Abstrak
Lingkungan merupakan tempat yang dekat dengan keberadaan kehidupan manusia, selain itu lingkungan juga
memiliki makna penting untuk manusia. Dengan lingkungan fisik manusia bisa menggunakannya untuk mencukupi
kebutuhan materilnya, manusia dapat memenuhi kebutuhan jasmaninya dengan lingkungan biologi, dan manusia
dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan lingkungan sosialnya. Penelitian ini berhasil menemukan bahwa
Tumpek Wariga sebagai kearifan lokal masyarakat Hindu Bali bukanlah persembahan bagi tumbuh-tumbuhan,
melainkan upacara yang dibuat, dihaturkan (dipersembahkan) kehadapan Tuhan. Artinya upacara ini adalah untuk
mengucapkan rasa syukur Tuhan. Pelaksanaan upacara Tumpek Wariga memberikan pendidikan pada seluruh umat
Hindu akan pentingnya pelestarian, khususnya pelestarian tumbuh-tumbuhan.
Kata Kunci:
Pelestarian Lingkungan, Tumpek Wariga, Pendidikan, Masyarakat Hindu Bali
__________________________
Ada serangkaian bukti yang menggam- lingkungan harus dihargai, disayangi, seperti
barkan kedekatan manusia dan alam. Pening- manusia menyayangi dirinya sendiri karena
galan prasejarah meninggalkan bukti pahatan pepohonan juga adalah ciptaan dari Tuhan
berbentuk pepohonan di gua-gua, bahkan yang patut disyukuri oleh manusia itu sendiri.
terukir di relief-relief candi. Kehadiran pepo- Menyayangi dan melindungi keberadaan
honan bahkan termuat dalam buku-buku suci tumbuh-tumbuhan adalah sikap dan sifat
(agama) yang umumnya dihadirkan sebagai manusia yang amat mulia. Walaupun dalam
pohon suci. Pohon suci memang dapat dijum- tingkatan kesadaran manusia biasa, manusia
pai pada jaman prasejarah. Ketika sejarah juga diberikan kuasa untuk menebang atau
umat manusia mulai ditemukan, mulai dike- memanfaatkan pepohonan itu untuk
nalnya sebuah tulisan, kepercayaan kepada dipergunakan dalam kehidupan.
binatang-binatang mitos tetap berlangsung Di samping hari Tumpek Wariga, terdapat
(Sukmono, 1973:86). juga lima jenis Tumpek yang lain dalam hari-
Dalam konsep keharmonisan alam (Tri Hita hari raya Hindu di Bali yaitu : 1. Tumpek
Karana) dijelaskan adanya Parhayangan yang Landep yakni upacara selamatan untuk
berarti menjaga hubungan yang harmonis senjata, 2. Tumpek Wariga selamatan untuk
dengan sang pencipta atau Tuhan Yang Maha tumbuh-tumbuhan, 3. Tumpek Kuningan
Esa, kemudian ada yang disebut dengan selamatan untuk gamelan, 4. Tumpek Klurut
Pawongan yang berarti menjaga hubungan selamatan untuk unggas, umumnya upacara
yang harmonis dengan semua mahluk hidup selamatan untuk unggas ini digabungkan pada
dan yang terakhir adanya Palemahan yang hari Tumpek Uye ini, 5. Tumpek Uye atau
berarti menjaga hubungan yang harmonis Tumpek Kandang yakni upacara selamatan
dengan alam lingkungan. Kemudian dari untuk binatang periaraan, 6. Tumpek Wayang
ketiga konsep keharmonisan tersebut dapat yakni upacara selamatan untuk Wayang.
ditelusuri konsep yang ketiga yaitu, menjaga Lontar Sundarigama yang memberikan
keharmonisan dengan alam lingkungan (Pale- petunjuk mengenai hari-hari raya Hindu di
mahan), yang dikenal di Bali dengan nama Indonesia mengungkapkan : Hari Tumpek
upacara Tumpek. Tumpek merupakan salah Kandang ialah upacara selamatan untuk
satu dari sekian banyaknya hari raya agama binatang-binatang, binatang yang disembelih
Hindu yang berdasarkan pawukon (wuku), dan binatang piaraan, hakekatnya ialah untuk
yang dirayakan setiap enam bulan sekali (210 memuja Tuhan Yang Maha Esa, Siwa yang
hari) yaitu setiap hari sabtu kliwon dengan disebut Rare Angon, penggembala makhluk.
wukunya masing-masing yang berganti-ganti Bersandarkan kutipan ini, tegas bahwa yang
setiap bulan atau 35 hari. Berdasarkan penger- dipuja ialah Tuhan Yang Maha Esa, bukan
tian dan jenis wukunya itu, maka dalam waktu memuja binatang, demikian pula terhadap
enam bulan itu umat Hindu akan merayakan senjata-senjata, tumbuh-tumbuhan, gamelan
tumpek selama enam kali, yang masing-masing dan lain sebagainya. Dalam ajaran agama
memiliki tujuan nama, dan jenis yang berbeda- Hindu, keharmonisan hidup dengan semua
beda, sesuai dengan jenis keenam Tumpek makhluk dan alam semesta senantiasa
yang ada di Bali (Arwati, 2003:5). diamanatkan.
Bahwa di dalam pelaksanaan hari Tumpek Manusia hendaknya hidup harmonis dan
Wariga tersebut manusia sangat penting untuk selaras dengan alam semesta, khususnya bumi
melestarikan lingkungannya. Pelestarian terha- dan dengan ciptaan-Nya yang lain, terliput
dap lingkungan harus dipandang sama pen- binatang dan tumbuh-tumbuhan. Di dalam
tingnya dengan pelestarian keberadaan manu- ajaran Hindu, seluruh makhluk diyakini
sia itu sendiri. Jika sejak awal manusia mempunyai jiwa yang berasal dari Tuhan
mengembangkan esensi dari perayaan hari Yang Maha Esa. Doa umat Hindu sehari-hari
Tumpek Wariga ini, maka niscaya tidak akan (dalam Puja Tri Sandhya bait ke-5) dengan
ada bencana alam di muka bumi ini. Alam gamblang menyatakan : Sarvaprani
2 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 1 (September 2017): 1-7
I Ketut Sudarsana Konsep Pelestarian Lingkungan Dalam Upacara
Tumpek Wariga Sebagai Media Pendidikan Bagi
Masyarakat Hindu Bali
hitankarah (hendaknya semua makhluk hidup perkembangan zaman. Konsep Tri Hita
sejahtera) ialah doa yang bersifat universal Karana mengajarkan kepada umat Hindu
atau umum bagi keseimbangan jagat raya dan mengenai pendekatan yang digunakan untuk
segala isinya. Upacara selamatan kepada mencapai tujuan. Selanjutnya, bertolak daro
tumbuh-tumbuhan dimaksudkan untuk me- konsep Trihita karana (tiga penyebab
numbuhkan rasa kasih sayang kepada alam, kebahagian). Apabila ada kesenjangan antara
khususnya tumbuh-tumbuhan. ketiganya maka akan menimbulkan suatu yang
tak diinginkan oleh manusia. Dalam hal ini
B. METODE tujuan pemujaan mengandung pengertian
Penelitian ini merupakan jenis peneli- adanya keharmonisan dengan alam beserta
tian kualitatif, dikatakan demikian sebab hasil- isinya, Filosofis Tri Hita Karana bersifat
hasil dari semuannya tak didapatkan melalui universal dalam artian dapat diterapkan oleh
prosedur statistik atau pun hitungan lainya. semua manusia yang mendambakan
Penelitian ini bukan membutuhkan rangkaian kebahagiaan dalam kehidupannya. Tujuan
angka-angka tetapi lebih banyak membu- akhir dari hubungan yang seimbang dan
tuhkan jenis data yang berbentuk rangkaian harmonis antara manusia dengan manusia,
kata-kata. Prosedur penelitian ini mengha- manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan
silkan data deskriptif berupa lisan, kata-kata lingkungannya adalah kesejahteraan alam
tertulis, dan prilaku orang-orang yang dapat semesta beserta isinnya. Hubungan yang
diamati. Jenis data kualitatif yang diperoleh harmonis antara manusia dengan lingkungan
bersumber dari data primer dan data skunder terlebih dengan alam semesta ini diterapkan
Penentuan informan dalam penelitian dengan upacara Tumpek Wariga yang
ini menggunakan teknik Purposive Sampling, merupakan salah satu dari sekian upacara
yang merupakan teknik penentuan informan yang ada di Bali. Upacara Tumpek Wariga ini
dengan akurasi dapat memberikan data yang berupaya untuk mengharmoniskan alam
diperlukan sesuai dengan tujuan peneliti. semesta beserta isinnya.
Metoda pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah wawancara, observasi, dan pencatatan
dokumen dengan analisis data dilakukan
melalui tiga jalur kegiatan yaitu : 1) data
reduction (reduksi data), 2) data display
(penyajian data), 3) conclusion drawing
(verifikasi).
Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 1 (September 2017): 1-7 3
I Ketut Sudarsana Konsep Pelestarian Lingkungan Dalam Upacara
Tumpek Wariga Sebagai Media Pendidikan Bagi
Masyarakat Hindu Bali
4 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 1 (September 2017): 1-7
I Ketut Sudarsana Konsep Pelestarian Lingkungan Dalam Upacara
Tumpek Wariga Sebagai Media Pendidikan Bagi
Masyarakat Hindu Bali
Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 1 (September 2017): 1-7 5
I Ketut Sudarsana Konsep Pelestarian Lingkungan Dalam Upacara
Tumpek Wariga Sebagai Media Pendidikan Bagi
Masyarakat Hindu Bali
kerukunan hidup beragama. Seiring dengan selaku sumber-Nya untuk memohon anugrah
maksud diatas dalam prakteknya dimasyarakat keselamatan untuk tumbuh-tumbuhan agar
khususnya di Bali, yang paling menonjol terhindar dari segala jenis penyakit.
adalah upacara (ritual) dan tercetus dalam
bentuk korban suci yang disebut yadnya. D. SIMPULAN
Pelaksanaan yadnya atas dasar adanya Tuhan Umat Hindu melaksanakan Upacara
mengawali penciptaan dunia beserta isinya Tumpek Wariga atas petunjuk kitab
berdasarkan yadnya. Jadi yadnya bermula dari Sundarigama dan sesuai pula dengan kitab
Tuhan patut diteruskan agar kehidupan didunia suci Veda. Bahwa manusia sangat tergantung
ini berlanjut terus dengan saling beryadnya. pada alam semesta, khususnya pada tumbuh-
Konsep agama Hindu adalah tumbuhan, karena itu manusia sebagai
mewujudkan antara manusia dengan manusia, makhluk yang percaya pada Tuhan sebagai
manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan Maha Pencipta, patut bersyukur dan mohon
lingkungannya. Di Bali tiga keseimbangan itu kepada Tuhan sebagai pencipta tumbuh-
disebut dengan Tri Hita Karana, artinya tiga tumbuhan, diharapkan beliau memberi
faktor yang menyebabkan terwujudnya suatu anugerahnya agar melimpahkan amerta
kebahagiaan (Arwati, 2007:4). Kehidupan melalui segala tanem tuwuh. Upacara Tumpek
manusia dimuka bumi ini selalu dihadapkan Wariga terus dilaksanakan dan dilestarikan
pada permasalahan yang rumit dan kompleks. karena diyakini dengan melaksanakan upacara
Manusia hidup dialam dan dari hasil alam, ini bisa selalu dekat dengan Tuhan dan
oleh sebab itu manusia patut menjaga dan melalui upacara ini masyarakat bisa
memelihara hubungan yang harmonis antara menyampaikan rasa terima kasihnya terhadap
manusia (Bhuana Alit) dan alam (Bhuana tumbuh-tumbuhan karena tanpa adanya
Agung) secara lahir dan bathin. tumbuh-tumbuhan manusia tidak bisa
Manusia tidak dapat hidup sendiri sangat melangsungkan kehidupan di dunia ini.
tergantung pada alam, sesama manusia, dan Melalui pelaksanaan Upacara Tumpek
Sang Pencipta. Munculnya berbagai kejadian Wariga sekaligus memberikan pendidikan
yang aneh pada alam, sangat mempengaruhi bagi umat akan kebesaran Tuhan yang berada
kehidupan makhluk-makhluk hidup di dunia dimana-mana, Tuhan berada disetiap tempat,
ini, sehingga manusia yang berperan sebagai Wyapi-Wyapaka, termasuk juga Tuhan berada
subyek sekaligus obyek perasaannya disetiap tumbuh-tumbuhan.
terganggu, cemas, ragu-ragu, takut dan kurang
menentu. Ketidak harmonisan bermunculan DAFTAR PUSTAKA
akibat adanya berbagai masalah, antara lain Arwati, N. M. S. (2003). Hari Raya Tumpek.
muncul dari pemikiran, perkataan, dan Denpasar : Upada Sastra.
perbuatan manusia, sehingga alam, manusia, Arwati, N. M. S. (1996) Upacara-Upakara
dan sampai tempat suci sthana-Nya Tuhan ikut Agama Hindu Berdasarkan Pawukon.
tercemar, dilain pihak ada pengaruh dari Denpasar : Upada Sastra.
pergantian musim (Panas kehujan dan Bakker, A. (1995). Kosmologi dan Ekologi.
sebaliknya) menimbulkan pengaruh yang Yogyakarta : Kanisius.
buruk pula terhadap kehidupan semua Donder, I K. (2007). Kosmologi Hindu :
makhluk hidup didunia ini. Untuk memilah- penciptaan, pemeliharaan, dan
milah berbagai permasalahan yang dihadapi peleburan, serta penciptaan kembali
akibat adanya ketidak harmonisan itu, maka alam semesta. Surabaya: Paramita.
upaya awal untuk menetralisir perlu Januariawan, G. (2004). Konsep Pelestarian
diupayakan oleh manusia selain secara nyata Lingkungan dalam Sastra Agama Hindu
melalui usaha-usaha sekala, dan secara niskala Dan Penerapannya Dalam Masyarakat
melalui pelaksanaan upacara ritual, yaitu Bali. Denpasar: STAHN Denpasar.
memohon kembali kehadapan Sang Pencipta
6 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 1 (September 2017): 1-7
I Ketut Sudarsana Konsep Pelestarian Lingkungan Dalam Upacara
Tumpek Wariga Sebagai Media Pendidikan Bagi
Masyarakat Hindu Bali
Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 1 (September 2017): 1-7 7