C. (2011). The impact of self and peer perceptual differences on


student social behavior. British Journal of Educational Psychology , 81(3), 355-
368.
Anderson-Butcher, D., A. Amorose, Lower, L., & Newman, T. (2016). Perceived
social responsibility scale. LiFEsports Initiative, Community and Youth
Collaborative Institute, The Ohio State University, Columbus, OH.
https://cayci.osu.edu/wp-content/uploads/2016/05/5-23-16-Social-Reponsibility-
Technical-Report.pdf
Bem, D. J. (1972). Self-perception theory. In Advances in experimental social
psychology (Vol. 6, pp. 1-62). Academic Press. Doi:10.1016/S0065-
2601(08)60024-6
Bölte, S., Poustka, F., & Constantino, J. N. (2008). Assessing autistic traits:
cross‐cultural validation of the social responsiveness scale (SRS). Autism
Research, 1(6), 354-363. Doi:10.1002/aur.49
Bölte, S. (2012). Brief report: the social responsiveness scale for adults (SRS-A):
initial results in a German cohort. Journal of autism and developmental disorders ,
42(9), 1998-1999. DOI:10.1007/s10803-011-1424-5
Borba, L. D. O., Schwartz, E., & Kantorski, L. P. (2008). Stress on families living
with the reality of mental disorder. Acta Paulista de Enfermagem, 21, 588-594.
Doi:10.1590/S0103-21002008000400009
Etheredge, J. M. (1999). The perceived role of ethics and social responsibility: An
alternative scale structure. Journal of Business Ethics, 18(1), 51-64.
Doi:10.1023/A:1006077708197
Gallay, L. (2006). Social responsibility. In L. Sherrod, C. A. Flanagan, R. Kassimir,
& A. K. Syvertsen (Eds.), Youth activism: An international encyclopedia
Hitlin, S. (2003). Values as the core of personal identity: Drawing links between
two theories of self. Social psychology quarterly, 118-137.
https://doi.org/10.2307/1519843
Schwartz, S. H. (1994). Are there universal aspects in the structure and contents
of human values?. Journal of social issues, 50(4), 19-45. doi:10.1111/j.1540-
4560.1994.tb01196.x
Simorangkir. (1987). Tanggung Jawab Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Singhapakdi, A., Vitell, S. J., Rallapalli, K. C., & Kraft, K. L. (1996). The perceived
role of ethics and social responsibility: A scale development. Journal of business
ethics, 15(11), 1131-1140. https://link.springer.com/article/10.1007/BF00412812
Wray-Lake, L., Maggs, J. L., Johnston, L. D., Bachman, J. G., O'Malley, P. M., &
Schulenberg, J. E. (2012). Associations between community attachments and
adolescent substance use in nationally representative samples. Journal of
Adolescent Health, 51(4), 325-331. doi: 10.1016/j.jadohealth.2011.12.030
Wentzel, K. R. (1991). Social competence at school: Relation between social
responsibility and academic achievement. Review of educational research, 61(1),
1-24. Doi:10.3102/00346543061001001

Anda mungkin juga menyukai