Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS DAMPAK TRANSFORMASI DIGITAL: PELUANG

DAN TANTANGAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA


MENYONGSONG ERA SOCIETY 5.0
Usman
HMI Cabang Gowa Raya
UIN Alauddin Makassar
Usmannn.010493@gmail.com

Abstrak: Era Society 5.0 telah dideklarasikan di tahun 2019 di Jepang sebagai
respon terhadap transformasi digital yang dibawa oleh revolusi industry 4.0.
Mahasiswa Islam di Indonesia memiliki kewajiban untuk tampil dan memainkan
peran sebagai pembawa perubahan, kontrol sosial dan stok sumber daya kekuatan
untuk bangsa ini. Sehingga kemampuan untuk menjawab tantangan zaman penjadi
faktor penentu mahasiswa dalam memainkan perannya. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian pustaka untuk melihat
peluang dan tantangan mahasiswa islam yang ada di Indonesia dengan analisis
dampak yang ditimbulkan akibat transformasi digital yang terjadi dalam rangka
menyongsong era sociwty 5.0.

Kata Kunci: Mahasiswa Islam, Era Society 5.0, Transformasi Digital


I. Pendahuluan
Dalam dinamika kehidupan di dunia ini maka perubahan adalah suatu

keniscayaan yang tidak dapat dielakkan oleh umat manusia. Teori gerak

menjelaskan bahwa setiap waktu maka proses gerak akan terus terjadi, sehingga

setiap saat pula perubahan akan terus ada dan dinamis dalam kehidupan. Dalam

sejarah umat manusia, perubahan dalam kehidupan terus berjalan yang dimulai

dari kejadian Adam sampai pada perkembangan umat manusia yang hampir

niscaya telah memenuhi sebagian besar kawasan bumi.

Manusia sebagai makhluk yang bepikir tentunya terus mencoba untuk

melakukan tindak perubahan dengan menemukan berbagai macam hal yang dapat

memudahkan pekerjaannya. Hal tersebut sejalan dengan tugas dari penciptaan

manusia sebagai khalifah di muka bumi (khalifa fil ardh) [Quran: 2/31]. Segala
percobaan dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas setiap kegiatan yang

akan dilaksanakan sehingga dapat menghasilkan jumlah yang efisien yang besar

dengan tenaga yang minimal [Danuri: 2019].

Perkembanagn era teknologi dalam kehidupan dimulai dari hal yang

sangat sederhana sampai padah hal yang sangat besar untuk memenuhi tingkat

kebutuhan dan keinginan untuk kepuasan sebagai makhluk individu dan makhluk

sosial. Dari waktu ke waktu, kemajuan tersebut terus berlangsung dari tekhnologi

pertanian, tekhnologi industry, era tekhnologi informasi, dan era tekhnologi

informasi. Erkembangan tersebut telah membawa dampak besar terhadap cara

hidup dan proses perkembangan dari individu samai pada masyarakat sosial yang

luas.

Era perkembangan tersebut telah melalui berbagai fase baik yang memiliki

nama ataupun yang tidak memiliki nama. Melihat sejarah, perkembangan yang

pertama kali disebut sebagai revolusi industry 1.0 dimulai dari abad ke 18 di

Inggris dengan ditemukannya mesin uap yang digunakan dalam proses produksi

massal. Kemudian dilanjutkan pada abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik

yang membuat produksi menjadi murah menjadi bagian dari revolusi industry 2.0.

selanjutnya revolusi industry 3.0 yang terjadi pada tahun 1970-an dengan

dimulainya penggunaan computer. Dan selanjutnya pada tahun 2010-an

muncullah revolusi industry 4.0 dengan perkembangan artificial intelligence (AI)

dan internet of thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas

manusia dan mesin. [Prasetyo: 2018]


Dalam perkembangannya, penemuan computer menjadi awal babak besar

dari perubahan pola pikir dn cara hidup manusia. Ditambah lagi dengan penemuan

dan penggunaan jaringan internet yang membawa dampak positif sekaligus

negative dari kehidupan manusia. Tekhnologi semacam internet memungkinkan

pertukaran informasi menjadi lebih mudah dan akses ke belahan dunia menjadi

lebih cepat dan hemat biaya. Akan tetapi disisi lain, proses perkembangan

tekhnologi tersebut mengakibatkan apa yang disebut oleh yasfar amir piliang

sebagai pelipatan dunia [Piliang: 2011]. Yang mana hal tersebut menjadi proses

dan relasi yang sangat kompleks yang bersifat mutidimensi dan multibentuk

dengan melibatkan berbagai aspek kehidupan dan aspek dunia yang ada

didalamnya. Salah satu bentuk pelipatannya adalah pelipatan ruang dan waktu

yang berarti memperpendek jarak waktu dan meningkatkan kecepatan dan

memperpendek durasi. Pemampatan ruang dan waktu tersebut menjadikan

pemampatan waktu yaitu menjadikan jarak yang terdapat dalam ruang menjadi

semakin kecil dengan cara memperkecil waktu yang diperlukan dalam menjelajahi

jarak yang ada didalamnya. Pemempatan ruang dan waktu tersebut menjadikan

hambatan ruang dapat diatasi oleh tekhnologi sehingga kemudian akan

menciptakan semacam percepatan dunia kehidupan.

Selanjutnya adalah pelipatan waktu-tindakan, dimana hal ini adalah

merupakan peringkasan suatu proses dalam ruang atau melakukan penggandaan

(atau melipat gandakan) tindakan dan perilaku dalam sebuah ruang dan waktu

yang sama. Misalnya di waktu yang lalu kita melakukan setiap hal dengan

menggunakan satu waktu tertentu (membaca, menulis, memasak, menonton,


menyetir), kini hal tersebut dapat dan memunkinkan untuk dilakukan secara

bersamaan dalam satu waktu yang sama ( semisal menyetir sambil menonton,

memasak sambil menelpon, membaca buku). Inilah yang kemudian dimaksud

sebagai pelipatan waktu-tindakan, yaitu pemadatan berbagai tidakan ke dalam

satuan waktu tertentu (detik, menit, jam, hari) dalam rangka memperpendek jarak

dan durasi tindakan dengan tujuan mencapai efesiesi waktu dengan sebanyak

mungkin tindakan dalam sedikit mungkin waktu atau produktivitas tindakan lewat

efesiensi waktu [Piliang: 2011].

Pelipatan dunia itulah yang kemudian menjadi hal yang terjadi pada era

revolusi industry 4.0, dimana hal tersebut menjadikan transformasi digital dengan

memanfaatkan tekhnologi digital baru sebagai model aktivitas yang

menghubungkan dengan mudah antara dunia nyata dengan dunia maya, pekerjaan

manusia dengan mesin yang semakin lama semakin tergantikan, sehingga

dominasi tekhnologi atas manusia semakin menjadi – jadi. Maka pengetahuan

tentang tekhnologi dan penguasaan terhadap informasi menjadi salah satu

kecakapan utama yang harus dimiliki oleh manusia.

Revolusi industry 4.0 ini telah mengubah cara hidup, gaya hidup dan cara

kerja manusia secara fundamental. Industry 4.0 ini memiliki ruang lingkup dan

skala dan kompleksitas yang sangat luas. Sehingga kemajuan dari tekhnologi ini

telah mengintegrasikan dunia secara fisik, digital dan biologis yang

mempengaruhi disiplin ilmu, ekonomi dan pemerintahan. Hal tersebut

mengisyaratkan bahwa industry 4.0 akan semakin merambah pada seluruh aspek

kehidupan manusia. Manusia yang tidak memiliki kualitas yang mumpuni akan
tergerus oleh mesin-mesin canggih yang diakuisisi oleh tekhnologi, sehingga

pekerjaan manusia semakin lama semakin kehilangan tempat. Oleh karena itu,

maka integrasi antara tekhnologi dan manusia untuk menciptakan kondisi

masyarakat yang semakin sejahtera. Bukan semakin tergerus oleh tekhnologi

tersebut.

Masuk pada tahun 2019 di Jepang, dicetuskan sebuah konsep era baru

yaitu society 5.0 atau masyarakat 5.0. Sebuah era dimana tidak hanya terbatas

pada sector manufaktur tetapi juga memecahkan masalah sosial dengan bantuan

integrasi antara ruang fisik dengan ruang virtual [Skobelev & Borovik:

2017]. Dalam konsep ini, salah satu ide dasar adalah diharapkannya produk

kecerdasan buatan akan mampu untuk mentransformasikan big data dari produk

transaksi internet di segala aspek kehidupan yang akan menjadi kearifan baru

dengan harapan mampu meningkatkan kemampuan manusia dalam membuka

peluang-peluang baru bagi kemanusiaan. [Hotimah: 2020]

Jika revolusi 4.0 memungkinkan manusia untuk dapat mengakses ataupun

membagikan informasi di dunia internet, maka society 5.0 merupakan era dimana

teknologi menjadi bagian dari diri manusia sendiri. Era ini menjadikan internet

bukan hanya sebagai informasi tetapi merupakan hal untuk menjalani kehidupan.

Sehingga memungkin perkembangan teknologi dapan menjadi hal yang

meminimalisir antara kesenjangan pada manusia, antara si kaya dan si miskin

ataupun masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi dikemudian hari.

Era society 5.0 tersebut terlihat sebagai pemanfaatan atau penyeimbangan

antara peran kecersasan buatan dan internet atau tekhnologi terhadap kemampuan
dari sumber daya manusia yang tersedia. Hal tersebut berarti bahwa arus

tekhnologi itu kemudian membutuhkan kemampuan dari SDM yang ada, untuk

mampu mentransformasikan internet ke dalam diri manusia. Hal tersebut

kemudian mengisyaratkan bahwa perlu persiapan yang baik dan matang dari

manusia itu sendiri agar mampu untuk memiliki paradigma berpikir yang lebih

serius. Maka dibutuhkan suatu komunitas yang tanggap sebagai perespon dari

perkembangan zaman tersebut, sebagai role model dari masyarakat, dan sebagai

benteng pertahanan dari dominasi kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

yang dapat menjaga kondusifitas kehidupan masyarakat sehingga tidak

menimbulkan efek chaos atau efek yang dapat membuat masyarakat larut dalam

perkembangan dan tidak mampu menahan arusnya yang berakibat pada

tegantikannya peran-pean masyarakat dama dunia sosial, sosok tersebutlah yang

dimaksud sebagai mahasiswa.

Mahasiswa sebagai komunitas terpelajar tentunya harus memiliki

responsibility yang kuat terhadap arus perkembangan zaman. Dimana mahasiswa

memegang peranan penting dalam setiap agenda perubahan yang terjadi

khussunya di Indonesia. Sejarah mencatat bahwa perubahan besar bangsa ini tak

pernah lepas dari peran serta dan campur tangan golongan mahasiswa. Dari

prosesi kemerdekaan bangsa, lengsernya orde lama menuju orde baru,

pembangunan di zaman orde baru sampai pada lengsernya orde baru menuju era

reformasi maka mahasiswa memegang peranan penting dalam setiap fenomena

besar bangsa ini sampai sekarang.


Mahasiswa dapat dimaknai sebagai pelaku utama dalam setiap perubahan

atau gerakan-gerakan pembaharuan mengisyaratkan mahasiswa sebagai sosok

yang harus memiliki intelektual yang tinggi yang memandang segala sesuatu

dengan pandangan yang jernih, menilai dengan kritis serta dewasa dan memiliki

rasa bertanggung jawab terhadap lingkup sosial yang ada di sekelilingnya.

Begitupun secara moril, mahasiswa dituntut untuk mampu menghasilkan buah

karya yang berguna untuk masyarakat sebagai bentuk dari tanggung jawab

akademik yang diembannya. [Kosasih, K.: 2017]

Melihat sejarah bahwa peran mahasiswa dalam perkembangan masyarakat

indonesiadapat kita perhatikan terdapat empat hal yaitu era pendobrak nilai, era

revolusi fisik era politik masuk kampus dan era pemantapan peran [Tilaar: 2001].

Era pendobrak nilai-nilai dilihat bahwa mahasiswa merupakan orang yang

mengambil peran di era kebangkitan nasional pertama, dimana atas penjajahan

belanda membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hina dan kehilangan

nilai kemanusiaannya, sehingga mahasiswa menjadi pendobrak hal tersebut dan

menanamkan nilainilai kemanusiaan untuk kebangkitan nasional.

Era revolusi fisik dilihat bahwa mahasiswa ikut serta dalam engambilan

peran memperjuangkan kemerdekaan dengan ikut serta dalam erjuangan fisikyang

dilakukan bangsa ini. Di dalam perang kemerdekaan, peranan pelajar dan

mahasiswa terlihat didalam tentara pelajar yang tergabung dalam IPPI [Nasir:

2012].

Di era politik masuk kampus mahasiswa tidak terlepas pada kancah

perjuangan politik. Era kampus menjadi arena erebutan politik antar kelompok
yang memiliki kepentingan. Sehingga akibanya adalah pertarungan tersebut juga

turut serta melibatkan mahasiswa yang ada di dalamnya dan kejadian tersebut

bukan hanya terjadi di Indonesia tapi juga di seluruh dunia.

Selanjutnya adalah era pemantapan peran mahasiswa dalam pembangunan

nasional dimana era ini adalah upaya untuk menata kembali kehidupan kampus

sebagai lembaga akademik yang mampu mengasah dan membentuk generasi

muda yang memiliki kemampuan unggul dan berkualitas yang mampu untuk hadir

dan terlibat dalam era pembangunan nasional yang terjadi.

A.M. Fatwa dalam Syam mengemukakan bahwa mahasiswa adalah

kelompok generasi muda yang mempunyai peran strategis dalam kancah

pembangunan bangsa karena mahasiswa adalah sumber dari kekuatan moral yang

ada dalam bangsa Indonesia. [Syam: 2005] oleh karenanya, mahasiswa harus

memiliki sifat kecendikiawanan dengan memilikul tanggung jawab yang harus

dilaksanakan. Tolak ukur dari kecendikiawanan sendiri dijelaskan dalam La

Trahison des Cleres bahwa kecendikiawanan itu memunya tiga tolak ukur yaitu

keadilan, kebenaran dan rasio [Kosasih, K.: 2017]. Sangat Nampak bahwa

kemampuan rasionalitas merupakan modal dari bagaimana cara mahasiswa untuk

dapat menegakkan keadilan serta kebenaran.

Secara umum, mahasiswa sendiri memiliki empat fungsi dalam kehidupan

sosial. Agent of change atau agen perubahan bahwa mahasiswa merupakan

seseorang yang harus mampu membawa sebuah perubahan dalam suatu kelompok

atau masyarakat yang merupakan wujud kongkrit dari implementasi

kecendikiawanannya. Yang kedua sebagai Social of Control atau pengontrol


sosial yang diartikan bahwa mahasiswa merupakan orang yang harus memiliki

kepekaan tinggi terhadap apa yang terjadi dalam tubuh masyarakat yang ada

disekelilingnya, termasuk bagaimana perubahan perilaku yang terjadi dari

perkembangan kemajuan global dengan dampak yang terjadi di dunia masyarakat

yang luas.yang ketiga sebagai moral force atau kekuatan moral berarti mahasiswa

merupaka oknum yang harus menjadi contoh dalam berperilaku termasuk dalam

menanggapi sebuah perubahan yang terjadi, maka mahasiswa harus mamu

menjadi role model dari cara bersikap yang menjadi suri tauladan untuk

masyarakat. Yang terakhir adalah iron stock atau stok kekuatan yang berarti

mahasiswa diharapkan mampu menjadi manusia yang tangguh dengan berbekal

kemampuan dan akhlak yang mulia sebagai generasi penerus bangsa. Dalam hal

ini karena notabenenya mahasiswa sebagai orang yang memiliki kemampuan

intelektual, sebagai generasi yang memiliki pengetahuan serta keterampilan yang

melebihi orang biasa yang tidak berstatus mahasiswa sehaingga harus mampu

tampil sebagai garda terdepan dalam menyongsong atau menjawab tantangan

perubahan zaman dengan kemamuan berpikir yang cepat, kritis, dan dapat

mengambil tindakan secara cepat dan tepat dan memilih keputusan yang dapat

dipertanggung jawabkan [Istichomaharani: 2016].

Perkembangan zaman yang semakin mutakhir juga secara langsung akan

mempengaruhi kehidupan dan tugas serta fungsi dari mahasiswa sendiri.

Perkembangan era pengetahuan dan tantangan zaman menuntut untuk lahirnya

masyarakat belajar atau masyarakat ilmu pengetahuan. Hal ini mengisyaratkan


bahwa hanya orang yang memiliki pengetahuan yang baik yang mampu untuk

melakukan survive di dunia ini [Nasir: 2012].

Dalam sebuah masyarakat pengetahuan, salah satu elemen penting yang

memiliki peran besar tentunya adalah “mahasiswa islam” yang harus mampu

untuk tanggap dalam menerjemahkan perubahan zaman dan sekaligus memberi

jawaban terhadap segala persoalan yang hadir sebagai akibat dari perkembangan

ilmu pengetahuan. Sehingga mahasiswa islam harus mampu untuk membekali diri

menjadi intelektual muslim yaitu orang yang mampu untuk melakukan perannya

dalam mengembangkan nilai-nilai budaya. Muhammad Nasir dalam bukunya

Peranan Cendikiawan Muslim, kaum intelektual muslim adalah para cendikiawan

yang benar-benar bernafaskan islam, pemikiran mereka terikan bukan hanya pada

pemikiran teologi tetapi berideologi islam yang benar-benar menjadikan islam

sebagai landasan berpikir dan pandangan hidupnya sehingga keterikatan mereka

terhadap ajaran islam tidak bisa tawar-menawar karena mereka adalah intelektual

yang menghayati islam dan memperjuangkan kehidupan islam di dalam

masyarakat. [Nasir: 1978]

Melihat sejarah mahasiswa islam di Indonesia maka kita akan melihat

bahwa ada begitu banyak intelktual muslim muda yang berasal dari kalangan

mahasiswa yang dikemudian hari kemudian menjadi tokoh pembaharuan islam,

semisal Nurcholis Madjid, Azyumardi Azra, M. Dawam Rahardjo, Ekky

Syahruddin, Utomo Dananjaya, Usep Fathuddin, dll. Yang kemudian menjadi

pelopor dari gerakan pembaharuan islam di Indonesia dengan mengusung ide


modernitas. Hal tersebut menjadi bentuk gerakan respons islam terhadap gagasan

modernisasi yang ada di tanah air [Sabri 2014].

Respon terhadap gerakan pembaharuan tentunya tidak boleh stagnan pada

orang-orang tersebut. Tentunya hal tersebut menjadi tanggung jawab moral dan

intelektual yang harus dipikul oleh para mahasiswa islam generasi sekarang.

Ditambah lagi dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

yang menuntut mahasiswa islam untuk menjadi orang yang duduk di bangku

terdepan melihat dan menjawab agenda perubahan zaman yang semakin modern.

Era society 5.0 yang telah dijelaskan sebelumnya menjadi hal yang

kemudian harus ditanggapi dengan cepat oleh mahasiswa islam dengan mampu

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mampu menjadi

bagian dari tekhnologi yang dapat digunakan untuk mejadi alat dalam

megembangkan kesejahteraan masyarakat.

Era sekarang sendiri yang terjadi di Indonesia dimana telah memasuki

revolusi industry 4.0 yang menuntut terhadap penguasaan tekhnologi informasi

dan komunikasi yang mamu untuk bersaing secara global, sehingga penguasaan

terhada teknologi menjadi hal yang penting untuk semua orang dan penting bagi

masa depan suatu Negara [Mintasih: 2018].

Transformasi kehidupan global yang telah di jelaskan di awal dari

perubahan dari kebudayaan manusia berburu dan berpindah-pindah tempat sampai

pada di temukannya mesin uap yang menandai dimulainya revolusi industry 1.0

sampai pada pemutakhiran tekhnologi dengan penggunaan artificial inteligensi

yang menandai dimulainya era 4.0.


Namun tidak dapat dipugkiri Indonesia sebagai Negara yang masih

berkembang bisa dikatakan hanya segelintir orang yang mengenal revolusi

industry 4.0 ataupun society 5.0. hanya di kalangan akademis yang melek akan

kemajuan zamannya, pebisnis yang memang punya kepentingan keberlangsungan

usahanya, juga pemangku kebijakan public yang memperhatikan. Baru hanya

segelintir [Puspita: 2020]

Oleh karena itu, mahasiswa islam harus mampu memiliki hal-hal yang

dibutuhkan untuk kemampuan dalam merespon perkembangan zaman saat ini

untuk bisa menyongsong era selanjutnya. Kompetensi tersebut terdiri dari

kompetensi kepemimpinan, keterampilan kerja sama, kematangan budaya dan

kemampuan wirausaha, serta keterampilan bertekhnologi. [Anggresta: 2019]

Sehingga mahasiswa islam kemudian harus hadir untuk melek informasi

terutama di masa sekarang agar mampu untuk membuka cakrawala pengetahuan

dan menyambut perkembangan zaman. Namun dibalik itu, akibat dari

transformasi sosial yang terjadi dibidang tekhnologi dan perkembangan internet

maka mahasiswa islam harus bertransformasi pula menuju era digitalisasi

sehingga mampu menjawab tantangan zaman. Oleh karenanya perpindahan era

dari revolusi industry 4.0 menuju era society 5.0 yang menuntut untuk penciptaan

sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu bertautan atau berintegrasi

dengan tekhnologi serta menggeser tekhnologi berpusat pada manusia dan bukan

manusia yang berpusat pada tekhnologi. Tentunya melihat hal tersebut, maka

mahasiswa islam pastinya memiliki tantangan dan peluang yang harusmampu

dianalisis dan dipahami agar dapat dimanfaatkan serta di taklukkan agar mampu
menjadi sebuah kekuatan. Sehingga penulisan jurnal ini adalah untuk melihat

peluang dan tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa islam dalam menyongsong

era society 5.0 melalui analisis terhadap proses transformasi secara global.

II. Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan study

pustaka untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Moleong mengungkapkan

bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku orang-orang

yang diamati [Moleong: 2010].

III. Hasil Penelitian dan Pembahasan


A. Sejarah Gerakan Mahasiswa Islam di Indonesia
1. Tahun 1908-1928
Sejarah gerakan mahasiswa dalam kancah pergerakan nasional dimulai

pada pendirian organisasi Budi Utomo oleh pelajar STOVIA pada tahun 1908.

Yang pada tujuannya adalah untuk memperbaiki kehidupan masyarakat pada

aspek budaya dan pendidikan [Hatta: 1980]. Selepas dari pendirian tersebut maka

muncullah organisasi-organanisasi pemuda mahasiswa baru yang bergerak di

berbagai aspek. Dari hasil pendirian organiasai-organisasi yang kemudian di

pelopori oleh mahasiswa itu, maka mulailah muncul kesadaran nasional untuk

memperjuangkan kemerdekaan yang kemudian diwujudkan dalam kongres

pemuda I yang diselenggarakan pada pada tangga 30 April-2 Mei 1926 yang

kemudian dilanjutkan ke kongres pemuda II pada tanggal 26-28 oktober 1926

yang menjadi satu kekuatan penuh dengan menghasilkan sumpah yang dikenal
sebagai sumpah pemuda [Pertiwi: 2013]. Dalam sejarah gerakan tersebut,

beberapa tokoh islam sangat berpengaruh pada pendirian budi utomo sampai pada

kongres pemuda II yang menghasilkan sumpah pemuda. Diantaranya, dr. Wahidin

Sudirohusodo, Dr. Sutomo, Mohammad Yamin, Soegondo Djojopoespito, Amir

Syarifuddin Harahap, Muhammad Roem.

2. Tahun 1928-1945
Perjalanan dari tahun 1928 ke 1945 melalui berbagai fase gerakan yang

dipelopori oleh kaum muda, mahasiswa pada khususnya terus melakukan

gerakan-gerakan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sehingga

bermunculanlah banyak organisasi yang dipelopori oleh mahasiswa yang

berorientasi pada tercapainya kemerdekaan Indonesia. Perjuangan kaum muda

tersebut memuncak pada peristiwa sebelum kemerdekaan, dimana pristiwa

kekalahan jepang di perang dunia kedua akibat pengeboman Hiroshima dan

Nagasaki oleh sekutu. Peristiwa itu kemudian sampai pada telinga Syahrir

sehingga menyebabkan kaum muda pada waktu itu mengaggap bahwa proklamasi

kemerdekaan sudah tepat untuk segera diselenggarakan. Namun pada saat itu

terjadi perselisihan antara kaum muda dengan tua terkait waktu pelaksanaan.

Permintaan proklamasi oleh kaum muda kemudian oleh soekarno dan hatta

dengan tegas menolak permintaan itu, walaupun hal itu sempat menimbulkan

ketegangan ketika Wikana (wakil kelompok pemuda yang bertugas

menyampaikan hasil rapat kepada Soekarno) menyatakan akan terjadi

pertumpahan darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan [Poesponegoro:

1984]. Karena penolakan tersebut maka kaum muda segera mengadakan rapat dan

memutuskan untuk menyingkirkan soekarno dari kota dan menjauhkan dari


pengaruh jepang [Rinardi: 2017] ke sebuah wilayah yang bernama

rengasdengklok sehingga pada hari jumat tanggal 17 Agustus 1945 di jalan

pengangsaan timur no 56 [Nurhamidah]. Beberapa tokoh muda dan mahasiswa

islam berpengaruh dalam agenda tersebut Sukardi, Chairul Saleh, Yusuf Kunto,

Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik dan beberapa lainnya, salah satunya adalah

Lafran Pane.

3. Tahun 1945-1965
Pasca kemerdekaan tahun 1945, mulailah kemudian kehidupan perguruan

tinggi banyak yang berjalan, sampai pada tahun 1947 Lafran Pane sebagai salah

satu mahasiswa di STI Yogyakarta mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI) pada 05 Februari 1945 sebagai respon terhadap kondisi kebangsaan,

keislaman, dan kemahasiswaan pada waktu itu. Kehadiran HMI ini sebagai wadah

berhimpun mahasiswa islam dengan tujuan untuk mempertahankan kemerdekaan

NKRI & mempertinggi derajak rakyat Indonesia dan menegakkan dan

mengembangkan ajaran islam. Seorang ilmuwan non muslim, Victor tanja

menuliskan bahwa HMI menjadi organisasi pelopor pembaharuan pemikiran

islam di Indonesia. [Wekke: 2013]. Pengawalan mahasiswa islam dalam kancah

kenegaraan terus berlanjut sampai pada dilengserkannya Soekarno dari tampuk

pemerintahan orde lama akibat dari gerakan 30 S PKI dengan munculnya

TRITURA ( Tiga Tuntutan Rakyat) yang dikeluarkan oleh mahasiswa sebagai

respon dari cabinet dan kondisi stabilitas Negara di bawah pemerintahan

Soekarno. Di fase ini muncullah beberapa tokoh pembaharuan pemikiran islam


seperti Nurcholis Majid, Azyumardi Azra, Kuntowijoyo, Ahmad Wahid, Johan

Efendi, Mukti Ali, Ridwan Saidi.

4. Tahun 1965-1998

Pasca Pemberontakan G 30S PKI, tampuk pemerintahan secara resmi

dipegang oleh Soeharto yang kemudian menerapkan kebijakan politik

militerianisme yang menyebabkan terbatasnya gerakan mahasiswa pada waktu itu,

gerakan mahasiswa pada fase ini menjadi bagian penting pada gerakan

prademokrasi saat itu [Uhlin: 1998] sehingga pada tahap ini gerakan mahasiswa

bergeser dari gerakan elitism menjadi gerakan populis [Sanit: 1999]. Mahasiswa

kemudian terus menyoroti kebijakan pemerintah yang berlangsung secara dictator

sehingga aktivis berdiri sebagai aktor di depan dan memprotes kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Sampai pada puncaknya di era 1998

dimana Indonesia dilanda krisis moneter dengan korupsi yang merajalela di

wilayah pemerintahan, pada masa ini demonstrasi besar-besaran yang dimotori

oleh elemen mahasiswa islam termasuk HMI, KAMMI yang kemudian berhasil

melengserkan Soeharto pada tahun 1998. Di fase ini muncul tokoh-tokoh

mahasiswa islam muda diantaranya Fahri Hamzah, Fadli Zon, Anas Urbaningrum,

dkk.

5. Tahun 1998-Sekarang
Pasca reformasi gerakan-gerakan mahasiswa seakan redup dengan tidak

munculnya lagi gerakan-gerakan mahasiswa yang besar. Sehingga di fase ini


banyak kemudian yang menilai sebagai sebagai era dimana peran vital mahasiswa

seakan-akan tergerus oleh zaman. Di fase ini pula perkembangan tekhnologi

semakin pesan yang memaksa mahasiswa islam khususnya untuk mampu

beradaptasi dan menguasai tekhnologi agar gerakan mahasiswa bisa

tersinkronisasi dengan perkembangan zaman. Oleh karenanya mengembalikan

peran vital gerakan mahasiswa lahir karena disadari dan diakui bahwa mahasiswa

saat ini tidak memiiki basis pemikiran yang kuat, maka dalam proses kaderisasi

pemantapan ideologi menjadi agenda utama [Aqarindra: 2015].

B. Peluang Mahasiswa Islam Menyongsong Era Society 5.0


Era 4.0 merupakan era dimana ruang informasi dan komunikasi terbuka

lebar melalui koneksi internet yang kemudian menjadi peluang besar terhadap

perkembangan kemampuan pengetahuan dan informasi mahasiswa. Sehingga

dalam menyongsong era society 5.0 mahasiswa harus mampu menangkap dan

memanfaatkan tekhnologi sebagai bahan yang dijadikan modal utama dalam

pengintegrasian mahasiswa islam dengan tekhnologi di era society 5.0 untuk

kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan berkembangnya tekhnologi di

era 4.0 maka dunia pengetahuan membuka pintu selebar mungkin untuk dapat

diakses dan dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia. Lapangan pekerjaan

digital juga semakin terbuka lebar. Pengembangan kecerdasan buatan atau

Artificial Intelligence (AI) bergerak semakin cepat dan mengalami kemajuan pesat

dalam setiap bidang kehidupan manusia. Mulai dari perawatan kesehatan, kontrol

iklim dan hasil panen, hingga pendidikan. Penggabungan AI dengan kecerdasan

alami mansusia membuat potensi individu bisa menjadi lebih maksimal dan

memungkinkan pencapaian yang lebih besar [Harahap: 2017]. Pelung yang


terbuka lebar tersebut tentunya harus menjadi pusat perhatian utama untuk mampu

dijadikan sebagai basis kekuatan untuk menyongsong kehadiran era society 5.0 di

Indonesia sehingga tantangan-tantangan yang dihadapi bisa untuk dijawab

sekaligus di ubah menjadi sebuah kekuatan untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa terutama mahasiswa islam yang ada

di Indonesia.

C. Tantangan Mahasiswa Islam Menyongsong Era Society 5.0


1. Dikotomi Ilmu
Revolusi industry 4.0 tentunya tidak lepas dari peranan barat dalam

perkembangannya. Hal tersebut tentunya tak terlepas dari epistemology

pengetahuan dunia barat yang berkembang menekankan pada pendekatan rasional,

empiris dan dikotomik [Al-attas: 1998]. Bagi mereka ilmu itu berdiri sendiri dan

terlepas dari intervensi ketuhanan. Bahkan secara ekstrim ada yang

mengemukakan bahwa kehadiran agama bahkan akan merusak objektivitas dari

ilmu sains itu sendiri. Akibatnya adalah kemajuan tekhnologi tersebut kemudian

menimbulkan pola hidup yang materialis, hedonis, dan liberal. Akibatnya adalah

kehilangan jiwa dan mengalami kehampaan spiritual. Tentunya arus pengetahuan

itu juga akan menyasar mahasiswa islam di Indonesia pada umumnya sehingga

hal tersebut sepantasnya harus di minimalisir sedemikian rupa.

2. Tuntutan Penguasaan Atas Tekhnologi


Era hari ini pada revolusi industry 4.0 dimana tekhnologi informasi sedang

berkembang secara pesat dan mewarnaoi segala aspek kehidupan. Berberda

dengan industry 4.0 yang menitik beratkan pekerjaan pada tekhnologi, era society

5.0 lebih menekankan pada integrasi antara peran manusia dengan tekhnologi
untuk membentuk suatu system yang mampu untuk memecahkan problem sosial

yang terjadi dengan integrasi ruang fisik dan virtual [Skobelev: 2017] karena

society 5.0 memiliki konsep big data yang dikumpulkan oleh Internet of Things

(IoT) dan dirubah oleh Artificial Inteligence (AI). Kemudian melihat hari ini, di

Indonesia sendiri mahasiswa islam secara khsus masih banyak ditemukan yang

belum melek terhada informasi, sehingga tantangan enguasaan tekhnologi untuk

proses integrasi di era 5.0 merupakan hal yang paling utama yang harus dapat

dikuasai oleh manusia khususnya mahasiswa islam.

3. Perubahan Metode dan Proses Pembelajaran


Perkembangan zaman turut pula mengubah metode dan proses

pembelajarn yang ada, penggunaan konsep baru seperti flapped classroom,

munculnya infrastruktur pendidikan yang baru seperti yang trjadi sekarang dimana

pembelajaran dengan menggunakan perangkat virtual. Begitu pula terjadinya

perubahan proses pembelajaran, yang meliputi infrastruktur pembelajaran,

peningkatan kapasitas komputasi, serta pergeseran presence learning menuju

distance learning (Wardani: 2018). Perubahan tersebut menjadi tantangan

tersendiri dari mahasiswa islam masa kini yang harus mampu untuk kreatif serta

inovatif dalam melakukan penemuan-penemuan terkait kemajuan pendidikan dan

pembelajaran, namun sebelum itu, adaptasi dan penguasaan terhadap

pembelajaran yang digunakan sekarang ini haruslah dikuasai terlebih dahulu.

4. Kebutuhan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas


Mahasiswa islam sebagai iron stock atau stok kekuatan harus hadir sebagai

seorang manusia yang berkompeten dan berkualitas dalam segala aspek. Era
society 5.0 kedepannya menuntut untuk ketersediaan sumber daya manusia yang

berkualitas untuk memenuhi kualifikasi integrasi antara manusia dan tekhnologi.

Oleh sebab itu sumber daya manusia (SDM) harus memiliki kerajinan,

loyalitas/kesetian dan kreativitas dalam pekerjaan dan memiliki pemikiran yang

positif serta meninggalkan tingkah laku yang tidak baik dalam bekerja [Emillia:

2020]. Tuntutan penyediaan sumber daya manusia itulah yang harus mampu

dijawab dan dipenuhi oleh mahasiswa islam di Indonesia yang meruakan salah

satu Negara dengan sumber daya manusia yang melimpah, sehingga kualitas harus

menjadi prioritas utama dalam menyongsong era society 5.0.

IV. Kesimpulan
Mahasiswa islam harus mampu untuk menjawab tantangan zaman terlebih

pada praktik penguasaan tekhnologi yang berkembang untuk mampu menjawab

tantangan memasuki era society 5.0 dalam rangka mempertanggung jawabkan

peran mahasiswa menuju masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh allah swt.

Referensi
Al-Attas, S. M. N., & Rakhmat, J. (1984). Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu
Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam. Mizan.
Anggresta, V. (2019). Literasi Manusia Untuk Menyiapkan Mahasiswa Yang
Kompetitif Di Era Industri 4, 0. Faktor: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 6(3).
Aqarindra, R. B. (2015). Gerakan mahasiswa pasca reformasi: Dinamika
Gerakan di FISIP Universitas Airlangga Menurut Aktivis Mahasiswa Dalam
Perspektif Konstruksi Sosial (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA).
Danuri, M. (2019). Perkembangan dan transformasi teknologi
digital. INFOKAM, 15(2).
Emillia, D. K., & Damiri, D. J. (2020). Transformasi Sumber Daya Manusia
Menghadapi Pasar Tenaga Kerja Era Revolusi Industri 4.0. KREATIF: Jurnal
Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang, 8(1), 91-103.
Harahap, N. J. (2019). Mahasiswa dan Revolusi Industri 4.0. ECOBISMA (Jurnal
Ekonomi, Bisnis dan Manajemen), 6(1), 70-78.
Hotimah, U., & Raihan, S. (2020). Pendekatan heutagogi dalam pembelajaran di era
society 5.0. Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(2), 152-159.
Istichomaharani, I. S., & Habibah, S. S. (2016). Mewujudkan peran mahasiswa
sebagai agent of change, social control, dan iron stock. In Prosiding Seminar
Nasioanal dan Call For Paper ke (Vol. 2, pp. 1-6).
Kosasih, K. (2017). Peranan Organisasi Kemahasiswaan Dalam Pengembangan
Civic Skills Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(2), 188-198.
Mintasih, D. (2018). Mengembangkan literasi informasi melalui belajar berbasis
kehidupan terintegrasi PBL untuk menyiapkan calon pendidik dalam menghadapi
era revolusi industri 4.0. ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal, 6(2), 271-290.
Moleong, Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nasir, M. (1978). Peranan Cendekiawan Muslim, (Jakarta : DDII)
Nasir, M. (2012). Mahasiswa Islam dalam Perspektif Pendidikan
Global. Dinamika Ilmu: Jurnal Pendidikan, 12(1).
Nurhamidah, S. R. PERISTIWA RENGASDENGKLOK.
Pertiwi, C. Y. E. (2013). PERANAN PEMUDA DALAM PERGERAKAN
NASIONAL INDONESIA TAHUN 1908–1928.
Piliang, Y. A. (2011). Dunia yang dilipat: Tamasya melampaui batas-batas kebudayaan.
Matahari.
Poesponegoro, M. D., & Notosusanto, N. (1984). Sejarah Nasional
Indonesia (Vol. 6). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah
dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi industri 4.0 dan tantangan
perubahan sosial. IPTEK Journal of Proceedings Series, (5), 22-27.
Rinardi, H. (2017). Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa
Indonesia. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 2(2), 143-150.
Sabri, M. (2014). HMI, Cak Nur dan Gelombang Intelektualisme Islam Indonesia
Jilid 2. Jurnal Diskursus Islam, 2(2), 317-334.
Skobelev, P. O., & Borovik, S. Y. (2017). On the way from Industry 4.0 to
Industry 5.0: From digital manufacturing to digital society. Industry 4.0, 2(6),
307-311.
Syam, Syaifullah. 2005. Pola Adaptasi Mahasiswa Baru Jurusan PMPKN FPIPS
UPI, Studi Analitis Pada Mahasiswa Baru Jurusan PMPKN FP
Tilaar, A.R, (2001). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam
perpektif Abad 21, Cet.IV ( Magelang : Indonesia Tera)
Uhlin, A. (1998). Oposisi Berserak. Arus Deras Demokratisasi Gelombang Ketiga
di Indonesia
Wardani, R. (2018). 21st Century Educator: Menyongsong Transformasi
Pendidikan 4.0. In Slide Seminar Nasional Dinamika Informatika Senadi UPY.
WEKKE, I. S., LUBIS, M. A., & SITOMPUL, A. UPAYA PERJUANGAN
POLITIK NILAI DAN NASIONALISME: KAJIAN GERAKAN MAHASISWA
ISLAM DI INDONESIA.
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Usman
Tempat & Tanggal Lahir : Luwu, 01 April 1993
Utusan : HMI Cabang Gowa Raya
Status Keluarga : Belum Menikah
Alamat : Perumahan Patri Abdullah
No. Telpon/WA/Email : 082293407188
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL
Universitas : UIN Alauddin Makassar
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Angkatan/Tahun Masuk : 2016
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DI HMI
Basic Training/Kom-Cab/Tahun : HMI Kom. Tarbiyah dan Keguruan
Cabang Gowa Raya/2012
Intermediate Training/Cab/Tahun : Cabang Sumbawa 2015
PENGALAMAN ORGANISASI
: Wasekum PTKP HMI Kom. Tarbiyah 2014
Ketua Bidang PTKP HMI Kom. Tarbiyah 2015
Wasekum Bidang PTK Cabang Gow Raya 2017
Direktur Forum Komunikasi Alternatif
(FORMAL) Sulawesi Selatan (Sekarang)

Gowa, Senin 05 Juli 2021


Yang Bersangkutan

(Usman)

Anda mungkin juga menyukai