Anda di halaman 1dari 13

UPACARA MAPAG RARE

Mata Kuliah : Acara Hindu


Dosen Pengempu : Dra. Ni Made Surawati,M.Si

Nama Kelompok :
Ni Luh Putu Ekayanti ( 2207011954 )
Ni Kadek Puspita Sari ( 2207011967 )

FAKULTAS PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
DENPASAR 2022
ABSTRAK

Upacara merupakan salah satu aspek dari Tri Kerangka Dasar agama Hindu yang paling
ekspresif, namun pada prinsipnya ketiga aspek Kerangka Dasar tersebut merupakan satu
kesatuan yang saling terkait, sebab seluruh rangkaian ritual dalam agama Hindu pada dasarnya
dilandasi oleh Susila agama Hindu. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan Susila,
didasarkan atas Tatwa agama. Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan selalu harus
diserasikan dan diseimbangkan dengan ketiga kerangka agama tersebut, yang secara esensial tata
kehidupan ajaran Hindu dapat melahirkan suatu kehidupan yang dinamis, selalu berkembang
serta bertahan di dalam kehidupan masyarakat.Pada dasarnya upacara agama mencakup dua hal
yaitu konsepsi dan budaya (tradisi). Tulisan ini menguraikan tentang upacara mapag rare dimana
upacara mapag rare memiliki makna sebagai rasa terima kasih kepada Sang Hyang widhi karena
telah di karuniai anak memohon perlindungan,tuntunan agar kekak tumbuh menjadi anak yang
suputra.Catur sanak dan sang bayi berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan binatang dan
sejenisnya.

Kata kunci: Upacara Mapag rare

ABSTRACT

Ceremony is one of the most expressive aspects of the Three Basic Framework of Hinduism, but
in principle the three aspects of the Basic Framework are an interrelated unit, because the entire
series of rituals in Hinduism is basically based on the Susila of Hinduism. Likewise with the
implementation of Susila, based on religious Tatwa. So that the implementation of religious
activities must always be harmonized and balanced with the three religious frameworks, which
are essentially the life order of Hindu teachings can give birth to a dynamic life, always
developing and surviving in people's lives. Basically, religious ceremonies include two things,
namely conception and culture. (tradition). This paper describes the mapag rare ceremony where
the mapag rare ceremony has the meaning of gratitude to Sang Hyang Widhi for having been
gifted with a child asking for protection, guidance so that the older sibling grows up to be a
superior child. The relatives and the baby serve as protectors against animal disturbances and the
like.
Key words: Mapag Rare Ceremony.
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Upacara merupakan salah satu aspek dari Tri Kerangka Dasar agama Hindu yang paling
ekspresif, namun pada prinsipnya ketiga aspek Kerangka Dasar tersebut merupakan satu
kesatuan yang saling terkait, sebab seluruh rangkaian ritual dalam agama Hindu pada dasarnya
dilandasi oleh Susila agama Hindu. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan Susila,
didasarkan atas Tatwa agama. Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan selalu harus
diserasikan dan diseimbangkan dengan ketiga kerangka agama tersebut, yang secara esensial tata
kehidupan ajaran Hindu dapat melahirkan suatu kehidupan yang dinamis, selalu berkembang
serta bertahan di dalam kehidupan masyarakat.Pada dasarnya upacara agama mencakup dua hal
yaitu konsepsi dan budaya (tradisi). Tinjauan agama yang mencakup konsepsi, bermakna bahwa
suatu penerapan Tatwa agama merupakan suatu ajaran konseptual yang patut dijadikan
pegangan, sedangkan budaya (tradisi) muncul dari ketentuan-ketentuan yang telah berlangsung
secara terus-menerus, yang dijadikan sebagai penerapan dalam kehidupan sosial-budaya yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Yang lebih penting lagi agama Hindu
mengharuskan umatnya agar senantiasa berpegangan pada kesucian diri. Untuk menyucikan diri
memerlukan suatu proses, yaitu sejak masih dalam kandungan sampai ia kawin yang dalam
Manawadharmasastra, disebut dengan Sarira Samskara. Proses penyucian inilah yangdalam
tradisi Hindu khususnya di Bali di sebut Upacara Manusa Yajña, yaitu suatu upacara
menginisiasi manusia dari satu tahapan hidup sampai menuju tingkatan yang lebih tinggi status
kesuciannya. Tujuan Sarira Samskara itu adalah menyucikan manusia agar semakin menjadi
manusia yang lebih memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Filosofi yang menjadi intisari dalam
upacara Manusa Yajña itu adalah memanusiakan manusia agar jangan sampai kehilangan
kemanusiaannya. Bila manusia hidup tanpa kemanusiaan akibatnya akan hidup bagaikan
kumpulan sehingga ada hal itu jelas menunjukan bahwa dibutuhkan suatu kecerdasan dan
kemampuan menganalisa dan memaknai ajaran yang tertuang dalam kitab suci weda. Hal ini
menjadi suatu permasalahan karena tidak semua manusia memiliki kecerdasan yang seperti itu.
Tingkat kemampuan manusia yang satu dan yang lainnya tidak sama. Hal itulah yang menjadi
suatu alasan mendasar dicarikannya suatu jalan keluar supaya ajaran yang demikian luas dan
mendalam dapat diketahui dan dipahami oleh manusia pada umumnya dan umat Hindu pada
khususnya. Melihat kenyataan seperti itu para maha rsi jaman dahulu memberikan suatu solusi
dengan dituangkannya ajaran dalam Weda dalam bentuk susastra Hindu. Hal itu juga ditegaskan
dalam Kitab Sarasamuscaya dan purana yang menyatakan bahwa hendaknya Weda diajarkan
melalui Itihasa dan Purana. Dengan metode itihasa dan purana tentunya ajaran Weda akan lebih
mudah dipahami sehingga dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini maupun dalam mempersiapkan diri menghadapi kehidupan setelah
meninggal nantinya. Untuk lebih memudahkan pemahaman terhadap ajaran Weda mengingat
terdapat berbagai macam perbedaan budaya yang ada selanjutnya ajaran-ajaran tersebut
dituangkan dalam susastra daerah. Hal itu seperti terlihat di Bali ajaran-ajaran Weda dituangkan
dalam bentuk lontar-lontar dengan berbahasa jawa kuno. Selanjutnya dewasa ini mulai disalin
dan diterjemahkan dalam hurup latin dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan
demikian ajaran Weda semakin dekat dengan umat Hindu karena secara langsung dapat dibaca
dan ditafsirkan. Seperti di atas bahwa setiap teks susastra perlu juga ditafsirkan kembali secara
konstektual disesuaikan dengan perkembangan jaman sehingga ajaran dalam lontar atau susastra
Hindu di daerah dapat lebih dipahami ajarannya. Agar disetiap upacara panca yadnya khususnya
upacara manusia yadnya, upacara manusia yadnya adalah upacara yadnya yang dilaksanakan
sebagai penyucian diri secara spiritual terhadap manusia, yang bertujuan untuk menyucikan diri
lahir bathin (pamari sudha raga) dan memohon keselamatan dalam upaya peningkatan
makehidupan spiritual menuju kebahagian baik di dunia maupun di alam niskala. Salah satunya
yaitu upacara mapag rare yang penuh dengan simbol-simbol yang ada.Bahkan masyarakat bali
masih melaksanakan upacara mapag rare.
PEMBAHASAN

1. Pengertian Upacara Mapag Rare

Mapag Rare atau( Upacara Menyambut Kelahiran Bayi) Mapag Rare merupakan upacara
kelahiran bayi dengan maksud menyampaikan rasa syukur (angayu bagia) kepada Sang
Hyang Widhi Wasa. Mapag Rare juga merupakan upacara untuk memohon anugerah-Nya agar
bayi itu selalu berada dalam keadaan selamat. Beberapa hari setelah bayi lahir, juga diadakan
acara lepas aon atau puput puser yang bermakna membersihkan jasmani bayi tersebut.
Penyelenggaraan upacara kelahiran bagi umat hindu, sering disebut dengan upacara Medapetan,
berasal dari kata "dapat" atau memperoleh, yakni memperoleh anak yang lahir dari sebuah
perkawinan. Upacara ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai pernyataan rasa terima kasih
kepada Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, karena telah dikaruniai seorang anak, memohon
perlindungan, tuntunannya agar kelak tumbuh menjadi anak yang suputra. Suputra artinya
menjadi seorang anak yang baik dan berguna bagi keluarga, bangsa dan negara. Karena itu bayi
yang lahir wajib diberikan upacara keagamaan yang sakral sebagai manusia. Bila tidak di
upacarai menurut ketentuan dalam lontar Jatma Prawerti, manusia itu tidak ada bedanya dengan
kelahiran binatang.Dalam lontar Angastya Prana, diceritakan bahwa semasa bayi dalam
kandungan ia diemban oleh Bhatara Siwa. Pada waktu bayi sembilan bulan lebih dalam
kandungan, ada dialog antara Bhatara Siwa dengan si Jabang Bayi. Bhatara Siwa menyampaikan
pesan kepada si bayi bahwa gedong dalam wujud kandungan ibunya ini adalah tempatnya
sementara. Beberapa hari lagi hendaknya dia bersedia untuk keluar dari kandungan ibunya.
Tempatnya untuk berkembang di dunia yang ada di luar kandungan ibunya itu. Tetapi sang bayi
menyatakan rasa takutnya untuk menjelma ke dunia, karena hidup di dunia sangat menakutkan,
ada halilintar, ada badai, gempa, ada orang jahat, dan juga penyakit yang menyebabkan manusia
menjadi menderita. Demikianlah sang bayi menyampaikan kekhawatirannya kepada Bhatara
Siwa. Lalu Bhatara Siwa menjawab, Hai sang bayi kamu tidak perlu takut dan khawatir untuk
menjelma ke dunia. Dunia itu adalah tempatmu untuk meningkatkan diri, dunia adalah tempat
kamu berlatih untuk memperjuangkan hidupmu agar dapat mencapai peningkatan diri guna
menuju kehidupan yang lebih tinggi yang semakin dekat dengan Tuhan atau Sang Hyang Widhi
Wasa. Si bayipun kembali bertanya bagaimana cara keluar dari gedong ini, saya tidak mampu
untuk keluar sendiri. Bhatara Siwa menjelaskan, mintalah bantuan kepada saudaramu Sang Catur
Sanak (Saudara emapat). Karena empat saudaramu itulah yang nanti akan memelihara, dan
melindungi dirimu setiap hari baik selama kamu berada dalam kandungan, demikian pula nanti
setelah kamu keluar dari kandungan ibumu. Saudara empatmu itulah yang akan membantu kamu
untuk keluar dari gedong ini. Selanjutnya si bayi kemudian meminta bantuan kepada Sang Catur
Sanak, untuk mengeluarkannya dari kandungan sang ibu.Siapa itu Sang Catur Sanak ? Dia
adalah Ari-ari (Plasenta), Yeh Nyom (air ketuban), Lamas (Lendir untuk melicinkan jalan
keluar), dan Darah. Kemudian Sang Catur Sanak menyanggupi permintaan si bayi dengan
catatan kelak setelah si bayi lahir kelak hendaknya ia berjanji tidak melupakan dirinya. Masing –
masing catur sanak mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Yeh nyom mempunyai tugas melindungi bayi dari getaran dalam maupun luar, rupanya
berbentuk cairan atau disebut juga air ketuban. Setelah pecah air ketuban si Bayi lahir, diikuti
oleh ari-ari.
2. Tamas/lamad berupa lemak yang membungkus dan melindungi badan si bayi.
3. Darah/getih yang berfungsi mengedarkan sari makanan dari Ibu ke bayi melalui Tali pusar.
4. Ari-ari tempat melekatnya tali pusar yang berfungsi menyerap makanan. Maka dari itu ari-ari
memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup si bayi dalam kandungan. Pada saat bayi
lahir, bersama ari-ari dan keempat catur sanak tersebut. Ari-ari mendapat perlakuan yang khusus
dan harus dibersihkan setelah lahir. Setelah Bayi dirawat, dan ari-arinya juga di rawat dan
dibuatlah upakaranya yang sederhana.

2. Alat Yang Dipesiapkan dalam upacara Mapag Rare

1. Nare/ tempat yang terbuat dari tanah


2. Kelapa yang di belah 2 airnya di buang Kain putih
3. Daun pandan wong
4. Damar ( lampu) agar setiap malam menyala
5. Guwungan yang di gunakan utuk menutup ari- ari dilengkapi dengan batu di atasnya sebagai
piget/ tanda
3. Sarana Upakara Dalam Upacara Mapag rare

Adapun sarana upakara yang di pergunakan dalam upacara mapag rare


a) Dapetan, terdiri dari nasi terbentuk tumpeng dengan lauk pauknya dan buah – buahan.
b) Canang sari, sampiyan jait dan penyeneng
c) Untuk menanam ari- diperlukan sebuah kendil ( periuk kecil) dengan tutupnya atau sebuah
kelapa yang airnya dibuang.

4. Pelaksanaan Dalam Upacara Mapag Rare

a. Upacara ini dilaksanakan pada waktu bayi baru dilahirkan dan telah mendapat perawatan
pertama
b. Tempat upacara dilaksanakan dalam dan depan pntu rumah
c. Pelaksanaan upacara kelahiran dilaksanakan atau dipimpin oleh salah satu keluarga yang
tertua atau dituakan, demikian juga untuk menanam ari- arinya tidak ada keluarga tertua
misalnya hidup dirantauan,sang ayah dapat melaksanakan upacara ini.

5. Tata Cara Dalam Upacara Mapag rare

• Bayi baru lahir di upacarai dengan banten dapetan, canang sari,sampiyan dan penyeneng.
Tujuan agar atma atau roh yang menjelma pada si bayi mendapatkan keselamatan.
• Setelah ari – ari dibersihkan , selanjutnya dimasukkan ke dalam kendil lalu di tutup. Apabila
menggunakan kelapa,kelapa terlebih dahulu di belah menjadi dua bagian,selanjutnya ditutup
kembali. Dan bagian tutup kendil atau belahan bagian kelapa bagian atas ditulisi dengan
aksara Om dan pada dasar alas kendil atau bagian bawah kelapa ditulisi aksara Ah.
• Kendil atau kelapa selanjutnya di bungkus dengan kain putih dan didalamnya di beri bunga.
• Kendil atau kelapa di tananam di halaman rumah tepatnya pada bagian kanan pintu ruangan
rumah untuk laki – laki dan bagian kiri untuk perempuan
6. Tujuan Upacara Mapag Rare

Ketika bayi baru lahir, dibuatkan upacara mapat / mapag rare. Tujuannya mengucapkan syukur
kepada Sang Hyang Dumadi, bahwa bayi dapat lahir dengan selamat. Melalui upacara ini,
diharapkan Sang Hyang Dumadi menjiwai bayi tersebut, dapat hidup dhurgayusa dhirgayu.

7. Makna Yang Terkandung Dalam upacara Mapag Rare

Penyelenggaraan upacara kelahiran bagi umat hindu, sering disebut dengan upacara Medapetan,
berasal dari kata "dapat" atau memperoleh, yakni memperoleh anak yang lahir dari sebuah
perkawinan. Upacara ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai pernyataan rasa terima kasih
kepada Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, karena telah dikaruniai seorang anak, memohon
perlindungan, tuntunannya agar kelak tumbuh menjadi anak yang suputra. Suputra artinya
menjadi seorang anak yang baik dan berguna bagi keluarga, bangsa dan negara. Karena itu bayi
yang lahir wajib diberikan upacara keagamaan yang sakral sebagai manusia. Bila tidak di
upacarai menurut ketentuan dalam lontar Jatma Prawerti, manusia itu tidak ada bedanya dengan
kelahiran binatang.Dalam lontar Angastya Prana, diceritakan bahwa semasa bayi dalam
kandungan ia diemban oleh Bhatara Siwa. Pada waktu bayi sembilan bulan lebih dalam
kandungan, ada dialog antara Bhatara Siwa dengan si Jabang Bayi. Bhatara Siwa menyampaikan
pesan kepada si bayi bahwa gedong dalam wujud kandungan ibunya ini adalah tempatnya
sementara. Beberapa hari lagi hendaknya dia bersedia untuk keluar dari kandungan ibunya.
Tempatnya untuk berkembang di dunia yang ada di luar kandungan ibunya itu. . Tetapi sang bayi
menyatakan rasa takutnya untuk menjelma ke dunia, karena hidup di dunia sangat menakutkan,
ada halilintar, ada badai, gempa, ada orang jahat, dan juga penyakit yang menyebabkan manusia
menjadi menderita. Demikianlah sang bayi menyampaikan kekhawatirannya kepada Bhatara
Siwa. Lalu Bhatara Siwa menjawab, Hai sang bayi kamu tidak perlu takut dan khawatir untuk
menjelma ke dunia. Dunia itu adalah tempatmu untuk meningkatkan diri, dunia adalah tempat
kamu berlatih untuk memperjuangkan hidupmu agar dapat mencapai peningkatan diri guna
menuju kehidupan yang lebih tinggi yang semakin dekat dengan Tuhan atau Sang Hyang Widhi
Wasa. . setelah si bayi berada diluar, ari-arinya kemudian dipotong, kemudian si bayipun
mengeluarkan suara tangisan menjerit-jerit karena berpisah dengan saudara-saudaranya.
selanjutnya untuk memenuhi janji si bayi maka orang tua si bayilah yang mewakili untuk
memperhatikan Sang Catur Sanak. Untuk itulah orang tua si bayi kemudaian menyiapkan segala
upacara penanaman Catur Sanak (ari-ari) di depan pintu rumah tempat tinggal si bayi bersama
orang tuanya. Untuk si bayi diselenggarakan upacara kelahiran bayi yang disebut dengan upacara
"Mapag Rare" atau "Mepadetan"., yakni menjemput kadatangan si bayi secara lahir
bathin.Ketika bayi baru,di buatkan upacara madapetan/ mapag rare untuk mengucapkan rasa
syukur kepada sang hyang dumadi,bahwa bayi yang dapat lahir dengan selamat melalui upacara
ini.

8. Filosofi Yang Terkandung dalam Upacara Mapag Rare

Adapun inti dan hakekat yang terkandung dalam upacara perawatan dan penanaman Ari-ari
menurut lontar Angastya Prana, bertujuan adalah untuk mempermaklumkan kehadapan Sang
Hyang Ibu Pertiwi dan Sanghyang Akasa, agar memberikan perlindungan dan umur panjang bagi
keselamatan hidup sang bayi, yang akan hidup ditanah (bumi) dan dibawah langit. Permakluman
ini dilambangkan dengan buah kelapa yang dirajah dengan Omkara diatasnya, kehadapan
Sanghyang Ibu Pertiwi dan dengan Ah Kara dibawahnya. Lampu/api yang selalu menyala diatas
gundukan tanah dimana Ari-ari ditanam, melambangkan Hyang Maha Kuasa yang memberikan
sinar dan roh atau jiwa dari Sanghyang Pertiwi dan Sanghyang Akasa. Duri dari pohon pandan
berduri merupakan lambang senjata untuk melindungi Sang Catur Sanak dan Sang Bayi, secara
kenyataan berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan binatang atau sejenisnya.Sirih lekesan
merupakan lambang bakti hidup bersama secara lahir bathin antara Sang Catur Sanak dengan
Sang Bayi. Keratan Lontar yang bertuliskan "Om Ibu Pertiwi Ksantawya Pakulun, merupakan
lambang memohon pengampunan dosa kehadapan Ibu Pertiwi. Penutup Kelapa dengan kain
putih merupakan lambang kesucian, Batu Bulitan lambang pemeliharaan kemudian Upakara
(Banten) Nasi Kepel 4 buah dengan lauk pauk bawang, jahe dan garam serta arang lambang
suguhan untuk Sang Catur Sanak sedangkan lauknya lambang keseimbangan agar tidak
menganggu kehidupan Sang Bayi. Upakara (Banten) Mapag Rare yang ditujukan kepada sang
bayi merupakan lambang penyambutan atas menjelmanya Sang Dumadi dari pangkuan
Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa. Nasi Muncuk Jit Kukusan atau Tumpeng
dalam upakara (Banten) Dapetan, lambang Gunung sthana pada Dewa-dewa. Upakara (Banten)
Penyeneng lambang kehidupan yang utama, yang dimaksudkan dengan kehidupan yang utama
adalah sehat jasmani dan rohani. Sehat Jasmani dan Rohani terdapat dalam unsur-unsur Upakara
(Banten) Dapetan yang mengandung makanan sehat terdiri dari Nasi, Lauk, Ikan dan
Buah-buahan dalam hidup utama yang berkesinambungan dilambangkan dalam Upakara
(Banten) Penyeneng. Makna dari Upakara (Banten) Dapetan dan Penyeneng dalam upacara
Mapag Rare, merupakan perwujudan rasa terima kasih dan rasa gembira menyambut turunnya
leluhur sucinya menjelma kedunia, diiringi dengan permohonan agar memperoleh keselamatan
dan kedamaian hidup lahir dan batin.
PENUTUP

Simpulan

Upacara merupakan salah satu aspek dari Tri Kerangka Dasar agama Hindu yang paling
ekspresif, namun pada prinsipnya ketiga aspek Kerangka Dasar tersebut merupakan satu
kesatuan yang saling terkait, sebab seluruh rangkaian ritual dalam agama Hindu pada dasarnya
dilandasi oleh Susila agama Hindu. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan Susila,
didasarkan atas Tatwa agama. Yang lebih penting lagi agama Hindu mengharuskan umatnya agar
senantiasa berpegangan pada kesucian diri. Untuk menyucikan diri memerlukan suatu proses,
yaitu sejak masih dalam kandungan sampai ia kawin yang dalam Manawadharmasastra, disebut
dengan Sarira Samskara. Proses penyucian inilah yangdalam tradisi Hindu khususnya di Bali di
sebut Upacara Manusa Yajña, yaitu suatu upacara menginisiasi manusia dari satu tahapan hidup
sampai menuju tingkatan yang lebih tinggi status kesuciannya. Penyelenggaraan upacara
kelahiran bagi umat hindu, sering disebut dengan upacara Medapetan, berasal dari kata "dapat"
atau memperoleh, yakni memperoleh anak yang lahir dari sebuah perkawinan. Upacara ini
mempunyai maksud dan tujuan sebagai pernyataan rasa terima kasih kepada Hyang Widhi/Tuhan
Yang Maha Esa, karena telah dikaruniai seorang anak, memohon perlindungan, tuntunannya agar
kelak tumbuh menjadi anak yang suputra. Untuk si bayi diselenggarakan upacara kelahiran bayi
yang disebut dengan upacara "Mapag Rare" atau "Mepadetan"., yakni menjemput kadatangan si
bayi secara lahir bathin.Ketika bayi baru,di buatkan upacara madapetan/ mapag rare untuk
mengucapkan rasa syukur kepada sang hyang dumadi,bahwa bayi yang dapat lahir dengan
selamat melalui upacara ini. Diharapkan sang hyang dumadi menjiwai bayi tersebut,dapat
hidup dhirgayu. Adapun inti dan hakekat yang terkandung dalam upacara perawatan dan
penanaman Ari-ari menurut lontar Angastya Prana, bertujuan adalah untuk mempermaklumkan
kehadapan Sang Hyang Ibu Pertiwi dan Sanghyang Akasa, agar memberikan perlindungan dan
umur panjang bagi keselamatan hidup sang bayi, yang akan hidup ditanah (bumi) dan dibawah
langit. Permakluman ini dilambangkan dengan buah kelapa yang dirajah dengan Omkara
diatasnya, kehadapan Sanghyang Ibu Pertiwi dan dengan Ah Kara dibawahnya.
Saran

Menurut kami, masih banyak kekurangan dalam paper ini. Kami sangat memerlukan saran dan
kritik dari pembaca sebagaimana mestinya. Adapula darei materi paper ini kami masih banyak
kekurangan. Dalam materi menjelaskan tentang Mapag Rare yaitu sebuah Tradisi setelah
lahirnya seorang bayi dalam Agama Hindu, kami harap pada zaman globablisasi sekarang tidak
akan punah dan dilupakan tradisi dan budaya kita.
DAFTAR PUSTAKA

https://e-journal.iahn-gdepudja.ac.id
https://lenteradharma.blogspot.com
sejarahharirayahindu.blogspot.com
https://www.mutiarahindu.com
https://www.komangputra.com

Anda mungkin juga menyukai