Krisis pemerintahan di Indonesia menyebabkan pemerintahan menjadi tidak stabil. Indonesia pernah mengalami naik turunnya pemerintahan kabinet. Perdana Menteri Wilopo mengembalikan mandatnya kepada presiden pada tanggal 3 Juni 1953 akibat peristiwa Tanjung Morawa. Dengan demikian kabinet dinyatakan demisioner. Kabinet Ali Sastroamijdojo merupakan kabinet pengganti dari Kabinet Wilopo. Kabinet Ali mengisi krisis pemerintahan di Indonesia pasca kekosongan selama sepeninggalan Kabinet Wilopo. Ali Sastroamijojo, yang saat itu menjabat Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, diangkat menjadi perdana menteri pada tanggal 30 Juli 1953 setelah Presiden mengumumkan pembentukan Kabinet Ali Sastroamidjojo yang kemudian disahkan dengan Keputusan Presiden RI No. 132 Tahun 1953 tertanggal 30 Juli 1953. Pelantikan Ali Sastroamidjojo sebagai Perdana Menteri dan Wongsonegoro sebagai Wakil Perdana Menteri dilangsungkan di Istana Negara.
Program Kerja Kabinet Ali
Meningkatkan keamanan dan kemakmuran Menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) Membebaskan Irian Barat secepatnya. Melaksanakan politik bebas-aktif. Menyeleseikan pertikaian politik Penyebab Jatuhnya Kabinet Ali Sastroamijoyo I Seperti halnya kabinet-kabinet sebelumnya, kabinet ini akhirnya mengundurkan diri secara massal. Pasalnya, banyak permasalahan yang tidak dapat diatasi seperti gangguan regional (DI/TII), tingkat korupsi yang menyebabkan kemerosotan ekonomi, dan hilangnya kepercayaan masyarakat. Masalah Iran yang belum terselesaikan, pemilu yang gagal, bahkan skandal korupsi sendiri ada di dalam diri PNI. NU tidak puas dengan kerja kabinet mengenai ekonomi dan keamanan serta didalamnya terdapat konflik antara NU dan PNI. Sehingga pada tanggal 20 Juli NU mengutus menteri-menterinya untuk mundur dari pemerintah dan diikuti partai lainnya. Adanya kelemahan Kabinet Ali mendorong Masyumi untuk mengajukan mosi mengenai kemunduran (ketidak percayaan kepada kebijakan pemerintah). Akhirnya Ali menyerahkan mandatnya kepada presiden pada tanggal 24 Juli 1955.
Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1999), hlm. 369 Djoened P.,Mawarti, et al. Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta : Depdikbud, 1993), Hlm. 526