Anda di halaman 1dari 38

222

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air adalah senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

makhluk di bumi ini. Fungsi air seumur hidup tidak bisa digantikan oleh

senyawa lain. Penggunaan air yang paling adalah air minum. Ini terutama

digunakam untuk menutupi tubuh manusia itu sendiri.

Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan es

(di kutup dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir

sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air dan lautan

es. Air dalam objek-objek trsebut bergerak mengikuti suatu siklus air yaitu

melalui penguapan, hujan dan aliran air di atas permukaan tanah (runn

off), meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.

Sungai adalah aliran air permukaan yang berbentuk memanjang

dan mengalir secara terus-menerus dari hulu ke hilir. Arah aliran sungai

sesuai dengan sifat air, dari tempat tinggi ke tempat rendah. Sungai

bermula dari gunung ke danau atau lautan.

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di

bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia.

Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan

tanah atau gorong – gorong dibawah tanah. Drainase berperan penting

untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.

Hidrolika adalah bagian dari hidrodinamika yang terkait dengan

gerak air atau mekanika air. Di tinjau mekanika aliran yaitu aliran saluran

1
222
tertutup dan aliran saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut dalam

2
222

banyak hal mempunyai kesamaan tetapi berbeda dalam satu ketentuan

penting. Perbedaan tersebut adalah pada keberadaan permukaan bebas,

aliran saluran terbuka mempunyai permukaan bebas, sedangkan aliran

saluran tertutup tidak mempunyai permukaan bebas karena air mengisi

seluruh penampang saluran.

Penentuan debit dapat dilaksanakan dengan cara pengukuran

aliran dan cara analisis. Pelaksanaan pengukuran debit dapat dilakukan

secara langsung dan cara tidak langsung. Dalam hidrologi masalah

penentuan debit dengan cara pengukuran termasuk dalam bidang

hidrometri, yaitu ilmu yang mempelajari masalah pengukuran atau

pengumpulan data dasar untuk analisis mencakup data tinggi muka air,

debit dan sedimentasi.

Untuk menghitung kecepatan aliran air maka dilakukan Praktikum

Hidrolika menggunakan alat ukur current meter dan pelampung.

1.2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana kecepatan arus dengan menggunakan current meter di

sungai dan di drainase ?

2) Bagaimana kecepatan arus dengan menggunakan pelampung di

sungai dan di drainas ?

1.3. Maksud dan Tujuan

1) Untuk mengetahui kecepatan arus dengan menggunakan current

meter di sungai dan di drainase.

2) Untuk mengetahui kecepatan arus dengan menggunakan pelampung

di sungai dan di draianse.

3) Memenuhi tuntutan kurikulum pendidikan perguruan tinggi.

3
222

1.4. Manfaat

1) Mahasiswa dapat mengetahui debit aliran di sungai dan di drainase.

2) Mahasiswa dapat mengetahui kecepatan aliran di sungai dan di

drainase.

3) Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana menggunakan alat ukur

current meter.

4) Mahasiswa dapat mengetahui pola aliran yang terjadi di sungai dan di

drainase.

4
222

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air
Air merupakan suatu zat yang tersusun dari unsur kimia hidrogen

dan oksigen dan berada dalam bentuk gas, cair, dan padat. Air adalah

salah satu senyawa yang paling banyak dan penting. Cairan yang tidak

berasa dan tidak berbau pada suhu kamar, memiliki kemampuan penting

untuk melarutkan banyak zat lainnya.

2.1.1 Karakteristik Air

Air ditemukan dalam tiga bentuk berbeda di Bumi, yaitu gas,

padat, dan cair. Bentuk air tergantung pada suhu. Air di planet kita

mengalir sebagai cairan di sungai, dan samudra dalam bentuk

padat seperti es di Kutub Utara dan Selatan dan merupakan gas (uap) di

atmosfer.

Air juga berada di bawah tanah dan di dalam tumbuhan dan

hewan. Semua makhluk hidup membutuhkan air dalam beberapa bentuk

untuk bertahan hidup di Bumi. Orang bisa hidup berminggu-minggu tanpa

makanan, tetapi hanya bisa hidup beberapa hari tanpa air.

Molekul air terdiri dari dua atom hidrogen, masing-masing

dihubungkan oleh ikatan kimia tunggal ke atom oksigen. Sebagian besar

atom hidrogen memiliki inti yang hanya terdiri dari proton. Dua bentuk

isotop, deuterium dan tritium, di mana inti atomnya juga mengandung satu

dan dua neutron, masing-masing ditemukan dalam kadar kecil dalam air.

Meskipun rumusnya (H2O) tampak sederhana, air menunjukkan

sifat kimia dan fisik yang sangat kompleks. Misalnya, titik lelehnya, 0

5
222
derajat C (32 derajat F), dan titik didihnya, 100 derajat C (212 derajat F),

6
222

jauh lebih tinggi daripada yang diharapkan jika dibandingkan dengan

senyawa analog, seperti hidrogen sulfida dan amonia.

2.1.2. Fungsi Air

Fungsi air sangat esensial bagi semua kehidupan, meski

nampaknya kini air tersedia di mana-mana, namun air bersih adalah hal

yang paling penting untuk dapat diakses semua makhluk hidup untuk

keberlangsungan hidupnya. Berikut fungsi air meliputi:

1. Minum

2. Menyiram tanaman

3. Mencuci dan membersihkan

4. Memasak (jangan lupa - air dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan

yang kita makan untuk hidup dan tumbuh)

5. Pabrik (banyak pabrik menggunakan air dalam jumlah besar untuk

membantu membuat barang-barang yang kita gunakan setiap hari)

2.2. Sungai

Menurut PP No. 35 Tahun 1991, pengertian sungai yaitu wadah

atau tempat jaringan pengaliran air yang berasal dari suatu mata air

hingga menuju muara. Sepanjang alirannya sungai dibatasi sisi kiri dan

kanannya oleh garis sempadan. Sungai sendiri bagian dari permukaan

bumi yang lokasinya lebih rendah dibandingkan tanah di sekelilingnya.

Oleh karena itu, sungai menjadi tempat air mengalir baik air tersebut

berasal dari sumber curah hujan, gletser maupun mata air di daratan.

7
222

2.2.1. Fungsi dan Manfaat Sungai

1. Untuk menampung air.

2. Menyimpan potensi pembangkitan listrik.

3. Sumber mencari nafkah.

4. Pusat ekosistem makhluk hidup.

2.2.2. Bagian-Bagian Sungai

1. Hulu Sungai

2. Hilir Sungai

3. Muara Sungai

4. Regim Sungai

5. Gradien Sungai

6. Profil Sungai

2.2.3. Jenis-jenis Sungai

1. Dilihat dari Sumber Air

2. Dilihar dari Debit Air

3. Dilihat dari Pola Aliran

4. Dilihat dari Asal Kejadian

5. Dilihat dari Struktur Geologi

2.3. Drainase

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di

bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia.

Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan

tanah atau gorong – gorong dibawah tanah. Drainase berperan penting

untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.

8
222

Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau

mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai

serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau

membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan

dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha

untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengansanitasi.

Sedangkan pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah

diatur dalam SK menteri PU No. 233 tahun 1987. Menurut SK tersebut,

yang dimaksud drainase kota adalah jaringan pembuangan air yang

berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota dan

daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun luapan

sungai melintas di dalamkota.

2.3.1 Sejarah Perkembangan Drainase

Ilmu drainase perkotaan bermula tumbuh dari kemampuan

manusia mengenali lembah-lembah sungai yang mampu mendukung

kebutuhan hidupnya. Adapun kebutuhan pokok tersebut berupa

penyediaan air bagi keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan,

transportasi dan kebutuhan social budaya.

Dari siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia

bermukim, pada masa tertentu selalu terjadi keberadaan air secara

berlebih, sehingga menganggu kehidupan manusia itu sendiri. Selain

daripada itu, kegiatan manusia semakin bervariasi sehingga

menghasilkan limbah kegiatan berupa air buangan yang dapat

menggangu kualitas lingkungan hidupnya. Berangkat dari kesadaran akan

arti kenyamanan hidup sangat bergantung pada kondisi lingkungan, maka

9
222

orang mulai berusaha mengatur lingkungannya dengan cara melindungi

daerah pemukimannya dari kemungkinan adanya gangguan air berlebih

atau air kotor.

Dari sekumpulan pengalaman terdahulu dalam lingkungan

masyarakat yang masih sederhana, ilmu drainase perkotaan dipelajari

oleh banyak bangsa. Sebagai contoh orang Babilon mengusahakan

lembah sungai Eufrat dan Tigris sebagai lahan pertanian yang dengan

demikian pastitidak dapat menghindahari permasalahan drainase. Orang

Mesir telah memanfaatkan air sungai Nil dengan menetap sepanjang

lembah yang sekaligus rentan terhadapgangguan banjir.

Penduduk di kawasan tropika basah seperti di Indonesia awalnya

dibilang selalu tumbuh dari daerah yang berdekatan dengan sungai,

dengan demikian secara otomatis mereka pasti akan berinteraksi dengan

masalah gangguan air pada saat musim hujan secara periodic. Pada

kenyataannya mereka tetap dapat menetap disana, dikarenakan mereka

telah mampu mengatur dan menguasai ilmu pengetahuan tentang

drainase.

Tepengaruh dengan perkembangan sosial budaya suatu

masyarakat atau suku bangsa, ilmu drainase perkotaan akhirnya harus

ikut tumbuh dan berkembang sesuai dengan perubahan tata nilai yang

berlangsung di lingkungannya.

Harus diakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan ilmu drainase

perkotaan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu hidrolika, matematika,

statiska, fisika, kimia, komputasi dan banyak lagi yang lain, bahkan juga

ilmu ekonomi dan sosial sebagai ibu asuhnya pertama kali. Ketika

10
222

didominasioleh ilmu hidrologi, hidrolika, mekanika tanah, ukur tanah,

matematika, pengkajian ilmu drainase perkotaan masih menggunakan

konsep statiska.

Namun dengan semakin akrabnya hubungan ilmu drainase

perkotaan dengan statiska, kesehatan, lingkungan, social ekonomi yang

umumnya menyajikan suatu telaah akan adanya ketidakpastian dan

menuntut pendekatan masalah sacara terpadu (intergrated) maka ilmu

drainase perkotaan semakin tumbuh menjadi ilmu yang mempunyai

dinamika yang cukup tinggi.

2.3.2 Sistem Jaringan Drainase

Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian,

yaitu :

a) Sistem Drainase Mayor

Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang

menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air

hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini

disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major

system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran

yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer,

kanal- kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini

umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun

dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam

perencanaan sistem drainase ini.

11
222

b) Sistem Drainase Mikro

Sistem drainase mekro yaitu sistem saluran dan bangunan

pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari

daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam

sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan,

saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong,

saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang

dapat ditampungnya tidak terlalu besar.

Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan

dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna

lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman

lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

2.3.3 Jenis-jenis Drainase

Drainase dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :

1) Menurut Sejarah Terbentuknya

a) Drainase alamiah (NaturalDrainage)

Drainase alamiah adalah sistem drainase yang

terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur

tanganmanusia.

b) Drainase buatan (ArtificialDrainage)

Drainase alamiah adalah sistem drainase yang

dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk

menentukan debit akibat hujan, dan dimensisaluran.

12
222

2) Menurut Letak Saluran

a) Drainase permukaan tanah (SurfaceDrainage)

Drainase permukaan tanah adalah saluran

drainase yang berada di atas permukaan tanah yang

berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan.

Analisa alirannya merupakan analisa open channel

flow.

b) Drainase bawah tanah (Sub SurfaceDrainage)

Drainase bawah tanah adalah saluran drainase

yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan

melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-

pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan

tersebut antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi

permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya

saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak

bola, lapangan terbang, taman, dan lain-lain.

3) Menurut Konstruksi

a) Saluran Terbuka

Saluran terbuka adalah sistem saluran yang

biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan

mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun

kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai

saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran

terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan

pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam

13
222

kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu

(masonry) ataupun dengan pasanganbata.

b) Saluran Tertutup

Saluran tertutup adalah saluran untuk air kotor

yang mengganggu kesehatan lingkungan. Sistem ini

cukup bagus digunakan di daerah perkotaan

terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang

tinggi seperti kota Metropolitan dan kota-kota besar

lainnya.

4) Menurut Fungsi

a) Single Purpose

Single purpose adalah saluran yang berfungsi

mengalirkan satu jenis air buangansaja.

b) Multy Purpose

Multy purpose adalah saluran yang berfungsi

mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara

bercampur maupun bergantian.

2.4. Debit
Aliran
Debit aliran adalah laju air (dalam bentuk volume air ) yang

melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam

system SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per

detik (m3/dt). Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran

biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran

adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan

karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh


14
222

adanya kegiatan pengelolaan DAS dan/atau adanya perubahan

(fluktuasi musiman atau tahunan) iklim local.

Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak

sama arah horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan

aliran pada tepi alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran

dekat permukaan air tidak sama dengan kecepatan pada Dasar alur.

Distribusi Kecepatan Aliran

A : teoritis

B : dasar saluran kasar dan banyak

tumbuhan C : gangguan permukaan

(sampah)

D : aliran cepat, aliran turbulen pada dasar

E : aliran lambat, dasar saluran halus

F : dasar saluran kasar/berbatu

15
222

2.4.1 Pengukuran Debit

Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada

dasarnya dapat dilakukan melalui empat katagori (Gordon et al., 1992):

1) Pengukuran volume air sungai

2) Pengukuran debiut dengan cara mengukur kecepatan aliran dan

menentukanluas penampang melintang sungai.

3) Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang

dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).

4) Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit

sepertiweir (aliran air lambat) atauflume ( aliran cepat).

Pada katagori pengukuran debit yang kedua, yaitu pengukuran

debit dengan bantuan alat ukur current meter atau sering dikenal sebagai

pengukuran debit melalui pendekatan velocity-area method yang paling

banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai.

Current meter berupa alat yang berbentuk propeller dihubungkan

dengan kotak pencatat (monitor yang akan mencatat jumlah putaran

selama propeller tersebut berada dalam air) kemudian dimasukan ke

dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya. Bagian ekor alat

tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena gerakan lairan

air sunagi. Kecepatan aliran air akan ditentukan dengan jumlah putaran

per detik yang kemudian dihitung akan disajikan dalam monitor

kecepatan rata-rata aliran air selama selang waktu tetentu. Pengukuran

dilakukan dengan membagi kedalaman sungai menjadi beberapa bagian

dengan lebar permukaan yang berbeda. Kecepatan aliran sungai pada

setiap bagian diukur sesuai dengan kedalaman.

16
222

Cara pengukuran lainnya selain dengan menggunakan alat

Current meter, dalam pengukuran kecepatan aliran sungai juga dapat

dilakukan dengan metode apung (floating method). Caranya dengan

menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran

sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh

benda apung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik

pengamatan lain yang telah ditentukan. Benda apung yang

digunakan dalam pengukuran ini pada dasarnya adalah benda apa saja

sapanjang dapat terapung dalam aliran sungai. Pemilihan tempat

pengukuran sebaiknya pada bagian sungai yang relatif lurus dengan

tidak banyak arus tidak beraturan. Pengukuran dilakukan beberapa

kali sehingga dapat diperoleh kecepatan rata-rata permukaan aliran

sungai dengan persamaan berikut.

V = (Sa-b)/t......................................................................(2.1)

Dimana :

V = Kecepatan rata-rata sliran sungai (m/s)

S = Jarak yang ditempuh pelampung

t = Lama waktu yang digunakan untuk menempuh jarak

17
222

Setelah kecepatan aliran sungai dan luasnya didapatkan, debit

aliran sungai dapat dihitung dengan menggunakan persamaan matematis

berikut.

Q = A . V..........................................................................(2.2)

Dimana :

Q = Debit ( m3/dt)

V = Kecepatan (m/dt)

A = Luasan sungai (m2)

Menghitung luas penampang dengan menggunakan rumus :

A =(a + b /2) . t.................................................................(2.3)

Dimana :

A = Luas penampang (m2)

a = Kedalaman a (meter)

b = Kedalaman b (meter)

t = Lebar sungai per segmen

Dalam melakukan pengukuran debit sungai perlu diperhatikan

angka kecepatan aliran rata-rata, lebar sungai, kedalaman, kemiringan,

dan geseran tepi dan dasar sungai. Geseran tepi dan dasar sungai

akan menurunkan kecepatan aliran terbesar pada bagian tengah dan

terkecil pada bagian dasar sungai.

2.5. Current Meter

Current meter adalah alat pengukur kecepatan aliran air, dalam

beberapa kasus dapat juga digunakan untuk menentukan arah aliran air.

Dengan mendapatkan data kecepatan aliran air di titik-titik tertentu pada

18
222

suatu saluran air dan luas penampangnya maka dapat dihtung debit aliran

air.

Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang

diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada

counter unit dapat berupa jumlah putaran dari propeller maupun langsung

menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan

memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk

tiap-tiap propeller. Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan

aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalikan faktor koreksi yang

dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan. Propeller pada

detecting unit dapat berupa: mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan

ukuran propeller ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang diukur.

Sebuah current meter yang ideal harus memiliki respon yang cepat

dan konsisten dengan setiap perubahan yang terjadi pada kecepatan air,

dan harus secara akurat serta terpercaya sesuai dengan komponen

kecepatan. Juga harus tahan lama, mudah dilakukan pemeliharaan, dan

mudah digunakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda

(Richards 1998).

Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya

aliran yang akan diukur.

Debit aliran dihitung dari rumus :

Q = V. A...........................................................................(2.4)

Dimana :

Q = Debit aliran (m3/s),

V = kecepatan aliran (m/s), dan

19
222

A = luas penampang (m2).

Dengan demikian dalam pengukuran tersebut di samping harus

mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi

kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan

tergantung pada :

 Bentuk saluran

 Kekasaran saluran dan

 Kondisi kelurusan saluran.

Dalam penggunaan curent meter pengetahuan mengenai distribusi

kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan

aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang

tersebut.

Dari hasil penelitian “United Stated Geological Survey” aliran air di

saluran (stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan

sebagai berikut :

1) Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk

parabolik

2) Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h

kedalam air dihitung dari permukaan aliran 0,6 kedalaman di

bawah permukaan air

3) Kecepatan rata-rata berada 85 % kecepatan permukaan

4) Kecepatan rata-rata

5) Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan

pengukuran secara mendetail ke arah vertical dengan

menggunakan integrasi dari pengukuran-pengukuran tersebut

20
222

dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan

kecepatan rata-rata dapat diperoleh dengan :

a) mengukur kecepatan pada titik 0,6 kedalaman dengan kecepatan

rata-rata = kecepatan pada titik tersebut

b) mengukur kecepatan pada titik 0,2 kedalaman dan 0,8 kedalaman,

dengan kecepatan rata-rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h +

kecepatan pada 0,8h)

c) mengukur kecepatan pada titik pengukuran yaitu pada 0,2 h ; 0,6 h

dan 0,8 h, dengan kecepatan rata-rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2

h + 2 kecepatan pada 0,6 + kecepatan pada 0,8h).

Jumlah titik pengukuran berkaitan dengan kedalaman aliran ;

Jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman sesuai dengan daftar

berikut :

Tabel 2.1. Jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman

Kedalaman Jumlah titik Titik kedalaman

saluran (h) dalam pengukuran pengukuran

0,0 – 1 0,6 h
0,6
0,6 – 2 0,2 h; 0,8 h
3,0
3,0 – 3 0,2 h; 0,6 h; 0,8 h
6,0
> 6,0 4 0,2 h; 0,6 h; 0,8 h dan

pada dasarnya

21
222

Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil

penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah

horizontal (lebar aliran) dan kearah vertikal (kedalam aliran). Luas aliran

merupakan jumlah luas tiap bagian (segment) dari profil yang terbuat. Pada

tiap bagian tersebut diukur kecepatan alirannya (sesuai dengan yang telah

diterangkan dimuka).

Pengukuran luas penampang tergantung pada stabilitas dasar sungai.

Pada dasar sungai yang stabil, hasil suatu pengukuran dapat dipakai untuk 3

– 5 kali pengukuran debit. Apabila dasar sungai tidak stabil, pengukuran

luas penampang harus dilakukan setiap kali pengukuran debit. Jika dasar

sangat tidak stabil dimana deformasi terjadi pada waktu pengukuran

kecepatan aliran, maka pengukuran dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan

sesudah pengukuran kecepatan aliran dan kedalaman di tentukan dari hasil

rata-rata kedua pengukuran tersebut.

Pengukuran Debit dengan Current-meter

Prinsip :

kecepatan diukur dengan current-meter, luas penampang basah

ditetapkan berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air.

Kedalaman dapat diukur dengan mistar pengukur, kabel atau tali.

22
222

Pengukuran :

Ada 4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam tabel

berikut :

Cara Pengukuran Kecepatan Aliran

Keterangan :

Tipe Kedalaman Titik Pengamatan Kecepatan rata-rata pada


Air (d) vertikal (v)
Satu 0.6 dari
0.3 – 0.6 V=V
titik m permukaan
Dua
0.6 – 3 m 0.2 dan 0.8 d V = 1/2 (V2 + V8)
titik
Tiga
3–6m 0.2, 0.6 ; 2.8 d V = 1/4 (V2 + V6 + V8)
titik
Lima Lebih dari 6 S ; 0.2 ; 0.6 ; 0.8 V = 1/10 (Vs + 3V2 + 2V6 +
titik M dan B 3V8 + Vb)

2.5.1 Jenis-jenis Current Meter

Dalam pengukuran laju aliran, kondisi lapangan yang berbeda-

beda menyebabkan beberapa tipe current meter hanya dapat

digunakan pada kondisi tertentu. Menurut Ahmed (2009), ada berbagai

macam jenis current meter yang tersedia dan sering digunakan.

Berdasarkan prinsip pengukurannya, current meter terbagi menjadi

tiga kategori utama, yaitu current meter mekanik, current meter

elektromagnetik, dan current meter akustik.

a) Current meter Mekanik

Current meter mekanik yaitu current meter yang mengkonversi

kecepatan sudut dari propeller atau baling baling ke dalam kecepatan

linear. Biasanya jenis ini mempunyai kisaran pengukuran antara 0,03


23
222

sampai 10 m/s. Current meter tipe mekanik, tidak dapat mengukur

kecepatan laju aliran air yang sangat kecil. Di daerah yang sangat

dangkal atau daerah dengan biota perairan yang banyak, current

meter tipe mekanik tidak bisa digunakan karena habitat yang terdapat

pada perairan tersebut dapat terganggu akibat perputaran mekanik

pada baling-baling current meter (Rahman 2008).

Semua current meter mekanik memiliki prinsip kerja dengan

mengubah kecepatan linear menjadi kecepatan angular. Terdapat dua

jenis current meter mekanik yaitu vertical-axis meter dan horizontal-

axis meter. Sebelum digunakan kedua jenis current meter tersebut

harus dikalibrasi dengan menghubungkan antara jumlah putaran

baling-baling dengan laju aliran air.

1) Vertical Axis Meter

Tipe vertical-axis meter memiliki rotating cup dengan sistem

bearing yang lebih sederhana dalam desain dan lebih mudah dalam

pemeliharaannya, lebih sensitif, serta beroperasi pada kecepatan yang

lebih rendah dibandingkan dengan tipe horizontal-axis meter. Terdapat

tiga tipe vertical-axis meter yang sering digunakan, yaitu price type AA

meter, WSC winter meter, dan pygmy meter. Di antara ketiganya, price

type AA meter memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan

yang lainnya dan selalu digunakan pada berbagai macam penelitian

dan cocok untuk segala kondisi di lapangan.

2) Price Type AA Meter

Berdasarkan tipe di atas, tipe price AA meter yang palng umum

digunakan adalah The Price 622AA Meter dengan jenis tiang vertikal

24
222

dan sering dipergunakan sebagai pengukur standar karena hasil

keluarannya. Bersifat ekstensif dengan berbagai manfaat untuk

penelitian/percobaan dan juga cocok untuk berbagai kondisi lapangan.

Secara umum tidak menampilkan sinyal yang cocok dengan

perhitungan dengan konsep perhitungan pulsa elektrik pada daerah

yang rendah kecepatan arusnya. Metode yang paling sesuai

dipergunakan adalah menghitung perputaran rotor atau sistem elektrik

yang mengolah sinyal audio. Current meter sini secara inherent sangat

sensitif terhadap fluktuasi turbulensi lateral karena arah yang kurang

stabil, sangat mungkin untuk menyebabkan galat pada saat

pengukuran kecepatan sehingga berorientasi dalam pengukuran arah

arus.

3) WSC Winter Meter

Sangat baik dipergunakan dalam musim dingin karena current

meter dapat dengan mudah melalui lubang yang dibor di es, dengan

melakukan modifikasi pada roda bagian belakang penangkap arus.

Digunakan dengan melekatkan pada sebuah tongkat yang telah

ditetapkan, dimana sebelum pengukuran harus disesuaikan suhu

supaya tidak berada di bawah 0 derajat celcius dan setelah

pengukuran harus dilakukan pembersihan alat untuk menghindari

menggumpalnya es pada bearing current meter.

4) Pygmy Meter

Memiliki bentuk yang sangat kecil dengan perbandingan ukuran

dua per lima dari Price 622AA meter, sehingga diorientasikan untuk

penggunaan pada kedalaman rendah. Namun demikian Current meter

25
222

ini dianjurkan untuk mengukur kecepatan diatas 0.2 m/s karena untuk

menyesuaikan dengan tingkat tekanan dalam menggerakkan rotor.

5) Horizontal axis meter

Tipe horizontal-axis meter menggunakan propeller sebagai rotor,

dengan susunan axis yang simetri terhadap arah aliran air, dan

memiliki keseimbangan saat menghadapi pergerakan linear. Current

meter tipe ini memiliki kemampuan mengukur arus tajam.

Horizontal-axis meter sangat baik digunakan pada daerah yang

memiliki turbulens yang tinggi dengan kemampuan mengukur arus

deras baik dengan posisi horizontal maupun vertikal. Semua model

menggunakan magnetis permukaan beralih untuk menghasilkan

hitungan rotasi dalam bentuk pulsa, sehingga dapat menghindari

terjadinya gesekan pada komponen yang berdekatan.

6) Current Meter Akustik

Pada sistem ini digunakan prinsip Dopler. Transduser, juga

biasanya berperan sekaligus sebagai receiver, memancarkan pulsa-

pulsa pendek pada frekuensi tertentu, kemudian pulsa-pulsa tersebut

direfleksikan atau disebarkan oleh partikel-partikel dalam air

sehingga terjadi pergeseran frekuensi antara frekuensi yang

dipancarkan dan yang diterima kembali oleh receiver, dimana

kecepatan arus air merupakan fungsi dari nilai perbedaan frekuensi

tersebut.

Acoustic Doppler Velocity (ADV) meter merupakan salah satu

contoh alat current meter akustik yang dikembangkan untuk mengukur

laju aliran dalam dua atau tiga dimensi. Alat ini terbagi menjadi dua

26
222

bagian yaitu pemancar sinyal dan penerima sinyal, yang mengukur laju

aliran pada 0,25 cc volume air yang terletak 10 cm pada sensor.

Pemancar memancarkan sinyal pada sampel air kemudian sinyal

akustik akan dipantulkan kembali oleh partikel tersuspensi yang ada di

air yang diterima oleh penerima sinyal. Dibandingkan dengan current

meter mekanik, ADV meter memiliki beberapa keunggulan seperti area

kecepatan yang lebih luas, pengukuran pada area yang lebih dangkal,

dan tidak memerlukan kalibrasi ulang. Alat ini dapat menambah

kualitas data pada kecepatan yang sangat rendah dan memiliki daya

tahan yang tinggi.

Current meter tipe elektromagnetik dan tipe akustik memiliki

keunggulan dalam hal pengukuran di daerah dangkal dan dapat

mengukur laju aliran yang sangat rendah. Kelebihan lain dari tipe

akustik adalah dapat mengukur laju aliran secara cepat dan akurat

(Huang 2004).

2.5.2 Metode Pengukuran dengan Current Meter

Pengukuran debit dengan menggunakan current meter dapat

dilakukan dengan beberapa metode diantaranya dengan metode

merawas, metode perahu, metode jembatan, dan metode kereta

gantung.

27
222

1) Metode Merawas

Pengukuran debit dengan cara merawas adalah pengukuran

dengan cara petugas pengukur langsung masuk ke dalam badan air.

Petugas pengukur minimal terdiri dari 2 orang, 1 orang petugas

mengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data

pengukuran. Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

28
222

1) Dilakukan pada lokasi sebatas pengukur mampumerawas.

2) Posisi berdiri pengukur harus berada di hilir alat ukur arus dan

tidak boleh menyebabkan berubahnya garis aliran pada jalur

vertikal yang diukur.

3) Pengukur harus berdiri pada posisi yang tidak mempengaruhi

kecepatan air yang melalui alat ukur arus.

4) Letakkan tongkat penduga tegak lurus pada jarak antara 2,5 –

7,5 cm di hilir kabel baja yang telah dibentangkan.

5) Hindari berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan

penyempitan penampang melintang.

6) Apabila lebar sungai memungkinkan maka mengukur debit

dengan cara berdiri di papan atau alat lain di atas aliran akan lebih

baik daripada berdiri dalam air.

7) Apabila posisi current meter (arah aliran) tidak tegak lurus

terhadap penampang melintang sungai, maka besarnya sudut

penyimpangan perlu dicatat untuk menghitung koreksi kecepatan

di vertikalnya.

8) Apabila dasar saluran berubah-ubah sehingga tekanan kaki

pengukurakan mempengaruhi kecepatan dan kedalaman maka

alat ukur harus diletakkan di depan sebelah kaki pengukur.

Merawas dilaksanakan apabila keadaan alur dan kecepatan

saluran memungkinkan untuk diseberangi langsung dengan merawas.

Cara pengukuran merawas ini mempunyai keuntungan dapat memilih

penampang melintang yang terbaik untuk pengukuran.

29
222

2) Metode Perahu

Pengukuran debit menggunakan perahu adalah petugas

pengukur menggunakan sarana perahu sebagai alat bantu

pengukuran. Petugas pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 1 orang

petugas memegang dan menggeser perahu, 1 orang petugas

mengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data

pengukuran.

Petugas pelaksanaan pengukuran dengan menggunakan perahu

perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Dilakukan apabila tidak memungkinkan pengukuran dengan cara

merawas.

b) Alat ukur arus dilengkapi dengan alat penggulung kabel (sounding

reel) dan pemberat yang disesuaikan dengan kondisi aliran

(kedalamandan kecepatan).

c) Posisi alat ukur harus berada di depan perahu.

d) Kabel yang digunakan untuk mengukur lebar sungai (tagline) harus

terpisah dari kabel yang digunakan untuk menggantungkan perahu.

30
222

e) Apabila lebar sungai lebih dari 100 m, atau sungai digunakan untuk

transportasi air maka kabel penggantung perahu tidak dapat

digunakan. Pengaturan posisi perahu diatur dengan menggunakan

sextant meter agar lintasan pengukuran tetap berada pada satu

jalur sehingga lebar sungai sesuai dengan lebar sungai

sesungguhnya. Metode ini disebut metode sudut (angular method).

Selain metode ini dapat juga digunakan metode perahu bergerak.

3) Metode Sisi Jembatan

Pengukuran debit dari sisi jembatan adalah pengukuran

dilakukan dari sisi jembatan bagian hilir aliran dan sebaiknya jembatan

yang digunakan tidak terdapat pilar. Peralatan yang digunakan adalah

bridge crane, sounding reel, tagline, dan 1 set current meter serta

pemberat yang beratnya tergantung dari kecepatan aliran. Petugas

pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 2 orang petugas

mengoperasikan bridge crane dan peralatan pengukur dan 1 orang

petugas mencatat data pengukuran.

Pengukuran dari sisi jembatan dilakukan apabila pada lokasi pos

terdapat fasilitas jembatan, dengan kondisi kedalaman air lebih dari 2

31
222

m dan kecepatan airnya cukup deras sehingga tidak memungkinkan

dilakukan pengukuran dengan menggunakan perahu.

4) Metode Cable Car (Kereta Gantung)

Cable car adalah alat bantu pengukuran berupa kereta gantung

yang digantungkan pada kabel utama yang juga berfungsi sebagai alat

ukur lebar sungai, dilengkapi dengan tempat duduk petugas pengukur

dan dudukan sounding reel. Peralatan yang digunakan adalah current

meter lengkap dengan ekor panjang dan pemberat yang disesuaikan

dengan kondisi kecepatan dan kedalaman aliran. Petugas pengukur

terdiri dari 2 orang, 1 orang petugas mengoperasikan peralatan dan 1

orang petugas mencatat data pengukuran.

5) Pengukuran dengan Pelampung

Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu, pelampung

permukaan, dan pelampung tangkai.

Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung

permukaan. Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian

sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan

pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat

tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada

kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk jarak

tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang

dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan

berdasarkan rata – rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak

tersebut. Sedang kecepatan rata – rata didekati dengan pengukuran

kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya

32
222

tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.

(Harsoyo, 1997).

Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu

pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan

kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru

dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah

pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai

pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan

kecepatan rata–rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan

pelampung, dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2

pengukuran penampang melintang ini dicari penampang melintang

rata– ratanya, dengan jangka garis tengah lebar permukaan air kedua

penampang melintang yang diukur pada waktu bersama–sama

disusun berimpitan, penampang lintang ratarata didapat dengan

menentukan titik–titik pertengahan garis–garis horizontal dan vertikal

dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka

mula–mula dibuat penampang melintang rata–rata antara penampang

melintang rata–rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas dan

terbawah. (Purnomo 2008).

Pengukuran dengan pelampung prinsip pengukurannya dengan

metode kecepatan aliran diukur dengan menggunakan pelampung,

luas penampang basah (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar

permukaan air dan kedalaman air. Persamaan debit yang diperoleh

adalah :

33
222

Q = V.A.k..................................................................(2.5)

Dimana :

Q = Debit aliran (m3/s)

V = Kecepatan aliran rata-rata (m/s)

A = Luas penampang (m2)

K = Faktor Koreksi penampang

Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang digunakan, nilai

tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Y.B. Francis)

sebagai berikut:

k = 1 – 0,116 (√1 – λ - 0,1)................................(2.6)

λ = (3/4×D)/H...........................................................(2.7)

Dimana :

λ = Kedalaman tangkai (h) per kedalaman air (d), yaitu

kedalaman bagian pelampung yang tenggelam dibagi

kedalaman air (Richard, 1998)

D = Diameter pelampung (m)

H = Kedalaman air tinggi muka air (m)

34
222

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan

Sungai :

 Penyelidikan Lapangan Menggunakan Current Meter

1) Hasil penggukuran kecepatan aliran menggunakan current meter

segmen 1= 0,375 m/s; segmen 2= 0,4 m/s; segmen 3= 0,525 m/s;

segmen 4= 0,5 m/s; segmen 5= 0,5 m/s. Dari data tersebut diketahui

bahwa kecepatan tertinggi adalah segmen 3 yaitu 0,525 m/s

sedangkan kecepatan terendah adalah segmen 1 yatu 0,375 m/s.

2) Hasil perhitungan luas penampang menggunakan current meter

penampang 1 = 0.57 m 2; penampang 2 = 1,71 m2 ; penampang 3=

3,165m2; penampang 4= 1.74 m 2; penampang 5= 1,335 m2;

penampang 6= 0.48 m2. Dari data tersebut diketahui bahwa luas

penampang tertinggi adalah penampang 3 yaitu 3,165 m 2 sedangkan

luas penampang terendah adalah penampang 6 yatu 0,48 m2.

3) Hasil perhitungan debit aliran

Hasil perhitungan debit menggunakan current meter Q1 = 0.478 m3/s;

Q2 = 0.510 m3/s ; Q3 = 0.591 m3/s; Q4 = 0.638 m3/s; Q5 = 0.638 m3/s.

Dari data tersebut diketahui bahwa Debit tertinggi adalah Q 4 dan Q5

yaitu 0.638 m3/s sedangkan Debit terendah adalah Q1 yaitu 0.478 m3/s.

 Penyelidikan Lapangan Menggunakan Pelampung

1) Kecepatan aliran permukaan

35
222
Hasil penggukuran kecepatan aliran menggunakan pelampung

segmen 1=0,833 m/s; segmen 2= 0,842 m/s; segmen 3= 0,365 m/s;

segmen 4= 0,320 m/s; segmen 5= 0,327 m/s. Dari data tersebut

diketahui bahwa kecepatan tertinggi adalah segmen 1 yaitu 0,833 m/s

sedangkan kecepatan terendah adalah segmen 4 yatu 0,320 m/s.

2) Nilai faktor koreksi pelampung (K)

Hasil perhitungan Nilai faktor koreksi pelampung (K)

menggunakan pelampung segmen 1=0,894; segmen 2= 0,892 ;

segmen 3= 0,891; segmen 4= 0,891; segmen 5= 0,890 . Dari data

tersebut diketahui bahwa nilai faktor koreksi pelampung tertinggi

adalah segmen 1 yaitu 0,894 sedangkan nilai faktor koreksi pelampung

adalah segmen 5 yaitu 0,890 m/s.

3) Menghitung debit aliran permukaan (Q)

Hasil perhitungan debit menggunakan current meter Q1 = 0.037 m3/s;

Q2 = 0.019 m3/s ; Q3 = 1,033 m3/s; Q4 = 0.044 m3/s; Q5 = 0.567 m3/s.

Dari data tersebut diketahui bahwa Debit tertinggi adalah Q3 yaitu

1,033 m3/s sedangkan Debit terendah adalah Q2 yaitu 0.019 m3/s.

Drainase :

 Penyelidikan Lapangan Menggunakan Current Meter

1) Hasil penggukuran kecepatan aliran menggunakan pelampung

segmen 1= 0,4 m/s; segmen 2= 0,4 m/s; segmen 3= 0,425 m/s. Dari

data tersebut diketahui bahwa kecepatan tertinggi adalah segmen 3

yaitu 0,425 m/s sedangkan kecepatan terendah adalah segmen 1

dan segmen 2 yatu 0,4 m/s.

2) Hasil perhitungan luas penampang menggunakan pelampung

penampang 1 = 0,318 m 2; penampang 2 = 0,552 m 2 ; penampang 3=

36
222

0,543 m 2; penampang 4= 0,308 m 2. Dari data tersebut diketahui

bahwa luas penampang tertinggi adalah penampang 2 yaitu 0,552


2
m sedangkan luas penampang terendah adalah penampang 4 yatu

0,308 m 2.

3) Hasil perhitungan debit aliran menggunakan current meter Q1 =

0.172 m3/s; Q2 = 0,172 m3/s ; Q3 = 0,182 m3/s. Dari data tersebut

diketahui bahwa Debit tertinggi adalah Q3 yaitu 0,182 m3/s

sedangkan Debit terendah adalah Q1 dan Q2 yaitu 0.172 m3/s

 Penyelidikan Lapangan Menggunakan Pelampung

1) Kecepatan aliran permukaan

Hasil penggukuran kecepatan aliran menggunakan pelampung

segmen 1= 1,027 m/s; segmen 2= 1,017 m/s; segmen 3= 1,017 m/s.

Dari data tersebut diketahui bahwa kecepatan tertinggi adalah

segmen 1 yaitu 1,027 m/s sedangkan kecepatan terendah adalah

segmen 2 dan segmen 3 yatu 1,017 m/s.

2) Nilai faktor koreksi pelampung (K)

Hasil perhitungan Nilai faktor koreksi pelampung (K)

menggunakan pelampung segmen 1=0,897; segmen 2= 0,897 ;

segmen 3= 0,897.nilai faktor koreksi pelampung sama dari segmen

1 sampai 3.

3) Menghitung debit aliran permukaan (Q)

Hasil perhitungan debit menggunakan pelampung Q1 = 0,396 m3/s;

Q2 = 0,392 m3/s ; Q3 = 0,427 m3/s. Dari data tersebut diketahui

bahwa Debit tertinggi adalah Q3 yaitu 0,427 m3/s sedangkan Debit

terendah adalah Q2 yaitu 0.392 m3/s

37
222

B. Saran

1. Melengkapi alat laboratorium hidrolika dengan tujuan untuk

menambah pengalaman dan ilmu peserta laboratorium.

2. Pengadaan ruangan khusus laboratorium hidrolika sebagai wadah

dalam pelaksanan praktikum hidrolika.

38

Anda mungkin juga menyukai