PENDAHULUAN
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan air permukaan ?
2. Apa saja karakteristik dan jenis-jenis dari air permukaan ?
3. Apa yang menjadi parameter dari kualitas air permukaan?
4. Apa yang dimaksud dengan aliran permukaan?
5. Bagaimana melakukan perhitungan debit air permukaan?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian air permukaan
2. Untuk mengetahui karakteristik dan jenis-jenis air permukaan
3. Untuk mengetahui parameter dari kualitas air permukaan
4. Untuk mengetahui pengertian dan proses aliran permukaan
5. Untuk memahami dan menerapkan perhitungan debit air permukaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. JENIS-JENIS AIR PERMUKAAN
4
a. Sungai
Sungai adalah air hujan atau mata air yang mengalir secara alami melalui suatu lembah
atau di antara dua tepian dengan batas jelas, menuju tempat lebih rendah (laut, danau
atau sungai lain).
Sungai terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir.
Bagian hulu sungai terletak di daerah yang relatif tinggi sehingga air dapat
mengalir turun,
bagian tengah sungai terletak pada daerah yang lebih landai, dan
bagian hilir sungai terletak di daerah landai dan sudah mendekati muara sungai.
Berdasarkan jenis sumber airnya, terdapat beberapa jenis sungai, yaitu sebagai berikut :
- Sungai hujan (sungai yang berasal dari hujan)
- Sungai mata air
5
- Sungai gletser (dari salju yang mencair)
- Sungai campuran (campuran dari ketiga sumber diatas)
b. Danau
Danau adalah suatu kumpulan air dalam cekungan tertentu dalam jumlah besar. Suatu
genangan dapat disebut danau jika paling tidak memiliki tiga kriteria yaitu :
1). Mempunyai permukaan air yang cukup luas sehingga mampu menimbulkan
gelombang.
2). Air cukup dalam sehingga terdapat strata suhu pada kedalaman air tersebut.
3). Vegetasi yang mengapung tidak cukup untuk menutupi seluruh permukaan danau.
Air yang mengisi danau biasanya air tawar. Danau mendapatkan air dari curah hujan,
sungai-sungai, serta air tanah yang keluar dari mata air.
c. Telaga
Telaga hampir sama dengan danau, hanya luasnya lebih sempit. Telaga tidak memiliki
tingkatan suhu pada kedalamannya dan belum ada gelombang yang mengabrasi.
Munculnya telaga sama dengan awal terjadinya sebuah danau.
d. Rawa
Rawa adalah suatu daerah datar atau sedikit cekung yang tergenang oleh air. Rawa
airnya bersifat asam, warna airnya kemerahan, dan kurang baik untuk irigasi.
2. Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air
laut yang berada di laut.
Berdasarkan luas dan bentuknya, klasifikasi laut terdiri dari :
Teluk adalah bagian laut yang menjorok ke darat
Selat adalah laut yang relatif sempit dan terletak antara dua pulau
Laut adalah perairan yang terletak di antara pulau-pulau yang relatif lebih luas
dibandingkan dengan selat
Samudera adalah laut yang sangat luas dan terletak diantara benua.
6
2.3. KARAKTERISTIK AIR PERMUKAAN
a. Karakteristik Umum Air Permukaan
7
Untuk mengenal karakteristik air baku permukaan maka air ini digolangkan menjadi 6,
yaitu;
1). Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang tinggi
2). Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang rendah
3). Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang sifatnya temporer
4). Air permukaan dengan kandungan warna yang sedang sampai tinggi
5). Air permukaan dengan kesadahan yang tinggi.
6). Air permukaan dengan tingkat kekeruhan sangat rendah.
8
Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,
misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota, dan
sebagainya. Pemantauan parameter-parameter kualitas air perlu dilakukan dalam
melakukan pengelolaan kualitas air pada suatu air permukaan, seperti Daerah Aliran
Sungai (DAS).
9
2.4.2. Keuntungan dan Kerugian Air Permukaan
a. Keuntungan
• Kuantitas/jumlah yang cukup banyak
• Cara pengambilan atau pendapatan lebih banyak
b. Kerugian
• Kualitas air kurang baik karena kontaminasi dengan bahan pencemar selama
pengaliran
• Debit air tidak menentu terkadang sangat kecil terutaman debit air permukaan yang
berasal dari permukaan bumi
• Air permukaan memerlukan pengolahan sebelum dimanfaatkan
Definisi
Aliran (run-off) sering didefinisikan sebagai bagian hujan (rainfall), salju
dan/atau air irigasi yang mengalir diatas permukaan tanah menuju ke sungai. Kadang-
kadang juga disebut sebagai aliran permukaan (surface run-off).
10
Pada beberapa kasus, definisi aliran juga termasuk air yang mengalir ke sungai
secara cepat, dari bawah permukaan tanah ke sungai. Ini sering disebut sebagai
interflow atau subsurface stormflow, dan bersama-sama dengan aliran permukaan
membentuk volume air yang umumnya disebut sebagai aliran.
11
b. Aliran dasar (baseflow) merupakan komponen aliran yang teramati dalam
jangka waktu yang lama. Baseflow akan teramati sebagai debit di sungai pada
saat musim kemarau. Kita ketahui bahwa pada saat musim kemarau, relatif tidak
ada hujan yang jatuh, tetapi pada kebanyakan sungai masih ada debit air yang
mengalir. Alira air sungai ini berasal dari komponen aliran yang kita kenal
sebagai baseflow. Aliran ini berasal dari air hujan yang terinfiltrasi dan masuk
ke dalam tanah menjadi cadangan air tanah, selanjutnya pada lokasi tertentu
mengalir keluar dan bergabung dengan aliran sungai.
c. Infiltrasi (infiltration) : merujuk pada gerakan air kebawah atau masuknya air
hujan kedalam permukaan tanah. Perkolasi adalah gerakan air antar lapisan di
dalam tanah.
d. Aliran permukaan (surface run-off): merujuk pada air diatas permukaan tanah
melalui parit, kanal, atau sungai.
e. Aliran antara (interflow): adalah gerakan air yang relatif cepat dari bawah
permukaan ke aliran sungai. Proses ini terjadi misalnya pada wilayah dengan
tanah yang dalam.
f. Aliran (run-off): sering disebut 1uick response run-off, dapat hanya terdiri dari
aliran permukaan saja, tetapi pada beberapa kasus merupakan gabungan antara
aliran permukaan (surface run-off) dan interflow. Jadi, run-off secara khusus
mewakili gerakan air ke jaringan sungai di luar baseflow.
12
Aliran permukaan dari suatu area merupakan hasil perpaduan dari seluruh faktor
Hidrologi dan Meteorologi di dalam suatu daerah aliran. Aliran permukaan sangat
bervariasi dalam jumlah, tidak hanya dari tahun ke tahun berikutnya, maupun juga dari
hari ke hari, dan jam ke jam. Tidak mungkin mendeteksi secara kuantitatif pengaruh
seluruh faktor terhadap aliran permukaan.
Faktor utama untuk menghitung aliran permukaan adalah iklim, tidak hanya
presipitasi dan evaporasi, tetapi juga dalam periode panjang seperti faktor tanah dan
vegetasi. Aliran permukaan dinyatakan dalam satuan cfs/cms = m 3/s ini adalah laju
aliran air. Atau dapat dalam inci atau mm – cm (ketebalan).
Karena siklus hidrologi mengikuti hukum keseimbangan massa: dari hujan yang
volumenya tertentu maka besarnya air yang mengalir di permukaan tergantung dari
besarnya air yang meresap kedalam tanah, demikian pula sebaliknya. Kecepatan gerak
aliran air di dua kondisi ini sangat jauh berbeda, v = 0,5-1,5 m/detik untuk aliran
permukaan, dan v = 0,0002-450 m/hari untuk aliran air tanah. Oleh karena itu semakin
besar air hujan yang masuk kedalam tanah, maka secara relatif semakin baik, karena hal
ini berarti semakin banyak tabungan air yang kita punya, dan lagi pula air tanah akan
keluar lagi ke permukaan secara perlahan.
A. Faktor Meteorologis
1. Presipitasi (tipe, intensitas, lama, agihan kawasan, agihan waktu, arah gerakan
hujan, frekuensi terjadinya, presipitasi yang mendahului)
13
2. Meteorologis (radiasi matahari, suhu, kelembaban, kecepatan angina, tekanan
atmosfer), yang mempengaruhi evapotranspirasi
B. Faktor DAS
1. Topografi (bentuk, kemiringan)
2. Geologi (permeabilitas dan kapasitas akuifer)
3. Tipe Tanah
4. Vegetasi (penutupan vegetasi, pertumbuhan tanaman dalam saluran)
5. Jaringan Drainase (urutan sungai dan kerapatan sungai)
C. Faktor Manusia
1. Struktur hidrolik
2. Teknik Pertanian
14
pengukuran di tempat terbuka. Pada hutan yang sudah berkembang intersepsi mencapai
2 – 40 % curah hujan, tergantung tipe pohon / tajuk. Misalnya Eucalyptus di Australia 2
– 3 % intersepsi. Hutan cemara di Norwegia kira-kira 25 %, dan hutan cemara di
California dan Douglas di atas 40 %.
Konsentrasi Aliran
Air hujan yang jatuh diseluruh daerah tangkapan akan terkonsentrasi (mengalir)
menuju suatu titik kontrol. Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh
partikel air untuk mengalir dari titik terjauh didalam daerah tangkapan sampai titik yang
ditinjau. Waktu monsentrasi tergantung pada karakteristik daerah tangkapan,tataguna
lahan,jarak lintasan air dari titik terjauh sampai stasiun yang ditinjau.
Konsentrasi aliran di suatu DAS dapat dibedakan menjadi 3 tipe tanggapan DAS :
1) Tipe Pertama terjadi apabila durasi hujan efektif sama dengan waktu
konsentrasi. Semua air hujan yang jatuh di DAS telah terkonsentrasi di titik
control, sehingga debit aliran mencapai maksimum. Pada saat itu hujan berhenti
dan aliran berikutnya di titik kontrol tidak lagi aliran dari seluruh DAS, sehingga
debit aliran berkurang secara berangsur-angsur sampai akhirnya kembali nol dan
hidrograf berbentuk segitiga. Tipe tanggapan DAS seperti ini diesebut aliran
terkonsentrasi.
2) Tipe kedua terjadi apabila durasi hujan efektif lebih lama daripada waktu
konsentrasi. Pada keadaan ini aliran terkonsentrasi pada titik control dan debit
maksimum tercapai setelah waktu aliran sama dengan waktu konsentrasi. Waktu
resesi sama dengan waktu konsentrasi. Tipe anggapan DAS seperi ini disebut
aliran superkonsentrasi.
3) Tipe ketiga terjadi apabila durasi hujan efektif lebih pendek dari pada waktu
konsentrasi. Pada keadaan ini debit aliran di titik kontrol tidak mencapai nilai
maksimum. Setelah hujan berhenti, aliran berkurang sampai akhirnya menjadi
nol. Tipe tanggapan seperti ini disebut aliran subkonsentrasi.
Apabila durasi hujan lebih kecil dari waktu konsentrasi, intensitas hujan akan lebih
tinggi.
15
Koefisien Aliran Permukaan (C)
Salah satu konsep penting dalam upaya mengendalikan banjir adalah koefisien
aliran permukaan (runoff) yang biasa dilambangkan dengan C.
Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran permukaan terhadap
intensitas hujan.
Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah atau
persentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutupan tanah dan intensitas
hujan. Koefisien ini juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju infiltrasi turun
pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi kejenuhan air
sebelumnya. Faktor lain yang juga mempengaruhi nilai C adalah air tanah, derajat
kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi.
16
Kerapatan daerah aliran (drainase) mempengaruhi kecepatan air larian.
Kerapatan daerah aliran adalah jumlah dari semua saluran air/sungai (km) dibagi luas
DAS (km2). Makin tinggi kerapatan daerah aliran makin besar kecepatan air larian
sehingga debit puncak tercapai dalam waktu yang cepat. Vegetasi dapat menghalangi
jalannya air larian dan memperbesar jumlah air infiltrasi dan masuk ke dalam tanah.
Keterangan :
di = Jumlah hari dalam bulan ke-i
Q = Debit rata-rata bulanan (m3/detik) dan 86400 = jumlah detik dalam 24 jam.
P = Curah hujan rata-rata setahun (m/tahun)
A = Luas DAS (m2)
Misalnya C untuk hutan adalah 0,1 arti nya 10% dari total curah hujan akan menjadi air
larian. Angka C ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan apakah suatu
DAS telah mengalami gangguan fisik. Nilai C yang besar berarti sebagian besar air
hujan menjadi air larian, maka ancaman erosi dan banjir akan besar. Besaran nilai C
akan berbeda -beda tergantung dari tofografi dan penggunaan lahan. Semakin curam
kelerengan lahan semakin besar nilai C lahan tersebut.
17
mudah digunakan karena diperuntukkan pemakaian pada DAS berukuran kecil, kurang
dari 300 ha (Goldman et al, 1986).
Persamaan matematik :
Qp = 0,0028 C ip A
Keterangan :
Qp = Air larian (debit) puncak (m3/dt)
C = Koefisien air larian
ip = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas Wilayah DAS (ha)
Intensitas hujan ditentukan dengan memperkirakan waktu konsentrasi ( time of
concentration, Tc) untuk DAS bersangkutan dan menghitung intensitas hujan
maksimum untuk periode berulang (return period) tertentu dan waktu hujan sama
dengan Tc. Bila Tc=1 jam maka intensitas hujan terbesar yang harus digunakan adalah
curah hujan 1-jam.
18
perkembangan atau perubahan kondisi suatu DAS maka parameter-parameter tersebut
harus diukur, baik sebelum maupun sesudah suatu perlakuan diterapkan. Dengan adanya
pembukaan lahan hutan yang berakibat menurunnya kapasitas infiltrasi, akan
mengakibatkan kenaikan jumlah aliran permukaan. Kegiatan deforestasi, pembangunan
jalan atau pembangunan lainnya yang menyebabkan buruknya drainase tanah dapat
berakibat terbentuknya zone saturasi sehingga menghasilkan aliran permukaan. Zone
yang menghasilkan aliran permukaan juga membawa sedimen, unsur hara tanaman,
bakteri, dan polutan lainnya. Informasi ini bermanfaat untuk prediksi banjir dan waktu
terjadinya banjir seperti yang dikemukakan oleh Dunne dan Leopold (1978).
Koefisien aliran (C) merupakan perbandingan antara volume aliran permukaan
dengan volume hujan yang jatuh. Akhirnya C dapat dijadikan sebagai indicator
gangguan fisik dalam suatu DAS. Nilai C makin besar menunjukkan bahwa semakin
banyak air hujan yang menjadi aliran permukaan. Kesalahan dalam menentukan nilai C
akan berpengaruh pada kesalahan penaksiran aliran permukaan.
Banyak metode hidrologi yang dapat digunakan untuk mengestimasi debit
puncak, namun demikian satu metode tidak dapat digunakan untuk semua DAS. Metode
rasional (rational runoff method) banyak digunakan untuk mengestimasi debit puncak
dan metode ini merupakan metode yang sederhana namun dapat menghasilkan estimasi
yang handal (reliable). Namun demikian validasi metode ini sulit dilakukan karena
beberapa parameter seperti waktu konsentrasi dan koefisien limpasan sulit diukur secara
langsung (Hayes dan Young, 2005).
Dalam tulisan ini akan dikemukakan tentang bagaimana memprediksi koefisien
aliran permukaan (C) dengan menggunakan metode rasional (Dunne dan Leopold,
1978) dengan menggunakan data debit puncak yang diukur secara langsung dengan
aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Perhitungan nilai C dengan penerapan SIG
dilakukan melalui analisis spasial untuk mengetahui sumbangan C masing-masing
lokasi sesuai dengan kondisi kelerengan, jenis tanah, dan penutupan lahan. Dengan
demikian, akan diperoleh informasi tentang distribusi dan pola distribusi lokasi-lokasi
yang memberikan sumbangan nilai C tinggi beserta luas areanya, sehingga akan sangat
bermanfaat sebagai masukan dalam perencanaan kegiatan konservasi lahan. Selain itu
nilai C yang diperoleh dengan aplikasi SIG ini dapat digunakan untuk memprediksi
19
aliran permukaan dan debit puncak apabila data pengukuran langsung debit sungai tidak
tersedia.
1. Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung di lapangan meliputi pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran
drainase, sisi miring, dan diameter pada masing-masing saluran drainase.
Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan
pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan aliran
dapat diukur dengan metode current meter dan metode apung.
20
pelekat yang dipasang pada jarak tertentu. Cara ini menggunakan rumus hidraulika,
yaitu rumus Manning atau Cherry, apabila pemilihan badan air yang akan diprakirakan
kecepatan airnya memiliki aliran yang kurang lebih seragam.
Rumus :
Keterangan :
V = kecepatan aliran (m/detik),
r = jari-jari hidrolik (m),
S = kemiringan permukaan air,
n = koefisien kekasaran manning.
c. Dilution methods
Pengukuran debit dengan menggunakan bahan-bahan kimia, pewarna atau radioaktif
sering digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya tidak beraturan (turbulent).
Bahan-bahan tersebut di atas biasanya dalam bentuk:
Mudah larut dalam air sungai,
Bersifat stabil,
Mudah dikenali dalam konsentrasi rendah,
Tidak meracuni biota perairan dan tidak menimbulkan dampak negatif yang
permanen pada badan perairan,
Relatif tidak mahal.
21
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Air permukaan (Surface water) adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di
mata air, sungai danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan dengan air
bawah tanah atau air atmosfer.
Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu perairan darat dan
perairan laut. Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya
seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya. Sedangkan, perairan laut adalah
air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.
Karakteristik air permukaan meliputi karakteristik umum dan karakteristik
spesifik. Adapun parameter dari kualitas air permukaan dapat dilihat dari sifat fisika,
kimia, dan biologi, serta efek pencemarnya.
Aliran (run-off) sering didefinisikan sebagai bagian hujan (rainfall), salju
dan/atau air irigasi yang mengalir diatas permukaan tanah menuju ke sungai. Kadang-
kadang juga disebut sebagai aliran permukaan (surface run-off).
Alasan utama mempelajari proses aliran adalah untuk dapat mengestimasi
jumlah air yang mungkin akan mengalir secara cepat ke sungai. Aliran merupakan
komponen penting dari prediksi banjir dan dapat terdiri dari air hujan, es yang mencair,
dan salju.
Aliran permukaan dari suatu area merupakan hasil perpaduan dari seluruh faktor
Hidrologi dan Meteorologi di dalam suatu daerah aliran. Faktor utama untuk
menghitung aliran permukaan adalah iklim, tidak hanya presipitasi dan evaporasi, tetapi
juga dalam periode panjang seperti faktor tanah dan vegetasi. Aliran permukaan
dinyatakan dalam satuan cfs/cms = m 3/s ini adalah laju aliran air. Atau dapat dalam
inci atau mm – cm (ketebalan).
Sumber aliran permukaan berasal dari presipitasi dalam 3 komponen sumber
yaitu run off, evaporasi, infiltrasi ke dalam tanah. Aliran permukaan berasal dari curah
hujan yang merupakan kelebihan dari laju kehilangan (Evaporasi + Infiltrasi). Kedua
aliran permukaan berasal dari cairnya salju/es, salju mencair merupakan sumber air
permukaan penting di daerah iklim dingin.
22
Pada air permukaan, ada perhitungan debit. Debit adalah jumlah aliran air
(volume) yang mengalir melalui suatu penampang dalam waktu tertentu, umumnya
dinyatakan dalam satuan volume/waktu yaitu (m3/detik). Pengukuran debit air
permukaan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengukuran langsung dan tidak
langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran di lapangan yang meliputi
pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran drainase, sisi miring, dan diameter pada
masing-masing saluran drainase. Sedangkan, pengukuran tidak langsung adalah dengan
pengukuran dengan menggunakan 3 metode yaitu Velocity area methods, Slope area
methods, dan Dilution methods.
3.2. SARAN
Dalam mata kuliah teknik hidrologi, setelah mempelajari materi air permukaan,
sebagai mahasiswa kita harus berpikir kritis dan mampu menganalisa setiap proses yang
terjadi serta dapat menerapkan pembelajaran yang ada. Selain itu, dalam melakukan
perhitungan debit air permukaan, tentunya kita harus mempunyai ketelitian atau
ketekunan dan kesabaran yang tinggi baik dalam mengamati, mengukur, menghitung,
maupun hal atau kegiatan lainnya dalam suatu pengukuran dan perhitungan karena jika
terjadi kesalahan sekecil apapun, hasil atau data dari apa yang diukur dan dihitung tidak
akan sesuai dengan hasil yang sebenarnya.
23