Anda di halaman 1dari 92

TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN DASAR HIPERTENSI PADA NY. O DI RT 20 KECAMATAN
ANGGANA

Oleh

GREGORIUS LEONARDO PIO : 1911144011000

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN DIRGAHAYU SAMARINDA
2022
TUGAS AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN DASAR HIPERTENSI PADA NY.O DI RT 20 KECAMATAN
ANGGANA

Oleh:

GREGORIUS LEONARDO PIO

NIM: 1911144011000

Di setujui untuk diajukan pada tanggal 21 Juni 2022

Pembimbing Utama:

Yovita Erin Sastrini.,SKM., M.Kes


NIDN: 1124117402

Pembimbing Pendamping:

Ns. Fransiska Keron Ola, S.Kep, MSN


NIDN: 118118101

ii
iii
Telah diujikan pada tanggal……………………2022

Dan disetujui untuk disusun sebagai Tugas Akhir dengan

Judul:

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN DASAR HIPERTENSI PADA NY. O DI RT 20 KECAMATAN
ANGGANA

Ketua penguji:

Ns. Yani, S.Kep.,M.Pd


NIDN: 1110056501

Anggota Penguji I:

Yovita Erin Sastrini, A.Md.Kep., M.Kes


NIDN: 1124117402

Anggota Penguji II:

Ns. Fransiska Keron Ola, S.Kep.,MSN


NIDN: 118118101

Mengetahui

Ketua STIKES Dirgahayu Samarinda

Ns. Vinsensia Tetty, M. Kep


NIK: 0238.A4.08

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

berkat rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

dengan judul Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar

Hipertensi Pada Ny.O di RT 20 Kecamatan Anggana yang dilaksanakan pada

tanggal 12 Februari 2022 sampai dengan 21 Juni 2022.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

ahli madya keperawatan (Amd.Kep) pada Program Studi Diploma III

Keperawatan STIKES Dirgahayu Samarinda Dengan ini perkenankan saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus

kepada:

1. Ns. Vinsensia Tetty, S.Kep,. M.Kep, selaku Ketua STIKES Dirgahayu

Samarinda yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada

penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program

Studi Diploma III Keperawatan STIKES Dirgahayu Samarinda.

2. Yovita Erin Sastrini, A. Md.Kep., M.Kes, selaku pembimbing utama yang

telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis untuk

menyelesaikan Tugas AKhir.

3. Ns. Fransiska Keron Ola, S.Kep., MSN, selaku pembimbing pendamping

yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis untuk

menyelesaikan Tugas Akhir.

v
4. Ns. Yani, S.Kep.,M.Pd selaku ketua penguji yang telah memberikan

bimbingan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas

Akhir.

5. ….Nama Pejabat), selaku anggota penguji yang telah memberikan

bimbingan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas

Akhir.

6. Staf perpustakaan STIKES Dirgahayu Samarinda yang telah

menyediakan buku sumber untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang

telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan

Tugas Akhir ini. Demi kesempurnaan Tugas Akhir ini, penulis berharap Tugas

Akhir ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu

keperawatan.

Samarinda, 22 Februari 2022

Gregorius Leonardo Pio

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul (luar)............................................................................ i


Halaman Persetujuan........................................................................... ii
Kata pengantar..................................................................................... vi
Halaman daftar isi................................................................................. viii
Halaman daftar Tabel........................................................................... ix
Halaman daftar Gambar....................................................................... xi
Halaman daftar Lampiran..................................................................... xi

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 2
B. Batasan Masalah.............................................................................. 2
C. Rumusan masalah........................................................................... 2
D. Tujuan Penulisan.............................................................................. 3
1. Tujuan Umum............................................................................... 3
2. Tujuan Khusus............................................................................. 3
E. Manfaat Penulisan............................................................................ 3
1. Manfaat Teoritis........................................................................... 3
2. Manfaat Praktis............................................................................ 3
BAB II : TINJAUN PUSTAKA
A. Konsep Dasar penyakit.................................................................... 4
1. Anatomi Fisiologi.......................................................................... 4
2. Pengertian.................................................................................... 7
3. Etiologi......................................................................................... 8
4. Patofisiologi.................................................................................. 13
5. Manifestasi Klinis......................................................................... 16
6. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................. 17
7. Penatalaksanaan Medis............................................................... 18
8. Penatalaksanaan Keperawatan................................................... 18
9. Komplikasi.................................................................................... 20
B. Konsep Geriatri................................................................................ 20
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................... 26
1. Pengkajian................................................................................... 26
2. Diagnosis keperawatan................................................................ 30
3. Rencana Tindakan / Intervensi.................................................... 32

vii
4. Tindakan Keperawatan / implementasi........................................ 43
5. Evaluasi........................................................................................ 44
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian................................................................................... 45
2. Diagnosis Keperawatan............................................................... 49
3. Rencana Tindakan / Intervensi.................................................... 50
4. Tindakan Keperawatan / Intervensi.............................................. 56
5. Evaluasi........................................................................................ 56
BAB IV : PEMBAHASAN
1. Pengkajian................................................................................... 61
2. Diagnosis Keperawatan............................................................... 64
3. Rencana Tindakan / Intervensi.................................................... 65
4. Tindakan Keperawatan / Implementasi........................................ 68
5. Evaluasi........................................................................................ 72
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 75
B. Saran................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lansia merupakan proses menjadi lebih tua. Lansia akan

mengalami kemunduran fisik, mental serta social. Salah satu contoh

kemunduran fisik pada lansia yaitu lansia rentan terkena penyakit,

khususnya penyakit dimana organ dan suatu jaringan mengalami

penurunan fungsi seiring waktu atau biasa di sebut penyakit degenerative.

Penyakit degeneratif yang awam diderita oleh lansia salah satu contohnya

yaitu penyakit hipertensi (Riamah, 2019)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015

menunjukkan sekitar 1,13 Milyar orang di dunia menderita Hipertensi.

Jumlah penderita hipertensi terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Milyar. Di

Indonesia perkiraan jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar

63.309.620 orang, sedangkan untuk angka kematian di Indonesia akibat

hipertensi sebesar 427.218 kematian.

Berdasarkan Data Riset kesehatan Dasar 2018, Kalimantan Timur

berada di posisi kedua dengan jumlah 39,30% dengan posisi pertama

ditempati oleh daerah Kalimantan Selatan. Hipertensi terjadi pada

kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur

55-64 (55,2%). (J, Andri, Payana, & Andrianto, 2020)

ix
Pada penderita hipertensi yang tidak terkontrol dampak yang

ditimbulkan dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ vital,

seperti jantung, otak, ginjal, dan mata. Penanangan hipertensi memang

penting tetapi tidak lengkap jika tanpa dilakukan tindakan pencegahan

untuk menurunkan faktor resiko yang menyebabkan kerusakan organ-

organ vital.

Penanganan dan pencegahan Hipertensi dapat dilakukan dengan

cara yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi. Penanganan secara

farmakalogi menggunakan obat-obatan yang mempunyai efek samping,

sedangkan pencegahan dapat dilakukan dengan nonfarmakologi dengan

cara mengubah gaya hidup yang lebih sehat, hindari stress, dan rutin

berolahraga (senam lansia). (Angshera, Rahmawati, & Y, 2020)

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis ingin

menyampaikan gambaran pelaksanaan “Asuhan Keperawatan Lansia

dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Pada Hipertensi Khsusunya Ny. O”

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan

Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Rumah Ny. O

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada studi kasus ini adalah “Bagaimankah

asuhan keperawatan pada lansia dengan Hipertensi di rumah Ny.O”

D. Tujuan Penulisan

x
1. Tujuan Umum

Menganalisis proses asuhan keperawatan pada lansia dengan

gangguan kebutuhan dasar pada Hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengkajian gangguan kebutuhan dasar pada Hipertensi.

b. Menganalisis diagnosis keperawatan gangguan kebutuhan dasar pada

Hipertensi.

c. Menganalisis perencanaan keperawatan gangguan kebutuhan dasar

pada Hipertensi.

d. Menganalisis tindakan keperawatan gangguan kebutuhan dasar pada

Hipertensi.

e. Menganilisis evaluasi keperawatan gangguan kebutuhan dasar pada

Hipertensi.

E. Manfaat Penulisan

1. Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan

dan mengembangkan pemberian asuhan keperawatan pada penderita

Hipertensi khususnya di keperawatan gerontik.

2. Praktis

Bagi Institusi pelayanan kesehatan, dapat meningkatkan kinerja

perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.

xi
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Anatomi Fisiologi

Menurut Pearce, (2021). Jantung merupakan organ pemompa

besar yang memelihara peredaran melalui seluruh tubuh.

Gambar 2.1 Jantung


Sumber : Pearce, 2021

a. Jantung

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,

berongga, basisnya di atas, dan puncaknya di bawah. Jantung

berada di dalam toraks, antara kedua paru-paru dan di belakang

sternum, dan lebih menghadap ke kiri dari pada ke kanan. Bagian

xii
kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas

(atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah

(ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir

dalam satu arah maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan

masuk dan satu katup pada jalan keluar.

1) Struktur Jantung

Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan.

Jantung dewasa beratnya antara 220-260 gram. Jantung

terletak dalam rongga mediastinum rongga dada, yaitu diantara

paru-paru. Posisi jantung miring sehingga bagian ujungnya

yang runcing (apeks) menunjuk ke arah bawah ke pelvis kiri,

sedangkan ujungnya yang lebar yaitu bagian dasarnya,

menghadap ke atas bahu kanan. Jantung tersusun atas otot

yang bersifat khusus dan terbungkus sebuah membran yang

disebut pericardium membran itu terdiri atas dua lapis

perikardium viseral (lapisam dalam) adalah membran serus

yang lekat sekali pada jantung dan perikardium parietal (lapisan

luar) adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung

dan membungkus jantung. Disebelah dalam jantung dilapisi

endotelium yang disebut endokardium atau lapisan jantung

bagian dalam.

xiii
2) Pembuluh Darah yang Tersambung dengan Jantung

Pembuluh darah dibagi beberapa jenis yaitu, pembuluh

darah arteri dan arteriol yang membawa darah keluar dari

jantung, venula dan vena yang membawa darah ke arah

jantung kecuali vena pulmoner, dan kapiler yaitu pembuluh

darah yang sangat kecil yang merupakan berakhirnya

pembuluh arteriol dan mulainya venula.

a) Vena kava superior, yaitu vena besar yang membawa darah

kotor dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan.

b) Vena kava inferior, merupakan pembuluh darah yang

menuangkan darahnya ke dalam atrium kanan yang di jaga

oleh katup semilunar eustakhius.

c) Sinus coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa

darah kotor dari jantung sendiri.

d) Arteri pulmonalis, pembuluh darah yang membawa darah

keluar dari ventrikel kanan. Empat vena pulmonaris

membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri.

e) Aorta, pembuluh darah yang membawa darah keluar dari

ventrikel kiri.

Lubang aorta dan arteri pulmonalis di jaga katup

semilunar. Katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut

katup aortik, yang menghindarkan darah mengalir kembali

xiv
dari aorta ke ventrikel kiri. Katup antara ventrikel kanan dan

arteri pulmonalis disebut katup pulmonaris yang

menghindarkan darah mengalir kembali ke dalam ventrikel

kanan.

2. Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami tekanan darah yang meningkat di atas

normal yaitu 140/90 mmHg dan dapat mengalami resiko kesakitan

bahkan dapat menyebabkan kematian. Darah tinggi sering di beri gelar

sebagai penyakit the silent killer karena tanda-tanda awalnya tidak di

ketahui atau tanpa gejala (Larasiska & HN, 2019).

Menurut Kemenkes RI, (2018) klasifikasi hipertensi meliputi:

a. Normal: tekanan darah sistolik <120 mmhg dan tekanan darah

diastolik <80 mmhg

b. Pra-Hipertensi: tekanan darah sistolik 120-139 mmhg dan tekanan

darah diastolik 80-89 mmhg

c. Hipertensi tingkat 1: tekanan darah sistolik 140-159 mmhg dan

tekanan darah diastolik 90-99 mmhg

d. Hipertensi tingkat 2: tekanan darah sistolik >160 mmhg dan

tekanan darah diastolik >100 mmhg

e. Hipertensi sistolik terisolasi: tekanan darah sistolik >140 mmhg dan

xv
tekanan darah diastolik <90 mmhg

3. Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2012) penyebab hipertensi dibagi

menjadi 2 yaitu :

a. Hipertensi Esensial atau Primer

Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana

penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih

90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan

10% nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer

terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak

ditemukan penyakit renovakuler, aldosteronism, pheochro-

mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Faktor lain yang

menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer diantaranya adalah

faktor stress, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan,

demografi dan gaya hidup.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya

dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,

gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal

(hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi

adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan

lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial. Penyebab

xvi
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap

tahun sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung

memompa darah menurun menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

c. Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok

yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :

1) Faktor yang dapat diubah

a) Gaya hidup modern

Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya

hidup masa kini menyebabkan stres berkepanjangan.

Kondisi ini memicu berbagai penyakit seperti sakit kepala,

sulit tidur, gastritis, jantung dan hipertensi. Gaya hidup

modern cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik

(olah raga). Konsumsi alkohol tinggi, minum kopi, merokok.

xvii
Semua perilaku tersebut merupakan memicu naiknya

tekanan darah.

b) Pola makan tidak sehat

Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga

keseimbangan cairan dan mengatur tekanan darah. Tetapi

bila asupannya berlebihan, tekanan darah akan meningkat

akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume

darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan

menyantap makanan instan yang telah menggantikan bahan

makanan yang segar. Gaya hidup serba cepat menuntut

segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi

makanan. Padahal makanan instan cenderung

menggunakan zat pengawet seperti natrium berzoate dan

penyedap rasa seperti monosodium glutamate (MSG). Jenis

makanan yang mengandung zat tersebut apabila

dikonsumsi secara terus menerus akan menyebabkan

peningkatan tekanan darah karena adanya natrium yang

berlebihan di dalam tubuh.

c) Obesitas

Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya

dapat membuangnya melalui air seni. Tetapi proses ini bisa

terhambat, karena kurang minum air putih, berat badan

xviii
berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan hipertensi

maupun diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih akan

membuat aktifitas fisik menjadi berkurang. Akibatnya jantung

bekerja lebih keras untuk memompa darah. Obesitas dapat

ditentukan dari hasil indeks massa tubuh (IMT). IMT

merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi

orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT

hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18

tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja,

ibu hamil dan olahragawan (Supariasa, 2012).

Tabel 3.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)


Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0
Obesitas Kelebihan BB tingkat berat <27,0
Sumber : Supariyasa et al., 2012

2) Faktor yang tidak dapat diubah :

a) Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko menderita

hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar

Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara Potassium

xix
terhadap Sodium, individu dengan orang tua yang menderita

hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada

orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat

hipertensi (Anggraini dkk, 2016)

b) Usia

Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi

semakin bertambah usia seseorang maka resiko terkena

hipertensi semakin meningkat. Penyebab hipertensi pada

orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan–

perubahan pada, elastisitas dinding aorta menurun, katub

jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung

memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan

volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini

terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi, meningkatnya resistensi pembuluh darah

perifer (Smeltzer, 2017).

c) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita

sama, akan tetapi wanita pramenopause (sebelum

menopause) prevalensinya lebih terlindung daripada pria

xx
pada usia yang sama. Wanita yang belum menopause

dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis yang dapat

menyebabkan hipertensi (Price & Wilson, 2016)

4. Patofisiologi

Menurut Alfaray dkk, (2021) Hipertensi dapat terjadi melalui

berbagai proses dalam tubuh. Secara umum, penyakit ini berkaitan

dengan hormone angiotensin. Hormone ini akan berubah dari bentuk

simpanan (angiotensinogen) menjadi bentuk selanjutnya (angiotensin

I) jika diubah oleh ACE (angiotensin converting enzyme). Secara

detail, hati memproduksi simpanan hormone angiotensin bernama

angiotensinogen yang kemudian diedarkan dalam darah. Darah

mengandung berbagai hormone lain dari beragam organ dalam tubuh-

salah satunya hormone dari ginjal. Ginjal memproduksi hormone yang

bernama hormone renin, hormone ini mampu mengubah

angiotensinogen menjadi bentuk aktif bernama angiotensin I.

Angiotensin I perlu berubah menjadi angiotensin II untuk memberikan

pengaruh bagi tubuh. Perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II

ini dipegang oleh hormone ACE yang diproduksi oleh permukaan

xxi
paru-paru. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

menaikkan tekanan darah, seperti mengecilkan pembuluh darah,

mencegah pembuangan air dari dalam pembuluh darah di ginjal, dan

meningkatkan penyerapan air.

Garam mengandung natrium yang berpengaruh pada

penyerapan kembali air yang seharusnya dibuang oleh ginjal dalam

bentuk urine. Itulah sebabnya konsumsi garam pada penderita

hipertensi wajib diatur. Tubuh memiliki system yang berfungsi

mencegah perubahan tekanan darah yang disebabkan oleh gangguan

peredaran. Dengan demikian, tubuh dapat mempertahankan stabilitas

tekanan darah dalam jangka panjang. System tersebut sangat rumit.

System pengendalian tekanan darah tidak hanya bekerja pada

tekanan darah rendah, tetapi juga pada keadaan tekanan darah tinggi.

System tersebut mempertahankan tekanan pembuluh darah,

diantaranya melalui reseptor tekanan darah (baroreseptor) dan

berbagai hormone, terutama hormone antikencing (hormone

antidiuretic) dan RAAS (renin angiotensin aldosterone system).

Menurut Nurhidayat, (2018) Semua faktor yang cenderung

mencetuskan meningkatnya tekanan darah atau disebut juga

hipertensi. Terjadinya peningkatan tekanan darah dapat

mengakibatkan munculnya kerusakan vaskuler pembuluh darah

sehingga terjadinya perubahan struktur mengakibatkan penyumbatan

xxii
pembuluh darah (vasokonstriksi) yang menyebabkan gangguan

sirkulasi. Gangguan sirkulasi mempengaruhi beberapa system, antara

lain pada otak, ginjal, pembuluh darah dan retina. Resistensi

pembuluh darah pada otak meningkat sehingga mengakibatkan nyeri

kepala sehingga muncul nyeri tengkuk yang umum terjadi pada

penderita hipertensi.

Namun pada pasien lanjut usia baik Tekanan Darah Sistolik

(TDS) maupun Tekanan Darah Diastolik (TDD) meningkat sesuai

dengan meningkatnya umur. TDS meningkat secara progresif sampai

umur 70-80 tahun, sedangkan TDD meningkat sampai umur 50-60

tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun.

Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya

pengakuan pembuluh darah dan penurunan kelenturan arteri dan ini

mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur.

Seperti diketahui, tekanan nadi merupakan predictok terbaik dari

adanya perubahan struktural di dalam arteri. Efek utama dari ketuaan

normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan

pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh

darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun

sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan kelenturan aorta

dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan peningkatan TDS.

Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan

xxiii
resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah

dengan umur. Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin

dapat menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat

pada pemantauan terus menerus. Retensi Na akibat peningkatan

asupan berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan

penurunan renin plasma dan respons renin terhadap asupan garam,

sistem renin-angiotensin tidak mempunyai peranan utama pada

hipertensi pada lanjut usia. (Kuswardhani, 2016)

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala hipertensi terkadang tidak dirasakan ada

gejalanya, tetapi secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi

bersamaan serta dianggap ada hubungannya dengan tekanan darah

tinggi. Tanda-tanda gejalanya bisa bervariasi pada masing-masing

individu seperti sakit kepala atau terasa berat di tengkuk, pusing,

mudah lelah, dan penglihatan kabur. Maka dari itu untuk

memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah sehingga

dapat dipastikan seseorang tersebut mengalami hipertensi atau tidak.

(Ramdani, Rilla, & Yuningsih, 2020)

6. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Nurarif, (2018) Diagnosis keperawatan dapat

ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan penunjang:

a. Pemeriksaan Laboratorium

xxiv
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor risiko

seperti hipokoagulabilitas, anemia.

2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi atau

fungsi ginjal.

3) Glukosa: hiperglikemi (diabetes melitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran ketokolamin.

4) Urinalisa: darah, protein, mengisyaratkan disfungsi ginjal, dan

ada diabetes melitus.

7. CT scan: mengkaji adanya tumor serebral, encelopati.

a. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas peningkatan

gelombang P adalah suatu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

b. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal,

perbaikan ginjal.

c. Photo toraks: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katub,

pembesaran jantung.

d. Pemeriksaan fisik secara menyeluruh: tanda vital (tekanan darah)

8. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan hipertensi meliputi pengobatan non-

farmakologis serta pengobatan farmakologis. Pengobatan non-

farmakologis berbentuk modifikasi gaya hidup seperti pola diet,

aktivitas fisik, larangan merokok, pembatasan konsumsi alkohol, dan

xxv
mengurangi asupan garam. Pengobatan farmakologi bisa diberikan

antihipertensi tunggal ataupun dikombinasi. Pemilihan obat

antihipertensi didasari ada tindaknya kondisi khusus (komorbid

ataupun komplikasi. (Telaumbanua & Rahayu, 2020)

9. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut Pambudi, (2018) penatalaksanaan keperawatan

dilakukan secara non-farmakologis, antara lain:

a. Pengaturan Diet

Beberapa diet yang dianjurkan bagi pasien hipertensi:

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi

garam dapat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan

nutrisi yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6

gram garam perhari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah.

3) Diet kaya buah dan sayur (serat)

4) Diet rendah kolesterol, sebagai pencegah terjadinya jantung

coroner.

b. Penurunan berat badan

Mengatasi kelebihan berat badan pada sebagian orang

dengan cara menurunkan berat badan dapat mengurangi tekanan

darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung.

xxvi
c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang,

bersepeda sangat bermanfaat untuk menurunkan tekanan

darah dan melatih untuk memperbaiki keadaan jantung.

Olahraga isotonic juga dapat meningkatkan fungsi endotel,

vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.

Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3 sampai 4 kali

dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan

tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL (High

Density Lipoproteins), yang dapat mengurangi terbentuknya

aterosklerosis akibat hipertensi.

d. Kontrol tekanan darah secara teratur

Alangkah lebih baik untuk memeriksa tekanan darah

secara rutin supaya bisa mengantisipasi jika mengalami

tekanan darah tinggi.

e. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress

Dalam kondisi tertekan, hormone adrenalin dan kortisol

dilepaskan ke dalam darah sehingga menjadi peningkatan

tekanan darah. Beberapa cara dapat dilakukan untuk

menghindari stres, diantaranya dengan melakukan relaksasi

dan meditasi. Relaksasi dapat dilakukan dengan cara

mendengarkan music yang disukai dan menyanyi.

xxvii
f. Pengunaan Obat Hipertensi

Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan

penggunaannya secara rutin.

10. Komplikasi

Komplikasi Hipertensi dapat terjadi pada organ jantung, otak,

ginjal dan mata, sehingga dapat menyebabkan gagal jantung, resiko

stroke, kerusakan pada ginjal dan kebutaan. (Sumaryati, 2019)

B. Konsep Geriatri

1. Pengertian lanjut usia

Geriatri berasal dari kata geros (usia lanjut) dan eatriea

(kesehatan). Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang

memperlajari tentang penyakit pada lanjut usia. Proses menua

menyebabkan penurunan fungsi sistem organ seperti sistem sensorik,

saraf pusat, pencernaan, kardiovaskular, dan sistem respirasi. Selain

itu terjadi pula perubahan komposisi tubuh, yaitu penurunan massa

otot, peningkatan massa dan sentralisasi lemak, serta peningkatan

lemak intramuskular. Lansia akan mengalami kemunduran fisik,

mental serta social. Salah satu contoh kemunduran fisik pada lansia

yaitu lansia rentan terkena penyakit, khususnya penyakit dimana

organ dan suatu jaringan mengalami penurunan fungsi seiring waktu

atau biasa di sebut penyakit degenerative. (Setiati, 2017)

2. Batasan lanjut usia

xxviii
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat

tahapan yaitu (Padila, 2013):

a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

3. Proses menua

Menjadi tua (menua) adalah keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses yang

sepanjang hidup yang tidak hanya dialami dari suatu waktu tertentu,

tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua banyak

mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai

dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak,

rambut memutih, pendengaran berkurang, penglihatan memburuk, gigi

mulai ompong, aktivitas menjadi lambat, nafsu makan berkurang dan

kondisi tubuh yang lain juga mengalami kemunduran (Setiati, 2017).

4. Tipologi Manusia Lanjut Usia

Menurut Hidayatus, (2018) Terdapat bermacam-macam tipologi

manusia lanjut usia, beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,

pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan

ekonominya. Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman,

xxix
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai

kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,

memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,

selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan

memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan

sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit

dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.

d. Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

5. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

Ada beberapa pendekatan perawatan terhadap lanjut usia.

Pendekatan tersebut adalah pendekatan fisik, pendekatan psikis,

pendekatan sosial, dan pendekatan spiritual:

a. Pendekatan Fisik

Perawatan yang memerhatikan kesehatan objektif,

kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa

hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan

yang masih bias dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang

xxx
dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik

secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian,

yaitu:

1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih

mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga masih

mampu melakukan kegiatan sehari-hari sendiri.

2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang

keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat

harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini,

terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan

keberhasilan perorangan untuk mempertahankan

kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam

usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber

infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat

perhatian. Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut

usia, membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya

apa keluhan yang dirasakan bagaimana tentang tidur, makan,

apakah obat sudah diminum, apakah mereka bisa

melaksanakan ibadah, dan sebagainya. Sentuhan (misalnya

genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.

b. Pendekatan Psikis

Pada pendekatan psikis ini perawat mempunyai peranan

xxxi
penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut

usia. Pada dasarnya, klien lanjut usia membutuhkan rasa aman

dan cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang

memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus selalu

menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, dan membiarkan

mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi

yang dimilikinya. Perawat harus membangkitkan semangat dan

kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa

putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari

ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya. Hal itu perlu

dilakukan karena perubahan psikologi terjadi seiring dengan

semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-

gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru

terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan

kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan

untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran libido. Perawat harus

sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang

membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut

usia bila lupa atau melakukan kesalahan. Perawat harus dapat

mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga

seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila

perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan

xxxii
bahagia.

c. Pendekatan Sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita

merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan sosial.

Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan

sesama klien usia lanjut berarti menciptakan sosialisasi mereka.

Jadi, pendekatan sosial ini merupakan suatu pegangan bagi

perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial

yang membutuhkan orang lain.

d. Pendekatan Spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan

kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama

yang dianut lansia ketika lansia dalam keadaan sakit atau ketika

perawat mendeteksi kematian. Umumnya, pada waktu kematian

akan datang, agama atau kepercayaan seseorang merupakan

faktor penting. Pada waktu inilah kelahiran iman sangat perlu

untuk melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan demikian,

pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya

terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut

menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

xxxiii
Menurut Ns. Savitri Germini, M. Kep, & S. Kep, M. Kes,

(2021) pengkajian pada lansia dialkukan untuk mengetahui

masalah kesehatan lansia, format pengkajian meliputi data dasar.

a. Identitas

Meliputi; Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat

sebelum tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan,

pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal masuk

panti, kamar dan penanggung jawab.

b. Riwayat Keluarga

Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara

kandung, pasangan, dan anak-anak)

c. Riwayat Pekerjaan

Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya,

dan sumbersumber pendapatan dan kecukupan terhadap

kebutuhan yang tinggi.

d. Riwayat Lingkup Hidup

Meliputi; tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang

tinggal dirumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.

e. Riwayat Rekreasi

Meliputi; hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan.

f. Sumber/ Sistem Pendukung

Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan

xxxiv
kesehatan seperti dokter, perawat atau klinik.

g. Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur

Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada

pasien lansia dengan hipertensi mengalami susah tidur

sehingga dilakukan ritual ataupun aktivitas sebelum tidur.

h. Status Kesehatan Saat Ini

Meliputi: status kesehatan umum selama stahun yang lalu,

status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-

keluhan kesehatan utama, serta pengetahuan tentang

penatalaksanaan masalah kesehatan.

i. Obat-Obatan

Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana

mengonsumsinya, atas nama dokter siapa yang

menginstruksikan dan tanggal resep.

j. Status Imunisasi

Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu.

k. Nutrisi

Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan

minum, pola konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat

badan. Biasanya pasien dengan hipertensi perlu memenuhi

kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, mineral, air,

lemak, dan serat. Tetapi diet rendah garam juga berfungsi untuk

xxxv
mengontrol tekanan darah pada klien.

l. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa

tubuh pasien dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe)

untuk menemukan tanda klinis dari suatu penyakit dengan

teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi. Pada

pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk

kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah,

warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata,

kornea mata, konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman

penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung,

tulang hidung, dan septum nasi, menilai ukuran telinga,

ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga, ketajaman

pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah,

palatum dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena

jugularis serta denyut nadi karotis. Pada pemeriksaan payudara

meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (warna

kemerahan pada mammae, oedema, papilla mammae menonjol

atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada

pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai apakah

ada benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kemudian

disertai dengan pengkajian nyeri tekan).

xxxvi
Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat

atau tidak kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot

bantu pernafasan, pola nafas), palpasi (penilaian vocal

premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat

kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya

suara nafas tambahan). Pada pemeriksaan jantung meliputi

inspeksi dan palpasi (mengamati ada tidaknya pulsasi serta

ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk

mengetahui ukuran jantung), auskultasi (mendengar bunyi

jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak

bising/murmur). Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi

terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk abdomen,

benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit

abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi (bising usus atau

peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi

(terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa,

pembesaran hepar dan lien) dan perkusi (penilaian suara

abdomen serta pemeriksaan asites). Pemeriksaan kelamin dan

sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra, anus serta

perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada pemeriksaan

muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan kelemahan

eksremitas, kesimetrisan cara berjalan. Pada pemeriksaan

xxxvii
integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit,

tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta

terdapat lesi atau tidak. Pada pemeriksaan neurologis meliputi

pemeriksaan tingkatan kesadaran (GCS), pemeriksaan saraf

otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan

reflex

2. Diagnosis Keperawatan

Menurut (PPNI, 2016) Diagnosa keperawatan merupakan

suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang

berlangsung actual maupum potensial. Diagnosa keperawatan

bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga

dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Jenis-jenis diagnosis keperawatan dapat diuraikan sebagai

berikut Capernito, (2013); Peter & Perry, (2013) disesuaikan denga

n SDKI (PPNI,2017):

a. Diagnosis Aktual

Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap ko

ndisi kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan

klien mengalami masalah kesehatan. Tanda atau gejala Mayor

dan Minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien.

b. Diagnosis Risiko

xxxviii
Diagnosis risiko menggambarkan respons klien terhadap k

ondisi kesehatan atau proses kehidupan yang dapat menyebab

kan klien berisiko mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemu

kan tanda atau gejala mayor dan minor pada klien, namun klien

memiliki faktor risiko mengalami masalah kesehatan.

c. Diagnosis Promosi Kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan moti

vasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatan ke tingkat yan

g lebih baik atau optimal.

Menurut (DIgiulio, RN, MSN, Jackson,RN, MSN, & Keog

h, 2016) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada

Lansia yang disesuaikan dengan SDKI (PPNI, 2017) antara lain:

a. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

b. Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

c. Inkotinensia Urin Berlanjut berhubungan dengan kerusakan

refleks kontrasksi detrusor

d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis

3. Rencana Tindakan/Intervensi

Menurut (PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, 20

16) Tentang Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jenis luaran

xxxix
keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu luaran negatife dan

luaran positif. Luaran negativ menunjukkan kondisi, perilaku, atau

persepsi yang tidak sehat, sehingga penetapan luaran

keperawatan ini akan mengarahkan pemberian intervensi

keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan. Sedangkan luaran

positif menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang sehat

sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan

pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan untuk

meningkatkan atau memperbaiki. Luaran keperawatan memiliki tiga

komponen utama yaitu label, ekspetasi, dan kriteria hasil.

xl
Tabel 2.1 Intervensi pada Diagnosis Defisit Pengetahuan b.d Kurang Terpapar Informasi
Diagnosis Keperawatan (SDKI) Tujuan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan

Definisi: Indikator 1 2 3 4 5 Observasi


Ketiadaan atau kurangnya informasi Perilaku sesuai anjura 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan men
kognitif yang berkaitan dengan topik n erima informasi
tertentu Verbalisasi minat dala 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat mening
Penyebab: m belajar katkan dan menurunkan motivasi perilaku
1. Keterbatasan kognitif Kemampuan menjelas hidup bersih dan sehat
2. Gangguan fungsi kognitif kan pengetahuan tenta
3. Kekeliruan megikuti anjuran ng suatu topik Terapeutik
4. Kurang terpapar informasi Kemampuan mengga 1. Sediakan materi dan media penkes
5. Kurang minat dalam belajar mbarkan pengalaman 2. Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai k
6. Kurang mampu mengingat sebelumnya yang sesu esepakatan
7. Ketidaktahuan menemukan sumber ai dengan topik
informasi Perilaku sesuai denga Edukasi:
n pengetahuan 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempen
Gejala dan Tanda Mayor: Ket. Skala: garuhi kesehatan.
Subjektif: 1. Menurun 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. Menanyakan masalah yang dihadapi 2. Cukup Menurun 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan unt
3. Sedang uk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
4. Cukup Meningkat sehat
Objektif: 5. Meningkat
1. Menunjukkan prilaku yang tidak sesuai
anjuran Indikator 1 2 3 4 5
2. Menunjukkan persepsi yang keliru terh Pertanyaan tentang ma
adap masalah salah yang dihadapi
Persepsi yang keliru te
Gejala dan Tanda Minor: rhadap masalah
Objektif:
Menjalani pemeriksaan
1. Menjalani pemeriksaan yang tidak
yang tidak tepat

41
tepat Ket. Skala :
2. Menunjukkan periaku yang berlebihan 1. Meningkat
(mis. Apatis, bermusuhan, agitasi, 2. Cukup Meningkat
histeria) 3. Sedang
4. Cukup Menurun
5. Menurun

42
Tabel 2.2 Intervensi pada Diagnosis Defisit Perawatan diri b.d Kelemahan
Diagnosis Keperawatan (SDKI) Tujuan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

Defisit Perawatan Diri Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri

Definisi: Tidak mampu melakukan atau me Indikator 1 2 3 4 5 Observasi


nyelesaikan aktivitas perawatan diri Kemampuan mandi 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawata
Kemampuan mengena n diri sesuai usia
Penyebab: kan pakaian 2. Monitor tingkat kemandirian
1. Gangguan musculoskeletal Kemampuan makan 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
2. Gangguan neuromuskuler Kemampuan ke toilet kebersihan diri, berpakaian, berhias,
3. Kelemahan (BAB/BAK) dan makan
4. Gangguan psikologis dan/atau Verbalisasi keinginan
psikotik melakukan perawatan Terapeutik
5. Penurunan motivasi/minat diri 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
Minat melakukan pera (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
Gejala dan Tanda Mayor: watan diri 2. Siapkan keperluan pribadi (mis.
Subjektif: Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
Mempertahankan kebe
1. Menolak melakukan perawatan 3. Dampingi dalam melakukan perawatan
rsihan diri
diri diri sampai mandiri
Mempertahankan kebe
Objektif: 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
rsihan mulut
1. Tidak mampu mandi/mengenakan ketergantungan
Ket. Skala:
pakaian/makan/ke toilet/berhias 5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
1. Menurun
secara mandiri mampu melakukan perawatan diri
2. Cukup Menurun
2. Minat melakukan perawatan diri 6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
3. Sedang
kurang
4. Cukup Meningkat
Gejala dan Tanda Minor: Edukasi:
5. Meningkat
Subjektif: Tidak ada 1. Anjurkan melakukan perawatan diri
Objektif: Tidak ada secara konsisten sesuai kemampuan

43
Tabel 2.3 Intervensi pada Diagnosis Inkotinensia Urin Berlanjut b.d Kerusakan Refleks Kontrasksi Detrusor
Diagnosis Keperawatan (SDKI) Tujuan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

Inkontinensia Urin Berlanjut Kontinensia Urine Perawatan Inkontinensia Urine

Definisi: Pengeluaran urin tidak terkendali d Indikator 1 2 3 4 5 Observasi


an terus menerus tanpa distensi atau peras Kemampuan Berkemih 1. Identifikasi penyebab inkontinensia
aan penuh pada kandung kemih Ket. Skala: urine (mis. Disfungdi neurologis,
1. Menurun gangguan medulla spinalis, gangguan
2. Cukup Menurun reflex destrusor, obat-obatan, usia,
Penyebab: 3. Sedang riwayat operasi, gangguan fungsi
1. Neuropati arkus reflex 4. Cukup Meningkat kognitif)
2. Disfungsi neurologis 5. Meningkat 2. Identifikasi perasaan dan persepsi
3. Kerusakan reflex kontraksi pasien terhadap inkontinensia urine
detrusor Indikator 1 2 3 4 5 yang dialaminya
4. Trauma Frekuensi berkemih 3. Monitor keefektifan obat, pembedahan
5. Kerusakan medulla spinalis Sensasi berkemih dan terapi modalitas berkemih
6. Kelainan anatomis (mis. Fistula) Ket. Skala : 4. Mobitor kebiasaan BAK
1. Memburuk
Gejala dan Tanda Mayor: 2. Cukup Memburuk Terapeutik
Subjektif: 3. Sedang 1. Bersihkan genetal dan kulit sekitar
1. Keluarnya urin konstan tanpa 4. Cukup Membaik secara rutin
distensi 5. Membaik 2. Berikan pujian atas keberhasilan
2. Nokturia lebih dari 2 kali mencegah inkontinensia
sepanjang tidur 3. Buat jadwal konsumsi obat-obat
diuretic
Objektif: 4. Ambil sampel urine untuk pemeriksaan
(Tidak ada) urine lengkap atau kultur
Gejala dan Tanda Minor: Edukasi:
Subjektif: 1. Jelaskan definisi, jenis inkontinensia,
1. Berkemih tanpa sadar penyebab inkontinensia urine
2. Tidak sadar inkontinensia urin 2. Jelaskan program penanganan

44
Objektif: inkontinensia urine
(Tidak tersedia) 3. Jelaskan jenis pakaian dan lingkungan
yang mendukung proses berkemih
4. Anjurkan membatasi konsumsi cairan
2-3 jam menjelang tidur
5. Ajarkan memantau cairan keluar dan
masuk serta pola eliminasi urine
6. Anjurkan minum minimal 1500 cc/hari,
jika tidak kontraindikasi
7. Anjurkan menghindari kopi, minuman
bersoda, the dan coklat
8. Anjurkan konsumsi buah dan sayur
untuk menghindari konstipasi

Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli inkontinensia, jika perlu

45
Tabel 2.4 Intervensi pada Diagnosis Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan
Diagnosis Keperawatan (SDKI) Tujuan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi

Definisi: Indikator 1 2 3 4 5 Observasi


Ketidakcukupan energi untuk melakukan Frekuensi nadi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang me
aktivitas sehari-hari. Saturasi oksigen ngakibatkan kelelahan
Penyebab: Kemudahan dalam m 2. Monitor pola dan jam tidur
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan elakukan aktivitas-se 3. Monitor kelelahan fisik dan emosinal
kebutuhan oksigen hari-hari 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selam
2. Tirah baring Kecepatan berjalan a melakukan aktivitas
3. Kelemahan
Jarak berjalan
4. Imobilitas Terapeutik
5. Gaya hidup monoton Kekuatan tubuh bagia 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah s
n atas timulus
Gejala dan Tanda Mayor: Kekuatan tubuh bagia 2. Lakukan Latihan rentang gerak pasif dan/at
Subjektif: n bawah au aktif
1. Mengeluh lelah Ket. Skala: 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangk
1. Menurun an
Objektif: 2. Cukup Menurun 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tida
1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari 3. Sedang k dapat berpindah atau berjalan
kondisi istirahat 4. Cukup Meningkat
5. Meningkat Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Gejala dan Tanda Minor: Indikator 1 2 3 4 5 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
Subjektif: Keluhan lelah bertahap
1. Dispnea saat/setelah aktivitas Dispnea saat aktivitas 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivita Dispnea setelah aktivi dan gejala kelelahan tidak berkurang
s tas 4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
3. Merasa lemah Perasaan lemah kelelahan
Sianosis Kolaborasi
Objektif: 1. Kolaborasi deengan ahli gizi tentang cara m
Ket. Skala:

46
1. Tekanan darah berubah >20% dari 1. Meningkat eningkatkan asupan makanan
kondisi istirahat 2. Cukup Meningkat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia 3. Sedang
saat/setelah aktivitas 4. Cukup Menurun
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia 5. Menurun
4. sianosis
Indikator 1 2 3 4 5
Tekanan darah
Frekuensi napas
Ket. Skala :
1. Memburuk
2. Cukup Memburuk
3. Sedang
4. Cukup Membaik
5. Membaik

47
Tabel 2.5 Intervensi pada Diagnosis Nyeri akut b.d Agen Pencidera Fisiologis
Diagnosis Keperawatan (SDKI) Tujuan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri


Definisi:
Pengalaman sensorik atau emosional yang b Indikator 1 2 3 4 5 Observasi
erkaitan dengan kerusakan jaringan actual at Keluhan nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frek
au fungsional, dengan onset mendadak atau Meringis uensi, kualitas, intensitas nyeri
lambat dan beintensitas ringan hingga berat Gelisah 2. Identifikasi skala nyeri non verbal
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan m
Ket. Skala:
Penyebab: emperingan nyeri
1. Meningkat
1. Agen pencidera fisiologis 4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan ten
2. Cukup Meningkat
2. Agen pencisera kimiawi tang nyeri
3. Sedang
3. Aegn pencidera fisik 5. Monitor efek samping penggunaan analgeti
4. Cukup Menurun
k
5. Menurun
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif:
Indikator 1 2 3 4 5
1. Mengeluh nyeri Terapeutik
Objektif: Frekuensi nadi a. Berikan Teknik non farmakologis untuk me
1. Tampak meringis Tekanan darah ngurangi rasa nyeri.
2. Bersikap protektif Nafsu makan b. Fasilitasi istirahat tidur
3. Gelisah Pola tidur
4. Frekuensi nadi meningkat Ket. Skala : Edukasi
5. Sulit tidur 1. Memburuk 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu n
2. Cukup Memburuk yeri
Gejala dan Tanda Minor: 3. Sedang 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Objektif: 4. Cukup Membaik 3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
1. Tekanan darah meningkat 5. Membaik 4. Ajarkan Teknik non-farmakologis untuk me
2. Pola napas berubah ngurangi rasa nyeri
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu Kolaborasi
5. Menarik diri 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika per
6. Berfokus pada diri sendiri lu

48
7. Diaphoresis

49
4. Impelementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik

yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Fokus dari

tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan

implementasi dari perencanaan intervensi untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan emosional, pendekatan asuhan keperawatan

meliputi independen, interpenden dan dependen. (Syafitri, 2017)

a. Tindakan independen adalah tindakan Mandiri dan tidak

tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam

melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan

keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka

memenuhi kebutuhan dasar manusia.

b. Tindakan interdependen adalah tindakan yang membutuhkan

kerjasama tim dalam pelayanan atau kolaborasi dengan

dokter atau tim kesehatan lainnya.

c. Tindakan dependen adalah tindakan yang melaksanakan

kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain atau

tenaga kesehatan lainnya dalam pelimpahan tugas yang

diberikan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk

50
menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan

tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah. Pada tahap

evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnose

keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.

(Ibrahim, 2019)

51
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data Demografi

Klien berinisial Ny.O. berusia 67 tahun dengan jenis kelamin

perempuan, status perkawinan sudah janda, agama Islam, suku

Banjar, pekerjaan pedagang amplang, Pendidikan terakhir SMA,

beralamat di Jl Anggana.

2. Lingkungan Tempat Tinggal

Ruangan rapi dan bersih, penerangan cukup, sirkulasi udara

baik, keadaan kamar mandi dan WC rapi dan bersih, pembuangan

air kotor ada tempatnya tersendiri, kesediaan sumber air minum

tersediagalon, pembuangan sampah pada tempatnya, sumber

pencemaran tidak adam privasi terkendali, risiko injuri tidak ada.

3. Riwayat Kesehatan

a. Status Kesehatan Saat Ini

Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir adalah klien

mengatakan nyeri pada bagian tengkuk, nyeri tiba-tiba muncul

pada pagi hari. Klien juga mengeluh pusing dan sakit kepala,

klien tampak meringis sambil memegang tengkuknya, klien

mengatakan faktor pencetusnya tidak ada. saat ini klien sedang

mengonsumsi obat yaitu amlodipine 5 mg. Klien tidak

mengkonsumsi obat-obatan tradisional.

52
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Penyakit yang pernah diderita klien tidak ada, tidak ada

alergi obat, tidak ada alergi makanan, debu dan lain-lain,

Kadang klien pergi ke klinik atau RS untuk konsultasi. Tidak

ada riwayat kecelakaan. Tidak ada riwayat dirawat di Rumah

Sakit. Tidak ada riwayat pemakaian obat.

4. Pola Fungsional

a. Persepsi kesehatan dan pola menejemen kesehatan.

Tidak ada kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

misalnya merokok, minumam keras, ketergantungan terhadap

obat tidak ada

b. Nutrisi Metabolik

Frekuensi makan normal 3 kali sehari, nafsu makan baik,

jenis makanan tawar, makanan yang tidak disukai tidak ada,

alergi terhadap makanan tidak ada. Klien mengatakan Berat

badan klien 63 kg, tinggi 156 cm.

c. Eliminasi

Buang Air Kecil (BAK); frekuensi dan waktu sering dari

pagi sampai malam, kebiasaan BAK pada malam tidak ada,

keluhan yang berhubungan dengan BAK tidak ada. Buang Air

Besar (BAB); frekuensi dan waktu jarang pada waktu pagi,

konsistensi lembek, keluhan yang berhubungan dengan BAB

53
tidak ada, pengalaman memakai pencahar tidak ada

d. Aktifitas Pola Latihan

Klien rutin mandi, kebersihan sehari-hari bersih, aktifitas

sehari-hari adalah kegiatan rumah tangga, tidak ada masalah

dengan aktifitas. Klien mampu melakukan aktivitas tetapi

terkadang pasien cepat merasa lelah dan perlu bantuan dari

cucunya.

e. Pola Istirahat

Klien biasa tidur 7 jam dalam sehari, tidak ada masalah

yang berhubungan dengan pola tidur.

f. Pola Kognitif Persepsi

Penglihatan klien tidak Kabur, klien tidak pakai kacamata,

tidak ada masalah pada pendengaran kanan kiri tidak

terganggu, tidak memakai alat bantu dengar, tidak sulit dalam

membuat keputusan. Saat ditanya klien tidak dapat

menjelaskan penyebab dan cara pencegahan tentang

penyakitnya.

g. Persepsi diri-Pola Konsep Diri

Klien merasa sudah mengalami keterbatasan aktivitas

karena usia, klien mengatakan orang lain memandangnya

sebagai perempuan yang rajin beraktivitas.

h. Pola Hubungan-Peran

54
Peran klien terhadap keluarga baik, hubungan sosial

baik, hubungan perkawinan sudah tidak terjalin lagi dikarenakan

(suami meninggal)

i. Sexualitas

Riwayat reproduksi baik, kepuasan sexual tidak di kaji

(klien merasa tidak nyaman).

j. koping-pola toleransi stress

Klien mengatakan anaknya jarang jenguk, dating hanya

dua kali dalam seminggu.

k. Nilai Pola Keyakinan

Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya klien mengatakan

rajin sholat dan ngaji, dan berdoa agar di beri kesehatan.

5. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien baik. Tekanan darah klien 140/100

mmHg. Tinggi badan 156 cm, berat badan 63 kg, nadi 89x/menit,

nafas 20 kali / menit, Proporsi tubuh klien tampak gemuk. Dengan

hasil IMT 25,88. Rambut bersih, sebaran rambut merata. Mata

simetris, tidak ada kotoran mata. Telinga simetris dan bersih, mulut

lembab, gigi rapi, tidak ada bau mulut. Dada klien simetrris, tidak

ada nyeri. Abdomen simetris tidak ada nyeri tekan bising usus 15

kali/menit, kulit bersih dan keriput. Kekuatan otot ekstremitas atas

dan bawah 5.

6. Pengkajian Khusus

55
Fungsi kognitf SPMSQ 0-2, fungsi intelektual utuh. Status

fungsional Katz Indeks adalah mandiri, MMSE benar 28 salah 2.

B. Diagnosa

a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis ditandai

dengan klien mengatakan nyeri pada bagian tengkuk, nyeri tiba-tiba

muncul pada pagi hari. Klien juga mengeluh pusing dan sakit

kepala.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai

dengan pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas sehari-

hari, tetapi terkadang cepat merasa lelah dan membutuhkan

bantuan dari cucunya.

c. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan kurangnya saling

mendukung dibuktikan dengan pasien mengatakan anak dan cucu

nya jarang menjenguk pasien serta pasien merasa sedih.

d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi dibuktikan dengan klien mengatakan tidak dapat

menjelaskan penyebab dan cara pencegahan tentang penyakitnya.

56
C. Intervensi

1. Rencana Keperawatan pada Masalah Keperawatan Nyeri Akut

Tanggal Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
7 Desember 2021 Tujuan: Manajemen nyeri
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan kep
erawatan selama 1x24 jam dih Observasi
Definisi: arapkan tingkat nyeri menurun. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, du
Dengan kriteria hasil: rasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Pengalaman sensorik atau emosio Indikator 1 2 3 4 5 nyeri
nal yang berkaitan dengan kerusa Keluhan V 2. Identifikasi skala nyeri non verbal
kan jaringan actual atau fungsiona nyeri 3. Identifikasi faktor yang memperber
l, dengan onset mendadak atau la Meringis V at dan memperingan nyeri
mbat dan beintensitas ringan hing Ket. Skala: 4. Identifikasi pengetahuan dan keya
ga berat yang berlangsung kurang 1. Meningkat kinan tentang nyeri
dari 3 bulan. 2. Cukup Meningkat 5. Monitor efek samping penggunaan
3. Sedang analgetik
Penyebab: 4. Cukup Menurun
Agen pencedera fisiologis 5. Menurun
Indikator 1 2 3 4 5 Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor: Frekuensi V 1. Berikan Teknik non farmakologis
Subjektif: nadi untuk mengurangi rasa nyeri.
Mengeluh nyeri Tekanan v 2. Fasilitasi istirahat tidur
darah
Objektif: Edukasi
Tampak meringis 1. Jelaskan penyebab, periode, dan p
Ket. Skala :
emicu nyeri
1. Memburuk
Gejala dan Tanda Minor: 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Cukup Memburuk
Objektif: 3. Anjurkan monitor nyeri secara man
3. Sedang
1. Tekanan darah meningkat diri
4. Cukup Membaik
4. Ajarkan Teknik non-farmakolo
5. Membaik

57
gis untuk mengurangi rasa nye
ri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgeti
k, jika perlu

58
2. Rencana Keperawatan pada Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas

Tanggal Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil (SLKI) intervensi keperawatan


(SDKI) (SIKI)
7 Desember 2021 Intoleransi aktivitas Tujuan: Manajemen Energi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Definisi: selama 1x24 jam diharapkan toleransi ak Observasi
Ketidakcukupan energi untu tivitas meningkat. 1. Identifikasi gangguan fungsi t
k melakukan aktivitas sehar Dengan kriteria hasil: ubuh yang mengakibatkan ke
i-hari Indikator 1 2 3 4 5 lelahan
Kemudahan dala V 2. Monitor pola dan jam tidur
Penyebab: m melakukan aktvi 3. Monitor kelelahan fisik dan e
Kelemahan tas sehari-hari mosinal
Ket. Skala: 4. Monitor lokasi dan ketidaknya
Gejala dan Tanda 1. Menurun manan selama melakukan ak
Mayor: 2. Cukup menurun tivitas
Subjektif: 3. Sedang
Mengeluh lelah 4. Cukup meningkat Terapeutik
5. Meningkat Sediakan lingkungan nyaman da
Gejala dan Tanda n rendah stimulus
Minor: Indikator 1 2 3 4 5 1. Lakukan Latihan rentang ger
Subjektif: Keluhan lelah V ak pasif dan/atau aktif
1. Merasa tidak nyaman s Ket. Skala: 2. Berikan aktivitas distraksi ya
etelah beraktivitas 1. Meningkat ng menenangkan
2. Merasa lemah 2. Cukup meningkat 3. Fasilitasi duduk di sisi tempa
3. Sedang t tidur, jika tidak dapat berpin
4. Cukup menurun dah atau berjalan
5. Menurun
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap

59
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi t
entang cara meningkatkan a
supan makanan

60
3. Rencana Keperawatan pada Masalah Keperawatan Penurunan Koping Keluarga

Tanggal Diagnosis Keperawatan (SDKI) Tujuan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi keperawatan (SIKI)
7 Desember 2021 Tujuan: Dukungan koping keluarga
Penurunan koping keluarga Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam diharapkan status kopi Observasi
Definisi: ng keluarga membaik. 1. Identifikasi respon emosional
Ketidakadekuatan atau Dengan kriteria hasil: terhadap kondisi saat ini
ketidakefektifan dukungan, rasa Indikator 1 2 3 4 5
nyaman, bantuan dan motivasi Perasaan diabaika V Terapeutik
orang terdekat (anggota keluarga n 1. Dengarkan masalah, perasaa
atau orang berarti) yang dibutuhkan Ket. Skala: n dan pertanyaan keluarga
klien untuk mengelola atau 1. Meningkat 2. Fasilitasi memperoleh penget
mengatasi masalah kesehatannya. 2. Cukup Meningkat ahuan, keterampilan dan pera
3. Sedang latan yang diperlukan untuk
Penyebab: 4. Cukup Menurun mempertahankan keputusan
Kurangnya saling mendukung 5. Menurun perawatan pasien
Indikator 1 2 3 4 5 3. Hargai dan dukung mekanism
Gejala dan Tanda Mayor: Komunikasi antara V e koping adaptif yang digunak
Objektif: anggota keluarga an Edukasi
Ket. Skala:
1. Orang terdekat menarik diri dari 1. Memburuk Kolaborasi
klien 2. Cukup Memburuk 1. Rujuk untuk terapi keluarga, ji
2. Terbatasnya komunikasi orang t 3. Sedang ka perlu
erdekat dengan klien 4. Cukup Membaik
5. Membaik

61
4. Rencana Keperawatan pada Masalah Keperawatan Defisit Pengetahuan

Tanggal Diagnosis Keperawatan (SDKI) Tujuan Kriteria Hasil (SLKI) Tujuan Kriteria Hasil (SLKI)
7 Desember 2021 Tujuan: Edukasi Kesehatan
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x30 menit diharapkan tingkat p Observasi
Definisi: engetahuan meningkat. 1. Identifikasi kesiapan dan
Keadaan atau kurangnya inforamasi Dengan kriteria hasil: kemampuan menerima
kognitif yang berkaitan dengan topik Indikator 1 2 3 4 5 informasi
tertentu. Perilaku sesuai an V 2. Identifikasi faktor-faktor yang
juran dapat meningkatkan motivasi
Penyebab: Kemampuan menj V perilaku hidup sehat
Kurangnya terpapar informasi elaskan pengetah
uan tentang topik Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor: Ket. Skala: 1. Sediakan materi dan media
Subjektif: 1. Menurun penkes
2. Cukup Menurun 2. Jadwalkan Pendidikan
Menanyakan masalah yang dihadapi 3. Sedang Kesehatan sesuai
4. Cukup Meningkat kesepakatan
Objektif: 5. Meningkat

Menunjukkan persepsi yang keliru Edukasi


terhadap masalah. 1. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
Kesehatan.
2. Ajarkan perilaku hidup sehat.
3. Ajarkan strategi untuk
meningkatkan perilaku hidup
sehat.

5.

62
4. Implementasi dan Evaluasi
Dignosa
Keperawatan Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
Nyeri Akut
Rabu, 8 Des 2021 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S: Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
08:00 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas setelah dilakukan perawatan.
nyeri.
DS: klien mengatakan nyeri di bagia O:
n tengkuk, nyeri timbul secara tiba-ti Indikator 1 2 3 4 5
ba, Keluhan nyeri V
DO: klien menunjuk bagian nyeri. Meringis V
Frekuensi nadi V
2. Mengidentifikasi pengetahuan dan k
Tekanan darah V
08:20 eyakinan tentang nyeri
DS: klien mengatakan tidak tahu ap
a penyebab nyerinya A: Tujuan tercapai sebagian
3. Mengidentifikasi respon nyeri non-v P: Intervesi dilanjutkan
08:25 erbal
DO: klien terlihat meringis sambil m
emegang tengkuknya

4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas


08:50 dalam pada klien di ulang selama 10
kali
Ds: klien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah melakukan teknik ta
rik nafas dalam
Do: TD :130/90 mmhg
Nadi 80x/menit, nafas 20x/menit
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan k
09:20 eyakinan tentang nyeri
DS: klien mengatakan tidak tahu me

63
ngapa tengkuknya sering merasa ny
eri

6. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pad


a kualitas hidup
DS; klien mengatakan merasa tidak
nyaman saat merasa nyeri
09:35
7. Memfasilitasi istirahat dan tidur
DO: perawat menganjurkan klien tid
ur yang cukup di malam hari
8. Memonitor efek samping penggunaa
09:48 n analgetic
DS: klien mengatakan ngantuk setel
ah minum obat
09:58 DO: klien tampak mengantuk dan le
mas
9. Menjelaskan strategi meredakan ny
eri
DO: perawat mengajarkan teknik rel
aksasi nafas dalam
10.00 10. Menganjurkan memonitor nyeri seca
ra mandiri
DS: klien mengatakan jika merasa n
yeri pasti akan mencari solusi untuk
10:10 meredakan nyeri
11. Menganjurkan penggunaan analgeti
k secara tepat
DS: klien mengatakan mengkonsum
si obat amblodifine secara tepat ses
10.15 uai anjuran
12. Memonitor efek samping penggunaa
n analgetic
DS: klien mengatakan ngantuk setel

64
ah minum obat
DO: klien tampak mengantuk dan le
10:25 mas
Intoleransi
Aktivitas Rabu, 8 Des 2021 S: klien mengatakan agak sedikit lelah
setelah melakukan gerakan, klien
08:10 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi mengatakan akan rajin melatih rentang gerak
tubuh yang mengakibatkan kelelahan seperti yang telah diajarkan perawat
DS: klien mengatakan lelah saat
melakukan beberapa aktivitas dan O:
berpindah tempat Indikator 1 2 3 4 5
DO: klien tampak Lelah Kemudahan dalam m V
elakukan aktvitas seh
08:12 2. Memonitor pola dan jam tidur ari-hari
DS: klien mengatakan tidur dari jam 9 Keluhan lelah V
malam sampai jam 5 pagi, tidak
merasa kurang tidur A: Tujuan tercapai sebagian
P: Intervesi dianjutkan
08:14 3. Memonitor kelelahan fisik dan
emosional
DO: pasien terlihat lelah setelah
melakukan beberapa aktvitas

08:20 4. Menganjurkan klien untuk melakukan


aktivitas secara bertahap
DS: pasien mengatakan akan
mengikuti anjuran perawat

10:00 5. Melakukan Latihan rentang gerak


pasif
DS: klien mengatakan agak sedikit
Lelah setelah melakukan gerakan,
klien mengatakan akan rajin melatih
rentang gerak seperti yang telah

65
diajarkan perawat

10:01 6. Memberikan aktivitas distraksi yang


menenangkan (pemberian terapi
musik)
DS: klien mengatakan senang
mendengar music dan merasa lebih
rileks
Penurunan
Koping Keluarga Rabu, 8 Des 2021 S: klien mengatakan klien sangat lega dapat
1. Mengidentifikasi respon emosional beribicara dengan perawat, merasa tidak
10:03 terhadap kondisi saat ini diabaikan
DS: pasien mengatakan sedih karena O:
anak dan cucunya jarang menjenguk Indikator 1 2 3 4 5
DO: klien tampak sedih saat Perasaan diabaikan V
menjawab Komunikasi antara an V
ggota keluarga
10:05 2. Mendengarkan masalah perasaan
DS: klien mengatakan sangat lega A: Tujuan tercapai sebagian
dapat beribicara dengan perawat, P: Intervesi dihentikan
merasa tidak diabaikan

10:10 3. Memfasilitasi memperoleh


pengetahuan, keterampilan dan
peralatan yang diperlukan untuk
mempertahankan keputusan
perawatan pasien.
Do: Klien mengikuti arahan yang
diajarkan perawat

66
Defisit
Pengetahuan Rabu, 8 Des 2021 S: klien mengatakan paham apa yang telah
dijelaskan oleh perawat
11:00 1. Mengidentifikasi kesiapan dan O:
kemampuan menerima informasi Indikator 1 2 3 4 5
DS: pasien mengatakan siap Perilaku sesuai anjur V
untuk menerima informasi an
Kemampuan menjela V
11:03 2. Menyediakan materi dan media skan pengetahuan te
Pendidikan Kesehatan. ntang topik
Do: Perawat menyiapkan leaflet
dan membagikan leaflet kepada A: Tujuan tercapai
klien P: Intervesi dihentikan

11:05 3. Menjelaskan materi tentang


penyakit hipertensi, penyebab,
dan cara pencegahan.
DS: klien mengatakan paham
apa yang telah dijelaskan oleh
perawat
DO: klien nampak menyimak
penjelasan dengan baik

11:20 4. Memberikan kesempatan untuk


bertanya
Do: Klien menanyakan
bagaimana mengurangi nyerinya
tanpa meminum obat

11:23 5. Melakukan evaluasi, bertanya


tentang materi kepada klien.
DO: klien Nampak dapat
menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh perawat

67
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian lanjut usia yang dilakukan dirumah dengan kasus

hipertensi ditemukan data klien berinisial Ny. O, jenis kelamin perempuan

usia 67 tahun, beragama islam suku banjar, pendidikan terakhir SMA dan

berstatus janda, punya dua anak dan dua cucu, klien tinggal sendirian,

semua aktivitas dirumah dikerjakan sendirian, klien bekerja sebagai

penjual amplang, anak dan cucunya jarang menjenguk karena bekerja

dan tempat kerja jauh dari rumah. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

klien ditemukan hasil tekanan darah klien adalah 140/100 mmHg, nadi 89

kali/menit, nafas 20 kali/ menit, berat badan 63 kg dan tinggi badan 156

cm, saat dikaji klien mengeluh nyeri tengkuk, sakit kepala dan pusing,

klien juga mengatakan merasa mudah lelah ketika melakukan aktivitas

yang berat, klien mengkonsumsi obat amblodipin 5 mg sejak empat hari

yang lalu setelah periksa kesehatan ke puskesmas.

Kesamaan:

Dari data pengkajian diatas terdapat kesamaan antara teori dan

kasus yang menunjukkan hasil yaitu kriteria umur klien menunjukkan usia

lanjut dan hasil data keluhan klien menunjukkan bahwa klien mengalami

hipertensi yang didukung dengan klien mengeluh nyeri tengkuk secara

68
tiba-tiba, mengalami pusing dan sakit kepala, hasil pengukuran tekanan

darah yaitu 140/100 mmhg, berat badan yaitu 63 kg dengan IMT 25,88,

mengeluh cepat lelah dan sedang mengkonsumsi obat amlodipine 5mg.

hal ini ada kesamaan dengan teori dibab 2 yaitu: hipertensi yang

disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak dapat diubah antara lain:

1. Usia

Terjadi perubahan-perubahan pada elastisitas dinding aorta

menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan

jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur

20 tahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi

disebabkan oleh kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi, resistensi pembuluh darah perifer meningkat

(Smaltzer,2017).

2. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama,

akan tetapi wanita pramenopause (sebelum menopause)

prevalensinya lebih terlindung daripada pria pada usia yang sama.

Wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormone estrogen

yang berperan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).

Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis yang dapat menyebabkan

hipertensi (Price & Wilson, 2016)

69
Peneliti mensintesis bahwa data yang didapatkan pada klien

sesuai dengan tinjauan teori, dimana klien mengalami penyakit

hipertensi dikarenakan usia yang sudah lebih dari 65 tahun yaitu (67

tahun) dan berjenis kelamin perempuan serta sudah menopouse. Saat

fase menopause, penurunan hormon estrogen endogen berpengaruh t

erhadap peningkatan tekanan darah. Pengaruh hormon estrogen endo

gen dimediasi oleh reseptor estrogen yang terdiri dari 2 tipe yaitu rese

ptor estrogen α yang biasanya disebut reseptor klasik (ERα) dan resep

tor estrogen β (ERβ). Reseptor estrogen ERα dan ERβ berpengaruh d

engan peningkatan tekanan darah karena mekanisme dari reseptor est

rogen adalah mengatur pelebaran pembuluh darah saat relaksasi otot

polos di dinding pembuluh darah (berpengaruh terhadap keelastisan p

embuluh darah), menghambat pertumbuhan sel otot polos (VSMC), m

empengaruhi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) dan sistem

endotelin serta menghambat sistem saraf simpatis. Bila fungsi reseptor

estrogen menurun akan berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan

darah. Sehingga disimpulkan bahwa usia menjadi faktor dan penyebab

seseorang terkena penyakit hipertensi. Hal ini didukung oleh hasil

Data Riset Kesehatan Dasar (2018), bahwa di Kalimantan Timur

penyakit hipertensi paling banyak pada kelompok usia 55-64 tahun

(lansia) yaitu dengan persentase sebanyak 55,2%. Penyakit dimana

organ dan suatu jaringan mengalami penurunan fungsi seiring waktu

70
atau biasa disebut penyakit degenerative (Setiati, 2017)

Kesenjangan:

Pada proses pengkajian hipertensi khususnya usia lanjut

ditemukan kesenjangan antara teori dan pada kasus Ny. O yaitu

hipertensi yang dialami tidak menunjukkan gejala seperti penglihatan

kabur, Sedangkan menurut teori tanda dan gejala yang sering muncul

pada lansia adalah penglihatan kabur, pusing, sakit kepala dan nyeri

tengkuk, gejala lain yang disebabkan oleh obesitas, genetik, gaya

hidup modern, pola makan, gejala hipertensi yang disebabkan faktor

lain tidak muncul pada kasus hipertensi klien. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hipertensi pada klien Ny. O hanya disebabkan oleh

faktor yang tidak dapat diubah yaitu usia (Smeltzer, 2017) dan jenis

kelamin (Price & Wilson, 2016).

B. Diagnosa

Kesamaan:

Diagnosa yang muncul pada lansia terdapat kesamaan antara teori

menurut menurut DIgiulio, RN, MSN, Jackson,RN, MSN, & Keogh (2016)

dan kasus antara lain:

1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

71
Kesenjangan:

Dari lima diagnose yang tercantum dalam teori di bab 2 hanya

muncul tiga diagnosa pada kasus klien Ny. O dan dua diagnosa teori yang

tidak muncul anatara lain:

1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

2. Inkontinensia urin berlanjut berhubungan dengan kerusakan reflex

kontaksi detrusor.

Dua diagnosa tersebut tidak muncul pada klien karena saat dikaji

tidak ditemukan data yang mendukung untuk diagnosa tersebut.

Sedangkan pada kasus Ny. O muncul satu diagnosa yang tidak ada di

dalam teori pada bab 2 yaitu; Penurunan koping keluarga. Diagnosa

tersebut di angkat berdasarkan data pendukung secara subjektif dan

objektif yang didapatkan saat mengkaji klien dirumah antara lain klien

mengatakan merasa sedih karena anak dan cucunya jarang datang

menjenguk, anak dan cucunya datang dalam seminggu hanya dua kali

ketika libur kerja. Klien tampak tinggal sendirian dirumah selama

dilakukan kunjungan dan perawatan tidak pernah ada keluarga klien yang

datang.

C. Intervensi

Kesamaan

1. Intervensi yang pertama diangkat dengan masalah keperawatan nyeri

akut yaitu manajemen nyeri. Intervensi pada teori dan kasus yang

72
akan diberikan sesuai SIKI PPNI 2018 meliputi:

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, inten

sitas nyeri, Identifikasi skala nyeri non verbal, Identifikasi faktor yang m

emperberat dan memperingan nyeri, Identifikasi pengetahuan dan key

akinan tentang nyeri, Monitor efek samping penggunaan analgetik, Ber

ikan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Fasilitasi is

tirahat tidur, Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jelaskan

strategi meredakan nyeri, Anjurkan monitor nyeri secara mandiri, Ajark

an Teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Kolaborasi p

emberian analgetik, jika perlu

2. Intervensi kedua yang diangkat berdasarkan masalah keperawatan

intoleransi aktivitas yaitu manajemen energi. Intervensi diberikan

sesuai teori menurut PPNI 2018 meliputi:

Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, Mo

nitor pola dan jam tidur, Monitor kelelahan fisik dan emosinal, Monitor l

okasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, Sediakan lin

gkungan nyaman dan rendah stimulus,Lakukan Latihan rentang gerak

pasif dan/atau aktif, Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan, Fa

silitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjal

an,Anjurkan tirah baring, Anjurkan melakukan aktivitas secara

bertahap, Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala

kelelahan tidak berkurang, Ajarkan strategi koping untuk mengurangi

73
kelelahan, Kolaborasi deengan ahli gizi tentang cara meningkatkan as

upan makanan.

3. Intervensi yang ketiga dengan masalah keperawatan defisit

pengetahuan adalah edukasi kesehatan. Intervensi diberikan sesuai

teori menurut PPNI 2018 meliputi:

Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, Identifikasi

faktor-faktor yang dapat meningkatkan motivasi perilaku hidup sehat,

Sediakan materi dan media penkes, Jadwalkan Pendidikan Kesehatan

sesuai kesepakatan, Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi

Kesehatan. Ajarkan perilaku hidup sehat. Ajarkan strategi untuk

meningkatkan perilaku hidup sehat.

4. Intervensi ke empat yang diangkat dengan maslah keperawatan

penurunan koping keluarga yaitu dukungan koping keluarga. Intervensi

diberikan sesuai teori menurut PPNI 2018 meliputi:

Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini, Dengarkan ma

salah, perasaan dan pertanyaan keluarga, Fasilitasi memperoleh peng

etahuan, keterampilan dan peralatan yang diperlukan untuk memperta

hankan keputusan perawatan pasien, Hargai dan dukung mekanisme

koping adaptif yang digunakan Edukasi, Rujuk untuk terapi keluarga, ji

ka perlu

Kesenjangan

Intervensi yang diberikan kepada klien pada kasus tidak ada

74
kesenjangan karena berdasarkan intervensi yang dilakukan ke klien

sama dengan intervensi yang di rencanakan pada teori menurut PPNI

(2018).

D. Implementasi

Kesamaan:

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien disesuaikan

dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan

emosional, fokus dari tahap ini sesuai dengan teori yang ada pada bab 2

yaitu: Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik dan

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Menurut Syafitri, (2017)

pendekatan asuhan keperawatan meliputi:

1. Independen

Tindakan independen adalah tindakan mandiri dan tidak

tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan

tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam

melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar

manusia.

2. Interdependen

Tindakan interdependen adalah tindakan yang membutuhkan

kerjasama tim dalam pelayanan atau kolaborasi dengan dokter atau

75
tim kesehatan lainnya.

3. Dependen

Tindakan dependen adalah tindakan yang melaksanakan

kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain atau tenaga

kesehatan lainnya dalam pelimpahan tugas yang diberikan.

Implementasi yang dilakukan pada Ny. O lebih fokus ke

implementasi secara independen, karena perawat melakukan tindakan

keperawatan secara mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dan

melakukan tugasnya secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam

melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien.

Hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Manajemen nyeri dengan implementasi yang diberikan kepada

klien antara lain: mengidentifikasi lokasi nyeri, mengidentifikasi

respon nyeri, mengajarkan teknik meredakan nyeri secara non-

farmakologis, menggali pengetahuan klien tentang faktor yang

menyebabkan nyeri muncul, memonitor efek samping obat yang di

gunakan. Implementasi yang dilakukan kepada klien sudah sesuai

dengan intervensi yang direncanakan. tahap yang dilakukan dalam

implemtasi ini adalah secara independen dengan dihasilkan

menunjukkan kriteria hasil tercapai sebagian dikarenakan nyeri

tengkuk yang klien rasakan cukup menurun dan pada indikator

kriteria hasil menunjukkan angka berhasil sebagian, sehingga

76
implementasi dilanjutkan karena intervensi belum tercapai

sepenuhnya.

b. Manajemen energi dengan implementasi yang diberikan kepada

klien antara lain: mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan, memonitor pola dan jam tidur klien,

memonitor kelelahan fisik dan emosional edukasi, menganjurkan

melakukan aktifitas secara bertahap, menganjurkan peningkatan

asupan makanan, mengajarkan latihan rentang gerak pada klien,

memberikan terapi musik. Pada intervensi ini implementasi yang

dilakukan juga secara independen sudah sesuai dengan rencana

yang di tetapkan. Evaluasi yang dihasilkan menunjukkan tercapai

sebagian dan Intervensi dilanjutkan karena keluhan klien mudah

lelah masih dirasakan ketika melakukan aktifitas yang berlebih,

c. Pemberian edukasi kesehatan dengan implementasi yang

diberikan antara lain; Mengidentifikasi kesiapan klien dalam

menerima tindakan keperawatan, mengidentifikasi faktor

pendukung prilaku hidup sehat, menyediakan materi,

menjadwalkan pendidikan kesehatan, menjelaskan faktor risiko,

sampai cara dan strategi prilaku hidup sehat. Implementasi yang

dilakukan ke kepada klien juga secara independen dan sudah

sesuai intervensi yang sudah direncanakan. Hasil evaluasi formatif

yang didapatkan setelah pemberian tindakan keperawatan

77
menunjukkan bahwa klien mampu menerima tindakan dan

mengikuti penyuluhan dari awal hingga selesai dan memberikan

respon positif diketika tindakan selesai.

d. Dukungan koping keluarga dengan implementasi yang diberikan

adalah :

Mengidentifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini,

mendengarkan masalah perasaan, memfasilitasi memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan peralatan yang diperlukan untuk

mempertahankan keputusan perawatan pasien. Implementasi yang

dilakukan kepada klien jugab secara independen dan susuai

intervensi yang sudah direncanakan, respon klien menunjukkan

sikap positif sesuai yang diharapkan yaitu klien mengatakan sedih

karena anak dan cucunya jarang menjenguk, klien mengatakan

sangat lega dapat beribicara dengan perawat, merasa tidak

diabaikan, Klien mengikuti arahan yang diajarkan perawat

Kesenjangan:

Implementasi yang tidak dapat dilakukan perawat saat

melakukan perawatan di rumah klien Ny. O adalah implementasi

yang hanya bisa dilakukan dengan bantuan tim kesehatan lain dan

tidak bisa dilakukan secara independen/ mandiri yaitu: Melakukan

kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan mak

anan, merujuk untuk terapi keluarga, jika perlu, dan Kolaborasi pe

78
mberian analgetik, jika perlu

E. Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan secara teori yaitu dilakukan

penilaian untuk melihat keberhasilannya. Evaluasi pada kasus klien Ny.

O, di dokumentasikan dalam SOAP, sesuai dengan teori namun terdapat

dua hasil yaitu tercapai dan tercapai sebagian. Dalam hal ini evaluasi

hasil pada kesus klien tersebut ada yang dihentikan dan ada yang

dilanjutkan, hasil yang dapat kita lihat berdasarkan teori dan kasus antara

lain:

1. Tingkat pengetahuan

Berdasarkan hasil evaluasi dari tindakan yang sudah diberikan,

klien telah mampu mengenal penyakit hipertensi dengan menjelaskan

pengetahuan tentang hipertensi, penyebab, dan tanda gejala mampu

mengambil keputusan, dan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan

untuk upaya mengatasi hipertensi. Hasil evaluasi tersebut sesuai

dengan intervensi yang dilakukan dan intervensi dihentikan.

2. Tingkat nyeri

Hasil evaluasi dari tindakan yang diberikan untuk menurunkan

tingkat nyeri pada klien didapatkan hasil yaitu nyeri berkurang,

tekanan darah menurun kearah baik yaitu dari 140/100mmhg menjadi

130/90 mmhg, frekuensi nadi dibatas normal yaitu dari 89x/m menjadi

80x/m, tujuan tercapai sebagian intervensi dipertahankan. Dan klien

79
tetap disarankan untuk melakukan teknik relaksasi secara mandiri

dirumah ketika gejala muncul.

3. Toleransi aktivitas

Evaluasi yang dihasilkan dari tindakan yang diberikan untuk

menurunkan atau mengurangi kelemahan pada klien menunjukkan

hasil yang tercapai sebagian dengan data subjektif klien mengatakan

agak sedikit lelah setelah melakukan gerakan, data objektif

menunjukkan klien tampak lelah setelah melakukan gerakan yang di

ajarkan perawat. Dalam hal ini intervensi dilanjutkan dikarenakan hasil

evaluasi yang diharapkan belum tercapai sepenuhnya.

4. Status koping keluarga

Pada intervensi dukungan koping keluarga hasil evaluasi tujuan

tercapai, evaluasi pada status koping keluarga secara subjektif dan

objectif yang didapatkan setelah dilakukan edukasi kepada klien

dirumah antara lain klien mengatakan merasa sedih karena anak dan

cucunya jarang datang menjenguk, anak dan cucunya datang dalam

seminggu hanya dua kali ketika libur kerja. Klien tampak tinggal

sendirian dirumah. Disini intervensi dihenti karena tujuan tercapai

pemberian intervensi tercapai.

Akan tetapi terdapat kesenjangan yang muncul pada saat

pemberian edukasi pada klien yaitu tidak dapat melibatkan keluarga

klien dikarenakan keluarga klien yang tidak ada atau jarang

80
menjenguk klien sehingga klien tetap akan merasa kurang dukungan

dari lingkungannya, dan tetap merasa kurang nyaman dan sedih.

81
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penulisan asuhan keperawatan pada Ny. O

dengan kasus Hipertensi pada lansia, Di Kampung Kajang Rt 20

Kecamatan Anggana, maka penulis mengambil suatu kesimpulan dan

saran yang erat kaitannya dengan pengelolaan pada pemberian asuhan

keperawatan Hipertensi pada klien dirumah.

1. Proses pengkajian dalam pemberian asuhan keperawatan dirumah me

merlukan terbinanya hubungan “trust” antara klien dengan mahasiswa

sehingga pada proses pengkajian dapat diperoleh informasi yang dibut

uhkan untuk menentukan masalah yang terjadi pada klien, Informasi di

peroleh melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi secara la

ngsung pada lingkungan klien dan membandingkan dengan keadaan n

ormal untuk menentukan adanya data senjang yang menimbulkan mas

alah kesehatan yang muncul.

2. Penentuan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dilakukan

melalui penentuan data senjang yang diperoleh. Kemudian prioritas m

asalah ditentukan bersama-sama klien. Adapun diagnosa keperawata

n yang timbul pada klien yaitu defisit pengetahuan, nyeri akut, intolera

nsi aktivitas, dan penurunan koping keluarga. Hal ini menunjukkan bah

82
wa klien memiliki beberapa masalah yang harus direncanakan

penatalaksanaan secara keperawatan

3. Intervensi ditentukan secara bersama-sama dengan klien, sehingga kli

en memahami dengan benar masalah yang terjadi pada dirinya sendiri.

Perencanaan berupa tindakan yang akan dilakukan untuk mencegah

masalah yang belum terjadi dan mengurangi akibat yang ditimbulkan d

ari masalah yang sudah terjadi. Intervensi yang dilakukan oleh penulis

yaitu intervensi yang dilakukan secara mandiri dan dapat diterapkan p

ada klien

4. Implementasi dilakukan sejak tanggal 6 desember 2022 sampai

dengan 8 desember 2022 berupa pendidikan kesehatan tentang hiprte

nsi, pemberian dukungan koping keluarga, mengukur tanda-tanda vital,

melakukan latihan gerak pasif (ROM), melatih teknik relaksasi nafas

dalam, sesuai dengan rencana tindakan yang telah penulis susun sert

a mengevaluasi secara langsung pada saat proses berlangsung sehin

gga klien mampu memahami masalah kesehatan yang ada sekaligus

mulai mengenal masalah dan cara penanggulangannya. Klien secara

antusias mengikuti tahapan implementasi yang dilakukan dari awal hin

gga selesai dengan baik.

5. Evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua klien dilakukan sela

ma 3 hari kunjungan oleh penulis dan dibuat dalam bentuk SOAP, den

gan cara mengulang kembali penjelasan yang diberikan pada proses i

83
mplementasi dan mengobservasi perubahan perilaku yang terjadi dari

tidak tahu menjadi tahu, sehingga penulis dapat menilai berdasarkan k

emampuan pada proses belajar yang menghasilkan perubahan perilak

u pada klien.

B. Saran

Untuk Perawat dan Petugas Puskesmas Pemegang Program Agar

melanjutkan tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada klien mel

alui program Puskesmas. Melakukan kerjasama lintas program (Puskesm

as) dan lintas sektoral (RT, kelurahan) dan instansi yang terkait sehingga

memudahkan klien dan keluarganya dalam memanfaatkan fasilitas keseh

atan yang ada di masyarakat.

1. Agar dapat melakukan pengkajian pada lingkup keluarga, agar mempe

roleh data yang akurat sebaiknya perawat mampu meningkatkan kema

mpuan interpersonal serta sarana prasarana yang menunjang untuk m

elakukan pengkajian dan menentukan diagnosa yang muncul dari pen

gkajian yang dilakukan pada klien dirumah.

2. Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan, sebaiknya perawat m

elibatkan secara langsung klien dan keluarga sehingga mampu memb

erikan informasi yang akurat mengenai tujuan yang dilakukannya kegi

atan tersebut sehingga klien dan keluarganya memiliki pemahaman y

ang baik pada proses yang berlangsung.

3. Dalam membuat perencanaan keperawatan, perawat harus menyesua

84
ikan dengan diagnosa keperawatan dan ditentukan bersama-sama de

ngan klien sehingga tindakan keperawatan yang direncanakan benar-b

enar sesuai dengan kebutuhan klien.

4. Pada proses implementasi perawat sebagai Health educator / pemberi

edukasi kesehatan sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan dise

suaikan dengan tingkat pengetahuan keluarga yang dikelola, sehingga

memudahkan proses yang berlangsung.

5. Pada saat melakukan evaluasi, perawat harus benar-benar memperha

tikan pencapaian tujuan dalam perencanaan dan tanggapan atau resp

on dari klien sehingga pemberi asuhan keperawatan lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

85
DIgiulio, RN, MSN, M., Jackson,RN, MSN, D., & Keogh, J. (2016). Keperawat
an Gerontik. Yogyakarta: ANDI.

Ekarini, N. P., Wahyuni, J. D., & Sulistyowati, D. (2020). Faktor-Faktor yang b


erhubungan Dengan Hipertensi Pada Usia Dewasa. JKEP, Vol 5, 1-1
3.

Hasibuan, A. N. (2017). Konsep Perencanaan (Intervensi) Keperawatan di Ru


mah Sakit. Jurnal Nursing, 1-7.

Ibrahim. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi. Idea


Nursing Journal, 1-11.

Larasiska, A., & HN, W. P. (2019). Menurunkan Tekanan Darah Dengan Cara
Mudah pada Lansia. Indonesia Journal Of Nursing Practices, 1-9.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2018). Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakary


a: Mediaction.

Nurhidayat, Saiful. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi. Pon


orogo: UNMUH Ponorogo Press

Pambudi, A. D. (2018). Asuhan Keperawatan pada Tn.M dan Tn.s Hipertensi


dengan masalah keperawatan nyeri akut di ruang melati Rsud Dr.Har
yoto Lumajang. Repository Universitas Jember, 19-20.

Pearce, E. C. (2021). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Kom


pas Gramedia.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pe


ngurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Peng


urus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan P


engurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Ramdani, H. T., Rilla, E. V., & Yuningsih, W. (1-13). Hubungan Tingkat Stres
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Keper
awatan Aisyiyah, 2020.
Riamah. (2019). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Hipertensi Pada Lansia
Di Upt Pstw Khusnul Khotimah. Menara Ilmu, Vol. 13, 1-8.

86
Sumaryati, M. (2019). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Kelu
arga Ny."M" Dengan Hipertensi Dikelurahan Barombong Kecamatan
Tamalate Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 1-
5.

Setiati, S. (2017). Geriatric medicine, sarkopenia, frailty dan kualitas hidup pa


sien usia lanjut. Jurnal Siti Setiati, Vol. 1, No. 3, 1-9.

Syafitri, E. Y. (2017). Macam-macam Evaluasi Dalam Proses Asuhan Kepera


watan. Jurnal Nursing, 1-8.

Telaumbanua, A. C., & Rahayu, Y. (2020). Penyuluhan Dan Edukasi Tentang


Penyakit Hipertensi. Jurnal Abdimas Saintika, 1-6.

Steavano, Dedet. (2020). Hubungan Status Menopause Terhadap Peningkat


an Kejadia Risiko Penyakit Kardiovaskuler. Medan : Universitas Sum
atera Utara

87
88
89
90
91
92

Anda mungkin juga menyukai