Materi Anatomi
Materi Anatomi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Otak
Otak adalah jaringan yang sangat kompleks yang memiliki miliaran neuron
yang berfungsi sebagai pusat kontrol tubuh manusia. Otak terletak dalam rongga kepala
yang dilindungi membran pelapis otak yang disebut meninges. Otak manusia memiliki
berat kurang lebih 1.300-1.400 (2% dari keseluruhan berat tubuh). Bagian utama otak
dibedakan menjadi 3 yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang
otak (brainstem) (Chalik, 2016).
5
6
kegiatan yang disadari seperti berpikir, mengingat, berbicara, melihat, mendengar, dan
bergerak. Otak besar terdiri atas dua badan sel syaraf dan lapisan dalam berwarna putih
berisi serabut-serabut syaraf. Kedua belahan otak besar (serebrum) terdiri dari empat
lobus (seperti pada gambar 2.2) yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda yaitu lobus
frontal berperan dalam kemampuan berbicara, kemampuan intelektual dan kepribadian
serta gerakan sadar (volunteer) otot rangka, lobus parietal berperan dalam memahami
bahasa lisan dan tertulis serta pemrosesan dan integrasi informasi somatosensori, lobus
oksipital sebagai pusat penglihatan dan lobus temporal sebagai pusat pendengaran
(Chalik, 2016; Borden et al., 2015).
jenis kelamin, dan tempat tinggal. Berdasarkan usia diperoleh data tertinggi pada usia
75 tahun ke atas (50,2‰) dan terendah pada usia 15-24 tahun (0,6‰). Kejadian stroke
meningkat dengan bertambahnya usia dikarenakan terjadinya penurunan elastisitas
arteri sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Hal ini dapat mengakibatkan risiko hipertensi dan aterosklerosis meningkat (Junaidi,
2011). Sedangkan, berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada pasien laki-laki
(11,0‰) lebih tinggi bersiko terkena stroke dibandingkan perempuan (10,9‰). Hal ini
didukung oleh penelitian Indriani (2014), bahwa pola hidup seperti merokok yang
dapat terjadi penyumbatan di pembuluh darah. Selain itu, pravalensi merokok di
Indonesia tahun 2012 diketahui bahwa pria Indonesia yang digolongkan perokok aktif
lebih besar dibandingkan dengan perempuan, berdasarkan karakteristik tempat tinggal
data tertinggi diperoleh pada perkotaan (12,6‰) dan terendah perdesaan (8,8‰)
(Riskerdas, 2018).
C. Atherosclerosis
Atherosclerosis merupakan suatu penyakit yang menyerang pembuluh darah
besar ataupun kecil yang ditandai oleh kelainan fungsi endothelial, radang vaskuler dan
pembetukan lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di dalam pembuluh intima
(seperti pada gambar 2.6). Atherosclerosis menyebabkan penyempitan arteri yang
sangat berat, maka bagian tubuh yang seharusnya dialiri oleh darah tidak akan
mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke
jaringan. Proses atherosclerosis dimulai dengan adanya luka pada sel endotel (lapisan
dalam pembuluh darah) yang bersentuhan langsung dengan zat-zat dalam darah.
Permukaan sel endotel yang semula licin menjadi kasar, sehingga zat-zat di dalam
darah menempel dan masuk ke lapisan dinding arteri. Jaringan kolagen subendotel
yang terbuka akan menginduksi penempelan platelet pada luka endotel, lalu mensekresi
beberapa substansi yang menyebabkan perlengketan. Platelet akan menarik sel-sel
darah lalu menembus endothelial dan masuk ke ruang endothelial. Sehingga monosit
akan berubah menjadi bentuk makrofag yang memberikan peran dalam proses
aterosklerosis. Sel makrofag akan memakan tumpukan kolesterol LDL yang
teroksidasi menjadi sel busa (foam cell). Akibatnya, terjadi gangguan keseimbangan
12
kolesterol di makrofag, karena kolesterol yang masuk ke sel lebih banyak ketimbang
kolesterol yang dikeluarkan (seperti pada gambar 2.6) (LaMorte, 2016).
terjadi peningkatan yang mendadak dari pembuluh darah atau aliran darah ke otak yang
akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah arteri, arteriola, kapiler (Goldszmidt et
al., 2013).
Gejala klinis stroke tergantung dari arteri apa yang mengalami oklusi/sumbatan,
system anterior atau system posterior. Dua per tiga dari stroke lacunar adalah
asimptomatik. Beberapa penyakit dapat memberikan gambaran klinik yang
menyerupai stroke, diantaranya adalah sinkop, sindrom metabolik (misalnya
hipoglikemia dan ensefalopati metabolic lainnya), tumor otak, perdarahan subdural,
hemiparesis post-iktal (Paralisis Todd) (Norrving, 2014).
Stroke iskemik terjadi akibat adanya pengurangan aliran darah disebabkan oleh
sumbatan yang akan menyebabkan iskemia pada daerah otak. Penyumbatan pembuluh
darah yang memasuki parenkim otak menyebabkan daerah tersebut mengalami
hipoksia yang dapat memicu edema sekunder sehingga pasien tidak mengalami
kesadaran. Gejala tersebut dapat berlangsung beberapa detik hingga menit, namun
kembalinya fungsi otak dapat terjadi jika aliran darah dipulihkan beberapa menit
(Kanyal, 2015).
Ketika aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang
diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, kemudian akan terjadi penurunan
Na+, K+, ATP-ase, sehingga membrane potensial akan menurun. Saat terjadi kegagalan
pompa ionic menyebabkan peningkatan influx Ca2+/Na2+. Hal ini menyebabkan
permukaan sel menjadi lebih negative sehingga pada membrane terjadi depolarisasi
(seperti pada gambar 2.8). Awal terjadi depolarisasi membrane sel masih reversible,
tetapi bila menetap terjadi perubahan structural ruang yang menyebabkan kematian
jaringan otak (Trent et al., 2011).
Jika terjadi iskemia berkepanjangan pada daerah penumbra, sel tidak dapat lagi
mempertahankan integritasnya sehingga terjadi kematian sel secara akut yang timbul
melalui apoptosis. Apoptosis yaitu disintegrasi elemen-elemen seluler secara bertahap
dengan kerusakan dinding sel yang disebut “programmed cell death”. Iskemia
menyebabkan aktivitas intraseluler Ca2+ di celah sinaps bertambah sehingga terjadi
sekresi neurotransmitter yang berlebihan, yaitu glutamate, asparat dan kainat yang
bersifat eksitotoksik. Eksosisitas yang terjadi diikuti dengan peningkatan ion Ca2+/Na+
sehingga mengaktifkan aktivitas inducible nitric oxide synthase (iNOS) yang
menyebabkan produksi radikal bebas meningkat seperti superoksida, hydrogen
peroksida, dan radikal hidroksil (seperti pada gambar 2.8). Munculnya ekpresi adhesi
molekul di endotel pembuluh darah dan leukosit di sirkulasi. Leukosit bergerak
melewati endotel keluar dari sirkulasi dan penetrasi ke jaringan parenkim otak yang
16
mengakibatkan reaksi inflamasi (Kanyal, 2015). Keadaan ini terjadi segera apabila
perfusi menurun dibawah ambang batas kematian jaringan, yaitu bila aliran darah
berkurang hingga 10 ml/100 gram/menit (Trent et al., 2011).
B. Merokok
Merokok merupakan factor risiko kuat terjadinya infark miokard dan kematian
mendadak. Kandungan nikotin dan zat senyawa kimia berbahaya yang terdapat pada
rokok juga memberikan peluang besar bagi seseorang untuk menderita hipertensi,
terutama bagi perokok aktif. Zat rokok yang terhirup dan masuk ke dalam tubuh akan
meningkatkan risiko penyakit diabetes mellitus, serangan jantung dan stroke (Gillen,
2011). Merokok juga dapat menyebabkan peninggian koagubilitas, viskositas darah,
memninggikan level fibrinogen, mendorong agregasi platelet, meninggikan tekanan
darah, menaikkan hematokrit dan menurunkan HDL (PERDOSSI, 2011).
18
D. Diabetes Mellitus
Menurut Riskerdas (2018) diabetes mellitus merupakan factor risiko stroke
yang dominan. Diabetes mellitus dapat meningkatkan risiko penyakit jantung,
termasuk jantung coroner. Orang dewasa yang menderita diabetes mellitus berisiko 2
sampai 4 kali lebih besar terkena penyakit jantung daripada orang yang tidak menderita
diabetes mellitus. orang yang menderita diabetes mellitus cenderung lebih cepat
mengalami degradasi dari endotel sehingga timbul proses penebalan membrane basalis
dari kapiler dan pembuluh darah arteri koronaria sehingga terjadi penyempitan aliran
darah ke jantung. Dengan adanya resistensi glukosa, maka glukosa dalam darah akan
meningkat. Hal ini akan meningkatkan kekentalan darah sehingga kecenderungan
untuk terjadinya aterosklerosis akan meningkat (AHA, 2019).
E. Obesitas
Obesitas dapat mengakibatkan stroke, namun tidak terjadi secara langsung.
Obesitas merupakan factor risiko yang dapat meningkatkan tekanan darah, kadar
trigliserida, kolesterol, resistensi glukosa, penggumpalan darah. Hal tersebut jika
terjadi pada arteri coroner akan menimbulkan penyakit jantung coroner (AHA,2019).
Obesitas dapat terjadi pada anak maupun dewasa yang dapat meningkatkan risiko
kardiovaskular. Overweight atau obesitas merupakan salah satu factor risiko yang dapat
19
F. Alkohol
Konsumsi alkohol dalam dosis berlebihan da jangka panjang (abuse alcohol)
akan memudahkan terjadinya stroke, karena lakohol memiliki efek pada metabolisme
kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL-C), kolesterol lipoprotein densitas rendah
(LDL-C) dan trigliserida serta tekanan darah (Dipiro et al., 2011).
G. Dislipidemia
Dislipidemia merupakan kondisi dimana kadar lemak dalam darah terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Kadar HDL kolestetol rendah sama bahanya dengan kadar
LDL kolesterol terlalu tinggi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya pembekuan
darah dalam arteri karotis yang dapat menyebabkan risiko stroke. Kadar HDL
kolesterol yang terlalu rendah diiringi kadar LDL kolesterol yang tinggi dapat memicu
pembentukan plak dalam pembuluh arteri, dan berpotensi menghambat aliran darah ke
semua organ dan otak (Furie et al., 2011).
sehingga mengakibatkan lumen pembuluh darah semakin sempit dan berdampak pada
penerunan aliran darah ke otak (Goldstein, 2011).
Tabel II. 1 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi berdasarkan ras atau etnik
(Jumantik, 2017)
C. Gender
Stroke lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria, karena wanita hidup
lebih lama daripada pria dan stroke lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua. Setiap
tahun, sekitar 55.000 stroke lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, tetapi
21
insiden stroke lebih tinggi pada pria daripada wanita pada usia yang lebih muda. Selain
itu, wanita dua kali lebih mungkin meninggal karena stroke daripada kanker payudara
setiap tahunnya. Pada tahun 2006, terdapat suatu penelitian yang mengatakan bahwa
wanita dengan usia 45 tahun dan lebih tua menunjukkan penurunan signifikan terhadap
stroke iskemik, ketika wanita dapat mempertahankan gaya hidup yang sehat seperti
tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman yang beralkohol, menjaga berat badan
rata-rata mereka sesuai dengan tinggi badan mereka, serta olahraga teratur dan diet
sehat (Gund et al., 2013; Kennard, 2014).
CT scan MRI
Indikasi Untuk mengeliminasi Untuk mengukur area dari
perdarahan intraserebral jaringan infark dan arteri
atau subaraknoid. yang terkena.
Data Laboratorium
Data Laboratorium Darah - Hematologi rutin
- Gula darah sewaktu
- Fungsi ginjal (ureum, kreatinin)
- Activated Partial Thrombin Time
(APTT)
- Phrotrombin Time (PT)
- INR
Data Laboratorium di IGD - GD2PP
- Profil lipid
- C-Reactive Protein (CRP)
- Laju endap Darah
Data Laboratorium Penunjang - CKMB
- Serum elektrolit
- Analisis hepatic
- Pemeriksaan elektrolit
Pada stroke akut jika terjadi oklusi arteri intracranial, obat trombolitik yang
diberikan baik IA ke dalam gumpalan, atau IV. Agen trombolitik bertindak hanya
dengan meliliskan gumpalan. Jika arteri tidak dibuka, obat tidak memfasilitasi
pemulihan. Mengetahui tingkat rekanalisasi agen yang diberikan IV dan IA pada pasien
dengan berbagai lesi arteri oklusif sangat membantu dalam terapi yang tepat.
Pemberian tPA IV dalam waktu 3 jam sejak onset stroke meningkatkan kemungkinan
cacat minimal atau tidak ada sebesar 30% atau lebih. Untuk mempereoleh hasil yang
maksimal dan efektif, tPA harus diberikan sedini mungkin. Penelitian ECASS III
terbaru menunjukkan bahwa pemberian tPA dalam 4,5 jam onset gejala adalah aman
dan efektif. Namun, pengobatan tersebut harus hati-hati mempertimbangkan
risiko/manfaat (Goldszmidt et al., 2013).
Aspirin dengan dosis antara 50 hingga 1300 mg per hari efektif untuk prevensi
stroke iskemik setelah serangan stroke atau TIA. Kemampuan aspirin untuk
menghambat cyclo-oxygenase secara ireversibel dan mengurangi thromboxane A2
sebagai activator untuk agregasi trombosit yang kuat (Wells et al., 2015).
Warfarin adalah antikoagulan ora. Obat ini menghambat koagulasi dengan jalan
mencegah reduksi vitamin K secara enzimatik di dalam hati. Vitamin K dalam bentuk
reduksi adalah kofaktor yang bertanggung jawab dalam aktivasi factor pembekuan
darah II, VII, IX, dan X, protein C,S, dan Z. Antikoagulan oral mencegah reduksi
vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi factor-faktor pembekuan darah terganggu atau
tidak terjadi. Warfarin juga digunakan sebagai obat pencegahan tromboemboli sistemik
pada pasien infark miokard akut, bed rest yang lama, gagal jantung, atrial fibrasi,
pasien dengan katup protestik. Penggunaan warfarin pada pasien PJK sampai saat ini
masih menuai pro dan kontra sehingga obat ini belum dimasukkan ke dalam protocol
untuk terapi PJK. Namun, bukti meta analisis menunjukkan bahwa warfarin efektif
pada pencegahan primer stroke thromboembolic pada pasien atrium fibrilas dan untuk
pencegahan serangan ulangan iskemia serebral yang bukan berasal dari jantung
(Davey, 2014)
karena dinilai memiliki efek protektif terhadap sel neuron, membantu meningkatkan
fungsi sel saraf dan memperbaiki oksigenasi otak, nutrisi otak dan memperbaiki perfusi
otak (Lutsep, 2015).
Kelainan fungsi kognitif ialah kondisi yang terkait gangguan memori. Banyak
kelainan psikiatri dan neurologi yang terkait gangguan memori. Kelainan tersebut biasa
juga terkait dengan gangguan lain seperti, agitasi, psikosis, dan disfungsi neurologis
(Colucci, 2012).
Citicoline Pirasetam
Nama IUPAC Cytidine-5-diphosphocoline 2-oxo-1-pyrrolidineacetamide
Struktur
Kimia
Statin adalah obat penurun lipid yang paling efektif untuk menurunkan
kolesterol LDL dan terbukti aman tanpa efek samping yang berarti. Selain berfungsi
untuk menurunkan kolesterol LDL, statin juga mempunyai efek meningkatkan
kolesterol HDL dan menurunkan trigliserida. Statin dapat menurunkan kolesterol LDL
18-55%, meningkatkan kolesterol HDL 5-15% dan menurunkan TG 7-30%. Statin
bekerja dengan menghambat secara kompetitif koenzim 3-hidroksi-3-metilglutaril
(HMG CoA) reductase, yakni enzim yang berperan pada sintesis kolesterol, terutama
dalam hati (Wells et al., 2015).
Citicoline terdiri dari bentuk choline dan cytidine yang merupakan nukleosida
dari cytosine. Kedua bentuk tersebut bermanfaat dalam sintesis fosfolipid, dimana
choline akan membentuk fosfolipid sedangkan cytidine akan membentuk nukleosida.
Sehingga dapat mencegah produksi radikal bebas pada daerah iskemia (Gareri et al.,
2015).
terpisah dengan cepat memasuki jaringan otak dan akan mensintesis kembali CDP-
Choline, yang bertugas memberikan perlindungan saraf secara intraseluler melalui
jalur biosintesis fosfolipid seluler. Citicoline yang diberikan secara oral ataupun injeksi
secara signifikan efektif pada penyakit neurodegeneratif seperti glaucoma. Saat ini
glaucoma dianggap sebagai penyakit neurodegenerative yang melibatkan seluruh jalur
visual pusat. Pasien yang mengalami gangguan penglihatan, dapat diberikan Citicoline
sebagai pengobatan selama 2-8 tahun yang dapat meningkatkan visual akibat glaucoma
disfugsi. Citicoline juga bermanfaat dalam terapi stroke dengan cara memperbaiki
kerusakan membrane saraf lewat sintesis fosfatidilkolin, yang dapat memperbaiki
aktivitas saraf kolinergik dengan cara meningkatkan produksi asetilkolin dan
mengurangi akumulasi asam lemak di daerah kerusakan otak (Gupta, 2016).
juga dapat diberikan pada pasien Parkinson. Citicoline dikontraindikasikan bagi pasien
dengan hypertonia system nervus parasimpatis (Arshad, 2014)
C. Efek Samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan karena Citicoline biasanya pasien akan
mengalami diare, mual, reaksi hipersensitifitas seperti ruam kulit, gangguan vaskukar
seperti sakit kepala, insomnia, serta perubahan tekanan darah sementara (Khare et al.,
2016).
D. Dosis Umum
Dalam keadaan akut penggunaan Citicoline dengan dosis 2x250 mg atau
2x500 mg diberikan secara drip intravena selama 3 hari. Kemudian, penggunaan
Citicoline dalam keadaan kronis dengan dosis 2x100 mg atau 2x300 mg diberikan
secara intravena atau intramuscular. Sedangkan, pada pasien dengan gangguan
serebrovaskular dapat diberikan secara intravena atau intramuskukar dengan dosis
1000 mg selama empat minggu, dengan pemberian intravena selambat mungkin.
Citicoline dapat dilarutkan dalam dextrose atau larutan isotonis lainnya (PERDOSSI,
2011).
E. Peringatan
Pemberian Citicoline secara intravena harus diberikan selambat mungkin.
Pada pasien dengan kondisi gawat atau akut, sebaiknya Citicoline diberikan secara
bersamaan dengan obat yang dapat menurunkan tekanan intracranial, dan
memonitoring suhu tubuh pasien tetap rendah (PERDOSSI, 2011).
Nama
No. Nama Dagang Sediaan di Indonesia
Generik
➢ Ampul 125 mg/mL x 2 mL
1. Citicoline BECLOV
isi 5
Nama
No. Nama Dagang Sediaan di Indonesia
Generik
➢ Kapsul 1000 mg/8 mL isi
30
➢ Sachet 1000 mg x 2 g isi 5
3. Citicoline BRAINOLIN ➢ Kapsul 500 mg isi 30
➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 5
➢ Ampul 250 mg/mL x 2 mL
4. Citicoline CERCUL
isi 5
➢ Ampul 250 mg/mL x 2 mL
5. Citicoline CETIVAR
isi 5
➢ Kapsul 500 mg isi 30
6. Citicoline CHOLINAAR ➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 10
➢ Ampul 500 mg/4 mL isi 5
7. Citicoline CIBREN ➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 5
➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 10
CITICOLINE OGB
8. Citicoline ➢ Ampul 500 mg/4 mL isi 5
MERSI
➢ Ampul 1000 mg/8 mL isi 5
➢ Tablet 500 mg isi 5 strip x
9. Citicoline COLINPHA 10 tablet
➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 5
➢ Tablet 500 mg isi 2 strip x
10. Citicoline FUTALIN
10 tablet
➢ Tablet 500 mg isi 3 strip x
10 tablet
11. Citicoline INCELIN ➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 5
➢ Ampul 500 mg/4 mL isi 5
➢ Ampul 1000 mg/8 mL isi 5
➢ Tablet 500 mg isi 3 strip x
10 tablet
12. Citicoline Na LANCOLIN
➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 5
➢ Ampul 500 mg/4 mL isi 5
➢ Tablet 500 mg isi 5 strip x
13. Citicoline NEUCITI 6 tablet
➢ Vial 250 mg/2 mL isi 5
➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 5
14. Citicoline NEULIN
➢ Ampul 500 mg/4 mL isi 5
➢ Tablet 500 mg isi 3 strip x
10 tablet
15. Citicoline NICOBRAIN
➢ Injeksi (ampul) 250 mg/2
mL isi 5
➢ Injeksi (ampul) 250 mg/2
16. Citicoline Na PROTECLINE
mL isi 5
17. Citicoline SERFAC ➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 5
34
Nama
No. Nama Dagang Sediaan di Indonesia
Generik
➢ Ampul 500 mg/4 mL isi 5
➢ Ampul 1000 mg/8 mL isi 5
➢ Kapsul salut selaput 500
18. Citicoline SIMCITI
mg isi 5 strip x 6 tablet
19. Citicoline SOHOLIN ➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 5
➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 5
20. Citicoline TAKELIN ➢ Ampul 500 mg/4 mL isi 5
➢ Ampul 1000 mg/8 mL isi 5
➢ Tablet 500 mg isi 3 strip x
10 tablet
21. Citicoline ZEUFAR ➢ Ampul 250 mg/2 mL isi 5
➢ Ampul 500 mg/4 mL isi 5
➢ Ampul 1000 mg/8 mL isi 5
G. Farmakokinetik
Citicoline oral mempunyai bioavaibilitas lebih dari 90% dan bersifat larut air.
Kadar puncak plasma yang bersifat bifasik, pertama 1 jam, dan kedua yang lebih besar
adalah 24 jam setelah makan obat. Citicoline dapat diserap cepat dan tidak lebih dari
1% dapat ditemukan dalam feses. Citicoline dihidrolisis dalam usus dan hati. Produk
hasil hidrolisis pada dinding usus berupa kolin dan sitokin. Di dalam tubuh kedua
senyawa ini akan terdistribusi dalam jaringan, termasuk susunan saraf pusat dan
mengalami resintesis menjadi Citicoline oleh enzim cytidine-triphosphate-
phosphocholine cytidyl transferase. Eliminasi Citicoline terutama lewat pernafasan
(CO2) dan urin, waktu paruh elimanasi 56 jam untuk CO2 dan 71 jam untuk urin.
Citicoline endogen berperan sebagai intermediate dalam biosintesis fosfolipid.
Pemberian Citicoline pada tikus meningkatkan kadar kolin dan sitidin plasma dalam 6-
8 jam (Ashraf et al., 2014).
35
Citicoline
Nama IUPAC Cytidine-5-diphosphocoline
Struktur Kimia
tingkat kesadaran dan afasia yang siginifikan (Holinksi et al., 2011). Citicoline adalah
senyawa dengan spektrum manfaat yang sangat luas dalam kondisi yang terkait dengan
gejala disfungsi neurologis. Pemberian Citicoline diindikasikan untuk fase akut dan
perbaikan (recovery) dari infark serebral dengan memperbaiki membrane sel saraf otak
akibat pasokan oksigen dan nutrisi yang berkurang (Arshad M, 2014).
Sehingga kesimpulannya bahwa dalam hal keamanan, kolin memiliki tingkat
toksikologi yang rendah. Selain itu, pemberian kolin dalam bentuk CDP-Choline dapat
menurunkan indeks toksisitas tambahan 20 kali lipat. CDP-Choline (juga disebut
Citicoline) terbukti memiliki tindakan fisiologis yang bermanfaat bagi fungsi kognitif
pada otak. CDP-kolin dan produk hidrolisisnya berperan penting dalam sintesis
fosfolipid dan perbaikan neuron (Gareri P, 2015).