Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini, banyak terjadi masalah di bidang perairan seperti pengendapan lumpur di
dalam teluk, kebocoran pipa yang terdapat dalam tanah, air bendungan yang merembes ke
lingkungan dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat merugikan lingkungan dan
manusia. Upaya yang sering dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini diantaranya adalah
mengecek pipa secara manual dan berkala. Namun, upaya-upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut, dinilai masih kurang maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
upaya alternatif untuk mengatasi permasalahan dalam bidang perairan ini.
Salah satu disiplin ilmu dalam perairan adalah hidrologi. Hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air. Masalah pada bidang perairan juga
dipelajari dalam ilmu ini.
Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan, dunia sains juga mengenal nuklir. Nuklir tidak
hanya diaplikasikan dalam bentuk energi saja, tetapi nuklir juga dapat dimanfaatkan dalam
bidang lain,seperti bidang pertanian, bidang industri, bidang pangan dan lain-lain. Dalam nuklir
juga dikenal istilah perunut. Perunut adalah zat kimia yang digunakan sebagai tanda untuk
mengikuti berlangsungnya reaksi kimia atau proses fisika, atau untuk menunjukkan posisi atau
lokasi suatu zat kimia. Perunut ini biasanya berbentuk radioisotop dari suatu unsur kimia,
seperti Na24, I 131, Br 82.
Jadi, teknik perunut bisa dimanfaatkan dalam bidang hidrologi untuk diambil manfaatnya
atau sebagai cara alternatif untuk mengatasi permasalahan pada bidang hidrologi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian hidrologi?
2) Apa saja metode konvensional dalam bidang hidrologi?
3) Apa saja metode teknologi nuklir dalam bidang hidrologi?
4) Bagaimana perbandingan antara metode konvensional dengan metode teknologi nuklir
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian hidrologi.
2) Untuk mengetahui metode konvensional dalam bidang hidrologi.
3) Untuk mengetahui metode teknologi nuklir dalam bidang hidrologi.
4) Untuk memahami perbandingan antara metode konvensional dan metode teknologi
nuklir.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian hidrologi


Hidrologi (berasal dari Bahasa Yunani: (Yδρoλoγια, Yδωρ+Λoγos, Hydrologia, "ilmu
air") adalah cabang ilmu teknik sipil yang mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air
di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air. Orang yang ahli dalam bidang
hidrologi disebut hidrolog, yang bekerja dalam bidang ilmu bumi dan ilmu lingkungan, serta
teknik sipil dan teknik lingkungan.Domain hidrologi meliputi hidrometeorologi, hidrologi air-
permukaan, hidrogeologi, manajemen limbah dan kualitas air, dimana air memiliki peranan
penting. Oseanografi dan meteorologi tidak termasuk karena air hanya satu dari aspek penting
lainnya.
Penelitian Hidrologi juga memiliki kegunaan lebih lanjut bagi teknik lingkungan,
kebijakan lingkungan, serta perencanaan. Hidrologi juga mempelajari perilaku hujan terutama
meliputi periode ulang curah hujan karena berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana
untuk setiap bangunan teknik sipil antara lain bendung, bendungan dan jembatan.
Hidrologi adalah cabang Geografi Fisis yang berurusan dengan air di bumi, sorotan khusus
pada propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan yang mempelajari mempelajari kejadian
air di daratan, deskripsi pengaruh bumi terhadap air, pengaruh fisik air terhadap daratan, dan
mempelajari hubungan air dengan kehidupan di bumi.
Hidrologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan dengan ilmu lain, seperti
meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan, ilmu tanah, dan hidrolika. Menurut
The International Association of Scientific Hydrology, hidrologi dapat dibagi menjadi :
1. Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan (surface streams).
2. Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau.
3. Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di bawah permukaan
tanah (mempelajari air tanah = groundwater).
4. Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju.
5. Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-problema yang ada
diantara hidrologi dan meteorology.

2.2 Metode Konvensional dalam Bidang Hidrologi


2.2.1 Cara Mendeteksi Kebocoran Pada Pipa Saluran Air
Kebocoran pada pipa saluran air bisa terjadi kapan saja tanpa diduga-duga. Hal ini bisa
disebabkan karena pipa yang pecah atau sambungan yang sudah tidak rapat. Jika hal ini
terjadi pada pipa air minum, maka air bersih pun akan terbuang percuma. Untuk
menghindari adanya kebocoran yang terus-menerus terjadi, sebaiknya dilakukan
pengecekan pada saluran pipa air untuk mendeteksi adanya kebocoran.
Cara mendeteksi pipa saluran air yang bocor sangatlah mudah, dapat dilakukan dengan
menutup semua keran air dan amati meteran air. Jika semua kran sudah ditutup, amati
jarum pada meter air. Jika jarumnya masih berputar maka ini menunjukkan bahwa air
masih mengalir. Hal ini dapat memastikan bahwa pipa saluran air dalam keadaan bocor.
Mencari kebocoran pada pipa lebih sulit dibandingkan mencari kebocoran pada kran.
Apabila pipa dipasang dengan sistem terbuka, maka kebocoran akan mudah terdeteksi
2
karena titik kebocoran dapat dilihat secara langsung. Akan tetapi, jika pipa diinstal dengan
sistem tanam, maka pencarian titik kebocoran akan sulit. Jika kebocoran pada pipa tidak
bisa diamati, maka bisa dilakukan dengan mengamati seluruh area yang dilalui jaringan
pipa.
Rembesan air atau dinding yang lembab bisa menjadi indikasi bahwa saluran pipa air
bocor. Hal ini juga bisa menunjukkan bahwa area-area yang terkena rembesan adalah
tempat-tempat dimana pipa air mengalami kebocoran. Untuk itu, jika pipa air bocor,
sebaiknya diganti dengan sistem terbuka. Untuk pipa yang diinstal dnegan sistem terbuka,
begitu kebocoran sudah ditemukan maka masalah sudah bisa segera diatasi. Tidak perlu
memanggil tukang ledeng untuk mengatasi masalah pipa yang bcoor. Saat ini banyak sekali
produk-produk yang bisa digunakan dengan cepat dan mudah hanya dalam hitungan menit
untuk menutup kebocoran pada pipa, bisa dilakukan dengan menutup kebocoran dengan
plester fiberglass atau dengan cairan Epoxy.
2.2.2 Cara Mendeteksi Sumber Air Tanah
1. Teknik menentukan titik sumber mata air sumur bor dengan menggunakan garam
Garam tidak harus garam beryodium, garamnya ditaburkan di lokasi sekitar lahan
tanah yang di indikasi memiliki sumber mata air. Kira – kira jam 7 atau jam 8 malam
letakanlah 1 – 2 genggam garam dan tutup rapat dengan kaleng bekas susu yang
sebagian sisinya terbuka dan bagian sisinya tertutup. Pada tempat yang akan digali
atau di bor. kemudian pada pagi harinya silahkan lihat garam tersebut, jika habis atau
tinggal sedikit berarti pada titik tsb ada sumber airnya. Jika perlu taruhlah garam dan
kaleng tersebut pada beberapa titik sekaligus dan lihatlah pada titik mana yang
garamnya paling sedikit.
2. Teknik daun pisang/daun keladi/tempurung kelapa menentukan titik sumber mata air
bor.
Teknik ini adalah uji kelembapan pada daerah yang di duga memiliki sumber air di
dalam tanah, teknik ini sederhana dan bukan Teknik mbah dukun yang seperti dugaan
masyarakat selama ini, caranya adalah ambillah beberapa lembar daun pisang dan
taruhlah pada beberapa titik yang akan di bor atau digali pada sekita jam 9 atau jam 10
malam, pagi harinya silahkan lihat embun yang menempel pada daun pisang tersebut
(pada bagian bawah daun tadi), semakin banyak embun yang menempel semakin
banyak debit air bawah tanah tersebut. Namun jika daunnya tetap kering berarti tidak
ada sumber air di bawah daun tersebut jadi harus dicari lokasi lain sampai tepat.
3. Teknik menggunakan kawat tembaga (dowsing rods)
Siapkan 2 batang kawat tembaga panjang 50 cm diameter 3 mm, 2 selang stainless 10
cm diameter dalam 5 mm . Kedua kawat dibengkokan 90 derajat dengan pembagian 40
cm dan 10 cm. Bagian kawat 10 cm dimasukan ke selang stainless. Genggam kedua
selang stainless masing-masing dengan tangan kanan dan kiri setinggi pinggang dengan
kedua kepalan tangan dirapat sejajar. Berjalan maju maupun mundur, dengan posisi
mengenggam kedua selang stainless pusatkan perhatian pada tanah yang dilalui, sambil
merasakan gerakan ujung kedua kawat tembaga jika kedua kawat saling lurus sejajar,
petanda tempat tersebut dibawahnya tidak ada sumber air. Apabila kedua kawat saling
menyilang, maka petanda pada titik tersebut terdapat sumber air. Untuk
memastikannya, coba mundur beberapa langkah dan maju beberapa langkah sambil

3
mengenggam kedua selang stainless untuk memastikan apakah pada titik tersebut
posisi kawat akan saling silang.
Langkah berikutnya, jalan dari arah berlawanan untuk memastikan titik tersebut benar-
benar memiliki sumber air. Jika kedua kawat pada titik yang sama bersilangan, maka
kita bisa membuat tanda pada titik tersebut untuk bor, lakukan hal yang sama beberapa
kali untuk memeastikan lokasi sumber air begitupun hal yang sama pada titik sumber
air di lahan yang lain.

Salah Satu Cara Sederhana Mendeteksi Sumber Air Tanah


(Sumber: Sumber Bor Nusantara)

2.2.3 Cara Pengukuran Debit Air Sungai


Pengukuran debit air sungai juga merupakan manfaat di bidang hidrologi. Ada dua
cara dalam menentukan pengukuran ini. Pertama, pengukuran debit yang memiliki persyaratan
lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan faktor-faktor, sebagai berikut:
1. Berada tepat atau di sekitar lokasi pos duga air, dimana tidak ada perubahan bentuk
penampang atau debit yang menyolok
2. Alur sungai harus lurus sepanjang minimal 3 kali lebar sungai pada saat banjir/muka air
tertinggi
3. Distribusi aliran merata dan tidak ada aliran yang memutar
4. Aliran tidak terganggu sampah maupun tanaman air dan tidak terganggu oleh adanya
bangunan air lainnya (misalkan pilar jembatan), tidak terpengaruh peninggian muka air,
pasang surut dan aliran lahar
5. Penampang melintang pengukuran diupayakan tegak lurus terhadap alur sungai
6. Kedalaman pengukuran minimal 3 sampai dengan 5 kali diameter baling – baling alat
ukur arus yang digunakan
7. Apabila dilakukan di lokasi bending, harus dilakukan di sebelah hilir atau
hulu bending pada lokasi yang tidak ada pengaruh pengempangan (arus balik)
Berikut adalah gambar penempatan stasiun pengamat pada berbagai macam aliran sungai:

4
Penempatan Stasiun Pengamat
Yang kedua pengukuran debit secara langsung. Dalam pengukuran ini, ada beberapa cara,
diantaranya :
1. Dengan Menggunakan Current Meter
Pengukuran debit dengan menggunakan current meter (alat ukur arus)
dilakukan dengan cara merawas dari jembatan dengan menggunakan perahu, winch
cable way dan cable car.
Apabila pengukuran dilakukan dengan kabel penggantung dan posisi kabel
penduga tidak tegak lurus terhadap muka air, maka kedalaman air harus dikoreksi
dengan besarnya sudut penyimpangan.

Pengukuran dengan merawas dilakukan apabila kedalaman air tidak lebih dari
1,2 m dan kecepatan air lebih kecil dari 1 m/detik, apabila kedalaman dan kecepatan
arus air lebih dari kriteria tersebut maka pengukuran dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu pengukuran yang lain.
2. Dengan Menggunakan Pelampung
Pengukuran debit menggunakan alat pelampung pada prinsipnya sama dengan
metode konvensional, hanya saja kecepatan aliran diukur dengan menggunakan
pelampung.
Metode pengukuran debit dengan menggunakan pelampung biasa digunakan
pada saat banjir dimana pengukuran dengan cara konvensional tidak mungkin
dilaksanakan karena faktor peralatan dan keselamatan tim pengukur.
Pengukuran penampang basah dapat dilakukan pada saat sungai tidak sedang
banjir yaitu sesudah atau sebelum banjir. Pengukuran paling sedikit 2 penampang
melintang yaitu di hulu dan di hilir yang merupakan titik awal dan titik akhir lintasan

5
penampang. Luas penampang basah sungai didapat dengan cara merata-rata luas kedua
penampang basah yang telah diukur.

2.3 Metode Teknologi Nuklir di Bidang Hidrologi


2.3.1 Pengertian Teknik Perunut
Teknik perunut adalah suatu teknik yang digunakan untuk tujuan mendapatkan
informasi perilaku dari obyek dengan cara menandai obyek tersebut dengan suatu bahan
tertentu. Yang dimaksud dengan obyek disini adalah suatu sistem yang dinamis, artinya bahwa
sistem atau bagian dari sistem tersebut mengalami perubahan sebagai fungsi dari ruang dan/atau
waktu. Sebagai contoh dari sistem dinamis itu misalnya aliran suatu populasi masa atau material
induk. Sedang yang dimaksudkan dengan bahan tertentu adalah bahan perunut itu sendiri.
Dalam sistem yang dinamis bahan perunut bercampur dengan aliran populasi masa.
Informasi yang ingin diketahui dari sistem tersebut diperoleh dengan cara mendeteksi perunut
yang telah bercampur homogen dengan aliran populasi masa dari sistem yang diselidiki.
Jadi teknik perunut ini dapat diaplikasikan apabila dalam kondisi dimana ada suatu
aliran populasi masa. Selain itu agar teknik perunut ini dapat secara sempurna diaplikasikan
maka perlu dipenuhi beberapa persyaratan lain, misalnya bahwa bahan perunut yang digunakan
harus mempunyai sifat-sifat dan berkelakuan sama dengan bahan dari populasi masa yang
diselidiki namun mempunyai identitas khusus dimana bahan perunut tersebut harus dapat
dideteksi dengan suatu alat deteksi.

2.3.2 Proses Penggunaan Radioisotop dengan Teknik Perunut dalam Bidang Hidrologi
Pemanfaatan radioisotop sebagai perunut dalam bidang hidrologi yaitu dengan cara
memasukkan (menginjeksikan) radioisotop tertentu ke dalam suatu sistem yang akan dipelajari
sehingga radioisotop berbaur dengan sistem, yang selanjutnya diikuti gerak dan tingkah laku
perunut radioaktif yang telah dimasukkan ke sistem tadi. Dengan memakai radioisotop sebagai
perunut maka akan diperoleh gambaran tentang sistem yang dipelajari tersebut. Tanpa bantuan
radioisotop sebagai perunut, gambaran sistem yang dipelajari sulit didapatkan.
Radioisotop yang sering digunakan dalam bidang hidrologi antara lain adalah H-3,
I-131, Na-24, Cr-51, dan Br-82. Radioisotop tersebut sering digunakan dalam bidang hidrologi
karena alasan keselamatan lingkungan. Radioisotop tersebut relatif cepat meluruh atau waktu
paronya pendek sehingga dapat menyesuaikan dengan cacah latar.
Radioisotop yang akan digunakan sebagai perunut dalam bidang hidrologi harus
memenuhi persyaratan, antara lain:
1. Harus larut dalam air dan tidak membentuk endapan karena proses kimia dengan air,
baik proses oksidasi maupun proses reduksi.
2. Harus tidak bereaksi dengan atau diserap oleh suspensi atau materi yang
terdapat di dalam air.
3. Tidak bersifat racun yang dapat mengganggu kesehatan.
4. Harus bisa terdeteksi oleh detektor walaupun dalam jumlah yang sangat
kecil.
5. Mudah didapat dan harganya murah.

2.3.3 Manfaat dari Aplikasi Penggunaan Radioisotop dengan Teknik Perunut dalam
Bidang Hidrologi

6
Radioisotop digunakan sebagai perunut dalam bidang hidrologi,diantaranya:
1. Penentuan kecepatan dan arah aliran air tanah (ground water)
Arah aliran tanah dan kecepatannya seringkali diperlukan dalam pembuatan
perencanaan suatu kawasan supaya air tanah yang akan diambil (dibor) sebagai sumber
air benar-benar baik dan tidak terkontaminasi oleh air limbah yang dibuang ke dalam
peresapan. Caranya adalah dengan membuat sumur pada beberapa tempat (multi well
technique) sebagai berikut:

Gambar 2. Ilustrasi Penentuan Aliran Air Tanah


Radioisotop disuntikkan ke dalam sumur A. Setelah beberapa saat, air dari
sumur 1 sampai sumur 6 diambil dan dianalisis kandungan radioisotopnya. Sumur yang
mengandung radioisotop terbanyak, menunjukkan arah aliran tanah dari sumur A ke
sumur yang terbanyak radioisotopnya.

2. Penentuan Kebocoran Pipa dalam Tanah


Kebocoran pipa di dalam tanah dapat diketahui dengan memasukkan radioisotop
tertentu ke dalam fluida (ikut aliran fluida). Radioisotop akan keluar pada pipa yang
bocor dan ini dapat diketahui dengan bantuan detektor nuklir yang mengikuti arah aliran
dari permukaan tanah.

Gambar 3. Ilustrasi Penentuan Kebocoran Pipa dalam Tanah

3. Untuk Mengetahui Transpor Endapan


Radioisotop dapat juga digunakan untuk mengetahui transport endapan
(misalnya: pasir) di dalam sungai, di dalam danau, dan di dalam laut (teluk).
Perunut radioisotop yang digunakan biasa berupa :
a. Pasir yang diambil dari sungai, danau, atau laut yang akan diamati transpor
endapannya. Pasir yang dikehendaki sesuai dengan diameter yang akan
ditentukan (melalui proses pengayakan), kemudian pasir tersebut diiradiasi di

7
dalam reaktor nuklir agar menjadi pasir radioaktif yang akan dipakai sebagai
perunut.
b. Surface labelling, yaitu pasir yang permukaannya diberi lapisan radioisotop.
c. Exchange resin, yaitu suatu zat yang diberi larutan yang mengandung
radioisotop. Radioisotop akan menempel dan diabsorbsi oleh resin.
d. Ground glass, yaitu bahan gelas yang ukurannya dibuat seperti butiran pasir
yang diselidiki dan diberi zat yang akan dijadikan radioisotop.
Setelah perunut selesai dibuat, perunut radioisotop dimasukkan ke dalam sungai
atau danau yang akan diselidiki transpor endapannya.Pasir kemudian diambil dari
beberapa tempat, dicacah radiasinya dengan detektor nuklir. Data radiasi pasir dari
beberapa tempat, kemudian dibuat penyebarannya berdasarkan iscount. Transpor
pengendapan pasir dapat diketahui dari data iscount tersebut.

4. Mengukur Debit Alir Sungai


Penggunaan metoda perunut radioisotop untuk mengukur debit air sungai
terbukti lebih sederhana dibandingkan metoda dengan alat ukur arus (Current Meter).
Keunggulan metode perunut radioisotop adalah pengukurannya yang lebih cepat dan
dalam keadaan sungai banjir pengukuran tetap dapat dilaksanakan. Dasar metoda
perunut radioisotop adalah pengenceran perunut. Perunut radioisotop dalam jumlah
yang tidak membahayakan dilepaskan di bagian hulu sungai, kemudian dipantau
konsentrasinya di bagian hilir. Perubahan konsentrasi yang diakibatkan oleh aliran
(debit) sungai dapat diketahui dari perubahan intensitas pancaran radioisotop yang
diukur langsung di dalam aliran air sungai itu.

5. Mendeteksi Zat Pencemar dalam Air


Zat pencemar ditandai dengan radioisotop kemudian melepaskannya di tempat
yang diperkirakan asal pencemaran, maka pengamatan gerakan zat pencemar itu dapat
dilakukan secara terus-menerus. Hal ini, dapat dipakai untuk menentukan lokasi
pembuangan yang cocok, tidak mencemari daerah yang penting dan dapat digunakan
untuk keperluan lain, misalnya untuk kawasan wisata, daerah hunian dan lain-lain.
Teknik perunut radioisotop ini, berguna untuk mengetahui asal pencemaran pada suatu
daerah, apakah berasal dari buangan industri atau buangan rumah tangga. Teknik
perunut radioisotop untuk penelitian pencemaran lingkungan ini biasanya menggunakan
radioisotop buatan yang dibuat di reaktor nuklir.

6. Menentukan Kebocoran Dam atau Bendungan


Teknik perunut radioisotop juga telah dimanfaatkan untuk menentukan
kebocoran/rembesan dam atau bendungan. Radioisotop yang digunakan sebagai perunut
harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain : tidak berbahaya bagi manusia atau
makhluk hidup lain di sekelilingnya, aktivitasnya rendah, waktu paronya pendek, larut
dalam air, tidak diserap oleh tanah atau tubuh bendung/ dam dan oleh tumbuhan.
Radioisotop dilepaskan pada tempat tertentu di reservoir ( air dam) yang diperkirakan
sebagai tempat terjadinya rembesan/ bocoran pada dam/bendungan. Apabila terjadi
kebocoran pada bendungan tersebut, maka air yang telah diinjeksi/dilepas radioisotop
akan masuk dan mngikuti arah bocoran. Dengan mengikuti/mencacah air yang keluar

8
dari mata air, sumur-sumur pengamat yang terdapat di daerah downstream, maka akan
dapat diketahui adanya bocoran/rembesan dan arah dari rembesan dam tersebut.

2.4 Perbandingan Antara Metode Konvensional dan Metode Teknologi Nuklir


Dari pemaparan di atas, metode konvensional masih sebagian besar dilakukan oleh
manusia dan metodenya pun kurang efektif dalam mengatasi beberapa masalah, seperti masalah
kebocoran pada pipa air. Kebocoran pada pipa air dengan sistem terbuka dapat diatasi dengan
cara mendeteksi pipa saluran air yang bocor dengan menutup semua keran air dan mengamati
meteran air, namun untuk pipa air dengan sistem tertutup cukup sulit. Dari sisi ekonomis,
metode konvensional tidak terlalu banyak membutuhkan biaya, sehingga lebih murah dan
hemat. Namun dari sisi efisiensi, metode konvensional membutuhkan waktu yang tidak cepat
dalam prosesnya.
Sedangkan metode dengan aplikasi teknologi nuklir tidak membutuhkan tenaga
manusia yang berlebih seperti pada metode konvensional. Pada motode ini, yang digunakan
adalah perunut radioisotop. sehingga sedikit menggunakan tenaga manusia dan juga metodenya
cukup mudah. Misalnya pada kebocoran dam/bendungan, radioistop akan dimasukkan ke
dalam tempat tertentu di reservoir ( air dam) yang diperkirakan sebagai tempat terjadinya
rembesan/ bocoran pada bendungan. Apabila terjadi kebocoran, maka air yang telah diinjeksi
radioisotop akan mengikuti arah rembesan tersebut. Sehingga dapat diketahui adanya
bocoran/rembesan dan arah dari rembesan dam tersebut. Dari sisi ekonomis, radioisotop yang
digunakan dalam bidang hidrologi harus mudah di dapat dan murah. Namun dibandingkan
metode dengan aplikasi teknologi nuklir, metode konvensional lebih murah. Dari sisi ramah
lingkungan, penggunaan radioisotop tidak bersifat racun sehingga tidak merusak lingkungan.
Dari sisi efisiensi, penggunaan perunut radioisotop lebih cepat dibandingkan dengan metode
konvensional.
Berdasarkan perbandingan metode konvensional dan metode teknologi nuklir,
keduanya dapat digunakan pada tempat-tempat tertentu. Metode konvensional lebih cocok
digunakan apabila terjadi suatu kejadian yang tidak terlalu kompleks seperti kebocoran pipa di
rumah, sedangkan metode teknologi nuklir digunakan secara kompleks seperti kebocoran pipa
bendungan, dan lain-lain.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Hidrologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air
di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air yang khususnya
mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ulang curah hujan karena
berkaitan dengan perhitungan banjir serta fenomena, dan distribusi air di daratan yang
mempelajari kejadian air di daratan, deskripsi pengaruh bumi terhadap air, pengaruh
fisik air terhadap daratan, dan mempelajari hubungan air dengan kehidupan di bumi.
2. Metode konvensional dalam bidang hidrologi cukup mudah dan murah. Contoh metode
ini yaitu: mendeteksi kebocoran pada pipa air; mendeteksi sumur bor dengan teknik
menggunakan garam,daun pisang/daun keladi/tempurung kelapa, dan kawat tembaga;
pengukuran debit air dengan current meter dan pelampung.
3. Metode teknologi nuklir dengan menggunakan perunut radioisotop yang murah dan
mudah didapat serta ramah lingkungan. Contoh metode ini yaitu: penentuan kecepatan
dan arah aliran air tanah (ground water); penentuan kebocoran pipa dalam tanah; untuk
mengetahui transpor endapan; mengukur debit alir sungai; mendeteksi zat pencemar
dalam air; menentukan kebocoran dam/bendungan.
4. Perbandingan metode konvensional dan metode teknologi nuklir, keduanya dapat
digunakan pada tempat-tempat tertentu. Metode konvensional lebih cocok digunakan
apabila terjadi suatu kejadian yang tidak terlalu kompleks seperti kebocoran pipa di
rumah, sedangkan metode dengan aplikasi nuklir digunakan secara kompleks seperti
kebocoran pipa bendungan, dan lain-lain.
3.2 Saran
Pemanfaatan iptek nuklir harus lebih digiatkan lagi untuk mengatasi permasalahan di
bidang hidrologi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 2005. Diktat Aplikasi Teknologi Nuklir. Yogyakarta: STTN-BATAN.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, hlm. 618
http://libratama.com/cara-mendeteksi-kebocoran-pada-pipa-saluran-air/
https://www.kompasiana.com/astuti_delza/deteksi-sumber-air-dalam-
tanah_5752faf31bafbd2409aa5ced#
https://zh.scribd.com/mobile/document/161315583/Pengukuran-Debit-Dan-Pengambilan-
Sample-Sungai
http://pazfauzi.blogspot.co.id/2010/07/hidrologi-bahan-makalah.html
https://norhayati099.wordpress.com/2015/06/02/makalah-hidrologi/
http://drive.batan.go.id/kip/documents/Bidang%20Hidrologi.pdf
http://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/33/001/33001723.pdf
http://postulisan.blogspot.co.id/2014/12/penggunaan-radioisotop-dengan-teknik.html
https://perhubungan2.wordpress.com/2012/01/16/pengukuran-kecepatan-aliran-sungai/

11

Anda mungkin juga menyukai