Anda di halaman 1dari 16

No. Dok.

: CH-HSE-004
No. Rev. : 00

Judul : PROSEDUR PEMANTAUAN DAN Tanggal diberlakukan :


PENGELOLAAN LINGKUNGAN 21 JUNI 2022

Bentuk Perubahan Terlampir dalam lembar Sejarah Perubahan


Perubahan Lembar Persetujuan dan tambahan pada bagian Dokumen yang
Sebab Perubahan
Terkait/Referensi
Mengikuti pemberitahuan/sosialisasi dari pusat dalam klinik QSHE dan surat
Peraturan Peralihan
edaran

Tanggal
Revisi Pembuat Atasan MR Direksi
Berlaku
00 21 Juni 2022

MENYETUJUI

No.Salinan Penerima No.Salinan Penerima

1. 12
2. 13

3. 14

4. 15
5. 16
6. 17
7. 18
8. 19
9. 20
10. 21
11. 22
DISTRIBUSI
No. Dok. : CH-HSE-004
No. Rev. : 00

Judul : PROSEDUR PEMANTAUAN DAN Tanggal diberlakukan :


PENGELOLAAN LINGKUNGAN 21 JUNI 2022

1. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk memastikan bahwa aspek & dampak lingkungan serta
kinerja K3LH dipantau kesesuaiannya dengan peraturan perundangan, standar dan
pedoman yang berlaku dan terkait.

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku untuk memantau dan mengukur seluruh parameter dan indicator
linkungan serta peralatan pemantauan dan pengukuran yang berkaitan dengan system
management lingkungan PT BUKAKA TEKNIK UTAMA

3. DEFINISI
a. Lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi berkegiatan, termasuk
udara, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan interaksinya.

b. Dasar pengelolaan lingkungan hidup adalah mengetahui dampak penting dari


aktivitas , mengendalikanya dan memantau secara periodic sehingga kinerja
lingkungan selalu berda di dalam kriteria operasi yang telah di etapkan dalam jangka
waktu Panjang , misalnya memenuhi baku mutu lingkungan.

c. Pemantauan dan pengelolaan lingkungan adalah kegiatanmemastikan bahwa


aktivitas kerja dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkugan dan tetap
memelihara lingkungan hidup.

d. Pemantauan lingkungan hidup adalah upaya pemantauan komponen lingkungan


hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan /
kegiatan.

e. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi


lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan , pemanfataan,
pengembangna , pemeliharaan , pemulihan , pengawasan , dan pengendalian
lingkungan hidup.Pengelolaan dapat berupa pemasangan barrier, penambahan alat
dan perubahan metode kerja.

f. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup


yang diakibatkan oleh suatau usaha dan/ kegiatan.

g. Nilai ambang batas (NAB) adalah kadar tertentu suatu bahan sehingga seseorang
masih sanggup menghadapinya secara kurun waktu teretentu dengan tidak ada
tanda penyakit kronis.

h. Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup yang


selanjutnya disingkat RKPPL adalah dokumen telaah tentang Keselamatan
Konstruksi yang memuat rona lingkungan, pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang merupakan pelaporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
i. Pelaksana Pemantauan Lingkungan adalah unit yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pemantauan lingkungan. Pemantauan pengelolaan lingkungan pada
kegiatan pembangunan jalan dilaksanakan oleh Pemrakarsa Kegiatan. Penanggung
jawab pelaksanaan pemantauan tersebut adalah Pemimpin Proyek/Bagian
Proyek/Satker/PPK atau Unit Kerja/Pengelola Kegiatan yang bersangkutan.
j. Kinerja Lingkungan adalah hasil yang terukur dari manajemen organisasi terhadap
aspek lingkungannya.
k. Tindakan Perbaikan dan Tindakan Korektif adalah tindakan untuk menghilangkan
penyebab ketidaksesuaian yang ditemukan atau situasi yang tidak dikehendak.

l. Daur hidup / Siklus hidup adalah tahap berturut turut dan saling terkait dari
sistemproduk atau jasa, dari bahan baku atau generasi dari sumber daya alam
hingga menuju pembuangan akhir.

m. B3 adalah Bahan berbahaya dan beracun.

4. REFERENSI
a. UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

b. PP RI No.41 tahun 1999 tentang pengendalian dan pencemaran udara.

c. PP no, 50 Tahun 212 tentang penerapan SMK3

d. Permen LH no 13 tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan , reduce dan


recycle melalui bank sampah.

e. Kepmenkes RI no 1405/menkes/SL/XI/2002 tentang persyaratan Kesehatan


lingkungan kerja perkantoran dan industri.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 32).
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun
2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 473).
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 286).
i. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 6 Tahun 2021
Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 294).
j. SNI ISO 14001:2015 tentang Sistem Manajemen Lingkungan – Persyaratan
dengan Panduan Pengguna.
k. SNI ISO 14001:2016 tentang Sistem Manajemen Lingkungan – Panduan Umum
dalam Penerapan.

l. Permen LHK RI No 5 Th 2022 tentang pemgelolaan air limbah bagi usaha dan/
kegiatan pertambangan menggunakan lahan basah buatan.

5. Pengendalian Lingkungan
1.5.1 Pengelolaan Limbah B3 Dan Non B3
Pengolaan Limbah akan mengacu pada AMDAL Proyek
1.5.2 Pengelompokkan Limbah
Seluruh unit kerja harus mengelompokkan limbah kedalam 4 jenis limbah, yaitu:
a. Limbah Anorganik contoh: plastic, kaleng, kaca, stereofoam, karung plastic
dll
b. Limbah Organik/domestic, contoh: sisa makanan, daun, kertas, kain, karung
goni dll
c. Limbah B3 contoh: neon, toner, majun bekas B3, aki bekas, oli bekas, kaleng
bekas cat/thinner, dll
d. Limbah Klinis contoh: Kapas sisa first aid

Limbah B3 dan Non B3 harus ditempatkan terpisah. Container harus


diidentifikasi dengan label dan warna container yang berbeda yaitu:
a. Warna Biru: Limbah Anorganik
b. Warna Hijau: Limbah Organik
c. Warna Merah: Limbah B3
d. Wana Kuning: Limbah Klinis

1.5.3 Penyimpanan Limbah B3


Setiap penyimpanan limbah B3 wajib dilengkapi label yang menunjukkan
karakteristik dan jenis limbah B3. Untuk setiap pembuangan selalu dicatat
jumlahnya dan direkapitulasi setiap bulan. Bila terjadi tumpahan atau kebocoran
maka lakukan adsorbs terhadap tumpahan menggunakan serbuk gergaji, tenah
lempung, pasir dan bahan penghambat kebakaran lainnya. Bersihkan dan buang
pada tempat pembuangan yang telah ditentukan.

Dalam hal terjadi kecelakaan dan atau keadaan darurat yang diakibatkan B3,
maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan
2. Menanggulangi kecelakaan sesuai prosedur penanganan keadaan darurat.
3. Melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada instansi terkait.
4. Memberikan informasi, bantuan dan melakukan evakuasi terhadap
masyarakat disekitar lokasi kejadian.
5. Jumlah limbah B3 yang disimpan dan yang dibuat harus dibuat neraca B3.

1.5.4 Pengelolaan Limbah B3 Proyek


Untuk pembuangan limbah dari TPS maka KONTRAKTOR akan menunjuk
pelaksana pembuangan dari TPS keluar proyek.
Untuk limbah B3 dikumpulkan di TPS B3 dan diangkut/dibuang oleh transporter
dan pengumpul limbah B3 yang bersertifikat.
1.5.5 Program Penghematan Sumber Daya Dan Lingkungan
Untuk penghematan sumber daya maka dilakukan program-program
penghematan antara lain penghematan kertas, air dan listrik. Untuk mendukung
hal tersebut maka dibuat himbauan kepada pekerja untuk melaksanakan
penghematan sumber daya berupa spanduk atau leaflet

1.5.6 Pengelolaan Air


Untuk pelaksanaan dewatering dilapangan sebagai dukungan pelaksanaan
pekerjaan. Maka akan disiapkan sumur recharging untuk menampung kembali
air yang disedot dilapangan serta memastikan air disekitar proyek tidak turun.
Kontraktor akan menyediakan Sumur Piezometer digunakan untuk melihat
ketinggian air disekitar proyek. Air Dewatering dapat digunakan untuk kegiatan
konstruksi, serta seminim mungkin untuk dibuang diluar

KONTRAKTOR dan OWNER akan berkoordinasi masalah desain dan perizinan


Dewatering. Penggunaan sumur bor harus mengikuti regulasi daerah
bersangkutan.Pembuangan limbah air toilet dibuang ke septic tank kemudian ke
sumur resapan atau saluran kota. KONTRAKTOR memastikan seluruh saluran
air kotor berjalan lancar tidak tersumbat.

1.5.7 Pemantauan Lingkungan


Pelaksanaan pemantauan lingkungan mengikuti ketentuan AMDAL dan
bekerjasama dengan konsultan AMDAL yang ditunjuk oleh OWNER. Hasil
pemantauan akan direview oleh KONTRAKTOR setelah hasil uji Konsultan
AMDAL diterima (mengikuti ketentuan kontrak apakah AMDAL merupakan
tanggungjawab owner atau KONTRAKTOR).

1.5.8 Penyimpanan Oli, Bahan Bakar Solar Dan Material B3 Lainnya


Pelaksanaan penyimpanan oli, bahan bakar solar dan material B3 lainnya
kapasitas besar harus disediakan tempat penyimpanan yaitu :(Pedoman
Pengelolaan Material B3 terlampir pada lampiran)
a. Berlantai keras dan dilengkapi tanggul yang sanggup menampung minimal
110% volume wadah penyimpanan bahan bakar.
b. Disediakan saluran menuju ke bak penampungan sementara
c. Disediakan MSDS (Material Safety Data Sheet)
d. Disediakan APAR dan Rambu-Rambu Bahaya

6. Ketentuan Umum.
PT BUKAKA bertanggung jawab terhadap semua permasalahan Lingkungan di sekitar
area kerja termasuk subkontraktor yang juga harus menyesuaikan persyaratan
lingkungan sama dengan yang berlaku. PT BUKAKA akan melakukan inspeksi dan audit
terhadap subkontraktor. Untuk pemantauan dan pengelolaan lingkungan, dilakukan
dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Bila terdapat dokumen AMDAL atau UKL/UPL maka digunakan dokumen


RKL/RPL atau UKL/UPL. Sebaga acuan pemantauan dan pengelolaan
lingkungan.
b. Bila proyek tidak dilengkapai dokumen AMDAL atau UKL/UPL maka proyek
harus melakukan rencana pemantauan
c. Pengelolaan sampah konstruksi : pengelolaan limbah B3 dan non limbah B3
harus sesuai dengan prosedur pengelolaan limbah B3 dan non B3.
d. Pemantauan dan pengelolaan lingkungan berdasarkan beberapa aspek , yaitu :
 Aspek fisika
Pemantauan dan pengelolaan terkait dengan kebisingan , kualitas udara,
getaran, suhu dan kelembaban, instensitas cahaya.

 Aspek kimia
Pemantauan dan pengelolaan terkat dengan tumpahan dan ceceran
bahan B3 cair , pencemaran air tanah ,air permukaan /impasan hujan.

 Aspek biologi
Pemantauan dan pengelolaan terkait dengan kandungan mikrobiologi
udara di tempat kerja, mikrobiologi dalam kandungan air bersih.

 Aspek sosial
Masyarakat sekitar proyek, pengguna jalan (untuk proyek jalan
/prasarana jalan).

7. Pemantauan dan pengelolaan kebisingan.

Pelaksanaa pekerjaan tidak boleh menyebutkan gangguan kebisingan lingkungan


sekitarnya dengan Batasan kebisingan sesuaikeoutusan MENLH No.48 1996,

Batasan suara tersebut adalah :


- Batas suara yang di terima personal pekerja pada saat bekerja aharus tidak
melebihi 85 dBA
- Tidak ada orang yang memasuki area tempat level suara tetap berada diatas 135
dBA tanpa protector pendengaran.
- Batasan tekanan suara maksimum untuk peralatan konstruksi adalah 85dBA yang
diukur dengan jarak 1 meter.
- Tingkat kebisingan ruangan di ruangkerja maksimal 85 dBA sedangkan untuk idustri
adalah sebagai berikut :

No. Tingkat Kebisingan Pemaparan Harian


1 85 8 jam
2 92 6 jam
3 88 4 jam
4 97 3 jam
5 91 2 jam
6 94 1 jam
7 97 30 menit
8 100 15 menit

Tindakan yang dilakukan dalam rangka pengelolaan kebisingan dapat dengan cara
memberi peredam pada sumber kebisingan , dipasang barrier , / pengaturan jam kerja
alat yang menjadi sumber kebisingan.
Inspeksi berkala dan maintenance/perawatan pada mesin yang menghasilkan efek
kebisingan.

8. Pemantauan dan pengelolaan kualitas uadara akibat debu dan tanah.


Meliputi :
- Penyediaan washing bay/kolam cuci kendaraan
- Bak kendaraan harus tertutup apabila bermuatan material yang berdampak pada
pencemaran udara.
- Penyiraman area proyek secara berkala saat kemarau untuk mengurangi debu.
- Pembersihan jalan umum yang dilewati truk muatan tanah dari/ke proyek secara
berkala apabila terjadi ceceran abah di jalan umum.
Kandungan debu maksimal di ruangan dalam pengukuran rata rata 8 jam adalah
sebagai berikut :

No. Jenis Debu Konsentrasi Maksimal


1 Debu total 0,15 mg/m3
2 C 5 serat/ml udara dengan Panjang serat >5 u

9. Pemantauan dan pengelolaan penebangan pohon dan perburuan binatang

- Selama konstruksi tidak boleh merusak tumbuh tumbuhan yang ada di sekitar area
kontsruksi.
- Tdak boleeh melakukan perburuan hewan liar atau pemancingan Ketika berada di
lokasi.
- Pengecualian pada peraturan ini adalah pemusnahan hama dan hewan pebgerta
dilokasi. Persetujuan harus di dapatkan sebelum mencoba memusnahkan hewan
pengerat atau hama. Pemusnahanserangga ( nyamuk dan lalat) tidak memerlukan
persetujuan.

10. Pemantauan dan pengelolaan kandungan emisi gas buang genset / mesin
bermotor.

Baku mutu emisi proses pembakaran dari mesin pembakaran dalam dari genset
atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Pengelolaan emisi gas buang dengan cara :

- Penghentian sementara dan penyalaan Kembali operasi produksi


- Klaibrasi perlatan
- Perawatan secara berkala

11. Pemantauan dan pengelolaan getaran.

Pelaksanaan pekerjaan tidak boleh menimbulkan getaran yan mengganggu Kesehatan


maupun kenyamanan ataupun menimbulkan kerusakan. Besarnya getaran yang di
perbolehkan seperti yang diatur dalam Kepmen LH No. 49 Tahun 1996 Tentang baku
tingkat getaran dan Permena No. 13 tahun 2011 tentang NAB Faktor kimia dan fisika d
tempat kerja,

Pengelolaan getaran antara lain dengan :


- Pembuatan peredam getaran untuk mesin mesin yang menghasilkan getaran.Peredam
tersebut dapat di aplikasikan pada pondasi/dudukan mesin tsb / dengan isolasi ruangan
untuk mesin tsb.
- Perawatan mesin secara berkala.

NAB Getaran untuk pemaparan lengan dan tangan :

Pengelolan emisi gas buang dengan cara :


1. Penghentian sementara dan penyalaan Kembali operasi produksi
2. Kalibrasi peralatan
3. Perawatan secara berkala

12. Pemantauan dan pengelolaan suhu dan kelembaban tempat kerja.


- NAB Suhu dan kelembaban di dalam ruangan :
 Suhu : 18-26 C
 Kelembaban : 40%-60%
 Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15-

0,25 m/detik. Untuk ruangan kerja yang tidak memiliki lubang


ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sisitem
ventilasi silang.
 Indeks suhu basah dan bola (wet bulb globe temperature index) yang
selanjutnya disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim
kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu
basah alami dan suhu bola

Nilai Ambang Batas iklim kerja ISBB yang di perkenankan adalah :

Indeks suhu basah dan bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi :

ISBB = 0,7 Suhu basah alami+0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering.

Indeks suhu basah dan bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :

ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola.

Catatan :

> Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 kilo kalori/jam.

> Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai kurang dari 350 kilo kalori/jam

> Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500 kilo kalori/jam.
- Pengelolaan suhu dan kelembaban di tempat kerja dapat dilakukan dengan memperbesar luas
ventilasi, memasang blower atau pendingin ruangan.

13. Pemantauan dan pengelolaan intensitas cahaya.

Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 300 lux dalam rata rata pengukuran 8 jam,
sedangkan untuk industry adalah sebagai berikut :

Pengelolaan intensitas cahaya dapat di lakukan dengan cara menambah jumlah lampu atau
mengganti dengan lampu dengan lumens tertentu sesuai kebutuhan , jenis pekerjaan dan
melakukan monitoring/pemantauan pencahayaan di area kerja.

14. Pemantauan dan pengelolaan tumpahan dan ceceran bahan B3 cair.

- Minyak , pelumas ,bahan pelumas , asam atau alkalis, bahan kimia , atau air yang
terkontaminasi B3 tidak di ijinkan untuk di buang ke dalam system saluran pembuangan
atau ke tanah.
- Tumpahan produk petroleum,bahan kimia, atau material lainya harus di laporkan
secepatnya pada bagian SHE, dan Tindakan pembersihan terhadap tumpahan harus di
lakukan secepatnya.
- Seluruh tangka,penyimpanan dan pengisian/pengeluaran bahan kimia,bahan bakar dan
materiallainya harus menggunakan tanggul dengan volume penampungan minimum
110 % dari volume tangka.

15. Pemantauan dan pengelolaan pencemaran air tanah dan permukaan.


- Bahan bakar , bahan kimia, bahan pelumas dan materialberbahaya disimpan secara
tertutup dan terbuat dari beton yang di alasi dengan material bahan pelapis yang kedap
air.
- Sistem pembuangan air permukaan harus di buat untuk mencegah pelepasan air hujan
yang terkontaminasi dengan tumpahan B3.
- Saluran pembuangan di area penyimpanan B3 harus di pisahkan dari area lainya dan
harus di buang ke sumur endapan atau bejana minyak cuci.
- Selama pelaksanaan pekerjaan , sungai di sekelilingnya dan air bawah tanah tidak boleh
terkena polusi oleh aktivitas konstruksi.
Aktivitas proyek akan mengurangi area resapan air hujan dan dapat menimbulkan
genangan air. Oleh karena itu , pada awal perencanaan proyek di perlukan drainase
management plant/ perencanaan rainase diarea proyek.

16. Pemantauan dan pengelolaan lalu lintas.


- Proyek perlu melakukan traffic management untuk menghindari kemacetan dan
kecelakaan lalu lintas akibat pelaksanaan proyek serta melakukan pemantauan terhadap
keadaan lalu lintas di sekitar proyek, kerusakan jalan akibat proyek dan kecelakaan lalu
lintas yang dapat terjadi akibat pelaksanaan proyek .
- Pengelolaan lalu lintas menggunakan acuan dari dinas lalu lintas dan dinas
perhubungan. Tim proyek harus melakukan koordinasi dengan instansi tersebut dalam
penyusunan rencana traffic management dan meminta persetujuan/approval sebelum
dilaksanakan di lapangan.

17. Apabila terdapat aspek yang terkait dengan lingkungan selain yang telah
dijelaskan dalam ketentuan umum, maka aspek lingkungan yang signifikan dapat
mengacu pada AMDAL atau UKL-UPL.
18. Tahap siklus hidup termasuk akuisisi bahan
baku,desain,produksi,transportasi/pengiriman,pengguanaan,pengolahan dan
pembuangan akhir. Salah satu kegiatan daur hidup adalah reduce (batasi sampah)
, reuse(guna ulang sampah) dan recycle (daur ulang sampah)
Kegiatan 3R adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu
yang dapat menimbulkan sampah, kegiatan penggunaan Kembali sampah yang
layak untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain, dan kegiatan mengolah
sampah untuk menjadikan produksi baru.
DOKUMENTASI PENGUKURAN LINGKUNGAN KERJA
(PENCAHAYAAN, KEBISINGAN DAN IKLIM KERJA)

Hari/ Tanggal :
Lokasi :
Observer :
Jenis Pengukuran :
HASIL PENGUKURAN PENCAHAYAAN
PROYEK CALLENDER HAMILTON

Lokasi : Observer : 1.
Hari/ Tanggal : 2.
Waktu :

Jenis Pengukuran : Per titik N0: CH-HSE-004/F-010


Hasil Pengukuran (Lux) Standar (Lux)
Titik Rata-Rata Permenaker No 5 Tahun
I II III
2018
1

Jenis Pengukuran : Setempat


Hasil Pengukuran (Lux) Standar (Lux)
Meja Rata-Rata Permenaker No 5 Tahun
I II III
2018

Catatan Observer :

Diketahui Oleh, Diinspeksi Oleh


SHE Manager Inspektor SHE Observer
HASIL PENGUKURAN KEBISINGAN
PROYEK CALLENDER HAMILTON

Lokasi : Observer : 1.
Hari/ Tanggal :
Waktu :
N0: CH-HSE-004/F-010
Hasil Pengukuran pemapara Standar
n
Ruangan Rata-Rata kebisingan Permenaker No 5
I II III
perhari. Tahun 2018
(Jam)

Catatan Observer :

Diketahui Oleh, Diinspeksi Oleh

SHE Manager INSPEKTOR SHE Observer

HASIL PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN


PROYEK GEDUNG STASIUN

Anda mungkin juga menyukai