Anda di halaman 1dari 15

A.

PEDOMAN, PROSEDUR, DAN ATURAN KERJA

1. Pedoman Kerja

Pedoman kerja adalah suatu acuan tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan
suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

a. Tujuan dibentuk pedoman kerja

1) Memperjelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi.

2) Memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pegawai terkait.

3) Melindungi unit kerja dan pegawai dari kesalahana dministrasi.

4) Untuk menghindari kesalahan, keraguan, duplikasi, dan inefisiensi.

5) Memperlancar tugas pegawai atau unit kerja.

6) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

7) Mengarahkan pegawai agar disiplin dalam bekerja.

8) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

B. Penggunaan pedoman kerja

1) Sebagai sarana pendidikan, khususnya bagi para perwira baru.

2) Alat untuk menyelesaikan perselisihan dalam hubungan kerja.

3) Alat untuk mengadakan pembagian kerja dan mengatur frekuensi kerja yang tepat.

4) Alat untuk mengatur tata ruang kantor.

5) Alat untuk menghindarkan adanya pekerjaan yang bertumpuk.

6) Alat perencanaan kerja dan pengembangnya di kemudian hari

7) Alat untuk mengadakan klasifikasi, uraian, dan analisis departemen


8) Penghemat waktu bagi pimpinan untuk mengetahui seluruh proses kerja.

9) Alat untuk mempersiapkan mekanisme prosedur.

2.Prosedur Kerja, Tata Kerja, dan Sistem Kerja

Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain sehingga menunjukkan adanya
suatu urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan suatu
bidang tugas. Tata cara kerja adalah cara pelaksanaan kerja yang efisien.Adapun sistem kerja adalah
suatu rangkaian tata kerja dan prosedur kerja yang kemudian membentuk suatu kebulatan pola tertentu
dalam rangka melaksanakan suatu bidang.

a. Manfaat prosedur kerja, tata kerja, dan sistem kerja

1) Tata kerja, prosedur kerja, dan sistem kerja itu penting

karena merupakan penjabaran tujuan, sasaran, program kerja, fungsi-fungsi, dan kebijakan ke dalam
kegiatan-kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.

2) Tata kerja, prosedur kerja, dan sistem kerja bermanfaat, baik bagi para pelaksana maupun semua
pihak yang berkepentingan, untuk dijadikan sebagai panduan dalam

b. Prinsip dalam menyusun prosedur, tata kerja, dan sistem kerja

1) Disusun tujuan, fasilitas, peralatan, material, biaya,dan waktu yang tersedia serta luas, macam, dan
sifat pekerjaan.

2) Persiapkan terlebih dahulu penjelasan tentang tujuan pokok organisasi, skema organisasi berikut
klasifikasi jabatan dan analisis jabatannya, serta unsur-unsur kegiatan di dalam organisasi.

3) Setiap satu pokok bidang tugas dibuat dengan prosedurnya.

4) Identifikasi pekerjaan yang harus dilakukan berikut lamanya waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut.

5) Penetapan urutan tahap demi tahap dari rangkaian pekerjaan, antara tahap yang satu dan tahap
berikutnya harus berhubungan erat dan menuju ke satu tujuan.

6) Setiap tahap harus merupakan suatu kerja nyata da perlu untuk pelaksanaan dan penyelesaian
seluruh tugas
7) Tetapkan kecakapan dan keterampilan tenaga kerja

8) Prosedur kerja, tata kerja, dan sistem kerja harus disusun secara tepat sehingga memiliki stabilitas
dan fleksibilitas.

9) Penyusunan prosedur kerja, tata kerja, dan sistem kerja harus disesuaikan dengan perkembangan

10) Gunakan skema arus kerja dengan jelas dan tepat.

11) Gunakan buku pedoman untuk menjamin penerapan prosedur kerja, tata kerja dan sistem kerja
dengan jelas dan tepat.

3. Aturan Kerja

Aturan kerja adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh perusahaan yang memuat hal-hal umum
mengenai perilaku dalam bekerja. Aturan kerja berlaku bagi semua pegawai Beberapa aturan kerjaa:

a. Waktu dan kehadiran kerja

1) Penetapan waktu kerja didasarkan kebutuhan perusahaan dengan memperhatikan peraturan


perundangan yang berlaku.

b. Pakaian seragam

1) Pegawai tertentu diharuskan memakai pakaian kerja.

2) Pakaian kerja disediakan perusahaan untuk periode kerja tertentu sesuai dengan standar kualitas
perlengkapan kerja yang berlaku dan diatur dalam peraturan tersendiri.

3) Pada waktu bekerja pegawai diwajibkan mengenakan pakaian yang rapi dan sopan.

c. Keselamatan dan kesehatan kerja

1) Setiap pegawai diwajibkan ikut menjaga ketertiban, keamanan, kebersihan, dan keselamatan kerja
maupun di lingkungan kerjanya.

3)Setiap pegawai wajib mempergunakan peralatan keselamatan kerja dan mematuhi ketentuan
mengenai keselamatan dan perlindungan kerja yang berlaku.
4) Setiap pegawai diwajibkan memelihara perlengkapan kerja milik perusahaan dengan baik dan teliti.

5) Setiap pegawai dilarang membawa, memindahkan, dan meminjamkan perlengkapan milik perusahaan
tanpa izin

d. Kewajiban pokok pegawai

1) Setiap pegawai wajib melaksanakan perintah dari atasan dengan penuh tanggung jawab.

2) Menaati peraturan perusahaan serta ketentuan yang berlaku.

3) Memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai pekerjaan kepada perusahaan dalam hubungan
dengan tugasnya.

4) Menyimpan dan menjaga kerahasiaan semua keterangan dalam pelaksanaan pekerjaanya.

5) Memelihara dan menjaga barang milik perusahaan yang dipercayakan kepadanya

6) Mengemukakan saran yang bermanfaat bagi perusahaan kepada atasannya melalui saluran yang
ditetapkan.

B.PROFESI DI BIDANG AKUNTANSI

1. Karakteristik Profesi

Profesi adalah suatu pekerjaan yang berbasiskan pengetahuan yang luas dan keahlian (expertise)
tertentu serta menuntut tanggung jawab sosial dan moral tertentu kepada masyarakat. Seseorang yang
menekuni suatu profesi tertentu disebut profesional. Setiap bidang profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus.

Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif, memiliki keterampilan yang
didasarkan pada pengetahuan tersebut, serta menerapkannya dalam sebuah kerja yang nyata.
Karakteristik seorang profesional adalah sebagai berikut.

a. Memiliki keahlian dan keterampilan khusus. Profesi telah menjadi bagian yang membentuk identitas
dirinya, tidak dapat dipisahkan dari profesinya.
b. Memiliki komitmen moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus sebagai
pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan.

c. Memiliki izin khusus, yang menandakan bahwa orang yang memegang izin itu mempunyai keahlian,
keterampilan, dan komitmen moral yang diandalkan serta dapat dipercaya Adanya izin bertujuan
melindungi masyarakat dari pelaksanaan profesi yang tidak kompeten

d.Para anggota biasanya menjadi anggota dari organisas profesi dengan tugas pokok menjaga agar
standar keahlian dan keterampilan tidak dilanggar serta agar kepentingan masyarakat tidak dirugikan
oleh pelaksanaan profesi tersebut

Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi. Sebagai contoh,
pekerjaan staf administrasi tidak masuk dalam golongan profesi karena staf administrasi bisa diangkat
dari berbagai latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman. Adapun akuntan merupakan
profesi karena seseorang yang bekerja sebagai akuntan haruslah berpendidikan akuntansi dan memiliki
pengalaman kerja beberapa tahun di kantor akuntan. Jadi, kata kunci profesi adalah
keahlian/keterampilan serta pengetuan yang luas.

2. Akuntan Publik (Public Accountant)

Akuntan publik, atau biasa disebut akuntan extern, adalah akuntan yang mendapatkan izin dari menteri
keuangan untuk bisa memberikan layanan jasa akuntan publik. Profesi ini digeluti oleh para lulusan
Sarjana (S-1) Jurusan Akuntansi yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk menjadi seorang
akuntan. Untuk bisa menjalankan profesi akuntan

Akuntan publik bekerja secara bebas tanpa adanya tekanan Sebab, setiap profesi yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayani Pada umumnya,
masyarakat memandang profesi akuntan sebagai seorang profesional. Masyarakat mempunyai persepsi
bahwa seorang akuntan itu telah memenuhi standar dan tata

nilai yang berlaku di profesi akuntan. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan
menjadi lebih tinggi jika profesi tersebut menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap profesinya.
a. Jasa Akuntan Publik

Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri keuangan Nomor 17/PMK.01/2008
tentang Jasa Akuntan Publik. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh pemerintah. Akuntan jika membuka praktik sebagai
akuntan publik harus memiliki izin dari departemen keuangan. Akuntansi publik dapat memberi jasa
sebagai berikut:

1) Melakukan pemeriksaan laporan keuangan (auditing). yaitu bidang akuntansi yang diberikan kepada
publik. Pemeriksaan laporan keuangan secara independen dilakukan untuk menilai kewajaran laporan
keuangan yang dibuat oleh manajemen bagi investor, kreditur, dan pihak lain.

2) Memberi jasa akuntansi perpajakan (tax service), yaitu jasa akuntan publik yang banyak dibutuhkan
masyarakat dengan tujuan utama memenuhi peraturan pajak yang berlaku dan menekan pajak
seminimal mungkin.

3) Memberikan jasa konsultasi akuntansi manajemen (management advisory services), yaitu


pertimbanga dan saran kepada manajemen untuk memperbaiki ha operasi perusahaan yang
menggunakan jasanya.

4) Jasa asuransi, yaitu jasa profesional independen meningkatkan mutu informasi bagi pengambil
keputusan

5) Jasa atestasi, yang terdiri dari audit, review, dan prosedu yang disepakati (agreed upon procedure),
adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang
apakah asersi atau pernyataan suatu entitas/perusahaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
yang

6) Jasa non-asuransi, adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak
memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan atau bentuk lain keyakinan.
b. Karier Akuntan Publik

Jenjang karier akuntan publik meliputi:

1) Audit Junior, merupakan entry level karier akuntan publik yang bertugas melaksanakan prosedur
audit secara rinc serta membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah
dilaksanakan.

2) Audit Senior, bertugas melaksanakan audit, berkoordinasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan
lapangan (field work), mengusahakan efisiensi waktu audit sesuai rencana, dan me-review pekerjaan
auditor junior. Jenjang ini biasanya memerlukan waktu 2 (dua) sampai 5 (lima) tahun.

3) Manajer Audit, bertugas membantu auditor senior merencanakan program dan waktu audit (review
atas kertas kerja, laporan audit, dan management letter), serta berhubungan dengan klien. Untuk
mencapai jenjang ini diperlukan waktu 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun masa kerja setelah melalui
jenjang auditor senior.

4) Partner, merupakan pemilik dari kantor akuntan publik yang bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap auditing, terlibat dalam pengambilan keputusan audit, serta menjelaskan proses audit dalam
melayani klien. Partner merupakan karier puncak profesi akuntan publik. Masa kerja yang dibutuhkan
untuk menjadi partnerbiasanya 10 (sepuluh) tahun atau lebih setelah melalui jenjang manajer audit.

3. Akuntan Intern (Private Accountant)

Akuntansi intern adalah akuntan yang bekerja di sebuah perusahaan dan menjadi bagian dari
perusahaan. Akuntansi menyediakan informasi untuk pihak manajemen sebagai bahan membuat neraca
guna mendukung operasi sehari-hari dan membuat kebijakan di masa yang akan datang. Sasaran
akuntansi adalah mengendalikan kegiatan perusahaan, memonitor arus kas, dan menilai berbagai
alternatif dalam pengambilan keputusan, seperti dalam penetapan harga jual, metode produksi,
pemilihan investasi yang menguntungkan, dan pembelanjaan dana yang ada.
Akuntansi manajemen berguna untuk menghasilkan informasi khusus bagi pengguna pihak internal
untuk mengidentifikasikan, mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi
yang bermanfaat bagi pengguna yang bermanfaat bagi pengguna internal ataupun pihak eksternal.
Akuntansi perusahaan dirancang untuk mengelola dan menyajikan laporan keuangan yang diperlukan
oleh manajemen untuk mencapai tujuan (Prawironegoro, 2008), sebagai berikut:

a) Merumuskan keseluruhan strategi dan rencana jangka panjang.

b) Membuat keputusan pengalokasian sumber daya untuk menghasilkan produk dan menciptakan
kepuasan pelanggan (customers).

c) Merencanakan dan mengendalikan biaya operasional, dengan memberikan fokus pada analisis
penghasilan, biaya, aktiva, dan utang berdasarkan segmen, investasi, dan aspek lain dalam wilayah
tanggung jawab manajemen.

d) Mengukur dan mengevaluasi kinerja personal yang terlibat dalam organisasi dengan menggunakan
ukuran kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan.

4. Akuntan Pemerintah

Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan pemerintahan, perusahaan negara, bank
pemerintah, direktur jenderal pajak, direktorat jenderal pengawasan keuangan negara. Akuntan
pemerintah menyusun laporan keuangan pemerintah,dan juga melakukan fungsi audit atas instansi
pemerintah atau perusahaan di mana pemerintah sangat berkepentingan, seperti bea cukai dan pajak.

Akuntan dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan.
Tugas dan kewajiban akuntan pemerintah sudah diatur dengan Undang-Undang.

5. Akuntan Pendidik

Akuntansi Pendidik, yaitu akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, seperti mengajar,
menyusun kurikulum, dan melakukan penelitian di bidang akuntansi. Guru atau dosen biasa disebut
akuntan pendidik. Akuntan pendidik juga bisa melakukan penelitian tentang suatu isu atau
permasalahan yang berkembang dalam dunia akuntansi. Akuntan pendidik dalam melaksanakan
tugasnya berpedoman pada Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.

Tugas seorang akuntan pendidik selain mengajar adalah melakukan penelitian sebagai sarana untuk
menerapkan ilmu dalam praktik yang sesungguhnya serta sebagai sarana berkomunikasi dengan
masyarakat luas.

6. Akuntan Pajak

Akuntan pajak yaitu akuntan yang bertugas menghitung pajak perusahaan serta menganalisis dan
memberi saran bagaimana seharusnya transaksi dilakukan agar pajak yang dibayarkan seminimal
mungkin tanpa mencurangi peraturan perpajakan yang berlaku.

C . ETIKA PROFESI AKUNTANSI

1. Pengertian Etika

Kata etika (bahasa Inggris: ethics) mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi, etika berasal dari
kata Yunani ethicos, yang berarti kebiasaan. Dengan rumusan lain, etika adalah adat-istiadat atau
kebiasaan yang baik yang dihayati oleh masyarakat

Dalam perkembangannya, definisi etika mengalam perkembangan. Menurut K. Bertens, etika dapat
dirumuskan sebagai berikut:

a. Etika sebagai sistem nilai. Sebagai sistem nilai, etikä dipahami sebagai nilai-nilai dan norma-norma
moral yang menjadi pegangan atau pedoman perilaku seseorang atau masyarakat tertentu. Contoh:
etika Jawa, etika Islam, etika Protestan.
b. Etika sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang menjiwai dan mendasari perilaku profesi tertentu.
Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh: Kode Etik Advokat Indonesia, Kode Etik Bidan, Kode Etik
Jurnalistik, Kode Etik Akuntan

c. Etika sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk atau disebut juga filsafat moral. Sebagai ilmu,
etika merefleksikan secara sistematis dan metodis asas-asas dan nilai-nilai yang diterima begitu saja-
sering kali tanpa disadari- oleh suatu masyarakat. Dalam konteks itu, ada berbagai cara atau pendekatan
ilmiah untuk mempelajari tentang moralitas atau tentang tingkah laku moral, antara lain etika deskriptif
dan etika normatif.

Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas. Etika deskriptif mempelajari moralitas
yang terdapat pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultural-
subkultural tertentu, dalam periode sejarah, dan sebagainya. Contohnya: mempelajari adat kebiasaan,
anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan- tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Jadi, etika deskriptif hanya berbicara tentang fakta apa adanya, yakni tentang nilai dan
pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkret yang
membudaya.

Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika. Etika normatif itu tidak deskriptif melainkan
preskriptif (memerintahkan), tidak melukiskan melainkan menentukan benar-tidaknya tingkah laku atau
anggapan moral. Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat digunakan dalam hidup sehari-hari.

Etika normatif dibagi lagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum berbicara mengenai
kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika, prinsip-prinsip moral dasar yang menjadii pegangan bagi manusia
dalam bertindak, serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.

Etika Khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.
Etika khusus dibagi lagi menjadi etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.

Etika identik dengan moral karena moral menyangkut akhlak manusia. Moralitas adalah keseluruhan
norma, nilai, dan sikap moral seseorang atau sebuah masyarakat.

Dalam kaitannya dengan pembahasan dalam bab ini, etika yang kita maksudkan adalah etika dalam
pengertian yang kedua etika sebagai kode etik. Kode etik ini dilatarbelakangi tuntutan agar setiap profesi
mendasarkan diri pada kumpulan asas atau nilai- nilai moral. Tujuannya: agar dalam menjalani profesi,
masyarakat tidak dirugikan, tetapi diuntungkan..

2. Etika Profesi dan Kode Etik Profesi

Etika profesi adalah standar perilaku, nilai, dan prinsip yang diharapkan dan diterapkan dalam suatu
profesi. Setiap organisasi profesi pasti memiliki kode etik yang khas. Namun, umumnya, semua
organisasi profesi mengakui prinsip-prinsip utama etika profesi berikut ini:

a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan pencapaian hasilnya.

b. Bertanggung jawab terhadap dampak karya dari profesinya.

C Menuntut kaum profesional untuk bersikap seadil mungkin dan tidak memihak dalam menjalankan
profesinya.

d. Memiliki daerah kerja tertentu dan diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya.

Oleh setiap organisasi profesi, etika profesi diterjemahkan dalam aturan-aturan tertulis, yang disebut
kode etik profesi (code of conduct) Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai, dan aturan profesional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik
bagi profesional.

Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan, dan
apa yang harus dihindari. Adanya kode etik menghindarkan para profesional dari tindakan tidak
profesional yang merugikan klien ataupun masyarakat.

Di dalam kode etik tercantum sanksi yang dikenakan pada pelanggar Contoh: Kode etik Ikatan Akuntan
Indonesia, yang dimaksudkan sebagai pedoman bersikap dan bertingkah laku para akuntan dalam
menjalankan tugas profesionalnya.

Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial. Namun, bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang
agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
3. Tujuan Kode Etik Profesi

Tujuan membuat kode etik profesi adalah sebagai berikut.

a.Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi

b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota

C Meningkatkan pengabdian para anggota profesi

d. Meningkatkan mutu profesi.

Senada dengan itu, menurut Sony A. Keraf, ada dua tujuan kode etik profesi. Pertama, kode etik
bermaksud melindungi masyarakat dari kernungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja
maupun tidak disengaja oleh kaum profesional. Kedua,. kode etik bertujuan melindungi keseluruhan
profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf,
1998).

4. Fungsi Kode Etik Profesi

Kode etik merupakan sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan
apa yang benar dan baik, bagi profesional. Fungsi kode etik profesi antara lain:

a Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.

b. Sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Etika profesi dapat
memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat memahami an pentingnya suatu profesi.

c. Mencegah perilaku tidak etis di kalangan profesional. Kode etik pasti dijadikan dasar untuk
menyelidiki perilaku tidak etis yang dilakukan profesional tertentu. Dengan mengetahu sanksi-sanksi
yang tertera untuk setiap jenis pelanggaran para profesional pasti akan berpikir dua kali untuk melakuka
pelanggaran. Apalagi jika pelanggaran tersebut berbuntut dicabutnya keanggotaannya dari sebuah
organisasi profesi.

d. Merupakan dukungan yang sangat berharga bagi setiap profesional yang ingin bertindak secara etis
dalam tugas-

tugas profesionalnya.

e. Meningkatkan citra positif sebuah organisasi profesi di mata publik dan pemerintah. Citra positif
sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan publik.
D. PRINSIP ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Prinsip etika profesi menurut Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab Profesi

a. Prinsip tanggung jawab profesi, meliputi:

Setiap anggota senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.

b. Setiap anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.

c. Setiap anggota selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung
jawab profesi.

2. Kepentingan Publik

Prinsip kepentingan publik, meliputi:

a. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

b. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat. Klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
objektivitas dan integritas akuntan dalam menjaga agar bisnis berjalan secara tertib.

C. Setiap anggota mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan.

d.Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta
menawarkan berbagai jasa.

3 Integritas

Prinsip integritas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
b. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja
dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

c. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati, baik bentuk maupun jiwa, standar teknis dan etika.

d. Integritas mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-hatian profesional.

4. Objektivitas

Prinsip objektivitas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak
lain.

b. Apapun jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya

dan memelihara objektivitas.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa pemberi kerja memperoleh manfaat
dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang
paling mutakhir. Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional, meliputi:

a. Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali
mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional .

b Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib
melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten.

c. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima jasa dan publik.
Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab untuk memberikan jasa dengan segera dan
berhati-hati, sempurna, dan mematuhi standar teknis dan etika yang berlaku.

d. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengawasi secara


saksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.
6. Kerahasiaan

Prinsip kerahasiaan, meliputi:

a. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi
kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannnya Kewajiban kerahasiaan berlanjut
bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.

b. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan atau terdapat
kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi.

c. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah pengawasannya dan orang-
orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.

d. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga


mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak
menggunakan atau terlihat menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau
keuntungan pihak ketiga.

e.Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa tidak boleh
mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak
disetujui (unauthorized disclosure kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan
informasi dengan tujuan memenuhi tanggung-jawab anggota berdasarkan standar profesional.

f.Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan
serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dapat atau perlu diungkapkan.

7. Perilaku profesional

Setiap anggota harus konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesinya. Kewajiban untuk menghindari perbuatan yang dapat mengurangi citra
profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat umum.

8 Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan, sesuai dengan keahliannya dan dilakukan dengan hati-hati. Setiap anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugas dari penerima jasa selama tugas tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan objektivitas. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati
anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh IAI, International Federation of Accountants, badan
pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai