Anda di halaman 1dari 10

Air Permukaan sebagai sumber air bersih

1.

Pengertian Air Permukaan


Menurut Soegianto (2005) Air permukaan adalah air yang berasal dari air hujan yang
jatuh ke permukaan tanah, sebagian menguap dan sebagian lainnya mengalir ke sungai,
saluran air lalu disimpan di dalam danau, waduk dan rawa.
Menurut Limbong (2008) Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di
permukaan bumi. Jadi, Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah yang dapat
dengan mudah dilihat oleh mata. Pada umumnya sumber air yang berasal dari permukaan,
merupakan air yang kurang baik untuk langsung dikonsumsi manusia. Oleh karena itu
sumber air yang berasal dari air permukaan perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum
dimanfaatkan.

2. Karakteristik Air Permukaan


2.1 Karakteristik umum air permukaan

2.2 Karakteristik spesifik air permukaan

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Untuk mengenal karakteristik air baku permukaan maka air ini digolangkan menjadi 6, yaitu;
Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang tinggi
Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang rendah
Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang sifatnya temporer
Air permukaan dengan kandungan warna yang sedang sampai tinggi
Air permukaan dengan kesadahan yang tinggi.
Air permukaan dengan tingkat kekeruhan sangat rendah

3. Kualitas Air Permukaan


Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan biota air.
Variabel-variabel tersebut meliputi: sifat fisika (warna, kekeruhan, dan temperatur) dan sifat
kimia (kandungan oksigen, karbondioksida, pH, amoniak, dan alkalinitas).
Kualitas air permukaan secara nasional telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.
82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kualitas badan
air tergantung dari karakteristik dan kuantitas air yang masuk ke dalamnya. Oleh karena itu,
limbah cair yang masuk ke perairan juga perlu diatur dalam peraturan perundang-undangan,
sehingga tidak memperuruk kualitas air permukaan.
Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,
misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota, dan
sebagainya.
Pemantauan parameter-parameter kualitas air perlu dilakukan dalam melakukan
pengelolaan kualitas air pada suatu air permukaan, seperti Daerah Aliran Sungai (DAS).
Menurut Erianto, E.W. dan B. Machbub (2004) pada umumnya pemantauan kualitas air
dilakukan baik secara berkelanjutan maupun berkala (time series) tergantung kebutuhan dan
dana yang ada.
Pemantauan kualitas air tersebut, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
kondisi umum kualitas air secara cepat, sehingga data dapat disajikan secara tepat waktu (real
time).
4. Parameter Kualitas Air Permukaan
Kualitas Air
Fisika
warna, bau, temperature, kandungan bahan padat, kekeruhan, kandungan minyak dan lemak.
Kimia
Organik : BOD, COD,TOC,TOD
Anorganik : Salinitas, hardness, pH, keasaman, kebasaan, besi, mangan, klorida, sulfat,
sulfide, logam berat (air raksa, timbal, krom, tembaga, seng ), nitrogen dan posporus.

Biologi
coliforms, faecal coliforms, pathogen dan virus.
Efek pencemar terhadap kualitas air:
- Organik terlarut, seperti BOD, menyebabkan penurunan kandungan oksigen -> Kematian
ikan, merusak kehidupan akuatik dan menimbulkan bau.
- Suspended solid menyebabkan penurunan kejernihan air, mengganggu fotosintesa. Jika
mengendap, menimbulkan endapan lumpur, merubah ekosistem benthic.
- Warna, kekeruhan, minyak dan material mengambang mengganggu estetika, kejernihan
air dan fotosintesa.
- Nitrogen dan posporus menyebabkan pertumbuhan algae -> Mengganggu proses
pengolahan air.

- Asam, basa dan unsur toksik menyebabkan kematian ikan dan ketidakseimbangan
ekosistem.
- Limbah panas menyebabkan ketidakseimbangan dan mengurangi kapasitas asimilatif
sungai terhadap pencemar dan mengubah pola pengadukan dan menyebabkan stratifikasi
temperatur didalam badan air penerima.
5. Jenis-jenis Air Permukaan
Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
5.1 Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa,
danau, sungai, dan lain sebagainya.
a.
Sungai
Sungai adalah air hujan atau mata air yang mengalir secara alami melalui suatu lembah atau
di antara dua tepian dengan batas jelas, menuju tempat lebih rendah (laut, danau atau sungai
lain).
Sungai dapat terjadi melalui 3 cara, yaitu:
a. Yang berasal dari aliran permukaan bumi (misalnya dari air hujan)
b. Yang bersal dari aliran air tanah (misalnya beberapa mata air)
c. Berasal dari campuran keduanya (misalnya air payau)
Sungai terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir. Bagian hulu
sungai terletak di daerah yang relatif tinggi sehingga air dapat mengalir turun, bagian tengah
sungai terletak pada daerah yang lebih landai, dan bagian hilir sungai terletak di daerah landai

dan sudah mendekati muara sungai.


Beberapa keadaan yg mempengaruhi aliran air sungai, yaitu:
Keadaan Daerah
Apabila di sekitar daerah aliran masih banyak terdapat hutan/tanaman, maka akan

mempengaruhi debit air yang ada


Temperatur
Daerah dengan iklim tropis, mengakibatkan bertambah besarnya penguapan sehingga air

akan berkurang.
Topografi
Kelandaian dari sungai akan mempengaruhi besarnya pengaliran dan besar/kecilnya

pengikisan tanah
Sifat permukaan tanah
Daerah dengan daya resap yang tinggi akan mengurangi debit air yang ada di atasnya
Terdapat beberapa jenis-jenis sungai, yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan jenis sumber airnya
- Sungai hujan (sungai yang berasal dari hujan)
- Sungai mata air
- Sungai gletser (dari salju yang mencair)
- Sungai campuran (campuran dari ketiga sumber diatas)

b. Danau
Adalah suatu kumpulan air dalam cekungan tertentu dalam jumlah besar. Suatu genangan
dapat disebut danau jika paling tidak memiliki tiga kriteria yaitu :
1. Mempunyai permukaan air yang cukup luas sehingga mampu menimbulkan gelombang.
2. Air cukup dalam sehingga terdapat strata suhu pada kedalaman air tersebut.
3. Vegetasi yang mengapung tidak cukup untuk menutupi seluruh permukaan danau.
Air yang mengisi danau biasanya air tawar. Danau mendapatkan air dari curah hujan,
sungai-sungai, serta air tanah yang keluar dari mata air. Keempat sumber tersebut bersamasama dapat mengisi dan men
c. Telaga
Telaga hampir sama dengan danau, hanya luasnya lebih sempit. Telaga tidak memiliki
tingkatan suhu pada kedalamannya dan belum ada gelombang yang mengabrasi. Munculnya
telaga sama dengan awal terjadinya sebuah danau.
d. Rawa
Adalah suatu daerah datar atau sedikit cekung yang tergenang oleh air. Rawa airnya bersifat
asam, warna airnya kemerahan, dan kurang baik untuk irigasi.
5.2 Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut
yang berada di laut.
Berdasarkan luas dan bentuknya, klasifikasi laut terdiri dari :
a. Teluk adalah bagian laut yang menjorok ke darat
b. Selat adalah laut yang relative sempit dan terletak antara dua pulau
c. Laut adalah perairan yang terletak di antara pulau-pulau yang relative lebih luas
dibandingkan dengan selat
d. Samudera adalah laut yang sangat luas dan terletak diantara benua
Keuntungan dan Kerugian Air Permukaan
1. Keuntungan
Kuantitas/jumlah cukup banyak
Cara pengambilan atau pendapatan lebih banyak
2. Kerugian
Kualitas air kurang baik karena kontaminasi dengan bahan pencemar selama pengaliran
Debit air tidak menentu terkadang sangat kecil terutaman debit air permukaan yang berasal
dari permukaan bumi
Air permukaan memerlukan pengolahan sebelum dimanfaatkan
6. Menghitung Debit Air Permukaan
Debit adalah jumlah aliran air (volume) yang mengalir melalui suatu penampang dalam
waktu tertentu, umumnya dinyatakan dalam satuan volume/waktu yaitu (m3/detik).

Pengukuran debit air permukaan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu langsung dan idak
langsung.
6.1 Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung di lapangan meliputi pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran
drainase, sisi miring, dan diameter pada masing-masing saluran drainase.
6.2 Pengukuran tidak langsung
a. Velocity area methods
Pada prinsipnya untuk mengetahui debit suatu aliran, dilakukan pengukuran kecepatan aliran
dan penampang basah sungai. Kecepatan aliran dianggap seragam di setiap titik pada
tampang lintang yang besarnya sama dengan kecepatan. Rumus yang digunakan adalah:

Q = Ax V
Keterangan:
Q =Debit Aliran (m3/s)
A = Luas Penampang (m2)
V = Kecepatan Aliran (m/s)
Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran
kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan aliran dapat diukur
dengan metode current meter dan metode apung
b. Slope area methods
Cara slope area dapat digunakan untuk menghitung debit secara tidak langsung, yaitu setelah
banjir surut dengan menggunakan data bekas banjir pada tebing sungai atau pelekat yang
dipasang pada jarak tertentu. Cara ini menggunakan rumus hidraulika, yaitu rumus Manning
atau Cherry.
Apabila pemilihan badan air yang akan diprakirakan kecepatan airnya memiliki aliran yang
kurang lebih seragam.
Rumus :
Dimana:
V = kecepatan aliran (m/detik),
r = jari-jari hidrolik (m),
S = kemiringan permukaan air,
n = koefisien kekasaran manning.

c.

Dilution methods
Pengukuran debit dengan menggunakan bahan-bahan kimia, pewarna atau radioaktif sering
digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya tidak beraturan (turbulent). Bahan-bahan
tersebut di atas biasanya dalam bentuk:

1)
2)
3)
4)

mudah larut dalam air sungai,


bersifat stabil,
mudah dikenali dalam konsentrasi rendah,
tidak meracuni biota perairan dan tidak menimbulkan dampak negatif yang permanen pada

badan perairan,
5) relatif tidak mahal.
7. Pengolahan Air Permukaan
Pada umumnya, sumber air baku dari air permukaan harus diperhatikan segi
kekeruhan dan segi mikrobiologisnya. Kondisi air baku yang buruk menyebabkan biaya
pengolahan yang dibutuhkan semakin tinggi karena bahan kimia yang diperlukan akan
semakin banyak atau bahkan diperlukan unit pengolahan yang baru untuk menjaga agar
kualitas air sesuai dengan baku mutu.
Tujuan pengolahan air permukaan adalah agar air permukaan dapat digunakan oleh
masyarakat sebagai air bersih dan air minum yang sesuai dengan standar kualitas air bersih
dan air minum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pengolahan air minum dapat dilakukan dengan 3 metoda, yaitu : Penglahan fisik, kimiawi,
dan bakteriologis.
7.1 Pengolahan Fisik
-

Prinsip : menggunakan proses penyaringan dan gravitasi.

Tujuan : untuk menghilangkan kekeruhan yang disebabkan oleh partikel-partikel terlarut


dalam air baku.

7.1.1

Sedimentasi
Sedimentasi merupakan unit yang berfungsi memisahkan padatan dan cairan dengan
menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk memisahkan partikel tersusupensi yang
terdapat dalam cairan tersebut (Reynols, 1982).
Aplikasi utama dari sedimentasi pada instalasi pengolahan air minum adalah :

1)

Pengendapan awal dari air permukaan sebelum pengolahan menggunakan saringan pasir
cepat.

2) Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi sebelum memasuki unit
saringan pasir cepat.

3)

Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi pada instalasi yang
menggunakan sistem pelunakan air oleh kapur-soda.

4) Pengendapan air pada instalasi pemisahan besi dan mangan


7.1.2

Filter Karbon
Karbon aktif dengan media granular (Granular Activated Carbon) merupakan proses
filtrasi yang berfungsi untuk menghilangkan bahan-bahan organik, desinfeksi, serta
menghilangkan bau dan rasa yang disebabkan oleh senyawa-senyawa organik.
Prinsip : mengadsorbsi bahan-bahan pencemar menggunakan media karbon. Proses
adsorbsi yang berlangsung dalam karbon aktif tergantung pada luas permukaan media yang
digunakan dan berhubungan dengan luas total pori-pori yang terdapat dalam media.

7.1.3

Membran atau Filtrasi


Proses ini untuk menyaring air yang telah dikoagulasi dan diendapkan untuk
menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik.
Filtrasi dapat dilakukan menggunakan beberapa jenis filter, antara lain : saringan pasir
lambat, saringan pasir cepat, atau dengan menggunakan teknologi membran.
Keunggulan utama membran dibandingkan filtrasi pasir lambat adalah unit
pengolahan yang dibutuhkan mempunyai ukuran yang lebih kecil, kapasitas pengolahan lebih
besar, serta mampu menghasilkan air layak minum.
Secara umum sistem membran dapat

dibedakan

menjadi

empat

jenis

yaitu Reverseosmosis (RO), Elektrodialisis (ED), Ultrafiltrasi (UF), dan Mikrofiltrasi (MF).
Reverse Osmosis (RO)
Reverse osmosis diartikan sebagai perpindahan pelarut dari larutan, melalui
membran semipermeable di bawah tekanan, ke pelarut murni atau larutan yang lebih encer

pada tekanan yang lebih rendah.


Elektrodialisis (ED)
Dalam elektrodialisis, filter membran yang digunakan tidak permeable untuk air tetapi
permeable bagi kation dan anion. Filter membran yang sering digunakan dalam proses
elektrodialisis adalah filter yang dibuat dari hydrated cellophan dan media lain yang dapat

digunakan untuk menentukan ukuran pori-pori membran.


Ultrafiltrasi (UF)
Ultrafiltrasi menggunakan membran dengan ukuran pori lebih kecil dari 0,1 mikron dan gaya
tekan berkisar antara 30 sampai 90 Psi. Ultrafiltrasi dapat digunakan untuk menyisihkan
bakteri, virus, koloid, dan senyawa-senyawa organik yang mempunyai molekul berukuran

besar.
Mikrofiltrasi (MF)
Tujuan utamanya adalah menyisihkan partikel-partikel pencemar dengan diameter lebih besar
dari 0,5 mikron. Salah satu kegunaan mikrofiltrasi dalam teknik lingkungan adalah

mengisolasi coliform dari contoh air yang diteliti. Mikrofiltrasi juga dapat digunakan untuk
menyisihkan partikulat di udara yang akan digunakan sebagai bahan baku generator ozon.
-

Arus Silang (Cross Flow)


Dengan sistem ini, cairan yang akan dimurnikan dialirkan sejajar dengan permukaan
membran dan tekanan diberikan tegak lurus dengan arah aliran cairan.
Ultra Violet (UV)
Proses desinfeksi pada pengolahan air minum dapat menggunakan sinar ultra violet (UV).
Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 200 nm 300 nm (disebut UV-C)
dapat membunuh bakteri, spora, dan virus.
Panjang gelombang UV yang paling efektif dalam membunuh bakteri adalah 265 nm.
Mekanisme kerja UV adalah melepaskan poton yang akan diserap oleh DNA mikroorganisme
yang menyebabkan kerusakan DNA sehingga proses replikasi DNA akan terhambat.

7.2 Pengolahan Kimia


Pengolahan kimia dilakukan dengan menambahkan bahan kimia tertentu yang bertujuan
untuk menyisihkan senyawa organik maupun senyawa anorganik dalam air. Penambahan
bahan kimia ini bersifat spesifik, tergantung jenis dan konsentrasi polutan dalam air baku.
7.2.1 Flokulasi
Flokulasi adalah tahap pengadukan lambat yang mengikuti unit pengaduk cepat. Proses
ini bertujuan untuk mempercepat laju tumbukan partikel, sehingga menyebabkan aglomerasi
dari partikel koloid terdestabilisasi secara elektrolitik kepada ukuran yang terendapkan dan
tersaring.
Flokulasi dicapai dengan mengaplikasikan pengadukan yang tepat untuk memperbesar
flok-flok hasil koagulasi. Pada umumnya waktu detensi pada bak ini adalah 20 40 menit.
Hal tersebut dilakukan karena flok yang telah mencapai ukuran tertentu tidak bisa menahan
gaya tarik dari aliran air dan menyebabkan flok pecah kembali, oleh sebab itu kecepatan
pengadukan dan waktu detensi dibatasi.
7.2.2 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen yang
terdapat di dalam air baku yang masuk ke dalam instalasi pengolahan air minum. Proses ini
tidak berlaku bagi mikroorganisme yang berada dalam bentuk spora.
Terdapat berbagai metode untuk melakukan desinfeksi, antara lain dengan penggunaan zat
pengoksidasi (ozon, halogen, senyawa halogen), kation dari logam berat (perak, emas,
merkuri), senyawa organik, senyawa berbentuk gas, dan pengolahan fisik (panas, UV, pH)
(Chang, 1971 dikutip dalam Reynolds, 1982).

Anda mungkin juga menyukai