Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Hidrologi adalah cabang ilmu teknik sipil yang mempelajari pergerakan,
distribusi, dan kualitas air diseluruh bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya
air. Domain hidrologi meliputi hidrometeorologi, hidrologi air permukaan,
hidrogeologi, manajemen limbah dan kualitas air, dimana air memiliki peranan penting.
Air permukaan (Surface Water) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan.
Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan,
misalnya untuk air minum tentu dituntut kriteria kualitas yang memenuhi syarat
kesehatan dan sebagainya. Untuk memenuhi kepentingan dalam berbagai hal akan
membutuhkan tenaga, energi, dan biaya, sehingga dapat menghasilkan manfaat dan nilai
potensinya.
Pemanfaatan sumber daya air antara lain untuk irigasi, pembangkit tenaga air,
air baku, penggelontoran, lalu lintas air, rekreasi, dan perikanan. Konservasi tanah dan
air di daerah aliran sungai perlu dilakukan untuk perbaikan lahan dan hidrologis di
daerah aliran sungai. Usaha ini dilakukan dengan perbaikan atau penataan penggunaan
lahan sesuai dengan kemampuan untuk menekan terkelupasnya lapisan tanah bagian
atas dan mengoptimalkan fungsi DAS sebagai daerah resapan. Untuk perubahan sungai
yang tidak terkendali dan sedimentasi waduk agar tetap stabil dan tetap berfungsi
sebagaimana yang telah direncanakan perlu adanya antisipasi penanggulangan tersebut
antara lain :
a. Pengendalian erosi sungai di hulu dan sedimentasi di hilir;
b. Pengaturan sungai yang berkelok-kelok (meander) dengan memperkuat dinding
sungai dengan cara memasang beronjong pada tepi sungai atau krib, sehingga
mengurangi keruntuhan dinding sungai;
c. Pengendalian erosi dan sedimentasi di sungai dengan membuat bangunan
pengendalian sedimen, seperti bendungan atau dam penahan sedimen
(Pengembangan Sumber Daya Air, 1997)

1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan air permukaan ?
2. Apa saja karakteristik dan jenis-jenis dari air permukaan ?
3. Apa yang menjadi parameter dari kualitas air permukaan?
4. Apa yang dimaksud dengan aliran permukaan?
5. Bagaimana melakukan perhitungan debit air permukaan?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian air permukaan
2. Untuk mengetahui karakteristik dan jenis-jenis air permukaan
3. Untuk mengetahui parameter dari kualitas air permukaan
4. Untuk mengetahui pengertian dan proses aliran permukaan
5. Untuk memahami dan menerapkan perhitungan debit air permukaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN AIR PERMUKAAN


Air permukaan (Surface water) adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di
mata air, sungai, danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan dengan air
bawah tanah atau air atmosfer.
Air permukaan secara alami terisi melalui presipitasi dan secara alami berkurang
melalui penguapan dan rembesan ke bawah permukaan sehingga menjadi air bawah
tanah. Meskipun ada sumber lainnya untuk air bawah tanah, yakni air jebak dan air
magma, presipitasi merupakan faktor utama dan air bawah tanah yang berasal dari
proses ini disebut air meteor.
Air permukaan merupakan sumber terbesar untuk air bersih. Air tawar yang ada
di darat terbagi menjadi air permukaan dan air bawah permukaan. Air permukaan
merupakan air yang memiliki daerah aliran dan peredaran di permukaan daratan.
Adapun air bawah permukaan merupakan air yang beredar di dalam tanah karena
terserap oleh pori-pori tanah dan akar tumbuhan. Seperti halnya air permukaan, air
bawah permukaan juga memiliki daerah aliran, namun berada di bawah tanah.

3
2.2. JENIS-JENIS AIR PERMUKAAN

Pada bagian-bagian tertentu, permukaan tanah dapat menampung air. Bentuk-


bentuk tertampungnya air berbeda-beda. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu :
1. Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-
rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.

4
a. Sungai
Sungai adalah air hujan atau mata air yang mengalir secara alami melalui suatu lembah
atau di antara dua tepian dengan batas jelas, menuju tempat lebih rendah (laut, danau
atau sungai lain).

Sungai dapat terjadi melalui 3 cara, yaitu:


1). Yang berasal dari aliran permukaan bumi (misalnya dari air hujan)
2). Yang berasal dari aliran air tanah (misalnya beberapa mata air)
3). Berasal dari campuran antara air tawar dan air laut atau air asin (misalnya air payau)

Sungai terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir.
 Bagian hulu sungai terletak di daerah yang relatif tinggi sehingga air dapat
mengalir turun,
 bagian tengah sungai terletak pada daerah yang lebih landai, dan
 bagian hilir sungai terletak di daerah landai dan sudah mendekati muara sungai.

Beberapa keadaan yg mempengaruhi aliran air sungai, yaitu:


 Keadaan Daerah
Apabila di sekitar daerah aliran masih banyak terdapat hutan/tanaman, maka akan
mempengaruhi debit air yang ada.
 Temperatur
Daerah dengan iklim tropis, mengakibatkan bertambah besarnya penguapan sehingga
air akan berkurang.
 Topografi
Kelandaian dari sungai akan mempengaruhi besarnya pengaliran dan besar/kecilnya
pengikisan tanah.
 Sifat permukaan tanah
Daerah dengan daya resap yang tinggi akan mengurangi debit air yang ada di atasnya.

Berdasarkan jenis sumber airnya, terdapat beberapa jenis sungai, yaitu sebagai berikut :
- Sungai hujan (sungai yang berasal dari hujan)
- Sungai mata air

5
- Sungai gletser (dari salju yang mencair)
- Sungai campuran (campuran dari ketiga sumber diatas)

b. Danau
Danau adalah suatu kumpulan air dalam cekungan tertentu dalam jumlah besar. Suatu
genangan dapat disebut danau jika paling tidak memiliki tiga kriteria yaitu :
1). Mempunyai permukaan air yang cukup luas sehingga mampu menimbulkan
gelombang.
2). Air cukup dalam sehingga terdapat strata suhu pada kedalaman air tersebut.
3). Vegetasi yang mengapung tidak cukup untuk menutupi seluruh permukaan danau.
Air yang mengisi danau biasanya air tawar. Danau mendapatkan air dari curah hujan,
sungai-sungai, serta air tanah yang keluar dari mata air.

c. Telaga
Telaga hampir sama dengan danau, hanya luasnya lebih sempit. Telaga tidak memiliki
tingkatan suhu pada kedalamannya dan belum ada gelombang yang mengabrasi.
Munculnya telaga sama dengan awal terjadinya sebuah danau.

d. Rawa
Rawa adalah suatu daerah datar atau sedikit cekung yang tergenang oleh air. Rawa
airnya bersifat asam, warna airnya kemerahan, dan kurang baik untuk irigasi.

2. Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air
laut yang berada di laut.
Berdasarkan luas dan bentuknya, klasifikasi laut terdiri dari :
 Teluk adalah bagian laut yang menjorok ke darat
 Selat adalah laut yang relatif sempit dan terletak antara dua pulau
 Laut adalah perairan yang terletak di antara pulau-pulau yang relatif lebih luas
dibandingkan dengan selat
 Samudera adalah laut yang sangat luas dan terletak diantara benua.

6
2.3. KARAKTERISTIK AIR PERMUKAAN
a. Karakteristik Umum Air Permukaan

b. Karakteristik Spesifik Air Permukaan

7
Untuk mengenal karakteristik air baku permukaan maka air ini digolangkan menjadi 6,
yaitu;
1). Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang tinggi
2). Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang rendah
3). Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang sifatnya temporer
4). Air permukaan dengan kandungan warna yang sedang sampai tinggi
5). Air permukaan dengan kesadahan yang tinggi.
6). Air permukaan dengan tingkat kekeruhan sangat rendah.

2.4. KUALITAS AIR PERMUKAAN


Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan biota
air. Variabel-variabel tersebut meliputi: sifat fisika (warna, kekeruhan, dan temperatur)
dan sifat kimia (kandungan oksigen, karbondioksida, pH, amoniak, dan alkalinitas).
Kualitas air permukaan secara nasional telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air. Kualitas badan air tergantung dari karakteristik dan kuantitas air yang masuk ke
dalamnya. Oleh karena itu, limbah cair yang masuk ke perairan juga perlu diatur dalam
peraturan perundang-undangan, sehingga tidak memperuruk kualitas air permukaan.

8
Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,
misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota, dan
sebagainya. Pemantauan parameter-parameter kualitas air perlu dilakukan dalam
melakukan pengelolaan kualitas air pada suatu air permukaan, seperti Daerah Aliran
Sungai (DAS).

2.4.1. Parameter Kualitas Air Permukaan


a. Kualitas Air Permukaan
 Fisika
Warna, bau, temperature, kandungan bahan padat, kekeruhan, kandungan minyak dan
lemak.
 Kimia
Organik : BOD, COD,TOC,TOD
Anorganik : Salinitas, hardness, pH, keasaman, kebasaan, besi, mangan, klorida, sulfat,
sulfide, logam berat (air raksa, timbal, krom, tembaga, seng ), nitrogen dan posporus.
 Biologi
Coliforms, faecal coliforms, pathogen dan virus.

b. Efek pencemar terhadap kualitas air:


- Organik terlarut, seperti BOD, menyebabkan penurunan kandungan oksigen :
kematian ikan, merusak kehidupan akuatik dan menimbulkan bau.
- Suspended solid menyebabkan penurunan kejernihan air, mengganggu fotosintesa.
Jika mengendap, menimbulkan endapan lumpur, merubah ekosistem benthic.
- Warna, kekeruhan, minyak dan material mengambang mengganggu estetika,
kejernihan air dan fotosintesa.
- Nitrogen dan posporus menyebabkan pertumbuhan algae : mengganggu proses
pengolahan air.
- Asam, basa dan unsur toksik menyebabkan kematian ikan dan ketidakseimbangan
ekosistem.
- Limbah panas menyebabkan ketidakseimbangan dan mengurangi kapasitas asimilatif
sungai terhadap pencemar dan mengubah pola pengadukan dan menyebabkan
stratifikasi temperatur didalam badan air penerima.

9
2.4.2. Keuntungan dan Kerugian Air Permukaan
a. Keuntungan
• Kuantitas/jumlah yang cukup banyak
• Cara pengambilan atau pendapatan lebih banyak

b. Kerugian
• Kualitas air kurang baik karena kontaminasi dengan bahan pencemar selama
pengaliran
• Debit air tidak menentu terkadang sangat kecil terutaman debit air permukaan yang
berasal dari permukaan bumi
• Air permukaan memerlukan pengolahan sebelum dimanfaatkan

2.5. ALIRAN PERMUKAAN

 Definisi
Aliran (run-off) sering didefinisikan sebagai bagian hujan (rainfall), salju
dan/atau air irigasi yang mengalir diatas permukaan tanah menuju ke sungai. Kadang-
kadang juga disebut sebagai aliran permukaan (surface run-off).

10
Pada beberapa kasus, definisi aliran juga termasuk air yang mengalir ke sungai
secara cepat, dari bawah permukaan tanah ke sungai. Ini sering disebut sebagai
interflow atau subsurface stormflow, dan bersama-sama dengan aliran permukaan
membentuk volume air yang umumnya disebut sebagai aliran.

Alasan utama mempelajari proses aliran adalah untuk dapat mengestimasi


jumlah air yang mungkin akan mengalir secara cepat ke sungai. Aliran merupakan
komponen penting dari prediksi banjir dan dapat terdiri dari air hujan, es yang mencair,
dan salju.
Kondisi DAS akan mempengaruhi berapa banyaknya hujan atau es yang menjadi
aliran. Setelah kita mengetahui jumlah air yang diperkirakan akan menjadi aliran, alat
(tool) lain seperti hidrograf satuan (unit hidrograph) dapat membantu untuk
memperkirakan jumlah debit yang ada di sungai.

 Istilah yang Terkait dengan Aliran permukaan

Ada beberapa istilah yang secara umum digunakan dalam mendeskripsikan


aliran permukaan :
a. DAS (basin, drainage basin, or watershed) menunjukkan suatu luasan yang
berkontribusi pada aliran permukaan. Suatu batas wilayah imaginer, dibatasi
oleh punggung-punggung pegunungan dan lembah, dimana air yang jatuh pada
setiap lokasi di dalam batas tersebut, mengalir dari bagian hulu DAS melalui
anak-anak sungai ke sungai utama, sampai akhirnya keluar lewat satu outlet.

11
b. Aliran dasar (baseflow) merupakan komponen aliran yang teramati dalam
jangka waktu yang lama. Baseflow akan teramati sebagai debit di sungai pada
saat musim kemarau. Kita ketahui bahwa pada saat musim kemarau, relatif tidak
ada hujan yang jatuh, tetapi pada kebanyakan sungai masih ada debit air yang
mengalir. Alira air sungai ini berasal dari komponen aliran yang kita kenal
sebagai baseflow. Aliran ini berasal dari air hujan yang terinfiltrasi dan masuk
ke dalam tanah menjadi cadangan air tanah, selanjutnya pada lokasi tertentu
mengalir keluar dan bergabung dengan aliran sungai.
c. Infiltrasi (infiltration) : merujuk pada gerakan air kebawah atau masuknya air
hujan kedalam permukaan tanah. Perkolasi adalah gerakan air antar lapisan di
dalam tanah.
d. Aliran permukaan (surface run-off): merujuk pada air diatas permukaan tanah
melalui parit, kanal, atau sungai.
e. Aliran antara (interflow): adalah gerakan air yang relatif cepat dari bawah
permukaan ke aliran sungai. Proses ini terjadi misalnya pada wilayah dengan
tanah yang dalam.
f. Aliran (run-off): sering disebut 1uick response run-off, dapat hanya terdiri dari
aliran permukaan saja, tetapi pada beberapa kasus merupakan gabungan antara
aliran permukaan (surface run-off) dan interflow. Jadi, run-off secara khusus
mewakili gerakan air ke jaringan sungai di luar baseflow.

12
Aliran permukaan dari suatu area merupakan hasil perpaduan dari seluruh faktor
Hidrologi dan Meteorologi di dalam suatu daerah aliran. Aliran permukaan sangat
bervariasi dalam jumlah, tidak hanya dari tahun ke tahun berikutnya, maupun juga dari
hari ke hari, dan jam ke jam. Tidak mungkin mendeteksi secara kuantitatif pengaruh
seluruh faktor terhadap aliran permukaan.
Faktor utama untuk menghitung aliran permukaan adalah iklim, tidak hanya
presipitasi dan evaporasi, tetapi juga dalam periode panjang seperti faktor tanah dan
vegetasi. Aliran permukaan dinyatakan dalam satuan cfs/cms = m 3/s ini adalah laju
aliran air. Atau dapat dalam inci atau mm – cm (ketebalan).
Karena siklus hidrologi mengikuti hukum keseimbangan massa: dari hujan yang
volumenya tertentu maka besarnya air yang mengalir di permukaan tergantung dari
besarnya air yang meresap kedalam tanah, demikian pula sebaliknya. Kecepatan gerak
aliran air di dua kondisi ini sangat jauh berbeda, v = 0,5-1,5 m/detik untuk aliran
permukaan, dan v = 0,0002-450 m/hari untuk aliran air tanah. Oleh karena itu semakin
besar air hujan yang masuk kedalam tanah, maka secara relatif semakin baik, karena hal
ini berarti semakin banyak tabungan air yang kita punya, dan lagi pula air tanah akan
keluar lagi ke permukaan secara perlahan.
A. Faktor Meteorologis
1. Presipitasi (tipe, intensitas, lama, agihan kawasan, agihan waktu, arah gerakan
hujan, frekuensi terjadinya, presipitasi yang mendahului)

13
2. Meteorologis (radiasi matahari, suhu, kelembaban, kecepatan angina, tekanan
atmosfer), yang mempengaruhi evapotranspirasi
B. Faktor DAS
1. Topografi (bentuk, kemiringan)
2. Geologi (permeabilitas dan kapasitas akuifer)
3. Tipe Tanah
4. Vegetasi (penutupan vegetasi, pertumbuhan tanaman dalam saluran)
5. Jaringan Drainase (urutan sungai dan kerapatan sungai)
C. Faktor Manusia
1. Struktur hidrolik
2. Teknik Pertanian

 Sumber Aliran Permukaan


Aliran permukaan berasal dari presipitasi dalam 3 komponen sumber yaitu run
off, evaporasi, infiltrasi ke dalam tanah. Aliran permukaan berasal dari curah hujan
yang merupakan kelebihan dari laju kehilangan (Evaporasi + Infiltrasi). Kedua aliran
permukaan berasal dari cairnya salju/es, salju mencair merupakan sumber air
permukaan penting di daerah iklim dingin. Contoh beberapa sungai di Canada, aliran
permukaan dari pencairan salju menduduki 30 – 40 % dari total run off daerah aliran.
Ketiga kontribusi aliran permukaan berasal dari tandon air tanah.

 Proses Run Off


Deskripsi proses run off dapat dijelaskan melalui pertanyaan. Apa yang terjadi
apabila presipitasi mencapai permukaan tanah? Apabila presipitasi mencapai permukaan
tanah, sebagian infiltrasi ke dalam tanah atau mengalir di atas permukaan menuju
saluran air.
Sebelum mencapai permukaan, presipitasi terhadang oleh vegetasi, bagian ini
disebut intersepsi. Hujan yang sedikit jatuh pada hutan yang sudah berkembang
mungkin tidak pernah mencapai tanah. Apabila kapasitas intersepsi tercapai, sisa hujan
mencapai tanah dan tersedia untuk infiltrasi atau aliran permukaan.
Pengukuran Intersepsi oleh pepohonan di dalam hutan lebat dapat dilakukan
dengan memasang penakar hujan secara acak di bawah vegetasi, dibandingkan dengan

14
pengukuran di tempat terbuka. Pada hutan yang sudah berkembang intersepsi mencapai
2 – 40 % curah hujan, tergantung tipe pohon / tajuk. Misalnya Eucalyptus di Australia 2
– 3 % intersepsi. Hutan cemara di Norwegia kira-kira 25 %, dan hutan cemara di
California dan Douglas di atas 40 %.

 Konsentrasi Aliran
Air hujan yang jatuh diseluruh daerah tangkapan akan terkonsentrasi (mengalir)
menuju suatu titik kontrol. Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh
partikel air untuk mengalir dari titik terjauh didalam daerah tangkapan sampai titik yang
ditinjau. Waktu monsentrasi tergantung pada karakteristik daerah tangkapan,tataguna
lahan,jarak lintasan air dari titik terjauh sampai stasiun yang ditinjau.

Konsentrasi aliran di suatu DAS dapat dibedakan menjadi 3 tipe tanggapan DAS :
1) Tipe Pertama terjadi apabila durasi hujan efektif sama dengan waktu
konsentrasi. Semua air hujan yang jatuh di DAS telah terkonsentrasi di titik
control, sehingga debit aliran mencapai maksimum. Pada saat itu hujan berhenti
dan aliran berikutnya di titik kontrol tidak lagi aliran dari seluruh DAS, sehingga
debit aliran berkurang secara berangsur-angsur sampai akhirnya kembali nol dan
hidrograf berbentuk segitiga. Tipe tanggapan DAS seperti ini diesebut aliran
terkonsentrasi.
2) Tipe kedua terjadi apabila durasi hujan efektif lebih lama daripada waktu
konsentrasi. Pada keadaan ini aliran terkonsentrasi pada titik control dan debit
maksimum tercapai setelah waktu aliran sama dengan waktu konsentrasi. Waktu
resesi sama dengan waktu konsentrasi. Tipe anggapan DAS seperi ini disebut
aliran superkonsentrasi.
3) Tipe ketiga terjadi apabila durasi hujan efektif lebih pendek dari pada waktu
konsentrasi. Pada keadaan ini debit aliran di titik kontrol tidak mencapai nilai
maksimum. Setelah hujan berhenti, aliran berkurang sampai akhirnya menjadi
nol. Tipe tanggapan seperti ini disebut aliran subkonsentrasi.
Apabila durasi hujan lebih kecil dari waktu konsentrasi, intensitas hujan akan lebih
tinggi.

15
 Koefisien Aliran Permukaan (C)
Salah satu konsep penting dalam upaya mengendalikan banjir adalah koefisien
aliran permukaan (runoff) yang biasa dilambangkan dengan C.
Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran permukaan terhadap
intensitas hujan.
Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah atau
persentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutupan tanah dan intensitas
hujan. Koefisien ini juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju infiltrasi turun
pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi kejenuhan air
sebelumnya. Faktor lain yang juga mempengaruhi nilai C adalah air tanah, derajat
kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi.

 MENGHITUNG KOEFISIEN RUN OFF (C) DAN DEBIT PUNCAK (Q)


Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang langs ung masuk ke dalam
tanah atau disebut air infiltrasi. Sebagian lagi tidak sempat masuk ke dalam tanah dan
oleh karenanya mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah. Ada
juga bagian dari air hujan yang telah masuk ke dalam tanah, terutama pada tanah yang
hampir atau telah jenuh, air tersebut ke luar ke permukaan tanah lagi dan lalu mengalir
ke bagian yang lebih rendah. Aliran air permukaan yang disebut terakhir sering juga
disebut air larian atau limpasan.
Bagian penting dari air larian dalam kaitannya dengan rancang bangun
pengendali air larian adalah besarnya debit puncak, Q (peak flow atau debit air yang
tertinggi) dan waktu tercapainya debit puncak, volume dan penyebaran air larian. Curah
hujan yang jatuh terlebih dahulu memenuhi a ir untuk evaporasi, intersepsi, infiltrasi,
dan mengisi cekungan tanah baru kemudian air larian berlangsung ketika curah hujan
melampaui laju infiltrasi ke dalam tanah. Semakin lama dan semakin tinggi intensitas
hujan akan menghasilkan air larian semakin besar. Namun intensitas hujan yang terlalu
tinggi dapat menghancurkan agregat tanah sehingga akan menutupi pori -pori tanah
akibatnya menurunkan kapasitas infiltrasi. Volume air larian akan lebih besar pada
hujan yang intensif dan tersebar mera ta di seluruh wilayah DAS dari pada hujan tidak
merata, apalagi kurang intensif. Disamping itu, faktor lain yang mempengaruhi volume
air larian adalah bentuk dan ukuran DAS, topografi, geologi dan tataguna lahan.

16
Kerapatan daerah aliran (drainase) mempengaruhi kecepatan air larian.
Kerapatan daerah aliran adalah jumlah dari semua saluran air/sungai (km) dibagi luas
DAS (km2). Makin tinggi kerapatan daerah aliran makin besar kecepatan air larian
sehingga debit puncak tercapai dalam waktu yang cepat. Vegetasi dapat menghalangi
jalannya air larian dan memperbesar jumlah air infiltrasi dan masuk ke dalam tanah.

Perhitungan Koefisien Runoff


- Koefisien Air Larian
Koefisien air larian (C) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara
besarnya air larian terhadap besarnya curah hujan.

(dalam suatu DAS)


atau

Keterangan :
di = Jumlah hari dalam bulan ke-i
Q = Debit rata-rata bulanan (m3/detik) dan 86400 = jumlah detik dalam 24 jam.
P = Curah hujan rata-rata setahun (m/tahun)
A = Luas DAS (m2)
Misalnya C untuk hutan adalah 0,1 arti nya 10% dari total curah hujan akan menjadi air
larian. Angka C ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan apakah suatu
DAS telah mengalami gangguan fisik. Nilai C yang besar berarti sebagian besar air
hujan menjadi air larian, maka ancaman erosi dan banjir akan besar. Besaran nilai C
akan berbeda -beda tergantung dari tofografi dan penggunaan lahan. Semakin curam
kelerengan lahan semakin besar nilai C lahan tersebut.

Perhitungan Debit Puncak Aliran Permukaan


- Metoda Rasional
Metoda rasional (U.S. Soil Conservation Service, 1973) adalah metoda yang digunakan
untuk memperkirakan besarnya air larian puncak (peak runoff). Metoda ini relatif

17
mudah digunakan karena diperuntukkan pemakaian pada DAS berukuran kecil, kurang
dari 300 ha (Goldman et al, 1986).
Persamaan matematik :
Qp = 0,0028 C ip A
Keterangan :
Qp = Air larian (debit) puncak (m3/dt)
C = Koefisien air larian
ip = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas Wilayah DAS (ha)
Intensitas hujan ditentukan dengan memperkirakan waktu konsentrasi ( time of
concentration, Tc) untuk DAS bersangkutan dan menghitung intensitas hujan
maksimum untuk periode berulang (return period) tertentu dan waktu hujan sama
dengan Tc. Bila Tc=1 jam maka intensitas hujan terbesar yang harus digunakan adalah
curah hujan 1-jam.

 PERHITUNGAN KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN DALAM


PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
Informasi mengenai besarnya aliran permukaan sangat diperlukan dalam
pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Aliran permukaan terjadi ketika jumlah
curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke dalam tanah (Dunne dan Leopold, 1978).
Aliran permukaan merupakan bagian dari hujan yang mengalir di atas permukaan tanah
menuju sungai, danau, dan lautan (Asdak, 1995). Ketika hujan jatuh di atas tanah akan
menabrak permukaan yang mengarahkan ke arah mana alirannya mencapai saluran.
Jalur yang dilalui aliran tersebut dapat menjelaskan tentang karakteristik bentang lahan
(landscape), besarnya aliran permukaan, jenis penggunaan lahan, dan strategi
pengelolaan lahan (Dunne dan Leopold, 1978). Bagian penting yang harus diketahui
dari aliran permukaan ini adalah besarnya debit puncak (peak runoff), waktu
tercapainya debit puncak, volume serta penyebarannya (Asdak, 1995). Informasi ini
akan memberikan gambaran lokasi-lokasi yang memberi kontribusi aliran permukaan
yang besar, sehingga diketahui daerah-daerah yang memerlukan penanganan khusus.
Jumlah air yang tersedia, debit maksimum, dan debit minimum merupakan
parameter hidrologi yang mencerminkan kondisi suatu DAS. Untuk menilai

18
perkembangan atau perubahan kondisi suatu DAS maka parameter-parameter tersebut
harus diukur, baik sebelum maupun sesudah suatu perlakuan diterapkan. Dengan adanya
pembukaan lahan hutan yang berakibat menurunnya kapasitas infiltrasi, akan
mengakibatkan kenaikan jumlah aliran permukaan. Kegiatan deforestasi, pembangunan
jalan atau pembangunan lainnya yang menyebabkan buruknya drainase tanah dapat
berakibat terbentuknya zone saturasi sehingga menghasilkan aliran permukaan. Zone
yang menghasilkan aliran permukaan juga membawa sedimen, unsur hara tanaman,
bakteri, dan polutan lainnya. Informasi ini bermanfaat untuk prediksi banjir dan waktu
terjadinya banjir seperti yang dikemukakan oleh Dunne dan Leopold (1978).
Koefisien aliran (C) merupakan perbandingan antara volume aliran permukaan
dengan volume hujan yang jatuh. Akhirnya C dapat dijadikan sebagai indicator
gangguan fisik dalam suatu DAS. Nilai C makin besar menunjukkan bahwa semakin
banyak air hujan yang menjadi aliran permukaan. Kesalahan dalam menentukan nilai C
akan berpengaruh pada kesalahan penaksiran aliran permukaan.
Banyak metode hidrologi yang dapat digunakan untuk mengestimasi debit
puncak, namun demikian satu metode tidak dapat digunakan untuk semua DAS. Metode
rasional (rational runoff method) banyak digunakan untuk mengestimasi debit puncak
dan metode ini merupakan metode yang sederhana namun dapat menghasilkan estimasi
yang handal (reliable). Namun demikian validasi metode ini sulit dilakukan karena
beberapa parameter seperti waktu konsentrasi dan koefisien limpasan sulit diukur secara
langsung (Hayes dan Young, 2005).
Dalam tulisan ini akan dikemukakan tentang bagaimana memprediksi koefisien
aliran permukaan (C) dengan menggunakan metode rasional (Dunne dan Leopold,
1978) dengan menggunakan data debit puncak yang diukur secara langsung dengan
aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Perhitungan nilai C dengan penerapan SIG
dilakukan melalui analisis spasial untuk mengetahui sumbangan C masing-masing
lokasi sesuai dengan kondisi kelerengan, jenis tanah, dan penutupan lahan. Dengan
demikian, akan diperoleh informasi tentang distribusi dan pola distribusi lokasi-lokasi
yang memberikan sumbangan nilai C tinggi beserta luas areanya, sehingga akan sangat
bermanfaat sebagai masukan dalam perencanaan kegiatan konservasi lahan. Selain itu
nilai C yang diperoleh dengan aplikasi SIG ini dapat digunakan untuk memprediksi

19
aliran permukaan dan debit puncak apabila data pengukuran langsung debit sungai tidak
tersedia.

2.6. MENGHITUNG DEBIT AIR PERMUKAAN


Debit adalah jumlah aliran air (volume) yang mengalir melalui suatu penampang
dalam waktu tertentu, umumnya dinyatakan dalam satuan volume/waktu yaitu
(m3/detik). Pengukuran debit air permukaan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
pengukuran langsung dan tidak langsung.

1. Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung di lapangan meliputi pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran
drainase, sisi miring, dan diameter pada masing-masing saluran drainase.

2. Pengukuran tidak langsung


a. Velocity area methods
Pada prinsipnya untuk mengetahui debit suatu aliran, dilakukan pengukuran kecepatan
aliran dan penampang basah sungai. Kecepatan aliran dianggap seragam di setiap titik
pada tampang lintang yang besarnya sama dengan kecepatan.
Rumus yang digunakan adalah:
Q=AxV
Keterangan :

Q =Debit Aliran (m3/s)

A = Luas Penampang (m2)

V = Kecepatan Aliran (m/s)

Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan
pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan aliran
dapat diukur dengan metode current meter dan metode apung.

b. Slope area methods


Cara slope area dapat digunakan untuk menghitung debit secara tidak langsung, yaitu
setelah banjir surut dengan menggunakan data bekas banjir pada tebing sungai atau

20
pelekat yang dipasang pada jarak tertentu. Cara ini menggunakan rumus hidraulika,
yaitu rumus Manning atau Cherry, apabila pemilihan badan air yang akan diprakirakan
kecepatan airnya memiliki aliran yang kurang lebih seragam.
Rumus :

Keterangan :
V = kecepatan aliran (m/detik),
r = jari-jari hidrolik (m),
S = kemiringan permukaan air,
n = koefisien kekasaran manning.

c. Dilution methods
Pengukuran debit dengan menggunakan bahan-bahan kimia, pewarna atau radioaktif
sering digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya tidak beraturan (turbulent).
Bahan-bahan tersebut di atas biasanya dalam bentuk:
 Mudah larut dalam air sungai,
 Bersifat stabil,
 Mudah dikenali dalam konsentrasi rendah,
 Tidak meracuni biota perairan dan tidak menimbulkan dampak negatif yang
permanen pada badan perairan,
 Relatif tidak mahal.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Air permukaan (Surface water) adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di
mata air, sungai danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan dengan air
bawah tanah atau air atmosfer.
Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu perairan darat dan
perairan laut. Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya
seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya. Sedangkan, perairan laut adalah
air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.
Karakteristik air permukaan meliputi karakteristik umum dan karakteristik
spesifik. Adapun parameter dari kualitas air permukaan dapat dilihat dari sifat fisika,
kimia, dan biologi, serta efek pencemarnya.
Aliran (run-off) sering didefinisikan sebagai bagian hujan (rainfall), salju
dan/atau air irigasi yang mengalir diatas permukaan tanah menuju ke sungai. Kadang-
kadang juga disebut sebagai aliran permukaan (surface run-off).
Alasan utama mempelajari proses aliran adalah untuk dapat mengestimasi
jumlah air yang mungkin akan mengalir secara cepat ke sungai. Aliran merupakan
komponen penting dari prediksi banjir dan dapat terdiri dari air hujan, es yang mencair,
dan salju.
Aliran permukaan dari suatu area merupakan hasil perpaduan dari seluruh faktor
Hidrologi dan Meteorologi di dalam suatu daerah aliran. Faktor utama untuk
menghitung aliran permukaan adalah iklim, tidak hanya presipitasi dan evaporasi, tetapi
juga dalam periode panjang seperti faktor tanah dan vegetasi. Aliran permukaan
dinyatakan dalam satuan cfs/cms = m 3/s ini adalah laju aliran air. Atau dapat dalam
inci atau mm – cm (ketebalan).
Sumber aliran permukaan berasal dari presipitasi dalam 3 komponen sumber
yaitu run off, evaporasi, infiltrasi ke dalam tanah. Aliran permukaan berasal dari curah
hujan yang merupakan kelebihan dari laju kehilangan (Evaporasi + Infiltrasi). Kedua
aliran permukaan berasal dari cairnya salju/es, salju mencair merupakan sumber air
permukaan penting di daerah iklim dingin.

22
Pada air permukaan, ada perhitungan debit. Debit adalah jumlah aliran air
(volume) yang mengalir melalui suatu penampang dalam waktu tertentu, umumnya
dinyatakan dalam satuan volume/waktu yaitu (m3/detik). Pengukuran debit air
permukaan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengukuran langsung dan tidak
langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran di lapangan yang meliputi
pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran drainase, sisi miring, dan diameter pada
masing-masing saluran drainase. Sedangkan, pengukuran tidak langsung adalah dengan
pengukuran dengan menggunakan 3 metode yaitu Velocity area methods, Slope area
methods, dan Dilution methods.

3.2. SARAN
Dalam mata kuliah teknik hidrologi, setelah mempelajari materi air permukaan,
sebagai mahasiswa kita harus berpikir kritis dan mampu menganalisa setiap proses yang
terjadi serta dapat menerapkan pembelajaran yang ada. Selain itu, dalam melakukan
perhitungan debit air permukaan, tentunya kita harus mempunyai ketelitian atau
ketekunan dan kesabaran yang tinggi baik dalam mengamati, mengukur, menghitung,
maupun hal atau kegiatan lainnya dalam suatu pengukuran dan perhitungan karena jika
terjadi kesalahan sekecil apapun, hasil atau data dari apa yang diukur dan dihitung tidak
akan sesuai dengan hasil yang sebenarnya.

23

Anda mungkin juga menyukai