PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
mengenggam kedua selang stainless untuk memastikan apakah pada titik tersebut
posisi kawat akan saling silang.
Langkah berikutnya, jalan dari arah berlawanan untuk memastikan titik tersebut benar-
benar memiliki sumber air. Jika kedua kawat pada titik yang sama bersilangan, maka
kita bisa membuat tanda pada titik tersebut untuk bor, lakukan hal yang sama beberapa
kali untuk memeastikan lokasi sumber air begitupun hal yang sama pada titik sumber
air di lahan yang lain.
4
Penempatan Stasiun Pengamat
Yang kedua pengukuran debit secara langsung. Dalam pengukuran ini, ada beberapa cara,
diantaranya :
1. Dengan Menggunakan Current Meter
Pengukuran debit dengan menggunakan current meter (alat ukur arus)
dilakukan dengan cara merawas dari jembatan dengan menggunakan perahu, winch
cable way dan cable car.
Apabila pengukuran dilakukan dengan kabel penggantung dan posisi kabel
penduga tidak tegak lurus terhadap muka air, maka kedalaman air harus dikoreksi
dengan besarnya sudut penyimpangan.
Pengukuran dengan merawas dilakukan apabila kedalaman air tidak lebih dari
1,2 m dan kecepatan air lebih kecil dari 1 m/detik, apabila kedalaman dan kecepatan
arus air lebih dari kriteria tersebut maka pengukuran dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu pengukuran yang lain.
2. Dengan Menggunakan Pelampung
Pengukuran debit menggunakan alat pelampung pada prinsipnya sama dengan
metode konvensional, hanya saja kecepatan aliran diukur dengan menggunakan
pelampung.
Metode pengukuran debit dengan menggunakan pelampung biasa digunakan
pada saat banjir dimana pengukuran dengan cara konvensional tidak mungkin
dilaksanakan karena faktor peralatan dan keselamatan tim pengukur.
Pengukuran penampang basah dapat dilakukan pada saat sungai tidak sedang
banjir yaitu sesudah atau sebelum banjir. Pengukuran paling sedikit 2 penampang
melintang yaitu di hulu dan di hilir yang merupakan titik awal dan titik akhir lintasan
5
penampang. Luas penampang basah sungai didapat dengan cara merata-rata luas kedua
penampang basah yang telah diukur.
2.3.2 Proses Penggunaan Radioisotop dengan Teknik Perunut dalam Bidang Hidrologi
Pemanfaatan radioisotop sebagai perunut dalam bidang hidrologi yaitu dengan cara
memasukkan (menginjeksikan) radioisotop tertentu ke dalam suatu sistem yang akan dipelajari
sehingga radioisotop berbaur dengan sistem, yang selanjutnya diikuti gerak dan tingkah laku
perunut radioaktif yang telah dimasukkan ke sistem tadi. Dengan memakai radioisotop sebagai
perunut maka akan diperoleh gambaran tentang sistem yang dipelajari tersebut. Tanpa bantuan
radioisotop sebagai perunut, gambaran sistem yang dipelajari sulit didapatkan.
Radioisotop yang sering digunakan dalam bidang hidrologi antara lain adalah H-3,
I-131, Na-24, Cr-51, dan Br-82. Radioisotop tersebut sering digunakan dalam bidang hidrologi
karena alasan keselamatan lingkungan. Radioisotop tersebut relatif cepat meluruh atau waktu
paronya pendek sehingga dapat menyesuaikan dengan cacah latar.
Radioisotop yang akan digunakan sebagai perunut dalam bidang hidrologi harus
memenuhi persyaratan, antara lain:
1. Harus larut dalam air dan tidak membentuk endapan karena proses kimia dengan air,
baik proses oksidasi maupun proses reduksi.
2. Harus tidak bereaksi dengan atau diserap oleh suspensi atau materi yang
terdapat di dalam air.
3. Tidak bersifat racun yang dapat mengganggu kesehatan.
4. Harus bisa terdeteksi oleh detektor walaupun dalam jumlah yang sangat
kecil.
5. Mudah didapat dan harganya murah.
2.3.3 Manfaat dari Aplikasi Penggunaan Radioisotop dengan Teknik Perunut dalam
Bidang Hidrologi
6
Radioisotop digunakan sebagai perunut dalam bidang hidrologi,diantaranya:
1. Penentuan kecepatan dan arah aliran air tanah (ground water)
Arah aliran tanah dan kecepatannya seringkali diperlukan dalam pembuatan
perencanaan suatu kawasan supaya air tanah yang akan diambil (dibor) sebagai sumber
air benar-benar baik dan tidak terkontaminasi oleh air limbah yang dibuang ke dalam
peresapan. Caranya adalah dengan membuat sumur pada beberapa tempat (multi well
technique) sebagai berikut:
7
dalam reaktor nuklir agar menjadi pasir radioaktif yang akan dipakai sebagai
perunut.
b. Surface labelling, yaitu pasir yang permukaannya diberi lapisan radioisotop.
c. Exchange resin, yaitu suatu zat yang diberi larutan yang mengandung
radioisotop. Radioisotop akan menempel dan diabsorbsi oleh resin.
d. Ground glass, yaitu bahan gelas yang ukurannya dibuat seperti butiran pasir
yang diselidiki dan diberi zat yang akan dijadikan radioisotop.
Setelah perunut selesai dibuat, perunut radioisotop dimasukkan ke dalam sungai
atau danau yang akan diselidiki transpor endapannya.Pasir kemudian diambil dari
beberapa tempat, dicacah radiasinya dengan detektor nuklir. Data radiasi pasir dari
beberapa tempat, kemudian dibuat penyebarannya berdasarkan iscount. Transpor
pengendapan pasir dapat diketahui dari data iscount tersebut.
8
dari mata air, sumur-sumur pengamat yang terdapat di daerah downstream, maka akan
dapat diketahui adanya bocoran/rembesan dan arah dari rembesan dam tersebut.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hidrologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air
di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air yang khususnya
mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ulang curah hujan karena
berkaitan dengan perhitungan banjir serta fenomena, dan distribusi air di daratan yang
mempelajari kejadian air di daratan, deskripsi pengaruh bumi terhadap air, pengaruh
fisik air terhadap daratan, dan mempelajari hubungan air dengan kehidupan di bumi.
2. Metode konvensional dalam bidang hidrologi cukup mudah dan murah. Contoh metode
ini yaitu: mendeteksi kebocoran pada pipa air; mendeteksi sumur bor dengan teknik
menggunakan garam,daun pisang/daun keladi/tempurung kelapa, dan kawat tembaga;
pengukuran debit air dengan current meter dan pelampung.
3. Metode teknologi nuklir dengan menggunakan perunut radioisotop yang murah dan
mudah didapat serta ramah lingkungan. Contoh metode ini yaitu: penentuan kecepatan
dan arah aliran air tanah (ground water); penentuan kebocoran pipa dalam tanah; untuk
mengetahui transpor endapan; mengukur debit alir sungai; mendeteksi zat pencemar
dalam air; menentukan kebocoran dam/bendungan.
4. Perbandingan metode konvensional dan metode teknologi nuklir, keduanya dapat
digunakan pada tempat-tempat tertentu. Metode konvensional lebih cocok digunakan
apabila terjadi suatu kejadian yang tidak terlalu kompleks seperti kebocoran pipa di
rumah, sedangkan metode dengan aplikasi nuklir digunakan secara kompleks seperti
kebocoran pipa bendungan, dan lain-lain.
3.2 Saran
Pemanfaatan iptek nuklir harus lebih digiatkan lagi untuk mengatasi permasalahan di
bidang hidrologi.
10
DAFTAR PUSTAKA
11