KERAJAAN
KERAJAAN
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan salah satu kesultanan yang berdiri di Indonesia.
Kerajaan ini menjadi salah satu kerajaan tertua di Indonesia karena berdiri di
era perkembangan agama Hindu-Budha.
Ada banyak prasasti kerajaan Kutai yang menjadi bukti dari peninggalan
kerajaan ini. Adapun, prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan
politik, sosial, hingga perdagangan di masanya.
2. Raja-raja Tarumanegara
Diperkirakan kerajaan yang berdiri dari abad ke-4 hingga ke-7 ini dipimpin
oleh 12 raja selama masanya. Adapun, nama silsilah raja-raja tersebut adalah
Jayasingawarman (358-382 M), Dharmayawarman (382-395 M), Purnawarman
(395-434 M), dan Wisnuwarman (434-455 M).
Selain itu ada juga Indrawarman (455-515), Candrawarman (515-535 M),
Suryawarman (535-561 M), Kertawarman (561-628 M), Sudhawarman (628-
639), Hariwangsawarman (639-640), Nagajayawarman (640-666 M), serta
Linggawarman (666-669).
Adapun, masa kejayaan kerajaan Tarumanegara berhasil terjadi di masa
kepemimpinan raja Purnawarman. Dalam kepemimpinannya, ia juga dibantu
oleh sang Adik, Cakrawarman sebagai panglima dan Nagawarman sebagai
panglima laut.
Purnawarman juga disebut-sebut sebagai seorang raja yang hebat berhati
mulia, seta selalu memerhatikan kepentingan rakyatnya. Hal itu tertulis dalam
sebuah prasasti.
4. Peninggalan
Ditemukan tujuh peninggalan kerajaan Tarumanegara di pulau Jawa. Adapun,
lima lokasinya di Bogor, seperti Prasasti Muara
3. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga ini berdiri pada tahun 618 M. Hal tersebut adalah dari
kabar yang dibawa oleh I-Tsing, seorang pendeta dari India yang sempat
mampir ke Sriwijaya untuk belajar agama Buddha.
Nama “Kalingga” sendiri adalah sebuah kata yang diadopsi dari Bahasa India,
karena pendiri dari kerajaan ini adalah orang India. Disinyalir, orang India
yang mendirikan Kerajaan Kalingga ini adalah berasal dari daerah Orissa,
India.
Mereka melarikan diri dari negaranya karena pertempuran yang dilakukan
oleh Maharaga Asoka di abad ke -6 M. Ibu kota dari kerajaan ini adalah Keling
atau sekarang bernama Jepara. Masyarakat Kalingga menggunakan Bahasa
Melayu Kuno untuk percakapan sehari-hari.
Kehidupan di Kerajaan Kalingga
Kehidupan politik
Kehidupan
politik Kalingga tidak lepas dari campur tangan sang Ratu Shima. Di mana
dari pembawaan beliau sebagai ratu yang tegas dan disiplin telah menelurkan
sebuah hukum yang bersifat absolut.
Siapa yang salah harus dihukum. Itu adalah sebuah konsekuensi yang harus
dijalani. Pembayaran pajak pun juga dibebankan kepada msyarakat, namun
diimbangi dengan kebijakan-kebijakan yang tidak menyengsarakan.
Untuk menjalin hubungan bilateral dengan kerajaan lain, Ratu Shima
menikahkan Sahanaya, cucunya dengan putra mahkota dari Kerajaan Galuh.
Hubungan dua kerajaan pun semakin erat dan saling melengkapi.
Ekonomi
Kerajaan Mataram Kuno atau sering juga disebut dengan Kerajaan Mataram
Hindu atau Kerajaan Medang merupakan kerajaan penerus dari Kerajaan
Kalingga di Jawa yang diperkirakan eksis pada abad ke-8 hingga 10 Masehi.
Sejarah kerajaan ini cukup panjang yang dimulai sejak abad ke-6 M.
Mataram Kuno yang bercorak Hindu (dan Buddha) biasanya disebut untuk
membedakan dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri sekitar abad ke 16
M. Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya, di
daerah inilah diperkirakan Kerajaan Mataram Kuno pertama berdiri.
Pada 929 M, Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu
Sindok. Menurut George Coedes dalam The Indianized states of Southeast
Asia (1968), ada beberapa faktor kemungkinan yang mendorong perpindahan
tersebut.
Faktor ketiga adalah adanya potensi ancaman dari kerajaan lain, termasuk
serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Sedangkan faktor keempat adalah motif
keagamaan dan ekonomi, termasuk ketiadaan pelabuhan yang membuat
Kerajaan Mataram Kuno sulit menjalin kerja sama dengan kerajaan lain.
6. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri atau Pandjalu adalah salah satu kerajaan Hindu di Jawa, yang
tumbuh sekitar abad ke-11 Masehi. Kerajaan ini berdiri setelah penguasa
terakhir Kerajaan Mataram Kuno/Medang yaitu Dharmawangsa Airlangga
membagi kekuasaannya untuk kedua anaknya. Kerajaan Airlangga dibagi
menjadi Janggala di sebelah timur-utara, dan Pandjalu atau Kediri di sebelah
barat-selatan.
Nama Sri Aryeswara ditemukan dalam Prasasti Angin (1171 M). Prasasti
Angin juga menyantumkan lambing kerajaan Kediri pada masa
kekuasaannya adalah Ganesha.
7. Sri Gandra
Nama Sri Gandra muncul dalam Prasasti Jaring (1181 M), yang berisi
tentang permohonan anugerah raja dari masyarakat desa Jaring.
8. Mapanji Kamesywara
Singasari yang sebenarnya merupakan nama ibu kota justru lebih terkenal
daripada nama kerajaannya yakni Tumapel. Pada akhirnya, orang terbiasa
menyebut Kerajaan Tumapel dengan nama Kerajaan Singasari.
Selain beristrikan Ken Dedes yang merupakan janda Tunggul Ametung, Ken
Arok punya satu istri lagi bernama Ken Umang yang kelak melahirkan anak
laki-laki bernama Tohjaya.
Dikutip dari buku yang mengambil judul Pararaton (1965) karya R. Pitono,
setelah membunuh Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes, Ken Arok
menjadi penguasa baru Tumapel. Ken Arok berniat melepaskan Tumapel dari
kekuasaan Kerajaan Kadiri.
1. Mojokerto
Ibu kota pertama kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini adalah di Mojokerto
pada masa kepemimpinan pendiri sekaligus raja pertama, Raden Wijaya alias
Kertarajasa Jayawardhana.
Selain sebagai pusat perniagaan atau bandar dagang, lokasi Canggu yang
masih berada di wilayah Kutaraja sangat strategis untuk difungsikan sebagai
sebagai pangkalan militer armada angkatan laut Kerajaan Majapahit yang
memang amat kuat saat itu.
2. Trowulan
Pusat pemerintahan Majapahit bergeser sedikit pada masa kepemimpinan Sri
Jayanegara (1309-1328), penerus takhta Raden Wijaya. Raja kedua Majapahit
ini memindahkan ibu kota ke Trowulan yang berjarak sekitar 12 kilometer dari
Kota Mojokerto sekarang.
Kitab perjalanan Cina bertajuk Yingyai Shenglan yang ditulis oleh seorang
penjelajah bernama Ma Huan menyimpulkan bahwa pusat pemerintahan
Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 M adalah di Trowulan.
Dikutip buku terjemahan J.V.G Mills (1970), disebutkan bahwa kawasan itu
merupakan kota yang sangat besar tempat raja bersemayam.
3. Daha (Kediri)
Lantaran berbagai polemik internal dan ancaman serangan dari Kesultanan
Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, posisi Majapahit semakin
terdesak pada masa pemerintahan Bhre Kertabumi atau Brawijaya V (1468-
1478).
Kala itu, pengaruh Islam memang sedang berkembang pesat di Jawa sehingga
muncul Kesultanan Demak yang didirikan oleh seorang pangeran dari
Majapahit bernama Raden Patah. Raden Patah adalah putra kandung
Brawijaya V dari istri seorang wanita berdarah Cina bernama Siu Ban Ci.
Cerita ini bermula dari seorang petani di Desa Temon, Kecamatan Trowulan,
Mojokerto yang gelisah karena serbuan tikus sawah. Hasil tani yang biasanya
cukup untuk menghidupi seluruh anggota keluarga, kini nyaris tak tersisa.
Tak tahan menghadapi serbuan tikus, dia memohon pada Sang Pencipta. Lalu
suatu malam, Si Petani mendapat wangsit agar mengambil air di
kawasan Candi Tikus lalu menyiramkan air itu ke empat sudut sawah.
Namun lain lagi yang dialami oleh saudagar kaya mendengar kabar tentang
khasiat air Candi Tikus. Dengan rakus, sang saudagar mencari jalan pintas
untuk menambah kekayaannya. Suatu malam, dia mencuri batu candi dan
meletakkannya di sudut-sudut sawah. Lagi-lagi sebuah kejaiban terjadi. Tapi
kali ini, tikus-tikus malah datang dan menghabisi padi di sawah.
Fenomena ini membuat warga desa sadar, bahwa mereka tak bisa berharap
lebih. "Kami hanya bisa memanfaatkan air di Candi Tikus, tapi bukan batu-
batu candi," kata mereka. Dan mitos ini, ternyata masih dipercaya hingga kini.
Bahkan Raden Timbal saudara kandung Raden Patah diyakini pernah
melakukan tapa di candi ini.
Di sisi lain, ada mitos lain yang berkembang kebalikannya. Pada tahun 1914,
candi ini ditemukan oleh Bupati Mojokerto RAA Kromojoyo Adinegoro.
Sebelumnya, dia mendengar keluh kesah warga Desa Temon yang kalang
kabut karena serbuan hama tikus di sawah mereka. Tanpa pikir panjang,
Kromojoyo memerintahkan aparat desa agar memobilisasi massa dan
menyatakan perang pada tikus. Anehnya, saat terjadi pengejaran, tikus-tikus
itu selalu lari dan masuk dalam lubang sebuah gundukan besar.