Anda di halaman 1dari 69

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Karya Ilmiah Sejenis Sebelumnya


Tabel II. 1 Beberapa Karya Ilmiah Evaluasi Instalasi Listrik

No Tahun Judul Karya Ilmiah Obyek Metode Variabel


dan Penulis
1 2015 Evaluasi dan Jaringan Evaluatif Variabel bebas:
Perencanaan suplai listrik (memeriksa Jaringan
Pengembangan di Politeknik beban yang Listrik
Sistem Jaringan Negeri terpasang, Variabel
Listrik Kampus Ambon penghantar dan terikat:
Politeknik Negeri pengaman lalu Beban listrik
Ambon mensimulasika
(Pieter S. n dengan
Tatipikalawan, software)
Wijono dan Rini
Nur Hasanah) [9]
2 2016 Evaluasi Instalasi Evaluatif Variabel bebas:
Perencanaan listrik pada (memeriksa Instalasi listrik
Karakteristik gedung beban Variabel
Instalasi Listrik perpustakaan terpasang, terikat:
Dan Optimalisasi 8 lantai dan menghitung Daya terpasang
Daya Terpasang parkir UIN penghantar dan
Pada Gedung Syarif pengaman.
Perpustakaan Dan Hidayatullah Lalu
Parkir UIN Syarif Jakarta menghitung
Hidayatullah drop tegangan)
Jakarta
(Asep Sodikin,
Dede Suhendi,
Evyta Wismiana)
[10]
3 2016 Analisa Kelayakan Instalasi Pengujian Variabel bebas:
Sistem Instalasi listrik terhadap Instalasi listrik
Listrik Melalui Gedung Lab tahanan isolasi Variabel
Pengujian Nilai Teknik dan tahanan terikat:
Tahanan Isolasi Elektro pembumian. Tahanan isolasi
Dan Tahanan Bumi Universiras kabel, Tahanan
(Agustini Rodiah Pakuan pembumian
Machdi) [11]

7
Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat peralatan
yang menggunakan listrik menjadi semakin banyak. Bertambahnya beban-
beban listrik tersebut jika dibiarkan begitu saja akan menimbulkan masalah
pada instalasi listriknya seperti MCB sering mengalami trip (breaker bekerja
karena merasakan arus yang melebihi In breaker). Untuk menanggulangi
masalah tersebut maka diadakan evaluasi pada instalasi listriknya.
Mengevaluasi instalasi listrik untuk mendapatkan rekomendasi supaya
instalasi listrik tersebut dapat menangani penambahan beban-beban listrik. [9]
Susut tegangan dan rugi-rugi daya listrik dapat terjadi karena luas penampang
penghantar yang kecil. Luas penampang penghantar yang kecil mempunyai
resistansi penghantar yang lumayan besar. Jika resistansi penghantar tersebut
dilewati oleh arus listrik maka pada penghantar tersebut mempunyai nilai
tegangan (susut tegangan). Syarat yang ditetapkan oleh PLN bahwa susut
tegangan sebesar dibawah 5% dari tegangan nominalnya. [10]
Kualitas sistem instalasi listrik akan mengalami penurunan seiring
bertambahnya usia dari komponen-komponen yang digunakan dalam instalasi
tersebut. Penambahan penggunaan beban listrik pada instalasi tersebut juga
akan meningkatkan arus yang mengalir pada penghantar, arus yang bertambah
ini jika melebihi kuat hantar arus (KHA) rata-rata penghantar dan terjadi dalam
durasi waktu yang lama akan menimbulkan rugi-rugi panas pada penghantar.
Panas yang terakumulasi cukup lama akan menyebabkan kerapuhan pada
isolasinya. Isolasi yang telah mengalami perjalanan daya yang tinggi akan
menurunkan nilai kemampuan isolasinya. Peralatan lain seperti sakelar dan
kotak kontak yang digunakan dalam jangka waktu yang panjang lama
kelamaan akan menimbulkan karat dan korosi, demikian juga untuk batang
pentanahan (grounding) yang tertanam dalam tanah. Karat dan korosi akan
menyebabkan terhambatnya aliran listrik yang disalurkan ke tanah. Dalam
PUIL 2000 dipersyaratkan instalasi diatas 5 tahun perlu diperiksa kembali
kelayakannya. [11]

8
II.2 Landasan Teori
II.2.1 Pengertian instalasi listrik dan PUIL
Instalasi listrik adalah sekumpulan perlengkapan listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan listrik dari sumber menuju beban-beban listrik.
Sedangkan kepanjangan dari PUIL yaitu persyaratan umum instalasi listrik.
PUIL merupakan dokumen SNI yang digunakan sebagai standar acuan
dalam desain, pemasangan dan verifikasi instalasi listrik.
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menetapkan keselamatan manusia,
ternak dan harta benda terhadap bahaya dan kerusakan yang dapat timbul
pada pemakaian instalasi listrik secara wajar dan untuk menetapkan fungsi
yang tepat dari instalasi tersebut. [12]
Hubungan antara instalasi listrik dan PUIL sendiri menurut Permen ESDM
No 36 Tahun 2014 tentang SNI instalasi listrik menyatakan dalam pasal 1
yaitu memberlakukan SNI 0225:2011 mengenai PUIL 2011 dan SNI
0225:2011/Amd1:2013 mengenai PUIL 2011 Amandemen 1 sebagai
standar wajib. Pada saat Permen ESDM no 36 tahun 2014 ini diberlakukan
maka Permen ESDM no 8 tahun 2007 tentang pemberlakuan SNI 04-0225-
2000/Amd1-2006 mengenai Amandemen 1 PUIL 2000 sebagai standar
wajib dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. [13] serta Permen ESDM no 2
tahun 2018 tentang pemberlakuan wajib standar nasional Indonesia di
bidang Ketenagalistrikan juga menjelaskan bahwa pemberlakuan PUIL
2011 dan PUIL 2011 Amandemen 1 sebagai SNI wajib di bidang
ketenagalistrikan.
Ruang lingkup dari PUIL yaitu kompleks publik. Kompleks itu mencakup
kawasan dan semua fasilitas termasuk bangunan di atasnya. PUIL
mencakup sirkit yang disuplai pada voltase sampai dengan 1000 V a.b. atau
1500 V a.s. dengan frekuensi berkisar antara 50 Hz sampai 400 Hz. [12]
II.2.2 Peraturan dan persyaratan tentang SLO dan riksa uji
Peraturan yang berkaitan dengan evaluasi sistem instalasi tenaga listrik
diantaranya:
a. Undang-undang No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan pada
pasal 44. [5]

9
Instalasi tenaga listrik harus memenuhi ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan yaitu andal dan aman bagi instalasi, aman bagi manusia
dan mahluk hidup dan ramah lingkungan (prinsip dasar instalasi listrik).
Dengan cara pemenuhan standarisasi peralatan dan pemanfaat tenaga
listrik, dan pengaman instalasi tenaga listrik. Setiap instalasi tenaga
listrik wajib memiliki SLO dan memenuhi SNI.
b. Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik pada paragraf 4 pasal 45 dan 46. [6]
Instalasi pemanfaatan tenaga listrik terdiri atas instalasi pemanfaatan
tenaga listrik tegangan tinggi, tengangan menengah dan tegangan rendah.
Instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki SLO.
c. Permen ESDM No 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri ESDM No 5 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Akreditasi dan
Sertifikasi Ketenagalistrikan pada lampiran VII yaitu mata uji sertifikasi
instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah. [7]
d. Permenaker No 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja
pada BAB IV Pemeriksaan dan Pengujian pasal 4, pasal 9 dan pasal 11.
[14]
Pemeriksaan instalasi listrik dilakukan secara berkala paling sedikit satu
tahun sekali.
Pengujian instalasi listrik dilakukan secara berkala paling sedikit lima
tahun sekali.
Persyaratan yang berkaitan dengan evaluasi sistem instalasi tenaga listrik
diantaranya:
a. PUIL 2011
Bagian 1 Pendahuluan, Prinsip Fundamental dan Definisi. [12]
Instalasi yang baru dipasang atau mengalami perubahan harus diperiksa
dan diuji terlebih dahulu sesuai ketentuan mengenai resistansi insulasi,
pengujian sistem proteksi dengan diskoneksi otomatis suplai dan
pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik.
Instalasi listrik yang sudah memenuhi semua ketentuan tersebut dalam
131.8.2.1 dapat dioperasikan setelah mendapaat izin atau pengesahan

10
dari instansi/lembaga yang berwenang yang menyatakan laik operasi
dengan syarat tidak boleh dibebani melebihi kemampuannya.
Pada ayat 132.13 dokumentasi untuk instalasi listrik menyatakan bahwa
setiap instalasi listrik harus dilengkapi dengan dokumentasi yang
memadai.
Pada ayat 134.3 verifikasi periodik menyatakan bahwa
direkomendasikan bahwa setiap instalasi listrik dikenai verifikasi
periodik.
Bagian 9 Pengusahaan Instalasi Listrik. [12]
Pada ayat 9.4.3 menyatakan bahwa instalasi listrik yang selesai dipasang
atau mengalami perubahan harus diperiksa dan diuji dahulu sebelum
dialiri listrik. Pada ayat 9.4.4 untuk memudahkan pelayanannya, instalasi
listrik harus disertai gambar instalasi. Dan pada ayat 9.5.6 Instalasi listrik
harus diperiksa dan diuji secara periodik sesuai standar yang berlaku.
b. IEC 60364-6 – Verification pada clause 6.5.2 Frequency of periodic
verification. Table 6.1 – Minimum values of insulation resistance [15]
c. IEEE Std 142 – Grounding of Industrial and Commercial Power
Systems. Ayat 4.1.3 menyatakan bahwa resistansi sistem pentanahan
berada dalam rentang 1 sampai 5 Ω. [16]
d. ANSI/NETA MTS-2011 – Standard for Maintenance Testing
Specification for Electrical Power Equipment and Systems. Ayat 7.3.2
Prosedur inspeksi dan pengujian kabel tegangan rendah (pengujian
resistansi insulasi) beserta Table 100.1 tentang Insulation Resistance Test
Values Electrical Apparatus and Systems dan Table 100.14.1 tentang
Insulation Resistance Conversion Factors (20° C). Ayat 7.13 tentang
Grounding Systems. [17]

II.2.3 SLO
SLO kepanjangan dari sertifikat laik operasi, merupakan suatu sertifikat
yang menyatakan bahwa instalasi listrik laik operasi karena sudah dilakukan
pemeriksaan serta pengujian dan memiliki dokumen riksa uji yang lengkap.
SLO wajib dimiliki oleh instalasi pembangkit, transmisi, dan pemanfaatan
tegangan rendah melalui pemeriksaan dan pengujian pada saat instalasi

11
selesai dibangun, direkondisi, relokasi atau SLO telah habis masa
berlakunya (masa berlaku SLO untuk instalasi pemanfaatan tenaga listrik
tegangan rendah yaitu 15 tahun dan dapat diperpanjang). [7]
Sehingga jika sudah diadakan pemeriksaan dan pengujian pada instalasi
pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah maka LIT TR (lembaga inspeksi
teknik tegangan rendah) dapat mengajukan permohonan untuk
mendapatkan SLO.

II.2.4 Pemeriksaan Dan Pengujian Instalasi Listrik


Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik menurut PUIL 2011 bagian 9
pengusahaan instalasi listrik ayat 9.4.3.2 dilakukan antara lain mengenai hal
berikut:
a. Berbagai macam tanda pengenal dan papan peringatan.
b. Perlengkapan listrik yang dipasang.
c. Cara memasang perlengkapan listrik.
d. Polaritas, sesuai dengan 134.1.10 bagian 1.
e. Pembumian sesuai dengan 542 bagian 5-54. (Pada bagian pembumian)
f. Resistansi insulasi, sesuai dengan 61.3.3 bagian 6. (Pada bagian
resistansi insulasi)
g. Kesinambungan sirkit.
h. Fungsi proteksi sistem instalasi listrik.
Ayat-ayat pada 134.1.10 MOD Penandaan dan polaritas diantaranya:
1. 134.1.10.1 MOD Setiap sirkit suplai, rel atau sirkit cabang pada titik
sumbernya harus ditandai dengan jelas maksud penggunaannya dengan
tanda yang cukup sekitarnya. Penandaan yang demikian itu diperlukan
pula bagi setiap sarana pemutus untuk motor dan peranti listrik.
Penandaan tidak diperlukan apabila maksud penggunaannya sudah jelas
dari penempatannya.
2. 134.1.10.2 MOD Konduktor proteksi dan konduktor netral harus bisa
diidentifikasi dengan warna.
3. 134.1.10.3 MOD Sakelar dipasang sehingga kedudukan kontak semua
tuas sakelar atau tombol sakelar dalam satu instalasi sebaiknya seragam

12
arahnya, misalnya akan menghubung jika tuasnya didorong ke atas atau
tombolnya ditekan.
4. 134.1.10.6 MOD Kotak kontak fase tunggal, baik yang berkutub dua
maupun tiga harus dipasang sehingga kutub netralnya ada disebelas
kanan atau di sebelah bawah kutub voltase.
Pengujian yang dilakukan yang disyaratkan tidak boleh tersambung dengan
sumber listrik adalah pengujian insulasi instalasi listrik.
Hal yang paling penting dilakukan dalam pemeriksaan dan pengujian
instalasi listrik yaitu mengetahui kualitas dari insulasi instalasi listrik
tersebut. Semakin lama insulasi tersebut terpasang dan digunakan maka
kualitas dari insulasi tersebut akan terus menerus.
Maka dari itu verifikasi periodik dilakukan dengan pemeriksaan rinci
instalasi tanpa pembongkaran, atau dengan pembongkaran sebagian jika
disyaratkan, dan ditambah pengujian. Dengan maksud untuk memberikan:
a. Keselamatan orang dan ternak terhadap efek kejut listrik dan luka bakar;
b. Proteksi terhadap kerusakan pada harta benda karena kebakaran dan
panas yang timbul dari kerusakan instalasi;
c. Konfirmasi instalasi tidak rusak atau memburuk sehingga mengurangi
keselamatan;
d. Identifikasi kerusakan instalasi dan penyimpangan dari persyaratan
standar yang dapat menimbulkan bahaya.
Kekerapan verifikasi periodik bagi instalasi harus ditentukan berkaitan
dengan jenis instalasi dan perlengkapan, penggunaan dan operasinya,
kekerapan dan mutu pemeliharaan serta pengaruh eksternal yang
mengenainya.

II.2.5 Macam-Macam Proteksi Instalasi Listrik


Proteksi untuk keselamatan dimaksudkan untuk memastikan keselamatan
manusia dan ternak serta keamanan harta benda dari bahaya dan kerusakan
yang dapat timbul oleh penggunaan instalasi listrik secara wajar. Bahaya
yang dapat timbul diantaranya:

13
a. Arus kejut;
b. Suhu berlebihan yang mungkin mengakibatkan kebakaran, luka bakar
atau efek cedera lain;
c. Penyulutan atmosfer ledak yang potensial;
d. Voltase kurang, voltase lebih yang mungkin menyebabkan cedera atau
kerusakan;
e. Busur api listrik.
Macam-macam proteksi instalasi yang disebutkan pada PUIL 2011 ayat 131
[12] diantaranya:
a. Proteksi terhadap kejut listrik
Terdiri dari Proteksi dasar (proteksi terhadap sentuh langsung) proteksi
yang harus disediakan terhadap bahaya yang dapat timbul karena sentuh
dengan bagian aktif instalasi manusia atau ternak, proteksi dapat dicapai
dengan salah satu metode berikut:
1. Mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak;
2. Membatasi arus yang dapat mengalir melalui badan ke nilai yang tidak
berbahaya.
Proteksi gangguan (proteksi terhadap sentuh tak langsung) yaitu proteksi
yang disediakan terhadap bahaya yang dapat timbul karena sentuh
dengan bagian konduktif terbuka (BKT) instalasi oleh manusia atau
ternak. Proteksi dapat dicapai dengan salah satu metode sebagai berikut:
1. Mencegah mengalirnya arus gangguan melalui badan manusia atau
ternak;
2. Membatasi besarnya arus gangguan yang dapat mengalir melalui
badan hingga ke nilai yang tidak membahayakan;
3. Membatasi durasi arus gangguan yang dapat mengalir melalui badan
hingga periode waktu yang tidak membahayakan.
b. Proteksi terhadap efek thermal
Instalasi listrik disusun sedemikian rupa bertujuan meminimalkan risiko
kerusakan atau tersulutnya bahan yang mudah terbakar karena tingginya
suhu atau busur api listrik. Demikian pula tidak boleh ada risiko luka

14
bakar pada manusia maupun ternak selama perlengkapan listrik
beroperasi secara normal.
c. Proteksi terhadap arus lebih
Manusia atau ternak harus diproteksi dari cedera, dan harta benda harus
diproteksi dari kerusakan karena suhu yang berlebihan atau stres
elektromekanis karena arus lebih yang mungkin timbul pada konduktor.
d. Proteksi terhadap arus gangguan
Konduktor proteksi dimaksudkan untuk menghantarkan arus gangguan
harus manpu menghantarkan arus tersebut tanpa menimbulkan suhu yang
berlebihan. Perlengkapan listrik, termasuk konduktor harus dilengkapi
dengan proteksi mekanis terhadap stres elektromekanis arus gangguan
jika perlu, untuk mencegah cedera atau kerusakan pada manusia, ternak
dan harta benda.
e. Proteksi terhadap gangguan voltase
Manusia dan ternak harus diproteksi dari cedera dan harta benda harus
diproteksi dari setiap efek yang berbahaya akibat adanya gangguan
antara bagian aktif sirkit yang disuplai pada voltase yang berbeda. Dan
dari kerusakan akibat adanya voltase lebih sedemikian seperti yang
berasal dari peristiwa atmosfer atau dari penyakelaran.
f. Proteksi perlengkapan dan instalasi listrik
Pada setiap perlengkapan listrik harus tercantum dengan jelas:
1. Nama pembuat dan/atau merek dagang;
2. Daya, voltase, dan/atau arus pengenal;
3. Data teknis lain seperti disyaratkan SNI atau standar yang relevan.
Perlengkapan listrik hanya boleh dipasang pada instalasi jika memenuhi
persyaratan dalam PUIL atau standar lain yang relevan dan setiap
perlengkapan listrik tidak boleh dibebani melebihi kemampuannya.

II.2.6 Menentukan Proteksi dan Ukuran Luas Penampang Kabel


Pemutus sirkuit (proteksi sirkuit) merupakan suatu peralatan listrik yang
digunakan untuk melindungi komponen listrik dari kerusakan yang
diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban lebih ataupun arus hubung
singkat.

15
Fungsi dari pemutus sirkuit atau pengaman dalam instalasi tenaga listrik
ialah:
1. Isolasi, yaitu untuk memisahkan antara bagian instalasi listrik dengan
sumber listrik.
2. Kontrol, yaitu untuk membuka atau menutup instalasi listrik selama
kondisi operasi normal untuk tujuan operasi dan perawatan.
3. Proteksi, yaitu untuk pengamanan kabel, peralatan listrik dan manusia
terhadap kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung singkat
dengan memutuskan arus gangguan dan mengisolasi gangguan yang
terjadi.
Kabel dan proteksi kabel pada setiap level harus dapat memenuhi beberapa
kondisi:
a. Dapat membawa arus beban penuh secara permanen dan arus beban lebih
yang normal seperti pengasutan motor.
b. Tidak menyebabkan susut tegangan yang cenderung menghasilkan
kinerja yang lebih rendah dari beban tertentu.
Selain itu, untuk peralatan proteksi (circuit breaker atau fuse) harus dapat:
a. Memproteksi kabel dan busbar dari semua jenis arus berlebih, dan
termasuk arus hubung singkat.
b. Memastikan perlindungan dari bahaya sentuh tidak langsung (karena
kesalahan proteksi), khususnya sistem pembumian.
Beberapa definisi dari istilah yang biasa digunakan pada ukuran dan
proteksi kabel yaitu:
a. Arus beban penuh (IB)
Merupakan arus desain dari beban listrik yang memperhitungkan
berbagai faktor seperti faktor diversitas (diversity factor), faktor
pengembangan, dan faktor utilitas beban.
b. Kuat hantar arus (IZ)
Kuat hantar arus (IZ) atau current carrying capacity merupakan arus
paling tinggi yang diizinkan pada kabel tersebut tanpa mereduksi
ekspektasi dari umur kabel tersebut.

16
c. Arus beban lebih
Arus beban lebih terjadi setiap nilai dari arus melebihi dari arus beban
penuh (IB). Ada dua tipe dari arus lebih yang membedakan yaitu:
1. Arus beban lebih (overload)
Arus lebih ini dapat terjadi pada instalasi listrik yang sehat. Seperti
pengasutan beberapa motor. Namun jika kondisi seperti ini melewati
periode tertentu (tergantung dari pengaturan proteksinya) sirkit akan
terputus secara otomatis.
2. Arus hubung pendek (short-circuit)
Arus ini dihasilkan dari kegagalan insulasi diantara fasa-fasa
konduktor atau diantara fasa konduktor dan netral atau pembumian.
Sebuah peralatan proteksi memiliki fungsi diantaranya:
a. Bertindak untuk memutuskan arus dalam waktu yang lebih singkat
dibandingkan karakteristik I2t kabel sirkit.
b. Tetapi mengizinkan arus beban penuh (IB) untuk mengalir.

Gambar II. 1 Proteksi sirkit oleh a.circuit breaker b.fuses [18]


Karakteristik konduktor berinsulasi ketika membawa arus hubung singkat
untuk periode hingga lima detik setelah inisiasi hubung singkat, ditentukan
dengan rumus yang menunjukan panas yang diperbolehkan sebanding
dengan luas penampang konduktor atau biasa disebut thermal stress.
I2t = K2 S2 (II. 1)
Dimana: t = Durasi arus hubung singkat (detik)
S = Luas penampang kabel (mm2)

17
I = Arus hubung singkat (A)
K = Insulated conductor constant (IEC 60364-4-43 Table 43A
Values of k for conductors) [19]
Untuk konduktor berinsulasi, kuat hantar arus yang diizinkan bervariasi
bergantung pada lingkungan. Sebagai contoh, untuk suhu ambient yang
berbeda (θa1 > θa2), IZ1 < IZ2 dimana θ merupakan suhu.

Gambar II. 2 Karakteristik I2t dari sebuah insulasi konduktor pada dua
suhu ambien yang berbeda [18]
Untuk itu diperlukan proteksi pada instalasi tenaga listrik yang dapat
bertindak memutuskan arus dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan
karakteristik I2t dan juga tetap mengizinkan arus beban penuh untuk tetap
beroperasi maka perlu digunakan gawai proteksi beban lebih.
Proteksi beban lebih dimaksudkan untuk melindungi beban, dan
perlengkapan kendali beban, terhadap pemanasan berlebih misal sebagai
akibat beban lebih seperti akibat motor tak dapat diasut. Bila terjadi beban
lebih yang bertahan cukup lama selama beban beroperasi dapat
mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada beban
tersebut. Untuk setiap beban trifase atau motor yang berdaya pengenal satu
daya kuda atau lebih, yang dijalankan tanpa pengawasan, harus diproteksi
terhadap beban lebih.
Gawai proteksi beban lebih menurut SNI 0225:2011 ayat 510.5.4.1 –
510.5.4.2 [12] terdiri dari:
a. GPAL
GPAL merupakan gawai pengaman arus lebih yang berfungsi untuk
mengamankan motor jika terjadi arus lebih pada beban tersebut. Arus

18
pengenal GPAL motor sekurang-kurangnya 110% - 115% arus pengenal
motor.
b. GPHP
GPHP merupakan gawai pengaman hubung pendek yang berfungsi untuk
mengamankan motor jika terjadi hubung pendek. Arus pengenal GPHP
harus dikoordinasikan dengan KHA kabel.
KHA kabel (Iz) sesuai SNI 0225:2011 [12] ayat 510.5.3.1 yaitu 125 % arus
pengenal beban penuh motor (IB). Ayat 433.1 atau IEC 60364-4-43 [19]
clause 433.1 yaitu harus memenuhi dua kondisi yaitu:
IB ≤ IN ≤ IZ (Zona a) (II. 2)
I2 ≤ 1,45 × IZ (Zona b) (II. 3)
Dengan:
IB adalah arus desain untuk sirkit tersebut;
Iz adalah KHA kabel (lihat Ayat 523);
IN adalah arus pengenal gawai proteksi;
I2 adalah arus yang memastikan operasi efektif gawai proteksi dalam waktu
konvensional. Arus I2 yang memastikan operasi efektif gawai proteksi harus
disediakan oleh pabrikan atau diberikan dalam standar produk.
Menurut “Penjelasan PUIL 2011 Edisi 2014” menjelaskan GPAL atau
GPBL untuk pemutus sirkit dan sekering mempunyai persyaratan seperti
pada tabel berikut:
Tabel II. 2 Persyaratan GPBL untuk pemutus sirkit dan sekering [20]
GPBL
No
Pemutus sirkit Sekering
1 IB ≤ In ≤ IZ
2 I2 ≤ 1,45 x IZ
3 1,13 In tidak boleh trip 1,25 In tidak boleh leleh
4 1,45 In harus trip < 1 jam (In < 63A) 1,6 In harus leleh < 1 jam (In < 63 A)
Catatan 3 dan 4
Untuk pemutus sirkit mengacu ke SNI IEC 60898-1:2009, Lengkapan listrik - Pemutus-
sirkit untuk proteksi arus lebih untuk instalasi rumah tangga dan yang sejenisnya –
Bagian 1: Pemutus-sirkit untuk operasi a.b. (IEC 60051-3 (1984) + Amandemen 1
(1994), IDT): Tabel 7 – Karakteristik operasi waktu-arus.

Serta menurut Electrical Installation Guide 2018 pada hal G5 atau pada
fig.G6 Current levels for determining circuit breaker or fuse characteristics

19
yang menggambarkan Zona a, Zona b dan Zona c pada IB, In, IZ, I2, ISCB dan
Isc. [18]

Gambar II. 3 Level arus untuk menentukan karakteristik circuit breaker


atau fuse [18]
Tabel II. 3 Characteristics of the opening operation of inverse time-delay
over-current opening releases at the reference temperature
(60947-2 : Table 6) [21]
All poles loaded
Conventional
Conventional non-tripping Conventional tripping
time (h)
current current
1,05 times current setting 1,30 times current setting 2*
* 1 hour when In < 63A

I2 adalah hasil perkalian antara nilai arus nominal pengaman dan nilai yang
ada pada tabel diatas. Misalkan untuk pengaman beban lebih jenis MCB
menggunakan conventional tripping current dengan nilai 1,30 x In. Berarti
I2 = 1,30 x In (II. 4)
Lalu ada kriteria dalam penentuan karakteristik dan spesifikasi dari
peralatan proteksi (circuit breaker atau fuse) yaitu:
ISCB ≥ ISC (II. 5)
Dimana: ISCB = Arus breaking capacity pada circuit breaker (A)
ISC = Arus hubung singkat (A)

20
Menurut Electrical installation guide 2018, kriteria untuk pemilihan fuses
yaitu: [18]
IB ≤ IN ≤ IZ/K3 (II. 6)
ISCF ≥ ISC (II. 7)
Dimana: ISCF = arus breaking capacity pada fuses
Kondisi I2 ≤ 1,45 × IZ, dimana I2 merupakan arus fuse pada saat meleleh,
sama dengan K2 x In (K2 jaraknya dari 1,6 sampai 1,9) tergantung dari fuse
bersangkutan. Faktor yang lebih jauh telah diperkenalkan (K3 = K2/1,45)
seperti I2 ≤ 1,45 × IZ akan valid jika In ≤ IZ / K3.
Tabel II. 4 Faktor K3 untuk Fuse Tipe gG
Arus Nominal Fuse Faktor K3
In < 16 A 1,31
In ≥ 16 A 1,10

II.2.7 Faktor Pemasangan dan Desain


Nilai kuat hantar arus (IZ) pada kabel dipengaruhi oleh faktor pemasangan
diantaranya:
a. Faktor Koreksi Suhu
Tabel II. 5 Faktor Koreksi Untuk KHA Kabel Tanah Yang Dipasang Di
Udara Dengan Suhu Ambien Lain dari 30 C
(PUIL 2011 : Tabel 7.3-18) [12]
Suhu ambien 25°C 30°C 35°C 40°C
Kabel dengan
voltase pengenal 1,06 1,00 0,94 0,87
0,6/1kV (1,2kV)
b. Faktor Koreksi Grup
Lalu untuk faktor koreksi grup tersedia pada Lampiran 5 Faktor Koreksi
untuk KHA Terus-menerus dari beberapa Kabel Tanah Inti Tunggal pada
Sistem Arus Searah dan Kabel Tanah Multiinti pada Sistem Arus Trifase.
Persamaan untuk menentukan KHA kabel yang dipengaruhi oleh faktor
pemasangan yaitu:
IZ’ = IZ x Faktor koreksi suhu x Faktor koreksi grup (II. 8)
Keterangan : IZ’ = KHA kabel yang dipengaruhi oleh faktor pemasangan (A)
IZ = KHA kabel (A)

21
Arus beban (IB) merupakan arus beban penuh (IFL) yang ada pada nameplate
beban listrik. Namun untuk mendapatkan arus beban (IB’) yang sesuai
dengan kondisi instalasi listrik dapat menggunakan faktor desain. Faktor
desain tersebut diantaranya yaitu faktor cabang atau faktor diversitas
(diversity factor / coincedence factor) (Ks), faktor pengembangan kedepan
(d), dan faktor utilitas beban (Ku).
a. Faktor Utilisasi Maksimum (Ku)
Pada pengoperasian normal konsumsi daya pada beban terkadang lebih
sedikit dari yang dicantumkan pada pengenal daya nominal, kejadian
yang cukup umum membenarkan penerapan faktor utilisasi (Ku) dalam
estimasi nilai realistis.
Faktor ini harus diterapkan pada setiap beban, terutama pada motor
listrik, yang mana sangat jarang beroperasi pada keadaan beban penuh.
Tabel II. 6 Faktor Utilisasi (Ku) [18]
No Jenis Beban ku
1 Motor 0,75
2 Incandescent-lighting 1
3 Socket-outlet Tergantung kepada jenis
beban yang disuplai
socket-outlet
4 Electric Vehicle 1
b. Faktor Pengembangan (d)
Untuk instalasi industri, selalu mempertimbangkan peningkatan beban
mesin. Untuk PHB, margin 20% direkomendasikan. In ≤ IB x ks x 1.2.
[18]
Tabel II. 7 Faktor Pengembangan
Faktor Pengembangan
Jenis Sirkuit
(d)
Bukan Sirkuit Akhir 1,2
Sirkuit Akhir 1
c. Faktor Diversity – Coincidence Factor (Ks)
Faktor ini dijelaskan dalam IEC 60050 sebagai:
Coincidence factor merupakan rasio yang dinyatakan sebagai nilai
numerik atau sebagai presentase dari permintaan maksimum simultan
dari sekelompok peralatan listrik atau konsumen dalam periode tertentu,
hingga jumlah individu tuntutan maksimum mereka dalam periode yang

22
sama. Seperti penjelasannya, nilai dari diversity factor selalu ≤ 1 dan di
nyatakan dalam persen.
Diversity factor merupakan kebalikan dari coincidence factor. Itu berarti
akan selalu jadi ≥ 1.
Catatan : dalam praktiknya, istilah yang paling umum digunakan adalah
diversity factor tetapi itu digunakan sebagai pengganti coincedence
factor, dengan demikian akan selalu menjadi ≤ 1. Istilah faktor simultan
(simultaneity factor) merupakan alternatif lain yang terkadang
digunakan. Faktor ks diterapkan pada setiap kelompok beban (misalnya,
dipasok dari PHB). Faktor diversitas diantaranya:
1. Faktor pengenal diversitas (rated diversity factor) untuk distribusi
PHB
Pada standar IEC 61439-1 dan 2 menjelaskan cara yang sama faktor
pengenal diversitas untuk distribusi PHB (selalu ≤ 1).
IEC 61439-2 juga menyatakan bahwa, tidak adanya kesepakatan
antara panel builder dan pengguna mengenai actual load current
(diversity factor), beban diasumsikan kelompok sirkuit keluar
didasarkan pada nilai-nilai pada tabel dibawah ini.
Tabel II. 8 Rated Diversity Factor for Distribution Boards
(IEC 61439-2 Table 101) [22] [18]
Jenis Beban Asumsi Faktor Beban
Distribusi – 2 dan 3 Sirkuit 0,9
Distribusi – 4 dan 5 Sirkuit 0,8
Distribusi – 6 sampai 9 Sirkuit 0,7
,Distribusi – 10 sampai lebih Sikuit 0,6
Electric Actuator 0,2
Motors ≤ 100 kW 0,8
Motors > 100 kW 1,0

2. Faktor Diversitas Menurut Fungsi Sirkuit


Faktor ks yang mana digunakan untuk sirkuit yang mensuplai beban
yang biasanya terjadi, ditunjukan pada tabel dibawah. Disediakan
pada french practical guide UTE C 15-105

23
Tabel II. 9 Diversity Factor According to Circuit Function
(UTE C 15-105 table AC) [18]
Circuit Function Diversity Factor (ks)
Lighting 1
Heating and air conditioning 1
Socket-outles 0,1 sampai 0,2*
Lifrs and catering hoist:
 For the most powerful motor 1
 For the second most powerful motor 0,75
 For all motors 0,60
* Pada kasus tertentu, terutama pada instalasi listrik industri, faktor tersebut
dapat lebih tinggi nilainya.
Persamaan untuk menghitung arus beban yang dipengaruhi faktor desain
(IB’) yaitu:
IB’ = x Ks x d x Ku (II. 9)
√ 

IB’ = IB x Ks x d x Ku (II. 10)


Keterangan : Ks = Faktor Diversitas (Diversity Factor / Coincidence
Factor) atau Faktor Cabang.
Ku = Faktor Utilitas Beban
d = Faktor Pengembangan
IB = Diambil dari IFL pada nameplate yang sudah disusun
pada tabel PP – III C, PP – III D, PP – III E dan PP –
III F (A)
IB’ = Arus yang sudah memperhitungkan faktor desain (A)
P = Daya yang tertera pada nameplate beban listrik (W)
VLL = Tegangan antara fasa (V)

II.2.8 Peralatan Proteksi Instalasi Listrik (CB dan Fuse)


Peralatan proteksi instalasi listrik ini berfungsi untuk mengamankan
instalasi listrik dari bahaya gangguan beban lebih dan hubung singkat.
Peralatan proteksi tersebut diantaranya:
1. Fuse
Huruf pertama mengindikasikan jangkauan pemutusan (breaking):
a. “g” fuse-links (full-range breaking-capacity fuse-link)
b. “a” fuse-links (partial-range breaking-capacity fuse-link)

24
Huruf kedua mengindikasikan kategori utilisasi, huruf ini menjelaskan
dengan akurasi the time-current characteristics, conventional time dan
arus.
a. “gG” mengindikasikan fuse-links dengan jangkauan penuh breaking
capacity untuk penggunaan umum.
b. “gM” mengindikasikan fuse-links dengan jangkauan penuh breaking
capacity untuk proteksi sirkuit motor.
c. “aM” mengindikasikan fuse-links dengan jangkauan sebagian
breaking capacity untuk proteksi sirkuit motor.
Standar yang menjelaskan 2 kelas fuse: [18]
a. Instalasi domestik, diproduksi dalam bentuk katrid untuk arus
pengenal hingga 100A dan tipe gG dijelaskan dalam IEC 60269-1 dan
3.
b. Penggunaan industri, dengan tipe katrid gG (penggunaan umum), gM
dan aM (untuk sirkuit motor) dijelaskan dalam IEC 60269-1 dan 2.
Kondisi fusing (melting) dari fuse – Conventional Current dijelaskan
oleh standar, berdasarkan kelas mereka. Misalkan fuses kelas gG. Fuse
ini digunakan untuk memproteksi dari beban lebih dan hubung pendek.
Conventional non-fusing dan fusing current pada gambar berikut.

Gambar II. 4 Zona fusing dan non-fusing untuk fuse gG dan gM [18]

a. The conventional non-fusing current Inf merupakan nilai arus yang


dapat dibawa elemen peleburan untuk waktu tertentu tanpa meleleh.
Misalkan sebuah fuse 32A membawa arus 1,25In (40A) harus tidak
meleleh sebelum mencapai 1 jam.

25
b. The conventional fusing current If (I2) merupakan nilai arus yang akan
melelehkan elemen peleburuan sebelum waktu spesifik. Misalkan
sebuah fuse 32A membawa arus 1,6In (52,1A) harus meleleh sebelum
mencapai 1 jam atau kurang.
Tabel II. 10 Zona fusing dan non-fusing Tegangan Rendah fuses tipe gG
dan gM (IEC 60269-1 dan IEC 60269-2-1)
Rated current In Conventional Conventional Conventional
(A) non-fusing Inf fusing current I2 time (h)
In ≤ 4A 1,5 In 2,1 In 1
4 < In < 16A 1,5 In 1,9 In 1
16 < In ≤ 63A 1,25 In 1,6 In 1
63 < In ≤ 160A 1,25 In 1,6 In 2
160 < In ≤ 400A 1,25 In 1,6 In 3
400 < In 1,25 In 1,6 In 4

Karakteristik dari fuses katrid modern adalah kecepatan fusi dalam kasus
level arus hubung pendek yang tinggi, pemutusan arus dimulai sebelum
terjadinya puncak utama pertama, sehingga arus gangguan tidak pernah
mencapai puncaknya prospective peak value.

Gambar II. 5 Batas Arus Sebuah Fuse [18]


Dengan demikian meminimalkan bahaya dan kerusakan pada saat terjadi
gangguan. Karenanya pengenal short-circuit breaking current dari fuse
berdasarkan nilai rms dari komponen AC arus gangguan prospektif.

26
Arus hubung pendek pada awalnya berisi komponen DC, besar dan
durasinya tergantung pada rasio XL/R dari loop arus gangguan (fault
current loop).
Dekat dengan sumber (Trafo MV/LV) hubungan Ipeak/Irms (dari
komponen AC) setelah gangguan bisa mencapai 2,5 (standar IEC
dan ditujukan pada gambar Limited peak current VS prospective rms
values of the AC component of fault current for LV fuses). Pada distribusi
yang lebih rendah dalam instalasi, XL lebih kecil dibandingkan dengan
R dan untuk sirkuit akhir Ipeak/Irms ≈ 1,41. Efek peak current limitation
terjadi hanya ketika gangguan arus prospective rms komponen AC
mencapai tingkat tertentu. Misalnya untuk fuse 100A akan mulai
memotong puncak pada prospective fault current (rms) 2 KA (a). Fuse
yang sama dengan kondisi prospective fault current (rms) 20 KA (b)
akan membatas arus puncak hingga 10 KA. Tanpa current-limitting fuse
puncak arusnya bisa mencapai 50KA (c).

Gambar II. 6 Limited peak current VS prospective rms values of the AC


component of fault current for LV fuses

27
2. Circuit Breaker
Jenis dari circuit breaker diantaranya sebagai berikut:
a. MCB (Miniature Circuit-Breakers)

Gambar II. 7 MCB


MCB menurut BS EN 60898 cocok untuk operasi oleh orang biasa dan
mempunyai pengaturan proteksi yang sudah ditentukan, umumnya dalam
dua posisi operasi ON/OFF dan biasanya digunakan pada sirkuit akhir
dalam sebuah instalasi listrik semisal untuk memproteksi socket outlet
atau instalasi penerangan. In (typical current rating) dari 0,5 A sampai
125 A. ISCB (short-circuit rating) memungkinkan hingga 25 KA.
Kinerja dan pengujian berdasarkan BS EN 60898 untuk pengaplikasian
domestik dan sejenisnya dengan karakteristik trip tipe B, C dan D. MCB
juga mempunyai rating berdasarkan BS EN 60947-2 untuk
pengaplikasian industri dan sejenisnya. [23]
b. MCCB (Moulded Case Circuit-Breakers)

Gambar II. 8 MCCB


MCCB mempunyai pengaturan proteksi yang sudah ditentukan atau yang
dapat disesuaikan, biasanya pegangan sakelar memberiksan tiga posisi
yaitu indikasi ON-OFF-Tripped ditambah fungsi reset, dan tingkat kerja
relatif terhadap suplai yang masuk sehingga dapat dipasang pada titik
yang dekat dengan suplai transformator.

28
In (typical current rating) dari 16 A sampai 1600 A meskipun tersedia
hingga 3200A. ISCB (short-circuit ratings) memungkinkan hingga 100
KA. Kinerja dan pengujian sesuai dengan BS EN 60947-2. [23]
c. ACB (Air Circuit-Breakers)

Gambar II. 9 ACB


ACB biasanya digunakan untuk proteksi utama incoming dan
mempunyai mekanisme spring-operated untuk membuka dan menutup
perangkat dengan diisi oleh motor internal. Pengaturan proteksi termasuk
time delays dan perangkat akan mempunyai nilai short-time withstand
untuk memberikan full discrimination dibawah kondisi gangguan dengan
perangkat proteksi downstreams.
In (typical current rating) dari 630 A sampai 6300 A. ISCB (short-circuit
ratings) memungkinkan hingga 150 KA. Kinerja dan pengujian
berdasarkan BS EN 60947-2.
Karakteristik dasar dari pemutus sirkuit diantaranya:
a. Pengenal tegangan (Ue)
Merupakan tegangan dimana CB telah dirancang untuk beroperasi,
dalam kondisi normal (tidak terganggu).
b. Pengenal arus (In)
Merupakan nilai maksimum dari arus yang dapat diputus atau
diamankan oleh CB, dilengkapi dengan specified overcurrent tripping
relay, pada suhu sekitar yang ditentukan oleh pabrikan, tanpa melebihi
batas suhu yang ditentukan dari komponen pembawa arus.
c. Rentang pengaturan tripping-current-level untuk proteksi beban lebih
(Ir atau Irth) dan proteksi hubung pendek (Im)

29
Dalam rangka menyesuaikan CB dengan persyaratan sirkuit yang
diamankannya, dan untuk menghindari memasang kabel yang terlalu
besar, trip current dapat disesuaikan.
Ir atau Irth merupakan arus yang jika melewati nilai tersebut maka
akan menyebabkan pemutusan sirkuit. Ini juga mewakili arus
maksimum yang dapat dibawa pemutus sirkuit tanpa trip.
d. Pengenal short-circuit current breaking (Icu untuk tipe CB industri
dan Icn untuk tipe CB domestik)
Dimaksudkan untuk memutuskan dengan CB secara cepat pada saat
terjadinya nilai arus gangguan yang tinggi.

Gambar II. 10 Tripping curve thermal magnetic CB


Tabel II. 11 Rentang Pemutusan Arus Overload dan Proteksi
Hubung Pendek untuk CB Tegangan Rendah [18]
Tipe
Proteksi
Proteksi Proteksi Short-Circuit
Overload
Relay
Domestic Low setting type Standard setting High setting
Thermal-
Breakers Ir = In B type C circuit type D
magnetic
IEC 60898 3In ≤ Im ≤ 5In 5In ≤ Im ≤ 10In 10In ≤ Im ≤ 20In
Low setting type Low setting type Low setting type
Modular Thermal- Ir = In B or Z C D or K
Industrial CB magnetic fixed 3,2In ≤ fixed ≤ 7In ≤ fixed ≤ 10In ≤ fixed ≤
4,8In 10In 14In
Ir = In
Fixed: Im = 7 – 10In
fixed
Industrial CB Thermal-
Adjustable Adjustable:
IEC 60947-2 magnetic
0,7In ≤ Ir - Low setting: 2 – 5In
≤ In - Standard setting: 5 – 10In

30
Tabel II. 12 Julat trip sesaat [SNI 04-6507.1-2002] [20]
Tipe Julat
B Diatas 3 In sampai dengan 5 In
C Diatas 5 In sampai dengan 10 In
CL Diatas 4 In sampai dengan 6 In
D Diatas 10 In sampai dengan 20 In
*untuk kasus khusus dapat digunakan nilai sampai 50 In
Lalu ada jenis-jenis lainnya dari circuit breaker berdasarkan waktu
pemutusannya yaitu:
Tabel II. 13 Proteksi Hubung Pendek untuk CB Tegangan Rendah
Jenis CB Proteksi Short-circuit Digunakan
H 2,5In ≤ Im ≤ 3In Pengaman instalasi penerangan
L 4In ≤ Im ≤ 6In Pengaman instalasi kabel
G 8In ≤ Im ≤ 11In Pengaman motor (rating besar)

Tabel II. 14 Jenis beban yang dipasang


Tipe Jangkauan trip Tipe Beban Jenis Beban
Trip Short-Circuit BS EN 60898-1
(<0,1 s)
B 3In – 5In Resistif Heaters, showers, cookers, socket
outlets.
C 5In – 10In Induktif Motors, general lighting circuits,
power supplies.
D 10In – 20In High Inductive Transformers, motors, discharge
lighting circuits, computers.

e. Energy-limiting classes (Karakteristik I2t)


Limiting capacity dari circuit breaker merupakan kemampuan untuk
mengurangi efek hubung pendek pada instalasi listrik dengan
mereduksi amplitudo arus. Kapasitas pembatasan arus pada circuit
breaker dapat digambarkan dalam 2 kurva yang memberikan fungsi
dari prospective short-circuit current (arus yang akan mengalir tanpa
perangkat proteksi):
1. The real peak current (limited).
2. The thermal stress (A2S), nilai ini, dikalikan dengan hambatan
elemen apapun yang dilewati arus hubung singkat, memberikan
daya yang dihilangkan oleh elemen ini.
Circuit-breakers menurut BS EN 60898 untuk tipe B dan C, yang
mempunyai arus pengenal ≤ 63 A dan pengenal ISCB (short-circuit
capacity) 3000 A, 4500 A, 6000 A dan 10000A diklasifikasikan sesuai

31
dengan batas karakteristik I2t. I2t merupakan ukuran energi yang
dilewati oleh pemutus arus dalam kondisi hubung singkat.

Gambar II. 11 Indikasi karakteristik I2t


Angka 10000 menunjukan ISCB (short-circuit capacity) dan angka 3
menunjukan limiting class. Circuit-breakers diklasifikasikan ke
dalam kelas pembatas energi (limitting class) untuk mendapatkan
selektivitas dengan perangkat pada sisi suplai dan menentukan
perlindungan kabel jika ada gangguan (short-circuit).
Tabel II. 15 I2t yang diizinkan (let-through energy) A2S untuk
circuit-breakers tipe B dengan arus pengenal ≤ 63A [23]
Class 1 Class 3
ISCB
(A2S) (A2S)
(A)
≤ 63A ≤ 16A 20A – 32A 40A 50A – 63A
3000 15000 18000 21600 28000
4500 No limits 25000 32000 38400 48000
6000 specified 35000 45000 54000 65000
10000 70000 90000 108000 135000

Tabel II. 16 I2t yang diizinkan (let-through energy) A2S untuk circuit-
breakers tipe C dengan arus pengenal ≤ 63A [23]
Class 1 Class 3
ISCB
(A2S) (A2S)
(A)
≤ 63A ≤ 16A 20A – 32A 40A 50A – 63A
3000 17000 20000 24000 30000
4500 No limits 28000 37000 45000 55000
6000 specified 40000 52000 63000 75000
10000 80000 100000 120000 145000
II.2.9 Menghitung Arus Hubung Singkat Maksimum (Isc)
Menurut Electrical Installation Guide 2018 – Schneider electric [18] ada
tiga metoda untuk menghitung Isc yaitu:
a. Arus Hubung Pendek (Isc) Pada Terminal Sekunder dari Trafo Distribusi
MV/LV
Instalasi tenaga listrik yang disuplai oleh satu trafo, maka untuk
menghitung Isc pada sisi sekunder trafo menggunakan rumus sebagai
berikut:

32
(II. 11)
In =

Isc = (II. 12)

Keterangan:
S = Pengenal KVA Trafo (KVA)
U20 = Tegangan sekunder line-to-line tanpa beban (V)
misal 400 x 1,05 = 420V
In = Arus pengenal trafo (A)
Usc = Tegangan impedansi hubung pendek trafo (%)
b. Arus Hubung Pendek (Isc) pada Setiap Titik di Instalasi LV dengan
Menghitung ZT
Menghitung ZT dari sumber listrik menuju ke titik yang diinginkan
misalnya PHB, sesudah itu baru dapat diketahui Isc yang dapat terjadi
pada titik tersebut dengan rumus yang ada pada tabel rumus menghitung
arus hubung singkat.
Tabel II. 17 Rumus Menghitung Arus Hubung Singkat
𝑅𝑎
Sumber Jaringan = 0,1 Xa = 0,995 Za; Za =
𝑋𝑎
Rtr =

dimana In = Xtr = √𝑍𝑡𝑟 − 𝑅𝑡𝑟


√ Dengan
Trafo Rtr sering diabaikan
jika dibandingkan ke Ztr = 𝑥
Xtr untuk trafo lebih
dari 100 KVA
CB
Diabaikan untuk
S > 200 mm2,
Busbar Menggunakan formula Xb = 0,15 mΩ/m

R=ρ

Konduktor R=ρ Kabel Xc = 0,08 mΩ/m


3 fasa maximum
short circuit Isc =
√ √
current in kA
Keterangan:
U20 : Phase-to-phase no-load secondary voltage of MV/LV transformer
(V)

33
Psc : 3-phase short-circuit power at MV terminals of the MV/LV
transformers (kVA)
Pcu : 3-phase total losses of the MV/LV transformer (W)
Sn : Rating of the MV/LV transformer (kVA)
Usc : Short-circuit impedance voltage of the MV/LV transfomer (%)
Rt : Total resistansi
Xt : Total reaktansi
c. Menghitung Isc Ujung Penerima Menggunakan Method of Composition
Untuk mengetahui Isc pada suatu titik jaringan, jika menggunakan
method of composition harus diketahui:
1. Nilai Isc pada titik sebelumnya dari titik yang akan dicari Isc-nya (Isc
Upstream).
2. Panjang serta C.S.A (luas penampang kabel) antara titik dimana Isc
upstream dan titik dimana Isc-nya akan dicari.
Setelah itu dapat dilihat pada Lampiran 3, nilai Isc downstream atau
nilai Isc yang dicari pada PHB. Caranya dengan mengambil garis lurus
antara luas penampang (C.S.A) konduktor yang digunakan, lalu panjang
dari konduktor tersebut dan tarik garis kebawah. Lalu disebelah kiri tabel
method of composition (Lampiran 3) terdapat Isc upstream lalu pilih, dan
tarik garis lurus ke sebelah kanan. Pertemuan antara garis lurus dari
panjang kabel dan Isc upstream merupakan Isc yang dapat terjadi pada
PHB tersebut.
II.2.10 Menghitung Arus Hubung Singkat Minimum (Iscmin)
Jika peralatan proteksi pada sirkuit hanya untuk melindungi terhadap
gangguan arus hubung pendek, penting juga beroperasi pada tingkat arus
hubung singkat terendah yang mungkin terjadi pada rangkaian.
Secara umum, pada sirkuit tegangan rendah, peralatan proteksi tunggal
melindungi terhadap semua level arus, dari ambang batas beban lebih
melalui kapasitas pemutus arus hubung singkat maksimum terukur dari
peralatan. Perangkat pelindung harus dapat beroperasi dalam waktu
maksimum untuk memastikan keselamatan orang dan sirkuit, untuk semua
arus sirkuit atau arus gangguan yang mungkin terjadi. Untuk memeriksa

34
perilaku tersebut, perhitungan arus hubung pendek minimal atau arus
gangguan diperlukan.
Peralatan proteksi harus dapat memenuhi dua syarat berikut [18]:
a. Nilai breaking capacity pada peralatan proteksi harus lebih besar dari Isc
(nilai arus hubung pendek 3 fasa pada titik instalasi tersebut).
b. Mengeliminasi minimum short-circuit current yang mungkin terjadi pada
sirkuit, dalam waktu (Tc) sesuai dengan thermal constraints dari
konduktor sirkuit, di mana:
(II. 13)
Tc ≤ (benar jika tc < 5 detik)

Dimana: S = Luas penampang kabel (mm2)


K = Faktor yang bergantung pada material konduktor kabel
dapat dilihat pada IEC 60364-4-43 ayat 434.3.2 table 43A

Isc min = √3
, (II. 14)
( )

Lakukan perbandingan tripping atau fusing performance curve dari


peralatan proteksi, dengan kurva batas dari thermal stress untuk kabel.
Kondisi baik akan ditunjukan jika [18]:
Isc (min) > Im (CB) (II. 15)

Isc (min) > Ia (Fuses) (II. 16)

a. Isc (min) > Im (instantaneous or short time delay circuit breaker trip
setting current level)

Gambar II. 12 Kurva proteksi Circuit Breaker [18]

35
b. Isc (min) > Ia untuk peralatan proteksi fuses.

Gambar II. 13 Kurva proteksi Fuses tipe gG [18]


Ketika durasi arus hubung singkat (dari sepersepuluh detik sampai
maksimum lima detik) semua panas yang dihasilkan diasumsikan tetap
berada pada konduktor, menyebabkan suhunya naik. Proses pemanasan
adiabatik, sebuah asumsi yang menyederhanakan perhitungan dan
memberikan pesimistis hasil yaitu suhu konduktor lebih tinggi daripada
yang sebenarnya akan terjadi, karena dalam praktiknya, panas akan
meninggalkan konduktor dan masuk ke dalam isolasi.
Untuk periode lima detik atau kurang, hubungan I2t = K2S2 mencirikan
waktu dalam detik dimana luas penampang konduktor (mm2) dapat
diizinkan untuk membawa arus I, sebelum suhunya mencapai tingkat yang
akan merusak isolasi sekitarnya.
Faktor k diberikan pada tabel dibawah ini.
Tabel II. 18 Nilai Konstan k Menurut IEC 60364-4-43 table 43A [19]
Conductor Insulation
PVC ≤ PVC > EPR Rubber
300 mm2 300 mm2 XLPE 60°
Initial Temperature °C 70 70 90 60
Final Temperature °C 160 140 250 200
Conductor Copper 115 103 143 141
material Alumunium 76 68 94 93
Metode verifikasi terdiri dalam memeriksa bahwa energi termal I2t per ohm
dari bahan konduktor, diizinkan untuk melewati proteksi CB (dari katalog
produsen) kurang dari yang diizinkan untuk konduktor tertentu.
Iscmin2t < K2 S2 (II. 17)

36
Tabel II. 19 Maximum Allowable Thermal Stress For Cables I2t (A2.S.106)
[18]
S (mm2) PVC XLPR
Copper Alumunium Copper Alumunium
1,5 0,0297 0,0130 0,0460 0,0199
2,5 0,0826 0,0361 0,1278 0,0552
4 0,2116 0,0924 0,3272 0,1414
6 0,4761 0,2079 0,7362 0,3181
10 1,3225 0,5776 2,0450 0,8836
16 3,3856 1,4786 5,2350 2,2620
25 8,2656 3,6100 12,7806 5,5225
34 16,2006 7,0756 25,0500 10,824
50 29,839 13,032 46,133 19,936

Pada persamaan rumus (9) juga dapat menentukan kesesuaian antara


proteksi peralatan (circuit-breakers) dengan kabel. I2t merupakan energi
yang diizinkan (let-through energy) pada saat hubung pendek oleh circuit-
breakers mempunyai satuan A2S. Dapat dilihat dari limiting class dari
sebuah circuit-breakers diantaranya ada 1, 2 dan 3. Dapat dilihat pada tabel
II.13 untuk tipe kurva B dan tabel II.14 untuk tipe kurva C. Nilai energi yang
diizinkan dari circuit-breakers harus lebih kecil dari thermal stress kabel.
Selektivitas diantara circuit-breakers dapat menggunakan 2 tipe selektivitas
ketika circuit-breakers digabungkan: [24]
a. Current selectivity
b. Energy selectivity
Untuk memastikan selektivitas berapapun nilai Isc (prospective fault
current), ada tiga kondisi yang harus dipenuhi yaitu: [24]
a. Circuit-breakers hulu (upstream) dan hilir (downstream) harus
mempunyai arus pengenal yang berbeda (rasio > 1,3).
b. Tipe kurva (B,C,D atau tipe lainnya) harus konsisten untuk memastikan
magnetic level CB hulu > magnetic level CB hilir.
c. Energi yang diizinkan untuk melewati circuit-breakers hilir ketika
terputus masih harus kurang dari energi hulu terputus.

37
Luas penampang minimum untuk konduktor proteksi tidak boleh kurang
dari nilai yang ditentukan:

a. Dengan rumus S = yaitu S merupakan luas penampang (mm2), I

merupakan nilai efektif arus gangguan prospektif (A) yang dapat


mengalir melalui gawai proteksi. Serta t merupakan waktu operasi gawai
proteksi untuk diskoneksi otomatis dalam detik. (0225:2011 – 543.1.2)
b. Menurut 0225:2011 tabel 54.3 MOD luas penampang minimum
konduktor proteksi diantaranya. S merupakan luas penampang (mm2).
Tabel II. 20 Luas penampang minimum konduktor proteksi
Luas penampang konduktor lin S Luas penampang minimum konduktor
(mm2) proteksi terkait (mm2)
S ≤ 16 S
16 < S ≤ 35 16
S > 35 S/2
c. Luas penampang konduktor ikatan proteksi yang disediakan untuk ikatan
ekuipotensial utama tidak kurang dari 6 mm2 tembaga; 16 mm2
alumunium atau 50 mm2 baja.
II.2.11 Menghitung Panjang Maksimum Kabel (Lmax)
Metoda ini umumnya dianggap cukup akurat untuk memperbaiki batas atas
panjang kabel. Prinsipnya perhitungan arus hubung pendek didasarkan pada
asumsi bahwa tegangan pada asal-usul sirkuit yang bersangkutan (yaitu
pada titik dimana peralatan proteksi berada) tetap pada 80% atau lebih dari
fase nominal ke tegangan netral. Nilai 80% digunakan, bersama dengan
impedansi loop sirkuit, untuk menghitung nilai arus hubung singkat.
Koefisien ini mengambil semua penurunan tegangan di bagian hulu dari titik
yang dipertimbangkan. Dalam kabel tegangan rendah, ketika semua
konduktor sirkuit 4-kawat 3 fasa berada dalam jarak dekat (kasus normal),
reaktansi induktif internal ke dan antara konduktor adalah sangat kecil
dibandingkan dengan resistansi kabel. Perkiraan ini dianggap valid untuk
ukuran kabel hingga 120 mm2. Diata ukuran tersebut, nilai resistansi
meningkat.

38
Gambar II. 14 Perhitungan Panjang Maksimum (Lmax) untuk Sistem
Pembumian TN menggunakan metode konventional [18]
Panjang maksimum sebuah sirkuit dalam instalasi yang dibumikan dengan
TN rumusnya sebagai berikut:

Lmax =
, (II. 18)
( )

Lmax > Panjang kabel (II. 19)


Keterangan: Lmax = Panjang maksimum (m)
Panjang kabel = Panjang kabel yang terpasang (m)
U0 = (VL-N) 230V untuk sistem 230/400V (V)
ρ = Resistifitas pada suhu kerja normal dalam
ohm.mm2/meter
(23,7 x 10-3 tembaga; 37,6 x 10-3 alumunium)
Ia = Arus trip dari CB yang menjamin operasi instan.
Sph = Luas penampang konduktor fasa yang akan dihitung
(mm2)
SPE = Luas penampang konduktor proteksi yang akan
dihitung (mm2)
m = Sph/SPR
Dapat dilihat juga, hubungan antara impedansi lingkar gangguan (ZS)
berhubungan dengan arus yang menyebabkan operasi otomatis gawai
diskoneksi (Ia) yaitu pada persamaan:
ZS x Ia ≤ U0 (II. 20)

39
II.2.12 Kabel
Kabel merupakan suatu perlengkapan listrik yang bersifat dapat
mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik yang lain.
Dalam pemilihan jenis kabel yang akan digunakan dalam suatu instalasi dan
luas penampang yang dipasang, ditentukan berdasarkan kurang lebih 5
pertimbangan diantaranya:
1. Kuat Hantar Arus
Menentukan KHA konduktor atau penghantar bergantung pada nilai arus
beban yang akan melewati penghantar tersebut. Arus beban yang akan
melewati suatu penghantar dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Untuk arus bolak-balik tiga fasa:
(II. 21)

Setiap konduktor harus mempunyai KHA yang ditentukan dengan


memenuhi persyaratan.
Persyaratan pada sirkit motor yang menyuplai motor tunggal, KHA
penghantar tidak boleh kurang dari 125% arus pengenal beban penuh.
Bila menyuplai dua motor atau lebih, tidak boleh kurang dari jumlah arus
beban penuh semua motor tersebut ditambah 25% dari arus beban penuh
motor yang terbesar dalam kelompok tersebut.(510.5.3.1 dan 510.5.3.2)
[12]
Tabel II. 21 KHA Kabel Trifase 3 dan 4-inti Berinsulasi dan
Berselubung PVC dengan Voltase Pengenal 0,6/1KV (1,2KV) Pada
Suhu 30°C [25] [26]
SNI 0225:2011 Kabelmetal Kabelindo
C.S.A
(A) (A) (A)
(mm2)
Tanah Udara Tanah Udara Tanah Udara
1,5 26 18,5 27 22 24 18
2,5 34 25 35 29 32 25
4 44 34 46 39 41 34
6 56 43 57 50 52 44
10 75 60 77 68 69 60
16 98 80 99 90 89 80
25 128 106 128 121 116 105

40
Luas penampang konduktor dalam instalasi listrik arus bolak-balik tidak
boleh kurang dari nilai yang diberikan dalam tabel luas minimum
konduktor.
Tabel II. 22 Luas Minimum Konduktor (Tabel 52.2 MOD) [27]
Konduktor
Jenis sistem perkawatan Penggunaan sirkit Luas Penampang
Bahan
mm2
Instalasi Kabel dan Sirkit daya dan Tembaga 1.5
magun konduktor pencahayaan Alumunium Selaras dengan
berinsulasi (Catatan 1) standar kabel SNI
IEC 60228 (10 mm2)
Sirkit sinyal dan kendali Tembaga 0.5 (lihat catatan 2)
Konduktor Sirkit daya Tembaga 10
telanjang Alumunium 16
Sirkit sinyal dan kendali Tembaga 4
Hubungan fleksibel Untuk peranti spesifik Tembaga Seperti ditentukan
dengan konduktor dalam standar IEC
berinsulasi dan kabel yang relevan
Untuk setiap penerapan 0,75*
lain
Sirkit voltase ekstra 0,75
rendah untuk penerapan
khusus
Catatan 1 Konektor yang digunakan untuk terminasi konduktor alumunium harus diuji dan
disahkan untuk penggunaan spesifik ini.
Catatan 2 Pada sirkit sinyal dan kendali yang dimaksudkan untuk perlengkapan elektronik,
diizinkan menggunakan luas penampang minimum 0,1 mm2.
Catatan 3 Untuk pesyaratan khusus untuk pencahayaan ELV lihat IEC 60364-7-715
Catatan 4 Tidak diadopsi
Catatan 5 Tidak diadopsi
* Pada kabel fleksibel multiinti berisikan tujuh inti atau lebih, berlaku Catatan 2.
Seperti yang dapat dilihat pada tabel diatas, luas penampang konduktor
untuk instalasi daya (tenaga) dan pencahayaan yang memiliki bahan
tembaga memiliki luas sekurang-kurangnya 2,5 mm2 dan 1,5 mm2.
Pada SNI 0225:2011 ayat 2.6.2 yaitu Penampang sirkit cabang harus
memperhitungkan semua beban sirkit akhir yang terhubung padanya.
Direkomendasikan sebaiknya penampang sirkit cabang minimum 4 mm2
untuk mengantisipasi kebutuhan beban yang akan datang.
2. Susut tegangan (drop voltase)
Menurut SNI 0225:2011 Hal 545 [12] untuk menghitung resistansi kabel
pada suhu 20°C (R20) menggunakan rumus berikut:
,
Rt = R20 x 𝑥 (untuk tembaga) (II. 22)
,

Rt = R20 x 𝑥 (untuk alumunium) (II. 23)

41
Dimana: Rt = Resistansi L meter kabel pada suhu t °C (Ω)
R20 = Resistansi pada 20°C (Ω/km)
t = Suhu konduktor (°C)
L = Panjang konduktor (m)
Menurut Electrical Installation Guide 2018 [18] fig. G29 Voltage-drop
formulae untuk menghitung drop voltase pada bentuk persen (%)
menggunakan rumus berikut:
√ ( ℎ ℎ ) (II. 24)
ΔU = x 100

Dimana : IB = Arus beban penuh (A)


R = Resistansi kabel (Ω)
Un = Tegangan fasa ke fasa (V)
Cosφ = Pada saat beban tetap (steady) untuk motor berkisar 0,8
Tabel II. 23 Cosphi terhadap jenis beban [18]
No Jenis Beban Cosphi
1 Incandescent Lighting 1
2 LED Lighting > 0,9
3 Fluorescent with > 0,9
electronic ballast
4 Motor Start-up 0,35
5 Motor normal service 0,8
Direkomendasikan untuk drop voltase antara awal instalasi pelanggan
dan perlengkapan sebaiknya tidak lebih dari 4% dari voltase nominal
instalasi. (525) [12]
Drop voltase antara awal instalasi dan setiap titik beban sebaiknya tidak
melebihi tabel dibawah ini yang dinyatakan berkaitan dengan nilai
voltase nominal instalasi.
Tabel II. 24 Drop voltase (525) [27]
Jenis Instalasi Pencahayaan (%) Penggunaan lain (%)
A – Instalasi voltase rendah yang
disuplai langsung dari sistem 3 5
distribusi voltase rendah publik.
B – Instalasi voltase rendah yang
6 8
disuplai dari suplai VR privat*
Jika sistem perkawatan utama instalasi lebih panjang dari 100 m, drop voltase ini dapat
dinaikkan dengan 0,005% per meter sistem perkawatan di atas 100 m, tambahan ini tidak
boleh lebih besar dari 0,5%.
Drop voltase ditentukan dari pertumbuhan pemanfaat listrik, dengan menerapkan faktor
diversitas jika dapa diterapkan, atau nilai arus desain sirkit.

42
3. Warna Kabel
Konduktor fasa, konduktor netral dan konduktor proteksi harus dapat
dibedakan dengan mudah. Konduktor atau penghantar yang akan
digunakan pada instalasi listrik harus disusun atau ditandai sedemikian
rupa sehingga mudah dikenali pada saat pemeriksaan, pengujian,
perbaikan atau perubahan instalasi tersebut. Untuk penghantar 3 fasa
mempunyai urutan fasa berwarna hitam, coklat dan abu-abu. Sedangkan
untuk penghantar netral dan penghantar proteksi berwarna biru dan hijau-
kuning. (5.2.1; 5.2.2; 5.2.3) [28] (514.3.1; 5210.2 MOD; dan 5210.3
MOD) [12]
Setiap inti kabel hanya boleh mempunyai satu warna, kecuali inti yang
diidentifikasi dengan kombinasi warna hijau-kuning. Warna hijau dan
kuning, jika tidak dikombinasikan, tidak boleh digunakan untuk setiap
kabel multiinti. [20]
Menurut PUIL 2011 pada bagian pemasangan dan verifikasi instalasi
listrik pada pasal 134.1.3 dinyatakan bahwa konduktor harus
diidentifikasi sesuai dengan IEC 60446. [12]
Tabel II. 25 Identifikasi Warna Penghantar Menurut IEC 60446 [28]

Saat ini IEC 60445 dan IEC 60446 sudah direvisi dan digabungkan
menjadi satu menjadi IEC 60445, Basic and safety principles for man-
machine interface, marking and identification of equipment terminals,
conductor terminations and conductors. [20]

43
Sesuai SNI 6629.1:2011, “Kabel berinsulasi PVC dengan voltase
pengenal sampai dengan 450/750 V – Bagian 1: Persyaratan Umum”,
maka warna konduktor lin adalah hitam, cokelat dan abu-abu. [20]
Menurut PUIL 2011 – Amandemen 1 pada bagian 5210 MOD dinyatakan
bahwa warna yang lebih disukai sesuai dengan IEC 60445 adalah Hitam,
Cokelat, dan Abu-abu. [27]
4. Kondisi Suhu
Arus yang dihantarkan oleh setiap konduktor untuk periode
berkesinambungan selama operasi normal harus sedemikian sehingga
batas suhu yang sesuai yang ditentukan dalam tabel Suhu operasi
maksimum untuk jenis insulasi tidak dilampaui. Selain itu suhu ambien
sangat berpengaruh dengan KHA dari sebuah kabel. Sehingga perlu
diperhitungkan suhu ambien tersebut.
5. Kondisi Lingkungan
Didalam pemilihan jenis penghantar yang digunakan harus disesuaikan
dengan kondisi dan tempat penghantar tersebut akan ditempatkan atau
dipasang. Seperti jenis penghantar yang dapat ditanam didalam tanah
akan berbeda dengan penghantar yang hanya dapat dipasang di udara.
Jenis kabel yang sering digunakan diantaranya:
a. NYA

Gambar II. 15 Kabel Jenis NYA


Tersedia dalam warna yellow/green strip, light blue, black, yellow dan
red. Bisa di aplikasikan di dalam konduit atau dipasang di lokasi yang
kering.
b. NYM

Gambar II. 16 Kabel Jenis NYM


Dapat diaplikasikan pada instalasi permanen dalam konduit di bawah
plaster atau dipasang di tempat yang kering.

44
c. NYY

Gambar II. 17 Kabel Jenis NYY


Dapat diaplikasikan pada instalasi indoor maupun outdoor atau
berbaring di tanah dimana tidak akan menyebabkan kerusakan
mekanikal.
Pada Lampiran 4 tabel daftar kontruksi kabel instalasi akan menjelaskan
tentang nama kabel, nomenklatur, voltase nominal (antara konduktor),
jumlah inti, luas penampang nominal inti, serta daerah penggunaannya.
Pada Lampiran 4 tabel daftar konstruksi dan penggunaan kabel tanah
berinsulasi dan berselubung termoplastik ini akan menjelaskan tentang
nama kabel tanah, nomenkaltur, voltase nominal, jumlah inti, luas
penampang nominal, perlindungan/konduktor konsentris, penggunaan
utama, dan penggunaan dengan pembatasan.
6. Kemungkinan Perluasan
Setiap instalasi listrik dirancang dan dipasang dengan perkiraan adanya
penambahan beban dimasa yang akan datang, oleh karena itu luas
penampang penghantar dapat dipilih lebih besar minimal satu tingkat
diatas luas penampang sebenarnya, tujuannya adalah jika dilakukan
penambahan beban maka penghantar tersebut masih mencukupi dan
susut tegangan (drop voltase) yang terjadi akan kecil.
Kemungkinan perluasan ini akan dijelaskan kembali pada bagian faktor
pemasangan dan desain.
II.2.13 PHBK
Perlengkapan hubung bagi dan kendali (PHBK) merupakan perlengkapan
listrik yang dimaksudkan untuk dihubungkan ke sirkit listrik untuk
keperluan melaksanakan satu fungsi atau lebih berikut: proteksi, kendali,
isolasi, penyakelaran switchgear dan controlgear. IEV 826-16-03. [20]
Fungsi utama dari PHBK adalah [20]:
a. Proteksi listrik terhadap
1. Arus beban lebih

45
2. Arus hubung pendek
3. Kegagalan insulasi
4. Arus sisa
b. Isolasi listrik dari bagian instalasi
1. Pengisolasian yang ditunjukkan jelas oleh indikator mekanis tahan
gangguan.
2. Sela atau penghalang berinsulasi disisipkan antara kontak terbuka,
terlihat jelas
c. Kendali
1. Penyakelaran fungsional
2. Penyakelaran darurat
3. Berhenti darurat
4. Penyakelaran off untuk perawatan mekanikal
5. Penyakelaran lokal atau jarak jauh
Pemilihan PHBK didasarkan pada [20]:
a. Kemampuan dari berbagai komponen untuk melakukan fungsi dasar.
b. Besar arus yang akan mengalir masuk dan keluar di PHB tersebut
1. Peringkat arus rel
2. Peringkat arus saluran masuk
3. Peringkat arus saluran keluar
4. Peringkat kemampuan rel dalam menagan arus hubungan singkat
c. Proteksi dan instalasi, kriteria pengaman dan pemasangannya yaitu
antara lain:
1. Tingkat proteksi
2. Metode instalasinya
3. Bahan selungkupnya
Pada PHBK ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
a. Penataan PHBK
Pemeriksaan penataan PHBK, dilakukan dengan memeriksa kesesuai
letak PHBK dengan standar PUIL 2011. Dijelaskan bahwa PHBK harus
ditata dan dipasang sedemikian rupa pada ruangan yang cukup leluasa
sehingga terlihat rapih dan teratur juga mudah dalam pemeliharaan dan

46
aman serta bagian yang pentingnya mudah untuk dicapai. Untuk
komponen yang memerlukan pelayanan pada waktu kerjanya, harus
dapat dilayani dengan mudah dan aman tanpa bantuan alat. Bila letak dari
beberapa PHBK berdekatan dan mempunyai sumber yang sama sedapat
mungkin ditata dalam satu kelompok. (511.2.1.1; 511.2.1.3; 511.2.1.2;
dan 511.2.1.6) [13]
Penyambungan saluran masuk dan saluran keluar pada PHBK harus
menggunakan terminal agar penyambungan menjadi mudah, teratur dan
aman terkendali terkecuali bila komponen tersebut letaknya dekat saluran
keluar atau masuk. Terminal kabel kendali dan terminal saluran daya
letaknya terpisah. (511.2.1.4; dan 511.2.1.5) [13]
b. Ruang pelayanan
Perlengkapan listrik seperti PHBK atau peralatan listrik lain harus
disusun sedemikian sehingga terpenuhi keperluan:
1. Ruangan yang memadai untuk pemasangan awal dan penggantian
setiap jenis individu perlengkapan listrik;
2. Akses untuk operasi, inspeksi dan deteksi gangguan, pengujian,
pemeliharaan, dan perbaikan. (131.12.1 MOD) [13]
Disekitar PHBK harus terdapat ruang yang cukup luas sehingga dapat
mudah dan aman dalam pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan,
pelayanan dan lalulintas. Serta ruang pelayanan untuk PHBK tersebut
sekurang-kurangnya memiliki lebar 0,75 m dan tingginya 2 m. Dan
disekitar PHBK juga tidak boleh diletakkan barang yang mengganggu
kebebasan bergerak. Serta PHBK tersebut harus memiliki pencahayaan
yang cukup dan dilengkapi dengan tanda pengenal seperlunya serta
PHBK tersebut harus dipasang di tempat yang jelas terlihat dan mudah
dicapai. (511.2.2.1; 511.2.2.2; 511.2.2.5; dan 511.2.2.6) [13]
c. Penandaan
Setiap sirkit suplai, rel atau sirkit cabang pada titik sumbernya harus
ditandai dengan jelas maksud penggunaannya dengan tanda yang cukup
awet terhadap pengaruh cuaca sekitarnya. Penandaan yang sedemikian
itu diperlukan pula bagi setiap sarana pemutus untuk motor dan peranti

47
listrik. Penandaan tidak diperlukan apabila maksud penggunaannya
sudah jelas dari penempatannya. (134.1.10.1 MOD) [13]
Sakelar dipasang sehingga kedudukan kontak semua tuas sakelar atau
tombol sakelar dalam satu instalasi sebaiknya seragam arahnya, misalnya
akan menghubungkan jika tuasnya didorong ke atas atau tombolnya
ditekan. (134.1.10.3 MOD) [13]
Dipasang pengenal yang jelas pada sirkit arus PHBK agar memudahkan
pelayanan dan pemeliharaan. Seperti tiap konduktor fase, konduktor
netral, dan konduktor proteksi dapat dibedakan dengan mudah. Gambar
bagan sirkitpun perlu dipasang. (511.2.3.1; 511.2.3.2; dan 511.2.3.3) [13]
Terminal gawai kendali harus diberi tanda atau lambang yang jelas dan
mudah dilihat sehingga memudahkan pemeriksaan PHBK yang ada
gawai kendalinya harus dilengkapi dengan gambar dan penjelasan
secukupnya. Serta ada tanda pengenal dan keterangan yang jelas dan
mudah dilihat sehingga memudahkan pelayanan dan tanda tersebut tidak
mudah terhapus. (511.2.3.4 s/d 511.2.3.7) [13]
Kotak kontak fase tunggal, baik yang berkutub dua maupun tiga harus
dipasang sehingga kutub netralnya di sebelah kanan atau di sebelah
bawah kutub voltase. (134.1.10.6) [13]
d. Pengelompokan sirkit beban
Pada PHBK yang mempunyai banyak sirkit keluar fase tunggal, dan fase
tiga, baik untuk instalasi listrik tenaga maupun instalasi listrik
pencahayaan harus dikelompokan sehingga kelompok perlengkapan
instalasi listrik tenaga terpisah dari kelompok perlengkapan instalasi
listrik pencahayaan. Dan kelompok perlengkapan fase tungga dan fase
tiga merupakan kelompok sendiri-sendiri yang terpisah. (511.2.5) [13]
II.2.14 Resistansi Insulasi dan Pengujian Resistansi Insulasi Kabel
Setiap kabel mempunyai inti yang biasanya terbuat dari tembaga atau
alumunium, inti dari kabel ini bertugas untuk menghantarkan arus. Lalu
konduktor pada kabel ini diselimuti oleh insulasi. Insulasi atau isolasi ini
bersifat tidak menghantarkan arus listrik.

48
Tabel II. 26 Ilustrasi aliran arus pada sebuah konduktor (terdapat arus
bocor) [29]
Seperti pipa air yang dapat bocor, insulasi pada kabel yang tidak sempurna
dapat mengakibatkan arus bocor (total leakage current). Arus bocor pada
insulasi membuat nilai resistansi insulasi tersebut menjadi rendah. Tujuan
dari pengujian insulasi kabel yaitu untuk menentukan nilai resistansi dari
insulasi kabel yang diujikan. Jika nilai tersebut diatas standar maka insulasi
dalam keadaan bagus. Jika nilai resistansi berada di bawah standar, maka ini
merupakan suatu indikasi insulasi bermasalah, salah satunya karena arus
bocor.
Arus total (total leakage current) merupakan jumlah dari arus kapasitif IC
(capacitive charging leakage current) ditambah arus absorpsi IA
(polarization absorption leakage current) ditambah arus konduktif
IL(conductive leakage current).
Conductive leakage current (IL) merupakan sejumlah kecil (orde mikro
ampere) arus yang biasanya mengalir melalui insulasi, antara konduktor
atau dari konduktor ke ground. Arus ini meningkat karena insulasi yang
buruk dan menjadi dominan setelah arus absorpsi (IA) menghilang, lihat
pada gambar IL pada insulasi kabel. Karena cukup stabil dan tidak
tergantung waktu, ini adalah arus yang paling penting untuk mengukur
resistansi insulasi.
Capacitive charging leakage current (IC) merupakan sebuah arus yang
terjadi karena efek kapasitif dari dua konduktor atau lebih dijalankan
bersama seperti prinsip kerja kapasitor. Arus ini hanya akan berlangsung
selama beberapa detik karena tegangan dc diterapkan dan turun setelan
insulasi telah charged ke tegangan uji penuh.

49
polarization absorption leakage current (IA) disebabkan oleh polarisasi
molekul dalam bahan dielektrik. Pada peralatan kapasitansi rendah, arus
tinggi untuk beberapa detik pertama dan menurun perlahan hingga hampir
nol. Ketika berhadapan dengan perlatan kapasitansi tinggi atau insulasi
basah dan terkontaminasi, tidak akan ada penurunan pada saat penyerapan
(absorption) untuk waktu yang lama.

Gambar II. 18 Arus total, IL, IC, dan IA pada insulasi kabel [30]
Metode pengujian ditentukan oleh jenis peralatan yang diuji dan alasan
pengujian. Untuk menguji insulasi kabel listrik yang pendek atau switchgear
(low capacitance equipment), kebocoran kapasitif yang tergantung waktu
dan arus bocor absorpsi (absorption leakage current) menjadi tidak
signifikan dan berkurang menjadi nol secara cepat. Aliran arus bocor
konduktif (conductive leakage current) dapat dicapai secara cepat (satu
menit atau kurang). Memberikan kondisi yang ideal untuk spot-reading test
/ shorttime resistance test.
Di sisi lain, ketika peralatan yang akan diuji adalah kabel yang panjang,
motor besar atau generator (high capacitance equipment), arus yang
tergantung dengan waktu akan bertahan selama beberapa jam. Arus ini akan
menyebabkan pembacaan meter berubah terus-menerus, sehingga tidak
mungkin untuk mendapatkan pembacaan stabil yang akurat. Kondisi ini
dapat diatas dengan menggunakan tes yang menetapkan tren di antara

50
pembacaan seperti step voltage test atau dielectric absorption test. Tes ini
tidak bergantung pada bacaan tunggal tetapi pada kumpulan bacaan relatif.
Pengujian dengan low capacitance equipment akan membuang-buang
waktu karena arus yang tergantung dengan waktu akan berkurang dengan
cepat dan menghasilkan pengukuran yang menjadi sama.
Pada sebuah artikel yang berjudul Measurement of Insulation Resistance
(IR) di Electrical Engineering Portal pada tahun 2012, memberikan
rekomendasi nilai-nilai yang berkaitan dengan pengujian resistansi insulasi
kabel yaitu:
Tabel II. 27 Tegangan pengujian insulasi kabel yang direkomendasikan

Voltage Level IR Tester Cable Rating DC Test Voltage


650V 500V DC 24V – 50V 50V – 100V
1,1KV 1KV DC 50V – 100V 100V – 250V
3,3KV 2,5KV DC 100V – 240V 250V – 500V
66KV dan 5KV DC 440V – 550V 500V – 1000V
diatasnya 2400V 1000V – 2500V
4100V 2500V – 5000V
Ada beberapa metode dalam melakukan pengujian resistansi insulasi kabel,
diantaranya:
a. Metode spot reading test (metoda yang sesuai untuk mengukur low
capacitance equipment) Pengujian ini hanya dilakukan ketika suhu di
atas dew-point. Catat suhu sehingga dimungkinkan untuk mengkoreksi
pembacaan ke suhu dasar 20°C [17]. Alat Insulation Tester dihubungkan
melintasi insulasi yang akan diuji. Tegangan uji yang diterapkan
disesuaikan dengan Tabel 6A (standar IEC [15] dan PUIL 2011 [12])
atau Tabel Insulation Resistance Test Values Electrical Apparatus and
Systems (standar ANSI/NETA MTS-2011) [17] serta dilakukan dalam
jangka waktu sekitar 1 menit (agar hasilnya dapat dibandingkan,
pengujian dilakukan dengan durasi yang sama) dan pembacaan
dilakukan.
b. Metode Dielectric Absorption Ratio
Biasa disebut juga Time-Resistance Testing Method. Pengujian ini
memiliki maksud bahwa insulasi yang baik akan menunjukan
peningkatan resistansi insulasi secara bertahap setelah tegangan uji

51
diterapkan. Sama seperti sebelumnya tegangan uji yang digunakan
mengacu pada standar-standar yang sama. Lalu setelah tegangan uji
diterapkan, pembacaan yang dicatat untuk metode ini ada yang
menggunakan 30 dan 60 detik, atau 1 dan 10 menit.
Tabel II. 28 Kondisi insulasi dari peralatan listrik [31]
Insulation Condition 60/30-Sec Ratio 10/1-Min Ratio (PI)
Dangerous - Less than 1
Questionable 1,0 – 1,25* 1,0 – 2*
Good 1,4 – 1,6 2–4
Excellent Above 1,6 Above 4
Catatan: * untuk resistansi insulasi kabel, nilai tersebut dianggap cukup
untuk kabel yang tidak terlalu panjang, kebocoran kapasitif yang
tergantung dengan waktu dan arus bocor absorpsi (absorption leakage
current) menjadi tidak signifikan dan berkurang menjadi nol secara
cepat.
Tabel II. 29 Time-Resistance Test Dielectric Absorption Ratio (DAR)
Dielectric Absorption Ratio (DAR) Insulation Condition
Less than 1 Failed
1,0 – 1,25 Ok
1,4 – 1,6 Excellent
Untuk peralatan yang mempunyai kapasitansi insulasi tinggi, untuk
mengetahui resistansi insulasi yang benar membutuhkan periode waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan peralatan yang mempunyai
kapasitansi insulasi rendah. Metode ini cukup independen terhadap suhu
dan seringkali dapat memberi informasi yang akurat.
c. Metode Step Voltage Test
Pengujian ini dapat mengevaluasi insulasi yang sudah tua atau rusak yang
tidak selalu terkontaminasi atau kelembaban yang tinggi. Pada pengujian
dengan menggunakan metode ini, dilakukan dengan menerapkan dua
tegangan uji yang berbeda. Semisal menggunakan basis pengujian short-
time pada tegangan uji 500VDC dan tegangan uji lebih tinggi 2500VDC
(tegangan yang diterapkan sebaiknya dalam perbandingan 1 sampai 5
atau lebih besar). Tegangan uji yang diterapkan dalam waktu yang sama.
Jika terjadi perbedaan pembacaan pada pengujian resistansi dari kedua
tegangan uji sebesar ≤ 25% perbedaan, biasanya itu disebabkan karena

52
adanya kelembaban yang berlebihan atau kontaminasi lain. Penerapan
tegangan uji yang lebih besar menciptakan tekanan pada celah isolasi
internal. Ini dapat mengungkapkan penuaan dan kerusakan fisik bahkan
untuk insulasi yang relatif kering dan bersih yang tidak akan terlihat pada
tengangan yang lebih rendah. Karena dapat menentukan keberadaan uap
air yang berlebihan atau kontaminasi lain dalam insulasi peralatan. [31]
Untuk nilai minimum dari resistansi insulasi kabel yang diujikan
menggunakan metode spot reading test atau insulation resistance test ada
beberapa sumber yang menyatakan sebagai berikut:
a. Resistansi insulasi harus mempunyai nilai minimum 1 MΩ. Pada setiap
1 KV dari tegangan operasinya, harus mempunyai nilai resistansi insulasi
minimum 1 MΩ. Misalnya suatu kabel memiliki tegangan kerja sebesar
1 KV dan nilai resistansi insulasinya 1 MΩ, maka arus bocor yang akan
terjadi sebesar (1000 V / 1000000 Ω) 1 mA. Arus sebesar 1 mA tersebut
tidak membahayakan manusia jika mengalir ke tubuh.
Tabel II. 30 Batasan-batasan arus dan pengaruhnya pada manusia [32]
Besaran Arus Pengaruh Pada Tubuh Manusia
(mA)
0 – 0,9 Belum dirasakan pengaruhnya, tidak menimbulkan reaksi apa-apa.
0,9 – 1,2 Baru terasa adanya arus listrik, tetapi tidak menimbulkan akibat
seperti kejang, kontraksi atau kehilangan kontrol.
1,2 – 1,6 Mulai terasa seakan-akan ada yang merayap didalam tangan.
1,6 – 6,0 Tangan sampai kesiku merasa kesemutan.
6,0 – 8,0 Tangan mulai kaku, rasa kesemutan makin bertambah.
13 – 15,0 Rasa sakit tidak tertahankan, penghantar masih dapat melepaskan
dengan gaya yang besar sekali.
15 – 20,0 Otot tidak sanggup lagi melepaskan penghantar.
20,0 – 50,0 Dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh manusia.
50 – 100,0 Batas arus yang dapat menyebabkan kematian.
Pada instruksi manual dari kyouritsu model 3321A [33] yang sesuai IEC
61557, pada standar tersebut menjelaskan arus nominal (arus bocor)
setidaknya harus 1 mA dan batas bawah dari pengujian resistansi insulasi
tegangan nominal pada terminal pengukuran.

53
Tabel II. 31 Batas bawah (minimum) resistansi insulasi kabel pada
instruksi manual kyouritsu model 3321A [33]
Nominal Voltage 25V 50V 100V 125V 250V 500V 1000V
Lower limit of
insulation resistance to 0,025 0,05 0,1 0,125 0,25 0,5
1 MΩ
supply nominal current MΩ MΩ MΩ MΩ MΩ MΩ
(1 mA)
b. Pada PUIL 2011 bagian 6 verifikasi pada tabel 6A, dijelaskan untuk
tegangan nominal sirkit, tegangan DC uji dan nilai minimum resistansi
insulasi. Pada IEC 60364-6 low voltage electrical installations-Part 6:
Verification pada tabel 6.1 minimum values of insulation resistance juga
mengatur tentang tegangan nominal sirkit, tegangan DC uji, serta nilai
minimum resistansi insulasi.
Tabel II. 32 Nilai resistansi minimum menurut PUIL dan IEC [12] [15]
Voltase uji a.s Resistansi
Voltase sirkit nominal (V)
(V) Insulasi (MΩ)
SELV (Safety Extra-Low Voltage) dan 250 ≤ 0,5
PELV (Protective Extra-Low Voltage)
Sampai dengan 500 V, termasuk FELV 500 ≤ 1,0
Diatas 500 V 1000 ≤ 1,0
c. Menurut ANSI/NETA MTS-2011 tentang Standard for maintenance
testing specification for electrical power equipment and system,
membahas tentang pengujian resistansi insulasi berkaitan dengan nilai
nominal tegangan dan rekomendasi minimum dari resistansi insulasi
kabel.
Tabel II. 33 Insulation Resistance Test Values Electrical Apparatus and
Systems [17]
Nominal Rating Minimum Test Voltage Recommended
Of Equipment (Volts) (VDC) Minimum Insulation
Resistance (MΩ)
250 500 25
600 1000 100
1000 1000 100
2500 1000 500
5000 2500 1000
8000 2500 2000
15000 2500 5000
25000 5000 20000
34500 and above 15000 100000

54
Tabel II. 34 Insulation Resistance Conversion Factors (20°C) [17]
Temperature Apparatus Containing Temperature Apparatus Containing
°C °F Solid Insulation (K) °C °F Solid Insulation (K)
-10 14 0.25 50 122 3.98
-5 23 0.32 55 131 5.00
0 32 0.40 60 140 6.30
5 41 0.50 65 149 7.90
10 50 0.63 70 158 10.00
15 59 0.81 75 167 12.60
20 68 1.00 80 176 15.80
25 77 1.25 85 185 20.00
30 86 1.58 90 194 25.20
35 95 2.00 95 203 31.60
40 104 2.50 100 212 40.00
45 113 3.15 105 221 50.40
Efek dari suhu akan sangat mempengaruhi hasil pengujian nilai resistansi
insulasinya. Ini dijelaskan pada The Complete Guide to Electrical
Insulation Testing miliknya Megger bahwa ada satu aturan dasar yaitu
untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10°C, resistansinya akan berkurang
sekitar setengahnya atau untuk setiap penurunan 10°C, resistansinya
akan bertambah dua kali lipatnya.
Maka dari itu pada tabel Insulation Resistance conversion factors (20°C)
terdapat faktor konversi untuk mengetahui nilai resistansi insulasi pada
suhu 20°C. Cara mengkonversi nilai resistansi insulasi dari suhu pada
saat pengujian menjadi suhu 20°C, dapat menggunakan rumus berikut
ini:
Rc = Ra x K (II. 25)
Dimana: Rc = nilai resistansi pada suhu 20°C.
Ra = nilai resistansi yang terukur oleh insulation tester.
K = Faktor koreksi suhu yang tersedia pada tabel Insulation
Resistance Conversion Factors (20°C)
Contoh : Jika sebuah kabel yang diuji resistansi insulasinya mendapatkan
nilai resistansi sebesar 100MΩ pada suhu 30°C. Maka resistansi insulasi
pada suhu 20°C adalah sebagai berikut.
Rc = Ra x K = 100MΩ x 1,58 = 158MΩ
Maka nilai resistansi insulasi kabel tersebut pada suhu 20°C sebesar
158MΩ.

55
d. The Insulated Cable Engineers Association (ICEA) memberikan nilai
minimum resistansi insulasi dengan spesifikasi pada tipe kabel dan
konduktor yang berbeda-beda. Nilai minimum ini untuk kabel konduktor
tunggal dan kabel konduktor banyak dengan pengujian 500V DC yang
diujikan selama 1 menit pada suhu sekitar 60°F atau sekitar 15,56°C. [31]
Rumus menentukan resistansi insulasi minimum untuk kabel konduktor
tunggal (single-conductor cable) yaitu:
R = K log10 D/d (II. 26)
Dimana : R = MΩ / 1000 feet kabel.
K = Constant for Insulating Material.
D = Diameter luar dari insulasi konduktor.
d = Diameter dalam dari insulasi konduktor.
Rumus untuk menentukan resistansi insulasi minimum untuk satu
konduktor ke semua dan ke insulasinya (one conductor of a
multiconductor cable to all other and sheath) yaitu:

R = K log10 D/d (II. 27)


Dimana : D = d + 2c + 2b
d = Diameter konduktor.
c = Ketebalan insulasi konduktor.
b = Ketebalan insulasi jaket.
Nilai minimum dari K pada suhu 60°F yaitu:
Tabel II. 35 Minimum Values of K at 60°F [31]
Insulation Type K at 60°F
Impregnated Paper 2640
Varnished Cambric 2460
Thermoplastic- Above
Polyethylene 50000
Thermoplastic-Polyvinyl: 30000
 Polyvinyl Chloride 60°C 500
 Polyvinyl Chloride 75°C 2000
Lalu untuk nilai log10 D/d terdapat pada Lampiran 2.
Namun untuk nilai K tersebut tersedia juga pada standar IEC 60364-4-
43 pada table 43A yang sudah disebutkan pada Tabel II.13. Pada tabel

56
tersebut nilai K untuk insulasi yang berjenis PVC dengan inti tembaga
kurang dari 300 mm2 yaitu 115.
e. Melihat nilai minimum resistansi insulasi pada datasheet kabel. Untuk
produsen kabel di Indonesia yaitu Supreme (PT. SUCACO Tbk) dan
Kabelindo (PT. Kabelindo Murni Tbk) memiliki datasheet kabel dengan
data seperti ketebalan insulasi, resistansi konduktor, insulasi minimum,
KHA dan data lainnya. Ini dapat menjadi pembanding dari data hasil
pengujian resistansi insulasi. Nilai resistansi insulasi dianggap baik jika
masih lebih besar dari insulasi minimum dari datasheet.
Tabel II. 36 Resistansi minimum insulasi kabel dari datasheet Kabelindo [26]
Jenis C.S.A Ketebalan Diameter Resistansi DC KHA (A)
Kabel (mm2) (mm) (approx) pada 20°C
Insulasi Outer mm Ω/km M.Ω Ground Air
NYA 1 x 1,5 re 0,8 1,4 5,8 12,1 50 33 26
1 x 2,5 re 0,8 1,4 6,2 7,41 50 45 35
1 x 4 re 1 1,4 7,1 4,61 50 58 46
1 x 6 rm 1 1,4 8 3,08 50 74 58
1 x 10 rm 1 1,4 8,8 1,83 50 98 80
1 x 16 rm 1 1,4 9,9 1,15 40 129 105
NYY 3 x 1,5 re 0,8 1,8 11,2 12,1 50 24 18
3 x 2,5 re 0,8 1,8 12,1 7,41 50 32 25
3 x 4 re 1 1,8 14 4,61 50 41 34
3 x 6 rm 1 1,8 15,9 3,08 50 52 44
3 x 10 rm 1 1,8 17,8 1,83 50 69 60
3 x 16 rm 1 1,8 20 1,15 40 89 80
4 x 1,5 re 0,8 1,8 12 12,1 50 24 18
4 x 2,5 re 0,8 1,8 13 7,41 50 32 25
4 x 4 re 1 1,8 15,1 4,61 50 41 34
4 x 6 rm 1 1,8 17,2 3,08 50 52 44
4 x 10 rm 1 1,8 21 1,83 50 69 60
4 x 16 rm 1 1,8 24 1,15 40 89 80
Tabel II. 37 Resistansi minimum insulasi kabel dari datasheet Supreme [34]
Jenis C.S.A Ketebalan Diameter Resistansi DC KHA (A)
Kabel (mm2) (mm) (approx) pada 20°C Pada 30°C
Insulasi Outer mm Ω/km M.Ω In Pipe Air
NYA 1 x 1,5 re 0,7 2,9 12,1 10 15 24
1 x 2,5 re 0,8 3,5 7,41 9 20 32
1 x 4 re 0,8 3,9 4,61 8 25 43
1 x 6 rm 0,8 4,8 3,08 7 33 54
1 x 10 rm 1 6,2 1,83 7 45 74
NYY 3 x 1,5 re 0,7 1,2 11 12,1 11 17
3 x 2,5 re 0,8 1,2 12 7,41 9 22
3 x 4 re 0,8 1,2 14 4,61 8 30

57
Tabel II.37 (Lanjutan)
Jenis C.S.A Ketebalan Diameter Resistansi DC KHA (A)
Kabel (mm2) (mm) (approx) pada 20°C Pada 30°C
Insulasi Outer mm Ω/km M.Ω In Pipe Air
3 x 6 rm 0,8 1,4 16 3,08 7 39
3 x 10 rm 1 1,4 17 1,83 6 54
4 x 1,5 re 0,7 1,2 12 12,1 11 17
4 x 2,5 re 0,8 1,2 13 7,41 9 22
4 x 4 re 0,8 1,2 15 4,61 8 30
4 x 6 rm 0,8 1,4 17 3,08 7 39
4 x 10 rm 1 1,4 19 1,83 6 54
Dari hasil perbandingan dengan standar-standar diatas, maka dapat
diberikan rekomendasi dari hasil pengujian resistansi insulasi. Rekomendasi
tersebut diantaranya sebagai berikut.
Tabel II. 38 Potensial kondisi yang akan ditemukan selama pengujian [31]
No Kondisi Rekomendasi
1 Nilai yang cukup tinggi, dan terawat Tidak ada alasan untuk khawatir.
dengan baik.
2 Nilai yang cukup tinggi, tetapi Cari dan perbaiki penyebabnya dan
menunjukan kecenderungan konstan periksa tren penurunannya.
ke level yang lebih rendah.
3 Rendah tetapi terawat dengan baik Kondisi mungkin baik-baik saja, karena
nilai yang rendah harus diperiksa.
4 Nilai yang sangat rendah Bersihkan, keringkan atau naikkan
nilainya sebelum di perbaiki (lakukan
uji insulasi pada saat insulasi kering).
5 Nilai yang cukup tinggi, sebelumnya Lakukan pengujian yang banyak
terawat dengan baik, tetapi sampai:
menunjukan penurunan mendadak. 1. Penyebab nilai-nilai rendah diketahui
dan diperbaiki.
2. Nilai menjadi stabil pada tingkat yang
lebih rendah aman untuk operasi.
3. Nilai menjadi sangat rendah sehingga
tidak aman untuk menjaga peralatan
tetap beroperasi.

58
II.2.15 Pembumian
Pada bagian pembumian ini akan dijelaskan tentang pembumian sistem dan
sistem pembumian:
Pembumian sistem
Kode yang digunakan untuk pembumian sistem memiliki arti sebagai berikut:
Huruf pertama – Berkaitan dengan sistem daya ke bumi:
T – hubungan langsung sebuah titik ke bumi.
I – semua bagian aktif dari bumi; atau satu titik dihubungkan ke bumi
melalui impedansi tinggi.
Huruf kedua – Berkaitan dengan bagian konduktif terbuka (BKT) instalasi ke
bumi:
T – hubungan listrik langsung dari BKT ke bumi, tidak tergantung pada
pembumian sembarang titik sistem daya.
N – hubungan listrik langsung BKT ke titik sistem daya yang
dibumikan (dalam sistem a.b, titik yang dibumikan dari sistem daya
secara normal adalah titik netral)
Huruf berikutnya – susunan konduktor netral dan konduktor proteksi
S – fungsi proteksi diberikan oleh konduktor yang terpisah dari
konduktor netral atau dari konduktor lin yang dibumikan (atau dalam
sistem a.b. fase yang dibumikan).
C – fungsi netral dan proteksi digabungkan dalam konduktor tunggal
(konduktor PEN)
Jenis pembumian sistem diantaranya:
a. Sistem TN
Sistem daya TN mempunyai satu titik yang dibumikan langsung pada
sumber, BKT instalasi dihubungkan ke titik tersebut melalui konduktor
proteksi. Tiga jenis sistem TN dipertimbangkan sesuai susunan konduktor
netral dan proteksi, sebagai berikut:
Sistem TN-S, digunakan konduktor proteksi yang terpisah pada seluruh
sistem.

59
Gambar II. 19 Sistem TN-S dengan konduktor netral dan konduktor
proteksi terpisah pada seluruh sistem
Sistem ini merupakan sistem yang lengkap, karena mempunyai 5 konduktor
untuk sistem trifase atau 3 konduktor untuk sistem fase tunggal pada
jaringan distribusinya. Sistem ini tidak lazim dipakai, karena dianggap
boros, karena itu sistem yang lazim adalah yang mempunyai 4 konduktor
untuk sistem trifase dan 2 konduktor untuk sistem fase tunggal pada jaringan
distribusi. Jadi konduktor PE dan netral sumber digabungkan pada satu
konduktor PEN. Contoh: jaringan distribusi PLN. [20]
Sistem TN-C-S, fungsi konduktor netral dan konduktor proteksi
digabungkan dalam konduktor tunggal pada sebagian sistem.

Gambar II. 20 Sistem TN-C-S trifase, 4-kawat dengan PEN terpisah


menjadi PE dan N di awal instalasi (lazim di Indonesia)
Sistem ini adalah sistem yang paling lazim di Indonesia.

60
Ciri-ciri sistem TN-C-S:
1. Satu titik sumber dibumikan (kode T);
2. BKT (Bagian Konduktif Terbuka) dihubungkan ke konduktor PE yang
tergabung dengan konduktor N, untuk kemudia dibumikan (kode N);
3. Konduktor proteksi PE dan konduktor netral N dari sumber (PLN)
digabungkan menjadi satu konduktor PEN (kode C);
4. Konduktor PE dan konduktor N pada instalasi pelanggan terpisah (kode
S), tapi dibubungkan di satu titik, biasanya di panel pelanggan (biasa
disebut “di-jumper”). Pada gambar dihubungkan di titik awal instalasi;
5. Jadi merupakan kombinasi sistem TN, C dan S, karena itu dinamakan
TN-C-S.
BKT (Bagian Konduktif Terbuka – Exposed Conductive Part) merupakan
bagian perlengkapan yang dapat disentuh dan yang secara normal tidak
bervoltase, tetapi menjadi bervoltase bila insulasi dasar gagal (terjadi
hubung pendek). BKT dapat berupa selungkup atau bodi
peralatan/perlengkapan. [20]
b. Sistem TT
Sistem TT hanya mempunyai satu titik yang dibumikan langsung dan BKT
instalasi dihubungkan ke elektrode bumi yang independen secara listrik dari
elektrode bumi sistem suplai.

Gambar II. 21 Sistem TT dengan konduktor netral dan konduktor proteksi


terpisah di seluruh instalasi

61
Sistem ini merupakan sistem yang lazim digunakan di Eropa. Di Indonesia,
terutama digunakan untuk instalasi yang banyak memakai perangkat
elektronik atau komunikasi.
Ciri-ciri sistem TT:
1. Satu titik sumber dibumikan (kode T);
2. BKT dihubungkan ke konduktor PE untuk kemudian langsung
dibumikan tanpa dihubungkan ke konduktor N (kode T);
3. Konduktor PE dan konduktor N pada instalasi terpisah di seluruh
instalasi. Karena itu ciri utama sistem TT terminal netral N dan terminal
konduktor proteksi PE di dalam panel pelanggan tidak dihubungkan.
[20]
c. Sistem IT
Sistem daya IT mempunyai semua bagian aktif diisolasi dari bumi atau satu
titik dihubungkan ke bumi melalui impedansi. BKT instalasi listrik
dibumikan secara independen atau secara kolektif atau pembumian sistem
menurut 411.6 Bagian 4-41.

Gambar II. 22 Sistem IT dengan semua BKT diinterkoneksi dengan


konduktor proteksi yang secara kolektif dibumikan
Sistem IT juga lazim digunakan di Indonesia, khususnya digunakan untuk
instalasi yang memerlukan kontinuitas pelayanan (misalnya pada sebagian

62
instalasi rumah sakit). Pada sistem ini bila terjadi gangguan pertama, gawai
proteksi tidak akan trip (terbuka).
Ciri-ciri sistem IT:
1. Sumber diisolasi atau dihubungkan dengan impedansi yang cukup tinggi
terhadap bumi, sehingga dapat dianggap diisolasi juga (kode I);
2. BKT dihubungkan ke konduktor PE untuk kemudian langsung
dibumikan tanpa dihubungkan ke konduktor N (kode T);
3. Konduktor PE dan konduktor N instalasi terpisah di seluruh instalasi;
4. Konduktor N dapat didistribusikan (lazim di Indonesia) atau tidak
didistribusikan di seluruh instalasi. [20]
Sistem pembumian TN-C-S, TT dan IT seperti di atas merupakan sistem
pembumian yang lazim di Indonesia, walaupun dalam PUIL 2011
dimungkinkan sistem pembumian lain.
Misalnya TN-S, sistem ini tidak lazim di Indonesia karena mensyaratkan 5
konduktor dari sumber (3 konduktor lin, 1 konduktor netral dan 1 konduktor
proteksi) untuk trifase atau 3 konduktor (1 konduktor lin, 1 konduktor netral
dan 1 kondukotr proteksi) untuk fase tunggal, yang di Indonesia PLN tidak
menyediakannya. PLN hanya menyediakan 4 konduktor (3 konduktor lin dan
1 konduktor netral) untuk trifase dan 2 konduktor (1 konduktor lin dan 1
konduktor netral untuk fase tunggal. [20]
Tabel II. 39 Rekomendasi pemilihan sistem TT, TN dan IT [20]
Proteksi Gawai Gawai
tambahan proteksi proteksi
Jenis pembumian
terhadap untuk untuk Rekomendasi Contoh penerapan
sistem
sentuhan sentuk tak bahaya
langsung langsung kebakaran
1. Sistem IT GPAS ≤ GPAS GPAS ≤ Bila proteksinya Semua bangunan
30 mA 500 mA lengkap, perkantoran dan industri
direkomendasikan yang memerlukan
untuk instalasi dengan instalasi yang handal,
risiko bahaya dan termasuk gedung pintar
gangguan paling kecil, dan industri komputer,
termasuk masalah elektronik,
kesesuaian telekomunikasi.
elektromagnet (KEM
atau EMC)
2. Sistem TN-S GPAS ≤ GPAL atau GPAS ≤ Seperti sistem TT Seperti sistem TT
30 mA GPAS 500 mA

63
Tabel II.39 (Lanjutan)
Jenis pembumian Proteksi Gawai Gawai Rekomendasi Contoh penerapan
sistem tambahan proteksi proteksi
terhadap untuk untuk
sentuhan sentuk tak bahaya
langsung langsung kebakaran
3. Sistem TN-C Tidak bisa GPAL Tidak bisa Dilarang karena risiko
sentuh langsung dan
kebakaran tinggi serta
mempunyai masalah
KEM.
4. Sistem TN-C-S GPAS ≤ GPAL atau GPAS ≤ Dengan konduktor Untuk rumah tangga,
30 mA GPAS 500 mA netral dihubungkan industri dan perkantoran
dengan konduktor yang tidak peka terhadap
proteksi di PHBK masalah KEM
konsumen, serta
dibumikan, merupakan
sistem yang umum
berlaku di Indonesia
5. Sistem IT GPAS ≤ Gawai GPAS ≤ Direkomendasikan jika Untuk ruang khusus di
30 mA monitor 500 mA kontinuitas suplai rumah sakit, dan industri
insulasi menjadi kebutuhan atau perkantoran khusus.
GPAL atau utama
GPAS
Keterangan
a. GPAS: Gawai Proteksi Arus Sisa; GPAL: Gawai Proteksi Arus Lebih.
b. Untuk proteksi dengan mempergunakan lebih dari satu jenis gawai proteksi, maka perlu diperhatikan
koordinasinya.

Sistem Pembumian
Sebagian besar bangunan memiliki sistem instalasi listrik yang dibumikan,
sehingga jika terjadi sambaran petir atau kelebihan tegangan listrik, arus akan
menemukan jalur yang aman ke bumi.
Menurut National Electrical Code (NEC) memberikan 2 alasan dasar
pentingnya sistem pentanahan yaitu: [35]
1. Menstabilkan tegangan ke bumi selama operasi normal.
2. Membatasi kenaikan tegangan yang disebabkan oleh petir, line surges, atau
kontak yang tidak disengaja dengan saluran bertegangan.
Sehingga sistem pentanahan ini menjadi bagian yang penting pada sebuah
sistem instalasi listrik.
Untuk memastikan keandalan sebuah sistem pentanahan, standar menentukan
resistansi minimum dari elektroda pentanahan.

64
Dalam PUIL 2011, besar resistansi pembumian tidak ditentukan, tetapi
elektrode bumi harus dipasang. Hal ini harus dibuktikan dengan pengukuran
resistansi elektrode bumi. [20]
Menurut NEC 2008 pada ayat 250.56 bahwa sebuah elektroda pentanahan
tunggal yang terdiri dari elektroda batang, pipa, atau pelat, tidak boleh
memiliki resistansi pentanahan kurang dari 25 ohm atau jika kurang harus
ditambah satu elektroda tambahan. Berbeda dengan IEEE Standar 142, yang
menyarankan resistansi dari elektroda pentanahan ke bumi berada pada nilai
kurang dari 1 sampai 5 ohm. Resistansi pentanahan kurang dari 1 ohm bisa
didapatkan jika menggunakan beberapa elektroda yang dihubung secara
bersama.
Resistansi dari elektroda pentanahan ke bumi tergantung dari dua faktor:
1. Resistivitas bumi (resistansi bumi) disekitarnya;
2. Struktur elektroda.
Resistivitas merupakan kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus
listrik dan satuannya yaitu Ωm. Resistivitas bumi ini sangat rumit karena:
1. Tergantung pada komposisi tanah (misalnya tanah liat, kerikil dan pasir).
2. Dapat bervariasi bahkan pada jarak yang pendek karena campuran bahan
yang berbeda.
3. Tergantung pada kadungan mineral (misalnya garam).
4. Bervariasi dengan waktu karena pengendapan.
5. Berubah dengan suhu, resistansi meningkat dengan penurunan suhu.
6. Bervariasi dengan kedalaman.
Karena resistansi elektroda pentanahan dapat berkurang dengan kedalaman,
salah satu cara mengurangi resistansinya dengan memasang elektroda
pentanahan lebih dalam. Pemasangan beberapa elektroda batang atau jenis
lainnya, pemasangan berada di luar dari “pengaruh area” satu sama lain agar
efektif. Aturan umumnya adalah memisahkan satu elektroda dan elektroda lain
dengan minimal jarak yang lebih dari panjang elektrodanya.

65
Gambar II. 23 Area of Influence atau mutual resistance dari sebuah elektroda
pentanahan batang [16]
Menurut IEEE Standar 142, pemasangan beberapa elektroda batang tidak akan
mengurangi resistansi elektroda pentanahan kecuali menjaga jarak yang
memadai. Karakteristik ini disebabkan oleh mutual resistance dimana arus
masing-masing akan meningkatkan tegangan yang lain. Karena tegangan lebih
tinggi untuk aliran arus yang sama, resistansi meningkat oleh mutual
resistance.
Banyak faktor tak tentu yang ada dalam formula manapun untuk perhitungan
resistansi elektroda pentanahan. Seperti resistivitas tanah bervariasi berbanding
terbalik dengan suhu tanah dan berbanding lurus dengan kadar air (moisture
content) dan sangat bervariasi dengan kedalaman. Satu-satunya cara pasti yang
dapat menentukan resistansi pentanahan adalah melakukan pengukuran pada
resistansi elektroda pentanahan. Pengukuran elektroda pentanahan juga
berfungsi untuk mengetahui kualitas dari elektroda tersebut nilai resistansi
masih kurang dari 5 ohm dengan mengacu ke IEEE Std 142.
Ada beberapa metode untuk melakukan pengukuran, dapat dikelompokan
menjadi: [36]
1. Pengujian 3 dan 4 pole Fall-of-Potential
Pengujian 3 dan 4 pole, merupakan kombinasi antara sebuah sumber arus
(current source) atau injektor arus (current injector) dan pengukur tegangan
(potential measurement) dalam sebuah alat ukur. Alat ukur ini
menggunakan beberapa pasak (stakes) dan/atau capit (clamp).
Metode Fall-of-Potential merupakan metoda yang biasa digunakan untuk
mengukur resistansi elektroda. Pada metoda ini, elektroda pentanahan harus
di putuskan terlebih dahulu dari sistem kelistrikan bangunannya. Metode ini

66
menyambungkan dengan bumi dari 3 tempat. Biasa disebut juga “3 pole
method”. Pada alat ukur earth tester mempunyai 3 terminal yaitu:
a. E – disambungkan dengan elektroda pentanahan yang dilakukan
pengujian.
b. P2 – yaitu pengukur tegangan atau potensial yang disambungkan ke
sebuah pasak yang berada diantara E dan C2. Kadang disebut juga
potential auxilary electrode.
c. C2 – yaitu penginjeksi arus yang dipasang dengan jarak yang lebih jauh
dari P2. Posisi E, P2 dan C2 sejajar.
Ground tester menginjeksi arus ke bumi diantara eletroda yang sedang
dilakukan pengujian (E) dan pasak arus (C2). Ground tester akan mengukur
tegangan diantara pasak P2 dan E. Lalu menggunakan hukum Ohm untuk
menghitung resistansi diantara P2 dan E. Posisi pasak C2 dijaga tetap pada
posisi yang sama saat dilakukan pengujian. Sedangkan posisi pasak P2
dapat dipindahkan diantara E dan C2 dengan garis lurus.

Gambar II. 24 Pengukuran dengan metode 3 pole [36]


Bagian yang paling sulit dari pengukuran dengan metoda 3 pole ini adalah
menentukan posisi pasak C2 supaya pengukuran dari resistansi elektroda
pentanahan yang ditampilkan oleh ground tester merupakan nilai resistansi
yang sebenarnya. Resistansi yang diukur haruslah resistansi yang akan

67
dilewati oleh arus gangguan ke bumi. Sehingga pembacaan pengukurannya
harus nilai yang sebenarnya.
Jika potential probe (P2) mempunyai posisi dekat dengan elektroda, maka
P2 akan berada dalam daerah pengaruh elektroda. Jika posisi P2 dekat
dengan current probe (C2) maka tegangan (potential) -nya hampir sama
dengan tegangan output penuh dari ground tester. Saat melakukan
pengukuran dengan memindahkan pasak P2 dari arah elektroda menuju C2,
lalu hasil pengukuran tersebut di plot dalam gambar dan ditarik garis dari
setiap titik hasil pengukuran resistansi. Maka akan terbentuk kurva seperti
gambar pengukuran metode 3 pole. Idealnya bagian yang paling lurus pada
kurva tersebut merupakan nilai resistansi elektroda pentanahan. Pada
kenyataannya, kurva tidak pernah benar-benar lurus, tetapi mencapai
kemiringan yang sangat lembut dimana perubahan resistansinya kecil
terjadi.
Pada pengujian dengan elektroda pentanahan bonding jenis ring, grid, atau
array yang dapat menghasilkan resistansi elektroda pentanahan yang lebih
kecil dari elektroda pentanahan yang tunggal. Untuk pengukuran resistansi
elektroda pentanahan yang lebih dari 10Ω, efek dari resistanci C1 akan
kecil. Tetapi untuk pengukuran yang lebih tepat pada elektroda pentanahan
yang memiliki nilai resistansi yang lebih rendah, maka metode 4 pole dapat
digunakan untuk menghilangkan kontribusi resistansi C1. Disebabkan
kontribusi resistansi C1 diambil oleh potential lead (P1) ke elektroda yang
sedang diuji.
Ada cara yang lebih mudah untuk mengukur resistansi elektroda pentanahan
yaitu menggunakan metode 62%, metode ini dijelaskan pada IEEE standar
81. 62% ini merupakan posisi potential probe (P2) yang didapatkan dari
rasio X/d. (X) merupakan jarak antara P2 dan elektroda dan (d) merupakan
jarak C2 dengan elektroda. pengukuran tidak perlu mengambil data yang
banyak seperti metode fall-of-potential untuk mencari kurvanya. Cukup
melakukan pengukuran seperti gambar pengukuran menggunakan metode
62%. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan
metode 62% ini yaitu:

68
a. Elektroda pentanahan yang diuji merupakan elektroda tipe sederhana
(bukan tipe grid atau plate).
b. Memungkinkan untuk memasang pasak arus (current stake) dengan jarak
yang lebar, diasumsikan elektroda dianggap hemispherical.
c. Tanah diasumsikan cukup seragam (fairly uniform soil).

Gambar II. 25 Pengukuran dengan metode 62% [36]


Metode Slope
Jika menggunakan metode fall-of-potential dan memplot hasil dari
pembacaan resistansi yang berbeda dari lokasi potential probe (P2) yang
berbeda juga akan tetapi pada kurva tidak terdapat garis mendatar yang jelas
dari hasil plot metode tersebut, untuk mendapatkan hasil pengukuran
resistansi elektroda pentanahan dapat menggunakan metode slope. Kurva
yang tidak mendatar ini dapat disebabkan oleh sistem pentanahan yang
besar akan sulit untuk menempatkan pasak sejauh mungkin atau area untuk
menempatkan pasak terbatas.
Data yang diperlukan untuk menggunakan metode slope ini diantaranya
pembacaan resistansi pada posisi potential probe (P2) berada pada rasio
(X/d) 20%, 40%, dan 60%. Lalu hitung koefiensi slope (μ) dengan rumus:

69
% % (II. 28)
μ= `
% %

Lalu cari pada tabel dan cari rasio (X/d) yang sesuai dengan koefisien slope
yang sudah dihitung.
Tabel II. 40 Koefisien Slope (μ) [36]

Setelah mengetahui koefisien slope (μ), lalu nilai rasio X/d yang didapat
dari tabel tersebut dikalikan dengan (d) yang merupakan jarak C2 dengan
elektroda. Jarak hasil perkalian (X/d) dan (d) tersebut merupakan posisi C2
diletakan untuk mendapatkan nilai resistansi elektroda pentanahan yang
benar menurut metode slope.

70
2. Pengujian Selective
Hampir sama dengan metode fall-of-potential yang dapat memplot kurva
dari beberapa hasil pengukuran, atau menggunakan metode 62% untuk
menghemat pengukuran jika syaratnya dipenuhi atau menggunakan metode
slope jika tidak terdapat bagian kurva yang mendatar pada kurva dari
metode fall-of-potential. Yang menjadi kelebihan dari metode selective ini
yaitu tidak perlu untuk mendiskoneksi atau memutuskan elektroda
pentanahan yang akan diuji dengan sistem pentanahan dan dapat
menghindari bahaya dari pemutusan tersebut.

Gambar II. 26 Pengukuran dengan metode Selective [36]


3. Pengujian Stakeless atau clamp-on
Metode pengukuran resistansi elektroda pentanahan yang lebih mudah
dilakukan dibanding dengan metode fall-of-potential dan metode selective.
Lebih mudah karena melakukan metode ini tidak perlu untuk memutuskan
elektroda pentanahan dari sistem pentanahan. Dan juga tidak perlu
menggunakan pasak (stakes) untuk menginjeksi arus dan membaca
perbedaan potensial untuk membaca resistansi loop. Karena pada
pengukuran menggunakan metode stakeless atau clamp-on tidak hanya
mengukur pembacaan resistansi elektroda pentanahan akan tetapi seluruh
loop dari rangkaian tersebut. Sama seperti metode pengukuran lain, metode
pengujian stakeless atau clamp-on ini menggunakan hukum Ohm.

71
Gambar II. 27 Pengukuran dengan metode stakeless atau clamp-on [37]
Pada capit (clamp) dari ground tester terdapat dua inti (lihat pada gambar
metode stakeless atau clamp-on). Satu inti berfungsi untuk menginduksikan
arus uji dan satu inti yang lain berfungsi untuk mengukur berapa banyak
arus yang diinduksikan. Input atau tegangan primer dari inti penginduksi
arus uji dijaga tetap konstan, sehingga arus yang sebenarnya diinduksi ke
dalam rangkaian uji berbanding lurus dengan resistansi loop.
Agar metode stakeless atau clamp-on ini bekerja, harus terdapat jalur
resistansi paralel-seri (dan semakin rendah resistansi tersebut semakin baik)
dan membentuk suatu loop agar dapat membaca resistansi loopnya.
Semakin banyak elektroda jalur pentanahan dalam sistem, semakin dekat
pengukuran dengan nilai resistansi dari elektroda pentanahan yang
sebenarnya. Ini dapat dibuktikan dengan perhitungan menggunakan hukum
Ohm.
Jika ada 6 buah elektroda yang dipasang paralel (gambar II.27 pengukuran
dengan metode stakeless atau clamp-on) dan masing-masing elektroda
mempunyai nilai 10Ω. Ketika capit (clamp) dari ground tester dicapitkan ke
elektroda 6, maka rangkaian ekuivalen dari sistem pentanahan tersebut akan
menjadi seperti gambar II.28 rangkaian ekuivalen elektroda pentanahan.

72
Gambar II. 28 Rangkaian ekuivalen elektroda pentanahan [37]
Jadi ada beberapa sifat dari ground tester dengan metode stakeless atau
clamp-on ini yaitu:
a. Nilai resistansi yang terukur merupakan resistansi loop bukan resistansi
elektroda pentanahan.
b. Semakin kecil nilai resistansi dari jalur lain di sistem, pengukuran pada
elektroda tersebut menjadi semakin akurat.
c. Nilai yang terbaca selalu lebih besar dari resistansi elektroda pentanahan
yang sebenarnya.
4. Pengujian 2 pole
Metode pengujian 2 pole menggunakan sebuah “elektroda bantu” seperti
pipa air dan yang lain. Dapat dilihat pada gambar Rangkaian ekuivalen
untuk pengujian dengan metode 2 pole, pengujian mengkombinasikan
resistansi elektroda pentanahan yang sedang diuji, dengan “elektroda bantu”
berupa pipa air. Pada pengukuran menggunakan metode ini, diasumsikan
resistansi dari “elektroda bantu” sangat kecil. Mungkin saja berlaku untuk
pipa logam tanpa bagian plastik atau sendi terisolasi.
Meskipun relatif lebih mudah dalam menggunakan metode ini, akan tetapi
berhati-hatilah dalam menggunakan metode ini, karena:
a. Pipa air mungkin saja berupa PVC, hal ini akan membuat pembacaan
nilai resistansi metode ini menjadi sangat besar dan tidak akurat
membaca resistansi dari elektroda pentanahan.
b. “Elektroda bantu” mungkin berada dalam daerah mutual resistance atau
area of influence dari elektroda pentanahan yang sedang diuji. Pada
masalah seperti ini, pembacaan dari ground tester metode 2 pole akan
menjadi lebih rendah dari aslinya.

73
Jadi metode ini hanya digunakan jika sistem pentanahan dan elektroda
bantunya sudah diketahui dengan baik.

Gambar II. 29 Rangkaian ekuivalen untuk pengujian dengan metode 2 pole


[36]
Tabel II. 41 Kesimpulan dari metode pengujian elektroda pentanahan [29]
No Metode Kelebihan Kekurangan
1 Fall-of-  Diterima secara luas.  Harus memutuskan koneksi
Potential  Indikasi pengukuran yang elektroda dari sistem
bagus dapat dilihat dari bentuk pentanahan.
kurva karakteristik.  Pasak mungkin susah untuk
di pasang.
 Diperlukan ruang yang
cukup luas untuk metode ini.
 Sangat memakan waktu dan
tenaga.
2 Selective  Tidak harus memutuskan  Pasak mungkin susah untuk
sambungan elektroda dari dipasang.
sistem pentanahan.  dimungkinkan untuk tidak
 Diterima secara luas. adanya cukup ruang untuk
 Indikasi pengukuran yang memasang pasak yang
bagus dapat dilihat dari bentuk diperlukan.
kurva karakteristik.  Sangat memakan waktu dan
tenaga.
3 Stakeless  Kenyamanan.  Mengasumsikan jalur paralel
resistansi rendah.
 Mungkin untuk
mendapatkan pembacaan
yang sangat rendah dengan
mengukur secara keliru pada
loop kabel.
4 Two-Pole  Kenyamanan.  Mustahil untuk menilai
integritas dari elektroda
bantu.
 Tidak bisa memastikan
berada di luar “area of
influence”

74
II.2.16 Pengujian instalasi listrik menggunakan thermometer
Batas suhu dari kabel untuk periode berkesinambungan selama operasi
normal tidak boleh melebihi batas yang diatur dalam tabel suhu operasi
maksimum untuk jenis insulasi.
Tabel II. 42 Suhu operasi maksimum untuk jenis insulasi [12]
Jenis Insulasi Batas Suhu (°C)
Polivinil klorida (PVC) 70 pada konduktor
Polietilen ikat silang (XLPE) dan karet
90 pada konduktor
propolen etilen (EPR)
Mineral (ditutup PVC atau polos dapat
70 pada selubung
disentuh)
Mineral (polos tidak dapat disentuh dan
tidak kontak dengan bahan yang mudah 105 pada selubung
terbakar)
Dan menurut standar ANSI/NETA MTS-2011 menjelaskan tentang
rekomendasi dari kenaikan suhu pada kabel yang sedang diamati berbasis
pada kabel lainnya dengan beban yang sama dengan kabel yang diamati.
Dan kenaikan suhu antara kabel yang diamati dengan suhu udara
disekitarnya.
Tabel II. 43 Thermographic Survey Suggested Actions Based on
Temperature Rise [17]
Temperature difference Temperature difference
(ΔT) based on (ΔT) based upon
comparisons between comparisons between Recomended Action
similar components component and ambient
under similar loading air temperatures
1°C - 3°C 1°C - 10°C Possible defiency,
warratns investigation
4°C - 15°C 11°C - 20°C Indicates probable
deficiency, repair as time
permits
-------- 21°C - 40°C Monitor until corrective
measures can be
accomplished
>15°C >40°C Major discrepancy, repair
immediately

75

Anda mungkin juga menyukai