Anda di halaman 1dari 24

LOGBOOK DISKUSI KELOMPOK 3A PEMICU 1

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok Modul


Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu: Ns. Dini Tryastuti, M.Kep., Sp.Kep.Kom


Fasilitator: Ratna Pelawati, M.Biomed

Disusun oleh:

Dara Suci Henarta 11211040000037

PSIK A 2021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OKTOBER/2022
KASUS PEMICU

Perawat D adalah perawat kesehatan masyarakat yang baru saja dipindahkan menjadi
Penanggung Jawab program promosi kesehatan di puskesmas P. Perawat D mempelajari status
kesehatan terkini di daerah wilayah kerja puskesmas P, dari hasil survey mawas diri (SMD)
puskesmas ditemukan kasus penyakit yang mengalami peningkatan secara signifikan salah
satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Perawat melakukan analisis faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Perawat mengkaji faktor perilaku serta faktor
lingkungan di wilayah kerja Puskesmas. Dari hasil tersebut, perawat akan merancang
pendidikan kesehatan di wilayah Puskesmas tersebut.

STEP 1 : Mengidentifikasi Istilah Asing


1. 049_Mutiara: Survey Mawas Diri (SMD)
Jawab
020_Siti Awaliah: Pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan
040_Dini Nathania: Suatu kegiatan penanganan, pengumpulan dan pengkajian
masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader kesehatan setempat dibawah
bimbingan petugas kesehatan yaitu bidan desa
030_ Yunia: Pengkajian dan pengumpulan data kesehatan tentang status gizi,
permasalahan kesehatan lingkungan, perilaku hidup sehat dan bersih, Permasalahan
kesehatan ibu dan anak, dll.
024_Niken Olivia: Survey Mawas Diri bertujuan agar masyarakat menjadi sadar akan
adanya masalah kesehatan yang sedang dihadapi, mampu mengenal, mengumpulkan
data dan mengkaji masalah yang ada di dalam lingkungannya itu sendiri
033_Ardiksatama: Pengumpulan dan pengkajian yang dilakukan oleh pihak
puskesmas kepada masyarakat

2. 037_Dara Suci: Pendidikan Kesehatan


Jawab
039_Dinda: Kegiatan atau tindakan keperawatan yang ditujukan untuk membantu
klien dalam mengatasi masalah kesehatan maupun meningkatkan status kesehatan
melalui kegiatan pembelajaran dengan memberikan suatu pendidikan terkait kesehatan
yang dilakukan perawat.
003_Febrianti: seseorang yang memberikan edukasi atau membantu masyarakat
individu atau kelompok dalam mengatasi masalah kesehatan dan status kesehatan.
024_Niken Olivia: Pendidikan kesehatan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
dan pemahaman akan pentingnya kesehatan untuk tercapainya perilaku kesehatan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial.

3. 033_Ardiksatama: Derajat Kesehatan Masyarakat


Jawab
049_Mutiara: Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan
dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya berkesinambungan,
terpadu dan lintas sektor dalam rangka pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang
kesehatan.
023_Nasywa Nur Zakiyyah : Tentunya suatu ukuran pencapaian kesehatan sebagai
upaya terpadu suatu program kesehatan, dengan adanya beberapa indikator penilaian
seperti kematian, sehat-sakit, status gizi, dan status ibu hamil dan bayi sehat-sakit.
032_Afra: tolak ukur yang berisi suatu indikator dalam tercapainya suatu kebijakan
maupun program pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat
020_Siti Awaliah: Upaya yang bisa dilakukan masyarakat untuk meningkatkan
harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, ibu dan anak, angka kesakitan dan
kecelakaan.

4. 030_Yunia: Promosi Kesehatan


Jawab
037_Dara Suci: Tindakan atau proses peningkatan derajat kesehatan dengan upaya
promotif
048_Muhammad Rizky G.: Sasaran promosi kesehatan dapat dibagi menjadi 3
berdasarkan tingkatan, yaitu primer (masyarakat), sekunder (tokoh masyarakat), dan
tersier (pejabat atau petugas administratif yang membuat kebijakan mengenai
kesehatan)
013_Maymunah Sarah: Suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
056_Rhisma: seluruh kegiatan baik edukasi ataupun advokasi yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan perubahan perilaku menjadi yang lebih
baik lagi
024_Niken Olivia: Promosi Kesehatan merupakan upaya yang dilakukan terhadap
masyarakat sehingga mereka mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri.
033_Ardiksatama: Promosi kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan PHBS.
Namun, promosi kesehatan memiliki hambatan seperti kurangnya keterampilan dan
pengetahuan dari tenaga kesehatan, keyakinan masyarakatnya, sosial budaya
masyarakat, tidak ada dukungan dari masyarakat

5. 056_Rhisma: Signifikan
Jawab
033_Ardiksatama: Nilai yang sangat terlihat baik naik maupun turun
013_Maymunah Sarah: Sesuatu yang biasanya dianggap berarti karena dapat
memberikan pengaruh/dampak

6. 020_Siti Awaliah: Analisis Faktor


Jawab
040_Dini Nathania: Suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah
faktor yang relatif kecil yang juga bisa digunakan untuk menjelaskan sejumlah besar
variabel yang saling berhubungan.
024_Niken Olivia: Analisis multivariat yang bertujuan untuk meringkas atau
mereduksi variabel amatan secara keseluruhan

7. 039_Dinda: Perawat kesehatan masyarakat


Jawab
020_Siti Awaliah: Upaya puskesmas yang mendukung peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang memadukan antara ilmu praktik keperawatan dengan ilmu kesehatan
masyarakat lewat dukungan secara aktif.
024_Niken Olivia: Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai
masalah kesehatan/keperawatan
003_Febrianti: suatu pelayanan keperawatan berbentuk seperti bio psiko spritual yang
komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat.
033_Ardiksatama: Perawat yang melakukan penyuluhan ke lapangan seperti sekolah,
puskesmas, dan lain-lain untuk mengajarkan dasar PHBS seperti cara menggosok gigi
yang benar, pentingnya olahraga, dan lain-lain
056_Rhisma: perawat yang memberikan asuhan keperawatannya pada
komunitas/masyarakat dengan peran utama promotif, preventif, dan rehabilitatif tanpa
mengabaikan peran kuratif

8. 032_Afra: Puskesmas
Jawab
049_Mutiara: Mutiara: Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama.
039_Dinda: Pusat kesehatan masyarakat adalah suatu fasilitas pelayanan masyarakat
yang berada di tiap kabupaten/kota yang berfungsi untuk memberikan pelayanan
kesehatan atau asuhan keperawatan untuk peningkatan, pencegahan, dan penyembuhan
penyakit yang dihadapi masyarakat di daerah tersebut.
048_Muhammad Rizky G.: Usaha pelayanan kesehatan lebih diutamakan usaha
preventif dan promotif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
020_ Siti Awaliah: Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina perannya.

STEP 2 : Mengidentifikasi Masalah


1. 037_Dara Suci: Bagaimana korelasi faktor perilaku dan faktor lingkungan
menyebabkan peningkatan penyakit secara signifikan?
2. 033_Ardiksatama: Mengapa perawat melakukan analisis faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan dari survey mawas diri yang dilakukan oleh perawat?
3. 020_Siti Awaliah: Bagaimana peran perawat islami untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat?
4. 030_ Yunia Fatika: Selain faktor perilaku dan faktor lingkungan, adakah faktor lain
yang mempengaruhi dalam pengkajian kesehatan?
5. 056_Rhisma Listya: Mengapa faktor perilaku dan lingkungan mempengaruhi derajat
kesehatan?
6. 023_Nasywa Nur Zakiyyah: Mengapa Perawat D harus mempelajari status kesehatan
di wilayah yang baru ditugaskan sebelum melakukan promosi kesehatan?
STEP 3 : Menganalisis Masalah
1. 037_Dara Suci: Bagaimana korelasi faktor perilaku dan faktor lingkungan
menyebabkan peningkatan penyakit secara signifikan?
Jawab
033_Ardiksatama: Faktor perilaku memiliki korelasi dengan peningkatan penyakit
karena terkait dengan kebiasaan, sosial budaya yang diyakini, sosial ekonomi. Selain
itu, faktor lingkungan mempengaruhi peningkatan penyakit, dapat dilihat apakah
lingkungannya bersih atau tidak, sehat atau tidak, dan sebagainya. Oleh karena itu,
untuk melihat derajat kesehatan, faktor perilaku dan lingkungan menjadi dasar dalam
menilai derajat kesehatan
048_Muhammad Rizky G.: Faktor lingkungan yang menggambarkan kondisi
lingkungan, seperti daerah yang padat dan sanitasi yang buruk dapat mengakibatkan
suatu masyarakat rentan terhadap penyakit. Hal ini dapat diperparah dengan perilaku
masyarakat yang kurang perilaku PHBS sehingga penyebaran penyakit bisa meningkat
lebih lanjut lagi
024_Niken Olivia: Menurut saya, mengapa faktor perilaku dan faktor lingkungan dapat
menyebabkan peningkatan penyakit itu dilihat lagi bagaimana faktor perilaku dan
faktor lingkungan di masyarakat, pertama faktor perilaku, jika perilaku masyarakat saja
sudah tidak sehat maka akan ada peningkatan penyakit, dan kedua faktor lingkungan,
jika lingkungan masyarakat saja sudah tidak bersih seperti membuang sampah disungai,
membuang sampah sembarangan, banyaknya jentik nyamuk di bak mandi ataupun di
tempat penampung air ini akan menyebabkan peningkatan penyakit seperti stunting
maupun penyakit demam berdarah.
049_Mutiara: Menurut Saya, faktor lingkungan dan faktor perilaku sangat
berhubungan dengan peningkatan penyakit yang signifikan. Contohnya adalah
misalnya di lingkungan suatu masyarakat itu terdapat banyak pohon-pohon besar
ataupun tanaman yang berpotensi menjadi tempat tinggal nyamuk. Begitupula dengan
perilaku masyarakatnya yang suka menggantung pakaian di balik pintu ataupun di suatu
tempat di dalam rumah yang berpotensi menjadi tempat hidup nyamuk. Korelasi antara
lingkungan dan perilaku tersebut dapat berpotensi terjadinya peningkatan suatu
penyakit yang signifikan.
023_Nasywa Nur Zakiyyah : Kita dapat ambil dari kasus yaitu penyakit DBD, dari
faktor perilaku yaitu masyarakat yang kurang dalam melakukan atau menjaga kesehatan
contohnya dengan tidak ingin menguras dan membersihkan air sehingga munculnya
penyakit dari air tersebut dan juga jentik-jentik nyamuk, lalu tidak menutup air bak, lalu
tidak mendaur ulang, dan membuang sampah ke saluran air atau selokan yang
menyebabkan nyamuk mengumpul. serta faktor lingkungan yaitu seperti tokoh
masyarakat yang kurang peka terhadap lingkungan untuk menciptakan dan membuat
program gotong royong bersih bersih, sehingga lingkungan tidak terawat.

2. 033_Ardiksatama: Mengapa perawat melakukan analisis faktor yang mempengaruhi


derajat kesehatan dari survey mawas diri yang dilakukan oleh perawat?
Jawab
037_Dara Suci: Untuk mengidentifikasi faktor positif dan faktor negatif yang
berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang
dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi untuk promosi kesehatan. Setelah
itu kegiatan dilanjutkan dengan dilakukannya Survei Mawas Diri.

3. 020_Siti Awaliah: Bagaimana peran perawat islami untuk meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat?
Jawab
033_Ardiksatama: Perawat melakukan promosi kesehatan ke fasilitas-fasilitas umum
seperti ke balai desa, sekolah, dan lain-lain untuk memberikan bimbingin dengan cara
pendekatan agama terkait materi pendidikan agama seperti menganjurkan sunnah rasul
memakan buah kurma, olahraga, shalat, dan larangan menggunakan azimat dengan
menggunakan strategi transcultural nursing yaitu mempertahankan, mengakomodasi,
dan restructuring

4. 030_ Yunia Fatika: Selain faktor perilaku dan faktor lingkungan, adakah faktor lain
yang mempengaruhi dalam pengkajian kesehatan?
Jawab
013_Maymunah Sarah: Faktor pelayanan kesehatan dan faktor genetik/keturunan
023_ Nasywa Nur Zakiyyah : Faktor Budaya, Faktor Ekonomi, Faktor Pendidikan,
yang sangat berhubungan satu sama lain, berdampak pada status kesehatan masyarakat
itu sendiri.
039_Dinda: Selain faktor perilaku dan lingkungan hal penting lainnya yang diperlukan
adalah pelayanan kesehatan, karena Ketika perilaku dan lingkungannya sudah baik
namun bila tidak ada pelayanan kesehatan maka kebutuhan masyarakat dalam kesehatan
tidak terpenuhi. Selain itu, bila terdapat pelayanan kesehatan maka dapat dilakukan
peningkatan kesehatan bagi masyarakat melalui promosi kesehatan.
033_Ardiksatama: Faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi pengkajian kesehatan.
Ada istilah mengatakan “ada harga ada kualitas”. Seseorang yang mampu finansial pasti
lebih memilih mendapatkan fasilitas terbaik baik di rumah sakit maupun di fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Namun, seseorang yang tidak mampu dalam finansial
beranggapan bahwa “nanti kalau ada waktunya untuk sembuh juga nanti bisa sembuh”
atau dengan cara hanya minum obat warung dan lain-lain
024_Niken Olivia Z.: Faktor pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi pengkajian
kesehatan. Jadi sebelum perawat melakukan promosi kesehatan terlebih dahulu perawat
tersebut perlu mengetahui mengenai ilmu pengetahuan untuk melakukan promosi
kesehatan, dan kepercayaan diri perawat, motivasi untuk klien, serta sarana dan
komunikasi yang baik sehingga mendapat respon yang diharapkan dari pasien/klien.
040_Dini Nathania: Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sarah bahwa faktor lain
selain perilaku dan lingkungan ada 2 faktor lainnya yakni faktor pelayanan kesehatan
dan faktor genetika atau keturunan, dimana faktor genetika ini hanya berpengaruh 5%
saja terhadap status kesehatan. Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan
perorangan atau masyarakat dibandingkan dengan faktor lainnya dan pengaruhnya
terhadap status kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling susah untuk
dideteksi, sehingga perlu dilakukan konseling genetik.
032_Afra Nabila: Faktor lain yang dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat
adalah pelayanan kesehatan. Keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan
pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pengobatan. Ketersediaan fasilitas pun
dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak (strategis).

5. 056_Rhisma Listya: Mengapa faktor perilaku dan lingkungan mempengaruhi derajat


kesehatan?
Jawab
024_Niken Olivia Z.: Faktor perilaku dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, karena sehat tidaknya lingkungan individu, keluarga dan
masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri dan lingkungan dari
masyarakat setempat, selain itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat,
kepercayaan, pendidikan, sosial ekonom dan perilaku-perilaku lainnya.
040_Dini Nathania: Karena dari adanya faktor perilaku dan faktor lingkungan ini
derajat kesehatan di suatu tempat atau daerah terlihat, dimana karena sehat dan tidak
sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung
pada perilaku manusia itu sendiri, di samping itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat
istiadat, kepercayaan, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku-perilaku lain yang
melekat pada dirinya.

6. 023_Nasywa Nur Zakiyyah: Mengapa Perawat D harus mempelajari status kesehatan


di wilayah yang baru ditugaskan sebelum melakukan promosi kesehatan?
Jawab:
024_Niken Olivia Z.: Karena sebelum melakukan promosi kesehatan, perawat perlu
mempelajari status kesehatan diwilayah yang akan diberikan promosi ataupun
penyuluhan agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat setempat. contohnya,
setelah perawat mengkaji status kesehatan di wilayah A, ternyata wilayah A ini
membutuhkan promosi kesehatan mengenai stunting jadi perawat perlu mempersiapkan
atau mempelajari hal hal mengenai stunting dari apa itu stunting, faktor yang
mempengaruhi stunting dan lain sebagainya. Jadi perawat kesehatan masyarakat
melakukan promosi kesehatan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat
setempat.
056_Rhisma Listya M.: karena berbeda geografis berbeda pula kebudayaan dan
perilaku masyarakat, sehingga kita harus mempelajari agar promkes yang kita lakukan
tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan
033_Ardiksatama : Agar tepat sasaran dalam memberikan promosi kesehatan. Contoh
dalam kasus, di daerah tersebut terindikasi DBD, maka tugas perawat dalam
mempromosikan kesehatannya dengan cara memberikan bimbingan bagaimana cara
penanganan dan pencegahan DBD yang baik dan benar untuk meningkatkan derajat
kesehatan.

STEP 4 : Hipotesis dan Peta Konsep


Hipotesis:
Perawat D dipindahkan bertugas pada Puskesmas P. Perawat melakukan promosi
kesehatan di Puskesmas P. Sebelum itu, perawat mempelajari status kesehatan di wilayah
sekitar agar tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. Dalam mengkaji dan menilai status
derajat kesehatan di wilayah Puskesmas P, perawat D melakukan survei mawas diri (SMD) dan
menemukan bahwa masyarakat mengalami peningkatan kasus DBD yang signifikan sehingga
dinilai rentan. Selanjutnya, perawat D melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan yang signifikan ini, seperti perilaku kesehatan masyarakat, lingkungan, genetik
individu, dan pelayanan kesehatan itu sendiri. Oleh karena itu, 4 faktor ini dapat mempengaruhi
tingkat penyebaran penyakit. Setelah mengkaji faktor-faktor tersebut, perawat D merancang
intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Puskesmas P sehingga tindakan
preventif dan promotif dapat dilakukan secara efektif oleh Puskesmas P. Tindakan preventif
sebagai contoh memberikan pendidikan bagaimana cara pencegahan DBD. Selain itu, tindakan
promotif dapat dilakukan dengan cara mengedukasi mengenai kesehatan PHBS untuk
meningkatkan derajat kesehatan.

Peta konsep
STEP 5 (LO)
1. Indikator survei mawas diri
2. Derajat Kesehatan
a. Definisi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan
3. DBD
a. Definisi
b. Penanganan
c. Pencegahan
4. Promosi Kesehatan
a. Definisi Promosi Kesehatan
b. Peran-peran perawat dalam Promosi Kesehatan
c. Tujuan Promosi Kesehatan
d. Sasaran Promosi Kesehatan
e. Strategi Promosi Kesehatan
f. Anjuran PHBS dalam Islam
5. Perilaku Kesehatan Masyarakat

STEP 6 (JAWABAN INDIVIDU)


1. INDIKATOR SURVEI MAWAS DIRI
Penelitian mengenai survey mawas diri menggunakan metodologi penelitian
pengembangan yang berorientasi pada produk yang dihasilkan. Berdasarkan
identifikasi masalah bahwa dalam pengumpulan data survey mawas diri diperlukan
instrumen yang dapat memberikan fasilitas hemat dari segia biaya maupun waktu
mengingat data yang dibutuhkan sangat banyak dan variatif (Kaswidjanti W, dkk,
2015).
Pada kuesioner Survey Mawas Diri (SMD) ini biasanya berisi atau terdiri dari
indikator-indikator yaitu: form kesediaan, identitas responden, data keluarga, akses
pelayanan dan pembiayaan kesehatan, kesehatan ibu anak, gizi, KB, dan imunisasi,
survey lain yang berisi penyakit yang diderita keluarga dalam 3 bulan terakhir, rumah
dan lingkungan, dan perilaku anggota keluarga. (Wibowo, 2022)
2. DERAJAT KESEHATAN
a. Definisi
Derajat kesehatan merupakan salah satu kelompok penting indikator
Indonesia Sehat atau merupakan indikator hasil. (Dinkes, 2019)
Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang santar berpengaruh pada
kualitas sumber daya manusia. SDM yang sehat akan lebih produktif dan
meningkatkan daya saing manusia (Ningsih, dkk, 2013).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan untuk meningkatkan


derajat kesehatan
Teori Blum tahun 1974 menjelaskan bahwa derajat kesehatan masyarakat didasari
beberapa faktor, diantaranya:
A. Faktor genetika
Faktor ini adalah faktor yang sulit untuk di intervensi. Sebab masalah
atau penyakit tersebut bersifat hereditas atau dikenal dengan istilah genetik
atau keturunan.
Oleh karena itu, untuk faktor ini yang dapat dilakukan hanya
pencegahan terhadap kekambuhannya saja.
B. Faktor lingkungan
Adanya pasien yang memiliki hubungan interpersonal yang buruk
sangat mempengaruhi lingkungan sosialnya dengan sesama teman, rekan
kerja, tetangga maupun masyarakat. Hal ini tentunya dapat menjadi tekanan
berat bagi orang tersebut yang bila tidak diperbaiki maka akan
mempengaruhi kesehatan mental orang tersebut.
C. Faktor perilaku
Menurut Blum (1974), bahwa faktor perilaku dan sikap dapat
memperngaruhi derajat kesehatan seseorang, seperti sikap orang tua yang
yang dingin atau acuh tak acuh, orang tua yang jarang di rumah dan tidak
ada waktu untuk bersama anak-anaknya, orangtua dan lain sebagainya
dapat mengganggu kesehatan mental seorang anak.
D. Faktor pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat
menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan
terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan
masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas
dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua
adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi
masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta
program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukan. Kondisi pelayanan kesehatan juga
menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu,
puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk
membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan.
Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak
dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
dibidang kesehatan juga mesti ditingkatkan. Puskesmas sebagai garda
terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar perananya.
sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan
edukasi dan perawatan primer.

3. DBD
a. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi
berbasis lingkungan, yang sampai saat ini masih menjadi masalah besar di
masyarakat, karena DBD adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada masyarakat. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dan nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektornya
(Hasyim, 2013)
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak
ditemukan disebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara,
Amerika tengah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya
adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus
Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den-4, ditularkan
ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes
aegypti dan Ae. albopictusyang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia
(Candra, 2010).
b. Penanganan
Tatalaksana demam berdarah dengue (DBD) bersifat sesuai gejala
(simptomatis) dan suportif. Penanganan suportif dapat diberikan cairan
penggangti yang merupakan tatalaksana umum pasien dengan DBD. Hal
ini dikarenakan, apabila terjadi kondisi kebocoran plasma yang cukup
berat dapat terjadi syok hipovolemi. Penggantian cairan ditujukan untuk
mencegah timbulnya syok. Kebocoran plasma pada pasien DBD hanya bersifat
sementara, oleh karena itu pemberian cairan dalam jumlah banyak dan dengan
jangka waktu lama.
Berikut ini merupakan langkah-langkah tatalaksana pasien DBD rawat inap :
1. Jika pasien tidak dapat minum atau terus muntah dapat di rawat
inap dan dipasang infus jumlah dan jenis sesuai kebutuhan.
2. Periksa hb, ht setiap 6 jam dan trombosit setiap 12 jam.
3. Pantau gejala klinis dan laboratorium. Jika ht naik atau Trombosit turun
ganti infus dengan RL/RA/NS dengan ketentuan BB<15 kg berikan 6-
7ml/kgBB/jam. BB 15-40 kg berikan 5ml/kgBB/jam/ BB>40 kg berikan
3-4 ml/kgBB/jam.
4. Jika terdapat perbaikan yang dapat dilihat dari tidak gelisah, nadi kuat,
tekanan darah stabil, dieresis cukup (>1 ml/kgBB/jam), ht turun.
Tetesan dapat dikurangi dan pemberian infus dapat dihentikan setelah
24-48 jam bila tanda vital/ht stabil dan dieresis cukup.
5. Perburukan dengan tanda gelisah, dister pernafasan, frekuensi
nadi naik, hipotensi/tekanan nadi <20 mmHg, dieresis kurang/tidak ada,
pengisian kapiler >2 detik dan Ht tetap tinggi maka masuk ke protokol
syok
6. Berikan infus kristaloid dan atau koloid 20ml/kgBB secepatnya beserta
oksigen 2-4 liter/menit. Dievaluasi hematokrit dan trombosit tiap 4-6
jam.
7. Jika syok teratasi, cairan dikurangi menjadi 10ml/kgBB/jam dan perlahan
lahan diturunkan menjadi 5ml/kgBB/jam hingga diturunkan ke
3ml/kgBB/jam. Pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam setelah
syok teratasi dan tanda vital/ht stabil beserta dieresis cukup.
8. Jika syok belum teratasi, cairan dapat dilanjutkan. Terus
dilakukan observasi tanda
c. Pencegahan
Perilaku masyarakat sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih
dan kesadaran terhadap bahaya DBD. Pengetahuan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku, pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan / usaha untuk menyidik terhadap objek tertentu
(Notoatmojo, 2012), sehingga pembahasan disini pengetahuan dalam konteks
kemampuan pengendalian demam berdarah tidak bisa lepas dari proses
terbentuknya tindakan (Bahtiar, 2012).
Masyarakat diharapkan untuk dapat bertindak dalam pencegahan Demam
Berdarah Dengue. Disarankan untuk dapat melakukan gerakan 3M Plus, dan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Upaya pencegahan dan pengendalian terhadap penularan DBD untuk
mencegah gigitan nyamuk Aedes Aegypti melalui kegiatan PSN 3M Plus,
larvasidasi dan fogging (Kementerian Kesehatan RI, 2016a). sebagai upaya
pengendalian, Kemenkes terus melakukan pemantauan dan penggiatan surveilans
DBD (Kementerian Kesehatan RI, 2016b). Dalam hal penanganan dan pencegahan
DBD, masyarakat cenderung menganggap fogging masih merupakan upaya yang
tepat untuk menanggulangi DBD. Hal inilah yang menyebabkan permintaan akan
Pengasapan (fogging). Masyarakat menganggap pengasapan (fogging) menjadi
pilihan dan dianggap sebagai jalan keluar terbaik menghadapi serangan DBD. Pada
kenyataannya pengasapan atau fogging hanya bertahan pada dua minggu setelah
pengasapan, masyarakat terbebas dari gangguan gigitan nyamuk. Pengasapan atau
fogging hanya mematikan nyamuk dewasa. Telur-telur nyamuk yang tidak mati
berkembang menjadi nyamuk dewasa(Tribun, 2015).
Kementerian Kesehatan RI menyebutkan PSN 3M Plus meliputi
pemberantasan sarang nyamuk yang terdiri dari 3M yaitu menguras tempat
penampungan air minimal seminggu sekali, menutup rapat tempat air,
memanfaatkan kembali barang bekas yang dapat menampung air dan memiliki
potensi menjadi perkembangbiakan nyamuk penular DBD (Kementerian
Kesehatan RI, 2016a).
Makna Plus adalah mengisi ulang air vas bunga, minuman burung seminggu
sekali. Membersihkan saluran dan talang air rusak. Membersihkan/ mengeringkan
tempat yang dapat menampung air seperti pelapah pisang. Mengeringkan tempat
yang dapat menampung air hujan misalnya di pekarangan dan kebun. Memelihara
ikan pemakan jentik seperti ikan cupang, ikan kepala timah, dan lain-lain.
Menggunakan obat nyamuk, memakai larvasidasi, menggunakan ovitrap.
Larvitrap, atau mosquito trap. Menanam tanaman pengusir nyamuk, sebagai contoh
lavender, kantong semar, sereh, zodiac, geranium dan lain-lain (Kementerian
Kesehatan RI, 2016a).

4. PROMOSI KESEHATAN
a. Definisi Promosi Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2010) Promosi kesehatan sebagai bagian dari
program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam
mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia. Dalam UndangUndang
Kesehatan RI no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan
adalah “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.
Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia
harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di
Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan: “Masyarakat
mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya".
Dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan (1986), promosi kesehatan
didefinisikan sebagai proses yang memungkinkan orang meningkatkan kendali
atas, dan memperbaiki, kesehatan mereka. Untuk mencapai keadaan fisik mental
dan sosial yang lengkap kesejahteraan, individu atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi, memenuhi kebutuhan, dan mengubah
atau mengatasi lingkungan. Oleh karena itu, kesehatan dipandang sebagai sumber
daya untuk kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep
positif yang menekankan pada sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan
fisik. Oleh karena itu, promosi kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab
sektor kesehatan, tetapi melampaui gaya hidup sehat hingga kesejahteraan (WHO,
2016).
Definisi promosi kesehatan dapat meliputi (Carr et al., 2007):
1. Aspek psikis, psikologis, sosial, dan kesehatan mental
2. Pencegahan proses penyakit
3. Pengembangan kebugaran tubuh
4. Aktivitas individu, kelompok dan masyarakat
5. Pendidikan yang berhubungan dengan masalah kesehatan
6. Pencapaian potensial kesehatan individu atau komunitas.

b. Peran-peran perawat dalam Promosi Kesehatan


Peran perawat dalam melakukan promosi kesehatan sangat
mempengaruhi suasana yang kondusif dalam masyarakat yang menunjang
terbentuknya perilaku hidup sehat sebagai tindakan preventif terhadap
penyakit, program kegiatan pelatihan kepada petugas yang mengadakan
penyuluhan memegang peranan penting dalam keberhasilan promosi
kesehatan sehingga masyarakat bisa benar-benar memahami tanda dan gejala
penyakit serta upaya pencegahan agar terhindar dari penyakitnya. Dengan adanya
promosi kesehatan terhadap klien, penerapan pola hidup sehat dengan
mengatur pola makan, istirahat dan kegiatan dapat dilakukan sedini mungkin
untuk menghindari komplikasi penyakit (Yeni et al., 2014)
1. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Menurut peneliti kenyataan dilapangan agar peran ini dapat berjalan
dengan efektif an efisien sehingga tujuan asuhan keperawatan tercapai,
maka perawat harus melakukan proses asuhan keperawatan yang terdiri
atas assesment, diagnosi, planning, implementation, dan evaluation.
2. Peran Sebagai Penemu Kasus
Penemu kasus dapat dilakukan dengan jalan mencari langsung ke
masyarakat (active case finding) dan dapat pula didapat tidak langsung
yaitu pada kunjungan pasien ke puskesmas (passive case finding).
Perawat harus terjun kelapangan tidak hanya melakukan kegiatan di
dalam gedung tetapi perawat harus melakukan kegiatan diluar gedung
puskesmas untuk mencari kasus penyakit yang mungkin belum
terdeteksi.
3. Peran Sebagai Pendidik
Peran utama perawat kesehatan masyarakat selain memberikan
asuhan keperawatan juga sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan yang
merupakan bagaian dari promosi kesehatan. Oleh sebab itu
kemampuan dalam promosi kesehatan dengan baik dan benar harus
dimiliki oleh setiap perawat kesehatan masyarakat (Depkes,2006).
4. Peran Sebagai Koordinator dan Kolaborator
Koordinator dan Kolaborator merupakan peran yang sangat penting
karena peran inilah perawat mampu bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain.
5. Peran Sebagai Konselor
Perawat sebagai konselor melakukan konseling keperawatan
sebagai usaha memecahkan masalah secara efektif. Kegiatan yang
dapat dilakukan perawat puskesmas antara lain menyediakan
informasi, mendengar secara objektif, memberi dukungan, memberi
asuhan keperawatan dan meyakinkan klien, menolong klien
mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor terkait, memandu klien
menggali permasalahan dan memilih pemecahan masalah yang
dikerjakan.
Menurut peneliti kenyataan dilapangan sejalan dengan hasil
penelitian dalam kategori optimal bahwa perawat selain memberikan
asuhan keperawatan juga isa menjadi sebagai konselor untuk
membantu memecahkan masalah klien.
6. Perawat Sebagai Panutan
Perawat puskesmas harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang agaimana cara hidup yang sehat yang dapat ditiru
dan di contih oleh masyarakat.Menurut peneliti pada kenyataan nya
dilapangan masih banyak petugas kesehatan dalam hal ini perawat
yang merokok dan tidak memberikan contoh panutan yang baik.
Memberi panutan itu penting karena masyarakat akan meniru
kita untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

c. Tujuan Promosi Kesehatan


Tujuan promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat agar mampu hidup sehat dan mengembangkan
upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta terwujudnya lingkungan yang
kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut (Notoatmodjo,
2012).
Upaya untuk mewujudkan promosi kesehatan dapat dilakukan melalui
strategi yang baik. Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang dari program-
program kesehatan yang lainnya, seperti kesehatan lingkungan, peningkatan status
gizi masyarakat, pemberantasan penyakit menular, pencegahan penyakit tidak
menular, peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).

d. Sasaran Promosi Kesehatan


Sasaran dari promosi kesehatan menurut Notoatmodjo (2012) antara lain:
A. Individu dan keluarga
1) Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik
langsung maupun media massa.
2) Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara
serta meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
B. Masyarakat atau LSM
Upaya peningkatan kesehatan dan saling bekerja sama serta saling
membantu untuk mewujudkan lingkungan sehat.
C. Lembaga pemerintah
Kepedulian dan dukungan pemerintah dalam upaya mengembangkan
perilaku dan lingkungan sehat, membuat kebijakan yang berhubungan
dengan bidang kesehatan.
D. Institusi
Peningkatan mutu kesehatan yang dapat memberi kepuasan pada
masyarakat.

e. Strategi Promosi Kesehatan


Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global
terdiri dari:
1) Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks
promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para
penjabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.
Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah,
surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada
bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal
misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program
yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait.
Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang
relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta
dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau
fasilitas lain. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para
pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang
terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier).
2) Dukungan Sosial
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal
maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat,
sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan
dengan masyarakat (penerima program) kesehatan.
Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya
adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program-program tersebut. Oleh sebab
itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina
suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini
antara lain: pelatihan pelatihan paratoma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada
toma, dan sebagainya.
3) Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya:
koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga
(income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga
akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka,
misalnya: terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya
polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering
disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat
(Masnaani, 2020).

f. Anjuran PHBS dalam Islam


Anjuran Menjaga Kebersihan Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah
kebersihan yang merupakan salah satu aspek penting dalam ilmu kedokteran.
Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan kebersihan
disebut dengan Al-Thaharat. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, Al-
Thaharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif (pencegahan), berguna
untuk penyebaran berbagai jenis kuman dan bakteri. Imam Al-Suyuthi, 'Abd
Al-Hamid AlQudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam menjaga
kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian
dari ta'abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda:
“Dari 'Ali ra, dari Nabi saw, beliau berkata: "Kunci shalat adalah bersuci" (HR Ibnu
Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi).
Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari
najis, mutanajjis, dan hadats. Demikian pentingnyakedudukan menjaga
kesucian dalam Islam, sehingga dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku
hadits selalu dimulai dengan mengupas masalah thaharat, dan dapat dinyatakan
bahwa fikih pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah kesucian.
Urusan tubuh, Islam memerintahkan mandi bagi umatnya untuk
membersihkan tubuhnya dari najis dan hadas. Dia mengajarkan kepada
umatnya, mulai memotong kuku, membersihkan luas jari, mencabut bulu
ketiak dan bersiwaq hingga bagaimana cara dia makan.
Urusan tangan, Nabi Muhammad saw bersabda: “cucilah kedua tanganmu
sebelum dah sesudah makan dan cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur.
Tidak seorang pun tahu di mana tangannya berada di saat tidur.” Makanan dan
minuman, Rasulullah saw bersabda “tutuplah bejana air dan tempat minummu”.
Rumah, “Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu”, sebagaimana di anjurkan
untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan. Perlindungan sumber air,
Rasulullah melarang umatnya membuang kotoran di tempat-tempat
sembarangan, misalnya sumur, sungai, dan pantai.
Perintah-perintah Rasulullah tersebut memiliki makna bahwa kita harus
menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari berbagai infeksi saluran
pencernaan. Sedangkan kesucian rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah,
akhlak, dan pikiran Kesehatan Mental Yakni ajaran-ajaran untuk mencegah
terjadinya stress. Oleh karena itu, Islam melarang semua benda yang dapat
menghilangkan kesadaran dan melemahkan daya pikir, seperti khamr.
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,
emosional, dan spiritual. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan
pikiran; emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan
sebagainya; spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap
sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah swt
dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang. Dengan kata lain, sehat spiritual adalah keadaan di
mana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang
dianutnya.

5. PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT


PHBS adalah upaya secara sadar, mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan.
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan. Dalam konteks pelayanan kesehatan, perilaku
kesehatan dibagi menjadi dua:
1. Perilaku masyarakat yang dilayani atau menerima pelayanan (consumer)
2. Perilaku pemberi pelayanan atau petugas kesehatan yang melayani
(provider) (STIKES Husada, 2011)
PETA KONSEP INDIVIDU
DAFTAR PUSTAKA

Hulu, V. T., Pane, H. W., Tasnim, T., Zuhriyatun, F., Munthe, S. A., Hadi, S., ... & Mustar, M.
(2020). Promosi kesehatan masyarakat. Yayasan Kita Menulis.
Khairani, Masayu Dian. (2020). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat: Perspektif Al Qur’an dan
Sunnah Rasul. Journal of Darussalam Islamic Studies, 1(1), 31-44. https://journal.jis-
institute.org/index.php/jdis/article/download/89/65. Diakses pada Selasa, 25 Oktober
2022 pukul 19.45 WIB.
Kurniawati, R. D., Sutriyawan, A., Sugiharti, I., Supriyatni, S., Trisiani, D., Ekawati, E., ... &
Sony, S. (2020). Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus Sebagai Upaya Preventif
Demam Berdarah Dengue. JCES (Journal of Character Education Society), 3(3), 563-
570. http://journal.ummat.ac.id/index.php/JCES/article/view/2642. Diakses pada Selasa,
25 Oktober 2022 pukul 20.00 WIB.
Natsir, M. F. (2019). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga
masyarakat desa parang baddo. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1(3), 54-
59.https://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/6120. Diakses pada Selasa, 25
Oktober 2022 pukul 20.30 WIB.
Sopiah, O., & Wariah, U. (2018). Model Pengembangan Aplikasi Data Survey Mawas Diri
Pada Kegiatan Desa Siaga Di Kabupaten Karawang.
https://journal.unsika.ac.id/index.php/HSG/article/view/1561. Diakses pada Selasa, 25
Oktober 2022 pukul 21.05 WIB.
Jumariah, T., & Mulyadi, B. (2017). Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Perawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas). Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 7(01), 182-188.
https://journals.stikim.ac.id/index.php/jiiki/article/view/233. Diakses pada Selasa, 25
Oktober 2022 pukul 21.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai