Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Geomine, Vol. 6, No.

1: April 2018

PENGARUH BIDANG DISKONTINU TERHADAP KESTABILAN LERENG


TAMBANG – STUDI KASUS LERENG PB9S4 TAMBANG TERBUKA
GRASBERG

Habibie Anwar1*, Made Astawa Rai2, Ridho Kresna Wattimena2


1. Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia
2. Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung
Email: hbbnwr@umi.ac.id

SARI

Papua merupakan salah satu tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia yang
dioperasionalkan oleh PT. Freeport Indonesia. Sejak dioperasionalkan tambang terbuka Grasberg,
Seringkali terjadi beberapa kali kasus longsoran yang diakibatkan oleh struktur geologi. Pada
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya beberapa tipe longsoran,
faktor keamanan kestabilan lereng dan critical strength reduction factor . Data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu struktur geologi berupa kekar berdasarkan hasil pengamatan dan
pemetaan geologi di lapangan, sifat fisik dan sifat mekanik hasil uji laboratorium di perusahaan.
Lereng PB9S4 terletak di bagian barat daya (southwest) yang dikelompokkan menjadi 27 lokasi.
Berdasarkan hasil proyeksi stereografis menggunakan perangkat lunak dips menunjukkan bahwa
terdapat 13 lokasi kemungkinan terjadinya longsoran bidang dan longsoran baji. Hasil analisis
kinematik menggunakan analisis longsoran bidang dan baji menunjukkan bahwa faktor keamanan
memiliki kondisi aman. Metode elemen hingga dengan simulasi lereng model joint network
Baecher dengan menggunakan perangkat lunak Phase2 menunjukkan bahwa hampir semua
lereng memiliki kondisi stabil.

Kata kunci : tambang terbuka, geologi struktur, proyeksi stereografis, analisis kinematik

ABSTRACT

Papua is one of the largest copper and gold mines in Indonesia operated by PT. Freeport
Indonesia. Since the operationalization of the Grasberg open pit, there have been occasional cases
of failure caused by geological structures. This research was conducted to find out the possibility
of several types of failure, the safety factor of slope stability and critical strength reduction factor.
The data used in this research is a solid geological structure based on observations and geological
mapping in the field, physical properties and mechanical propertiesof laboratory test results in
the company. The slopes of PB9S4 are located in the southwest part of which are grouped into 27
locations. Based on the results of stereographic projection using dips software shows that there
are 13 possible locations of plane failure and wedge failure. The result of kinematic analysis using
plane failure analysis and wedge failure analysis indicate that the safety factor has a safe
condition. The finite element method by simulating the slope of Baecher's joint network model
using Phase2 software shows that almost all slopes have stable conditions.

Keywords : open pit, structural geology, stereographic projection, kinematic analysis

34
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

bidang, longsoran baji, longsoran guling


PENDAHULUAN dan longsoran busur.
Dari semua jenis bidang diskontinu
Struktur geologi sangat mempengaruhi yang ada, kekar atau joint yang paling
kestabilan lereng pada tambang terbuka sering muncul dan selalu menjadi bahan
Grasberg PT. Freeport Indonesia (PTFI). pertimbangan ahli geoteknik karena
Struktur geologi terbentuk akibat menyangkut masalah keselamatan pekerja
deformasi atau perubahan bentuk yang dan infrastruktur operasional
terjadi akibat adanya gaya-gaya endogen penambangan.
dan eksogen. Kedua gaya tersebut akan Pada penelitian ini, lokasi
membentuk tegangan-tegangan dari segala pengambilan data struktur terletak di lereng
arah. Tegangan-tegangan ini menjadi Southwest (gambar 1) dengan arah
parameter yang dapat menghasilkan kemiringan tambang yaitu 20° - 70°. Lereng
deformasi. Proses terbentuknya deformasi tersebut memiliki banyak bidang diskontinu
terjadi pada zona di bidang diskontinu, yang kemungkinan akan menyebabkan
dimana pada zona tersebut gaya-gaya terjadinya longsoran. Data pengamatan dan
terdistribusi. Adanya bidang diskontinu pemetaan geologi di lereng Southwest PB9S4
pada batuan akan mempengaruhi aktifitas dikelompokkan menjadi 27 lokasi.
penambangan, diantaranya berpengaruh
terhadap kekuatan batuan. Semakin kecil
kekuatan batuan maka semakin banyak
bidang diskontinu yang memotong massa
batuan. Bidang diskontinu yang ada pada
massa batuan tersebut dapat menyebabkan
terjadinya longsoran. Contohnya longsoran

Gbr 1. Lokasi Pengambilan Data Struktur di Lereng Southwest (SW) PB9S4

35
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

Dalam penelitian ini, proyeksi


PROYEKSI STREOGRAFIS stereografis menggunakan bantuan
perangkat lunak Dips version 5.103. Dips
Utama (2014) menjelaskan bahwa digunakan untuk mengidentifikasi jenis
struktur geologi yang diproyeksikan secara longsoran yang mungkin terjadi pada suatu
stereografis dapat digunakan untuk lereng. Data yang digunakan untuk
mengetahui tipe dan arah longsoran. proyeksi stereografis adalah data jurus
Proyeksi stereografis menyajikan orientasi (strike) dan kemiringan (dip) bidang
data 3 dimensi menjadi data 2 dimensi yang diskontinu dan lereng.
kemudian dianalisis.

Tabel 1. Hasil Proyeksi Stereografis kemungkinan terjadinya Longsoran Baji

Bidang Bidang
Lokasi Analisis Lereng
No Joint Set Diskontinu 1 Diskontinu 2
kinematik
Strike Dip Strike Dip Strike Dip
1 10 JS2, JS4 28 73 261 61 298 55
2 21 JS1, JS2 21 63 230 85 318 55
3 22 JS2, JS3 276 49 349 36 330 55
4 36 JS1, JS4 346 69 268 49 298 55
5 37 JS1, JS3 72 59 303 54 330 55
6 39 JS1, JS2 67 76 273 76 312 55
7 40 JS3, JS6 6 57 238 55 330 55

Tabel 2. Hasil Proyeksi Stereografis kemungkinan terjadinya Longsoran Bidang

Lokasi Analisis BidangDiskontinu (ψp) Lereng


No. Joint Set
kinematik Strike Dip Strike Dip
1 11 JS6 299 44 300 55
2 36 JS2 334 43 298 55
3 40 JS1 135 31 330 55
4 43 JS2 298 41 312 55
5 56 JS2 273 48 312 55
6 61 JS2 331 51 350 55

Untuk menentukan potensi c. Kemiringan bidang luncur (ψp) lebih


kelongsoran pada proyeksi stereografis besar daripada sudut geser dalam (ϕ).
perlu terlebih dahulu mengetahui syarat- d. Terdapat bidang bebas yang
syarat kemungkinan longsoran bidang dan merupakan batas lateral dari massa
baji batuan atau tanah yang longsor.

Syarat Terjadinya Longsoran Bidang :


a. Jurus (strike) bidang luncur
mendekati pararel terhadap jurus
bidang permukaan lereng (perbedaan
maksimum 20°).
b. Kemiringan bidang luncur (ψ p) harus
lebih kecil daripada kemiringan
bidang permukaan lereng (ψf ).

36
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

Gbr 2. Contoh Hasil proyeksi Stereografis


Longsoran Bidang Lokasi 11

Tabel 3. Hasil Perhitungan Longsoran Bidang

Lokasi Dip (ψp) A (m) W FK


11 44 138,87 42125.44 1,47
61 51 98,82 8724,8 2,55
36 43 187,55 82196,39 2,47
40 31 796,98 2192865,42 1,79
56 48 879,57 1154733,742 1,54
43 41 544,737 776177 1,39

Tabel 4. Hasil Perhitungan Longsoran Baji

Diskontinu
Lokasi A B X Y FK
ψa ψb
10 73 61 0,61 0,8 9,46 5,43 2,33
36 69 49 0,2 0,9 7,03 5,29 1,83
21 63 85 1,55 1,2 6,8 13,49 2,45
22 49 36 0,41 1,2 15,14 8,48 2,03
39 76 76 1,78 1,8 21,31 15,5 3,09
40 59 59 1,07 1,1 10,19 11,76 2,03
37 59 54 0,512 0,8 31,714 29,747 2,74

Syarat Terjadinya Longsoran Baji : mungkin terjadi yaitu longsoran baji (tabel
a. Kemiringan lereng lebih besar 1) dan longsoran bidang (tabel 2)
daripada kemiringan garis potong
kedua bidang lemah (ψfi > ψi). ANALISIS KINEMATIK
b. Sudut garis potong kedua bidang lemah
lebih besar daripada sudut geser Proyeksi stereografis merupakan
dalamnya (ψfi> ϕ) langkah awal untuk menganalisis analisis
kinematik untuk kestabilan lereng,
Dari hasil proyeksi stereografis selanjutnya untuk menganalisis kestabilan
keseluruhan lereng PB9S4, maka dapat lereng di daerah penelitian ini dibagi
disimpulkan bahwa longsoran yang dapat menjadi 2 bagian, yaitu analisis kinematik

37
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

untuk longsoran bidang dan analisis


kinematik untuk longsoran baji

Pada penelitian ini untuk


menganalisis longsoran bidang dan
longsoran baji menggunakan klasifikasi
longsoran batuan (Hoek dan Bray, 1981).

Gbr 3. Contoh Hasil proyeksi Stereografis Longsoran Baji Lokasi 10

Gbr 4. Contoh Analisis Longsoran Bidang pada Lokasi 11 dan Lokasi 61

38
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

Analisis Longsoran Bidang


Longsoran bidang (gambar 4)
merupakan suatu longsoran batuan yang
terjadi sepanjang bidang luncur yang
mempunyai arah jurus sejajar dengan arah
jurus lereng (Hoek dan Bray, 1981).
sehingga persamaan menjadi :

𝑐𝐴 + 𝑊. 𝑐𝑜𝑠. 𝑇𝑎𝑛 ∅
𝐹𝐾 =
𝑊. 𝑠𝑖𝑛𝜓𝑝

Di mana : Gbr 5. Geometri Analisis Longsoran


c = kohesi, ϕ = Sudut geser dalam Bidang
A = sin
𝐻
𝜙
2
W= 𝛾𝐻 (cot 𝜙 − cot 𝛼)
2

Gbr 6. Pemodelan Joint Network Baecher Kondisi Strength Factor

Analisis Longsoran Baji penentuan faktor keamanan harus


Apabila ketahanan geser bidang mempertimbangkan kedua faktor tersebut.
gelincir dipengaruhi oleh kohesi dan Dengan asumsi bahwa air hanya masuk di
djumpai pula adanya rembesan air di sepanjang garis potong kedua bidang lemah
bidang-bidang lemah tersebut, maka dengan muka atas lereng (garis 3 dan 4
39
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

B=(cosψb–
pada gambar 5) dan merembes keluar
cosψacosθna.nb)/(sinψ5sin2θna.nb)
sepanjang garis potong bidang lemah dengan
muka lereng (garis 1 dan 2 pada gambar 5) ψa dan ψb= dip A dan B
serta baji bersifat impermeable (Hoek dan θ24 = sudut-sudut antara bidang lemah
Bray, 1981), maka persamaan yang
digunakan untuk menentukan faktor
keamanan3 adalah :
FK = (𝐶 𝑋 + 𝐶 𝑌) + (𝐴 −

𝛾𝐻 𝐴 𝐵
𝛾𝑤 𝛾𝑤
𝑋) 𝑡𝑎𝑛𝜙 + (𝐵 − ) 𝑡𝑎𝑛𝜙
2𝛾 𝐴 2𝛾 𝐵

Di mana :
CA, CB = Kohesi A dan B
ϕA, ϕB = Sudut geser dalam A dan B
γ = Bobot isi satuan
γw = Bobot isi air
Gbr 7. Longsoran Baji menunjukkan Garis
H = Tinggi Perpotongan dan Bidang
X = sinθ24/(sinθ45θ2.na)
Y = sinθ13/(sinθ35θ1.na),
A=(cosψa–cosψb.cosθna.nb)/(sinψ5sin2θna.nb)

Tabel 5. Parameter Massa Batuan Kestabilan Lereng Lokasi Penelitian

Uji Laboratorium
Tipe Massa
Jenis Batuan Batuan Residu Max Min
Φ (°) C (MPa) Φ (°) C (MPa) Φ (°) C (MPa)
Batuan Beku GTRCK 1 - 4 29.19 0.172 32.9 0.446 25.3 0.137
Heavy Sulphide GTRCK 93 45.83 0.091 38.0 3.973 32.1 2.870
Batuan Beku GTRCK 6 18.9 0.102 31.0 3.182 26.2 1.973
Batuangamping GTRCK 31 30.59 0.190 37.8 1.675 33 0.963

Tabel 6. Joint Properties Model Joint di Lokasi Penelitian

Tipe Massa Uji Laboratorium Normal Stifness Shear Stifness


Batuan C (MPa) φ (°) (MPa/m) (MPa/m)
GTRCK 1 - 4 0.1 26.3 100000 10000
GTRCK 6 0.049 21 100000 10000
joint network Baecher dengan bantuan
Pada penelitian analisis longsoran
bidang dan longsoran baji mengasumsikan
bobot isi batuan (γ) 27 KN/m 3, bobot isi air
(γw) 10 KN/m3. Dari hasil analisis longsoran
bidang dan longsoran baji dapat dilihat
pada tabel 3 dan tabel 4

Metode elemen Hingga

Pada analisis pemodelan lereng ini


menggunakan pemodelan lereng model
40
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

perangkat lunak Phase2 yang berbasis


metode elemen hingga, yang bertujuan
menghasilkan critical strength
reduction factor (SRF) sebagai nilai
faktor keamanan (FK). Simulasi ini
dilakukan dengan mengambil ketinggian
(H) 784 m, lebar berm 15 m, dan
kemiringan lereng keseluruhan 55°
(gambar 7) dengan asumsi lereng
dibentuk oleh tipe massa batuan (tabel
5) dan joint properties (tabel 6),
sedangkan nilai masukan pada
pemodelan

41
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

DAFTAR PUSTAKA
joint model Baecher yang digunakan
analisis statistik dengan distribusi normal
Grup Geologi Tambang Grasberg dan
yaitu nilai rata-rata (mean ) dan standar
Geoteknik PTFI., "Buku Seri 1 -
deviasi.
Geologi dan Geoteknik Tambang
Dalam simulasi pemodelan ini, akan
Terbuka Grasberg", Divisi Tambang
digunakan beberapa asumsi, yaitu :
Terbuka Permukaan Grasberg PTFI,
1. Material yang digunakan bersifat
Jakarta, 2011
plastis
2. Lereng dalam keadaan kering Hoek, E., dan Bray, JW., "Rock Slope
3. Getaran atau gempa karena faktor Engineering", 3rd Edition, IMM,
external diabaikan London, 1981.
4. Pembebanan hanya dipengaruhi oleh
gravitasi
Pada gambar 7 menunjukkan kondisi
strength factor pada arah sumbu vertikal
dan horisontal tertahan (restrain).
berdasarkan pemodelan strength factor
yang dilakukan menunjukkan tegangan σ 1
semakin besar terhadap tegangan σ3 maka
batuan semakin berada pada kondisi aman,
sedangkan critical strength reduction factor
(SRF) pada gambar IV.44 sebesar 1.39 pada
kondisi stabil.

KESIMPULAN

Hasil perhitungan kestabilan lereng


untuk analisis longsoran bidangdidapatkan
nilai FK 2,55, sedangkan analisis longsoran
baji didapatkan FK 3,09 yang berada dalam
keadaan stabil.
Analisis pemodelan joint network
Baecher menghasilkan critical strength
reduction factor (SRF) sebagai nilai faktor
keamanan (FK) sebesar 1.4.

42
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

NAMA : VINNO AJI SAFERA kegiatan pertambangan dan keselamatan


DERMAWAN pekerja.
NIM : 112220211
KELAS : GEOLOGI TRUKTUR TA-H 2. Pengaruh terhadap kekuatan batuan:
Pengaruh terhadap kekuatan batuan adalah
faktor penting yang harus diperhatikan
OPINI RELEVANSI GEOLOGI dalam aktivitas pertambangan terbuka
STRUKTUR DALAM DUNIA
grasberg. Bidang diskontinu pada batuan,
PERTAMBANGAN
seperti retakan, lipatan, dan kekar, dapat
Berdasarkan paper “PENGARUH BIDANG memiliki dampak signifikan pada
DISKONTINU TERHADAP KESTABILAN kekuatan batuan itu sendiri. Dalam
LERENG TAMBANG – STUDI KASUS konteks ini, ada beberapa poin yang perlu
LERENG PB9S4 TAMBANG TERBUKA dipertimbangkan lebih lanjut:
GRASBERG” terdapat poin-poin penting dari a) Variabilitas Kekuatan Batuan: Batuan
pendapat identifikasi saya: yang memiliki lebih banyak bidang
1. Identifikasi potensi longsoran: Struktur diskontinu cenderung memiliki kekuatan
geologi dapat mempengaruhi kestabilan yang lebih rendah. Ini karena bidang-
lereng pada tambang terbuka. bidang ini memotong massa batuan dan
Identifikasi potensi longsoran menciptakan zona-zona potensial yang
merupakan aspek krusial dalam lebih rentan terhadap pecah atau
pengelolaan tambang terbuka terutama deformasi. Oleh karena itu, pemahaman
pada lereng tambang PB9S4 Grasberg. yang baik tentang struktur geologi dapat
Struktur geologi memiliki peran utama membantu mengidentifikasi batuan yang
dalam menentukan kestabilan lereng di mungkin memiliki kekuatan yang lebih
lingkungan tambang. Ketika kita rendah dan, akibatnya, rentan terhadap
memahami dengan baik bagaimana kegagalan.
bidang-bidang diskontinu di batuan b) Risiko Kegagalan: Batuan yang lemah
berinteraksi, kita menjadi lebih mampu dapat meningkatkan risiko kegagalan
mengantisipasi dan mengenali risiko dalam aktivitas tambang, seperti runtuhnya
terjadinya longsoran. Jenis longsoran, dinding tambang atau runtuhnya atap
seperti longsoran bidang, longsoran tambang bawah tanah. Dalam beberapa
baji, longsoran guling, dan longsoran kasus, kegagalan batuan dapat mengancam
busur, semuanya berkaitan erat dengan keselamatan pekerja tambang dan
karakteristik struktur geologi yang ada. menyebabkan kerusakan serius pada
Oleh karena itu, pemahaman mendalam peralatan dan infrastruktur tambang. Oleh
tentang struktur geologi bukan sekadar karena itu, penilaian kekuatan batuan yang
memungkinkan identifikasi potensi akurat sangat penting untuk menghindari
longsoran, tetapi juga memungkinkan risiko-risiko ini.
pengambilan tindakan pencegahan yang c) Perencanaan Tambang yang Lebih Aman:
sesuai dan efektif untuk menjaga Dengan memahami bagaimana struktur
keamanan dan kestabilan lingkungan geologi memengaruhi kekuatan batuan,
tambang. Dengan kata lain, pengenalan perusahaan tambang dapat merencanakan
dan analisis struktur geologi menjadi operasi tambang dengan lebih baik. Ini
landasan penting dalam upaya termasuk pemilihan lokasi tambang yang
perlindungan terhadap potensi aman, pemilihan metode penambangan
longsoran yang dapat mengancam yang sesuai, dan implementasi tindakan

43
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

pencegahan yang tepat seperti Dalam konteks tambang, analisis


penggunaan dinding penahan atau kinematik memberikan wawasan
penstabilan lereng. tentang bagaimana lereng mungkin
d) Efisiensi Operasional: Selain bergerak atau runtuh.
keselamatan, pemahaman tentang  Peran Struktur Geologi: Struktur
kekuatan batuan juga dapat geologi, seperti kekar atau joint,
meningkatkan efisiensi operasional. menjadi faktor penting dalam
Dengan mengetahui di mana batuan analisis kinematik. Kekar dan joint
yang lebih kuat dan lebih lemah berada, adalah jalur lemah dalam batuan di
perusahaan tambang dapat mana potensi pergerakan atau
mengoptimalkan peralatan dan strategi longsoran lebih besar. Dengan
penambangan untuk mencapai hasil pemahaman yang baik tentang lokasi
yang maksimal dengan risiko kegagalan dan orientasi kekar serta joint, ahli
yang minimal. geoteknik dapat menghitung faktor
Maka struktur geologi tidak hanya keamanan yang diperlukan untuk
menjadi elemen penting dalam menjaga stabilitas lereng tambang.
mengevaluasi kekuatan batuan, tetapi  Keselamatan Pekerja: Penentuan
juga dalam merencanakan dan faktor keamanan adalah langkah
mengelola keselamatan operasional
kunci dalam menjaga keselamatan
dan efisiensi tambang. Oleh karena
pekerja tambang. Dengan
itu, pemahaman yang baik tentang
geologi struktur adalah kunci dalam memahami geologi struktur dan hasil
mengoptimalkan kinerja dan dari analisis kinematik, perusahaan
keamanan dalam industri tambang dapat menentukan batasan
pertambangan. keselamatan yang diperlukan, seperti
jarak aman dari lereng atau
3. Penentuan faktor keamanan: Penentuan rekomendasi penggunaan penahan
faktor keamanan dalam konteks lereng.
kestabilan lereng tambang Grasberg  Infrastruktur Operasional: Selain
adalah tahapan yang sangat penting keselamatan pekerja, faktor
dalam menjaga keselamatan pekerja dan keamanan juga relevan untuk
infrastruktur operasional. Dalam infrastruktur operasional tambang.
konteks ini, analisis kinematik Kesalahan dalam penentuan faktor
merupakan alat yang kuat yang dapat keamanan dapat mengakibatkan
digunakan, dan faktor keamanan sangat kerusakan pada fasilitas tambang,
bergantung pada pemahaman tentang mesin-mesin, dan jaringan
struktur geologi. Mari kita eksplorasi transportasi yang dapat mengganggu
lebih lanjut bagaimana hal ini operasi tambang dan menyebabkan
berhubungan: kerugian ekonomi yang signifikan.
 Analisis Kinematik: Analisis Oleh karena itu, struktur geologi
kinematik adalah metode yang bukan hanya elemen pendukung,
digunakan untuk memahami tetapi juga elemen yang krusial
pergerakan batuan dan potensi dalam pengelolaan keselamatan dan
longsoran. Ini melibatkan studi keberhasilan operasional tambang.
tentang bagaimana bidang 4. Identifikasi jenis longsoran: Identifikasi
diskontinu, seperti kekar dan joint, jenis longsoran adalah langkah kunci
dapat berinteraksi dan dalam upaya pengelolaan risiko di
menyebabkan pergerakan batuan. lingkungan pertambangan dan konstruksi.
44
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 1: April 2018

Proyeksi stereografis adalah alat yang penentuan zona-zona berpotensi


sangat berharga dalam melakukan berbahaya yang perlu diwaspadai.
identifikasi ini, dan pemahaman tentang
Dalam keseluruhan, paper tersebut
struktur geologi menjadi kunci dalam
menunjukkan bahwa pemahaman
penerapannya. Mari kita eksplorasi tentang struktur geologi adalah elemen
lebih lanjut mengapa hal ini penting: kunci dalam manajemen tambang
 Penggunaan Proyeksi terbuka, terutama dalam hal
Stereografis: Proyeksi identifikasi potensi longsoran,
stereografis adalah teknik yang evaluasi kekuatan batuan, penentuan
digunakan untuk mengubah data faktor keamanan, dan identifikasi jenis
geologi tiga dimensi menjadi longsoran. Hal ini memiliki dampak
representasi dua dimensi yang langsung pada keselamatan pekerja,
dapat dianalisis. Dalam konteks stabilitas lingkungan tambang, dan
identifikasi jenis longsoran, hal keberlanjutan operasi tambang. Oleh
ini memungkinkan kita untuk karena itu, investasi dalam
pemahaman yang kuat tentang geologi
merinci orientasi bidang
struktur adalah suatu keharusan dalam
diskontinu dalam batuan, seperti
industri pertambangan.
kekar, lipatan, atau joint, yang
mungkin menjadi penyebab
longsoran.
 Jenis Longsoran yang Berbeda:
Terdapat berbagai jenis
longsoran yang dapat terjadi,
termasuk longsoran bidang,
longsoran baji, longsoran
guling, dan longsoran busur,
yang semuanya memiliki
karakteristik dan mekanisme
yang berbeda. Dalam situasi ini,
proyeksi stereografis
memungkinkan kita untuk
mengidentifikasi pola orientasi
bidang diskontinu yang
mungkin menyebabkan jenis
longsoran tertentu.
 Pengambilan Keputusan yang
Akurat: Dengan pemahaman
yang kuat tentang struktur
geologi dan hasil dari proyeksi
stereografis, perusahaan
pertambangan atau konstruksi
dapat membuat keputusan yang
lebih akurat terkait dengan
perencanaan dan pencegahan
longsoran. Ini termasuk
penggunaan teknik penguatan
lereng yang sesuai atau
45

Anda mungkin juga menyukai