Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN

REMAJA DAN PRANIKAH PADA NN. K UMUR 17


DI PUSKESMAS KECAMATAN PANCORAN
PERIODE 24 SEPTEMBER 2023

DISUSUN OLEH:
NAMA : YULINDA PUTRI GISELAWATI
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
POLITEKNIK KARYA HUSADA
JAKARTA
2023/2024

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya “ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DAN PRANIKAHPADA NN. K UMUR
17 DI PUSKESMAS KECAMATAN PANCORAN PERIODE 24 SEPTEMBER
2023 ” dapat diselesaikan.

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat berguna serta bermanfaat
untuk mahasiswa yang sedang melakukan praktik klinik. Selain itu penulis juga sadar
bahwa makalah kebidanan ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis benar-benar menanti kritik dan saran untuk
kemudian dapat penulis revisi dimasa yang akan dating, sebab penulis menyadari
bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Di akhir penulis berharap asuhan kebidanan ini dapat dimengerti oleh setiap
pihak yang membaca. Penulis pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam makalah ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Lampung, 25 september 2023

ii
(Yulinda Putri Giselawati)

DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................4

BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................................23

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................26

BAB V PENUTUP....................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa
peralihan dari anak menuju dewasa. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-
24 tahun dan belum menikah (Pusdatin Kemenkes RI, 2015).
Masa remaja akan diawali dengan masa pubertas mulai dengan timbulnya
ciri-ciri kelamin sekunder, pada tahap ini remaja mengalami suatu perubahan fisik,
emosional dan social sebagai ciri dalam masa pubertas. Kondisi lingkungan dan gizi
mempengaruhi cepatnya pertumbuhan remaja, masa pubertas remaja perempuan
ditandai dengan datangnya menstruasi (Kusmiran. 2013).
Menstruasi merupakan perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus. Usia normal bagi seorang wanita mendapat menstruasi
pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang mengalaminya lebih awal (usia 8
tahun) atau lebih lambat (usia 18 tahun) (Sukarni dan Margaret, 2013; Purnani,
2017). Sebagian wanita mengalami nyeri saat menstruasi yang disebut dismenorea.
Dismenorea berarti nyeri pada saat menstruasi. Hampir semua wanita mengalami
rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi. Sebagian remaja putri
yang mempunyai aktivitas sering kali merasa terganggu adanya dismenorea
(Purnani, 2017).
Angka kejadian disminorea (nyeri menstruasi) di dunia rata-rata lebih 50%
di setiap negara. Menurut French dalam Wedoanika (2010) sebuah studi
epidemiologi pada populasi remaja (berusia 12-17 tahun) di Amerika Serikat,
melaporkan prevalensi nyeri menstruasi 59,7%, Dari mereka yang mengeluh nyeri,
12% berat, 37% sedang, dan 49% ringan. Kejadian ini menyebabkan 14% remaja
sering tidak masuk sekolah. Angka kejadian prevalensi disminorea di Indonesia
berkisar 55% di usia produktif. Tingginya angka kejadian dismenorea membuat
banyak remaja putri terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri yang

1
membuatnya tidak dapat mengerjakan apapun, tidak jarang ada yang pingsan,
merasa mual, atau benar-benar muntah (Purnani, 2017).
Dismenorea biasanya berupa rasa kram dan terpusat di abdomen bawah.
Keluhan nyeri saat menstruasi dapat dikategorikan mulai dari nyeri ringan hingga
berat. Keparahan disminore berhubungan langsung dengan lama dan jumlah darah
haid, disminore sendiri selalu diikuti dengan rasa mulas/nyeri. Disminore juga
menyebabkan para remaja putri harus memeriksakan diri ke dokter atau mengobati
dirinya sendiri dengan obat anti nyeri (Prawiroharjo, 2011).
Bidan berperan dalam asuhan kebidanan seperti gangguan reproduksi
terutama pada dismenorea primer sebagai upaya pencegahan dan penanganan
gangguan reproduksi. Bidan merupakan fasilitator dalam mempromosikan kesehatan
seperti pendidikan kesehatan mengenai menstruasi pada remaja dan nyeri yang
timbul saat menstruasi. Bidan memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan
paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, penanganan dan promosi kesehatan
dengan berlandasan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan
tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang
membutuhkan pertolongan kapanpun dan dimanapun dia berada. Asuhan kebidanan
yang dapat diberikan kepada remaja yang mengalami disminorea berupa
farmakologi maupun non farmakologi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh data kejadian dismenorea
pada tahun 2021 di Puskesmas Kec Pancoran sebanyak 20 orang yang terdiri dari 12
remaja menderita dismenorea primer dan 8 remaja dengan dismenorea sekunder.
Berdasarkan data tersebut, maka penulis mengambil asuhan kebidanan pada Nn. K
umur 17 tahun dengan dengan Dismenorea Primer di Puskesmas Kecamatan
Pancoran periode 24 september 2023.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini yaitu asuhan kebidanan pada Nn. K umur 17
tahun dengan dengan dismenorea primer di Puskesmas Kecamatan Pancoran periode
24 september 2023 dengan menggunakan pendokumentasian SOAP.

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada Nn. K umur 17 tahun
dengan dengan Dismenorea Primer di Puskesmas Kecamatan Pancoran periode
24 September 2023 dengan menggunakan pendokumentasian SOAP
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada Nn. K Umur 17 Tahun Di
Puskesmas Kecamatan Pancoran periode 23 September 2023
b. Melakukan pengkajian data objektif pada Nn. K Umur 17 Tahun Di
Puskesmas Kecamatan Pancoran periode 24 September 2023
c. Menentukan analisis data pada Nn. K Umur 17 Tahun Di Puskesmas
Kecamatan Pancoran periode 24 September 2023
d. Melakukan penatalaksanaan Nn. K Umur 17 Tahun Di Puskesmas
Kecamatan Pancoran periode 24 September 2023

D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan
program di Puskesmas Kec. Pancoran dalam menyusun perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi program-program KIA.
2. Manfaat Insitusi
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswi
Pendidikan Profesi Bidan Politeknik Karya Husada dalam pelaksanaan Asuhan
kebidanan Holistik pada Remaja dan Pranikah.
3. Manfaat bagi Penulis
Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga bagi penulis
karena meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan baru tentang
Asuhan kebidanan Holistik pada Remaja dan Pranikah.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Menstruasi
1. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan,
menstruasi merupakan pendarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa
organ kandungan telah berfungsi matang. Umumnya remaja yang mengalami
menarche adalah pada usia 12 sampai dengan 16 tahun, periode ini akan
mengubah perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan lainnya. Pada
wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi pada umur 12-16 tahun.
Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi
selama 27 hari (Kusmiran, 2013).
Menstruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar
14 hari setelah ovulasi. Menstruasi juga disebut pendarahan vagina secara
berkala akibat terlepasnya lapisan endrometrium uterus (Sukarni dan Margareth,
2013).
2. Fase Menstruasi
a. Fase Menstruasi
Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum
menghentikan produksi hormon esterogen dan progesteron. Turunnya kadar
estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium
disertai robek dan luruhnya endometrium sehingga terjadi pendarahan. Fase
menstruasi berlangsung kurang lebih 5 hari. Darah yang keliuar selama
menstruasi berkisar antara 50-150 ml.
b. Fase Praovulasi atau Fase Poliferasi
Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan hipotalamus akan
memacu hipofise untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan
folikel dan merangsang folikel untuk mensekresikan hormone estrogen.
Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (Poliferasi) dinding
endometrium. Peningkatan kadar esterogen juga menyebabkan serviks (leher
rahim) untuk mensekresikan lendir yang bersifat basah. Lendir ini berfungsi

4
untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung
kehidupan sprema.
c. Fase Ovulasi
Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada
hari ke-14. Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH, kemudian
hipofise mensekresikan LH. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan
oosit sekunder dari folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.
d. Fase pasca Ovulasi atau Fase Sekresi
Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun
panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase ovulasi ini selalu sama yaitu 14
hari sebelum menstruasi berikutnya. Folikel Deegraaf (Folikel matang) yang
telah melepaskan oosit sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mensekresikan hormon progesteron dan masih
mensekresikan hormon esterogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk
folikel. Progesteron mendukung kerja estrogen untuk mempertebal dan
menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium serta
mempersiapkan endometrium untuk menerima implantasi embrio jika terjadi
pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah
menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga
kadar progesteron dan estrogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan
terjadinya menstruasi demikian seterusnya.
3. Faktor yang mempengaruhi menstruasi
Menurut Kusmiran (2013) faktor yang mempengaruhi menstruasi diantaranya
yaitu :
a. Faktor hormon
Hormone-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang Wanita
yaitu :
1) Follicel Stimulating Hormone (FSH)
2) Estrogen yang dihasilkan ovarium
3) Luteinzing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis
4) Progesterone yang dihasilkan oleh ovarium

5
b. Faktor enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang
berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolism sehingga
mengakibatkan regresi endometrium dan pendarahan.
c. Faktor vascular
Saat fase poliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula
arteri-arteri, vena-vena dan hubungan diantara keduanya. Dengan regresi
endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang
menghubungkannya dengan arteri dan akhirnya terjadi nerkosis dan
perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.
d. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya
desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan
kontraksi myometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan
pada haid.
4. Gangguan menstruasi
Kebanyakan menstruasi terjadi mengikuti pola yang teratur dan bebas
masalah namun demikian ada beberapa wanita yang mengalami kelainan saat
haid. Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan
dalam :
a. Kelainan siklus menstruasi
1) Amenorrhea
Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi. Kategori amenorrhea
primer jika wanita di usia 16 tahun belum mengalami menstruasi,
sedangkan amenorrhea sekunder adalah yang terjadi setelah menstruasi.
Secara klinis, kriteria amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi selama
enam bulan atau selama tiga kali tidak menstruasi sepanjang siklus
menstruasi sebelumnya. Berdasarkan penelitian, amenorrhea adalah
apabila tidak ada menstruasi dalam rentang 90 hari. Amenorrhea sering
terjadi pada wanita yang sedang menyusui, tergantung frekuensi
menyusui dan status mutrisi dari wanita tersebut

6
2) Oligomenorrhea
Siklus menstruasi lebih Panjang atau lebih dari 35 hari dengan jumlah
perdarahan tetap sama. Terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormone
tersbut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi
memanjang sehingga mentruasi menjadi lebih jarang terjadi.
3) Polymenorrhea
Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi
yang pendek kurang dari 21- hari (Kusmiran, 2013).
b. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada menstruasi
1) Hipomenorea
Perdarahan menstruasi lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya.
Hipermoenorea tidak mengganggu fertilitas. Hipomenorea adalah
perdarahan dengan jumlah darah sediti (< 40 ml), melakukan pergantian
pembalut 1-2 kali perhari dan berlangsung selama 1-2 hari saja.
2) Hipermenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya
(lebih dari 8 hari) dan mengganti pembalut 5-6 kali per hri. Penyebabnya
berasal dari rahim berupa mioma uteri dan oleh kelainan luar rahim
(anemia, gangguan pembekuan darah, kelainan hormone endokrin.
c. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi
1) Premenstruasi Syndrome (PMS)
Premenstruasi Syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi, dapat
menyertai sebelum dan saat menstruasi, seperti perasaan malas bergerak,
badan menjadi lemas, serta mudah lelah. Nafsu makan meningkat dan
suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi menjadi labil. Biasanya
wanita mudah marah, sensitif, dan perasaan negatif lainnya. Saat PMS,
gejala yang sering timbul adalah mengalami kram perut, nyeri kepala,
pingsan, berat badan bertambah karena tubuh menyimpan air dalam
jumlah yang banyak serta pinggang terasa pegal-pegal.

7
2) Dysmenorrhea
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan
tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari ringan hingga yang berat.
Kondisi tersebut dinamakan Dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang
hebat dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea
merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram,
dan sakit punggung. Gejala gastrointestinal seperti mual dan diare dapat
terjadi sebagai gejala menstruasi (Kusmiran, 2013).
Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan
terjadi selama menstruasi (Nugroho dan Utama, 2014). Disminorea
menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah yang bisa menjalar
kepunggung bagian bawah, nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang
timbul. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama
menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari
akan menghilang.
Disminorea sering terjadi hampir pada semua wanita rasa tidak
enak pada perut bagian bawah saat mentruasi. Namun, istilah disminorea
hanya dipakai bila nyeri begitu hebat, sehingga mengganggu aktivitas
dan memerlukan obat-obatan (Nugroho dan Utama, 2014)
Menurut Kusmiran (2013), berdasarkan jenisnya dismenorea
terdiri dari:
a) Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri yang timbul sejak haid
pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya
setelah stabilnya hormone tubuh atau perubahan posisi rahim setelah
menikah dan melahirkan (Kusmiran, 2012). Disminorea primer
timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya
waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh. Nyeri haid itu
normal tetapi dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan
fisik, seperti stress, kurang darah, syok dan kondisi tubuh yang
menurun (Kusmiran, 2013).

8
Menurut Nugroho dan Utama (2014), penyebab dari
dismenore primer anatra lain disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
(1) Faktor psikis
Para wanita yang emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami
nyeri menstruasi
(2) Faktor retrovers
Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena rahim yang
menghadap kebelakang
(3) Faktor prostaglandin
Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena
peningkatan produksi prostaglandin oleh dinding rahim) saat
menstruasi. Anggapan ini mendasari pengobatan dengan
antiprotaglandin untuk meredakan nyeri menstruasi.
Pada dasarnya disminorea primer tidak ada penyebab yang
pasti walaupun kadang tidak berbahaya, nyeri pada disminorea
primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh
prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau
potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim)
(Nugroho dan Utama, 2014).
Disminorea ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang
bisa menjalar ke punggung bagian bawah. Nyeri yang dirasakan
sebagai kram yang hilang timbul, biasanya nyeri timbul sesaat
sebelum atau selama menstruasi mencapai puncaknya dalam waktu
24 jam dan setelah 2 hari akan hilang (Nugroho dan Utama, 2014).
Penyebabnya berasal dari psikis (konstitrusionil: anemia,
kelelahan, TBC), (obstetric: serviks sempit, hyperanteflexio,
retrolexio), endokrin (peningkatan kadar prostaglandin, hormon
steroid seks, kadar vasopresin tinggi). Etiologi dari Dysmenorrhea
primer yaitu nyeri haid dari bagian perut menjalar ke daerah
pinggang dan paha, terkadang disertai dengan mual, muntah, diare,

9
sakit kepala, dan emosi labil. Terapi yang diberikan dapat berupa
psikoterapi, analgetika, dan hormonal
Pengobatan terhadap Dismenore Primer Menurut Nugroho
dan Utama (2014), Kusmiran (2013) adalah :
(1) Anjurkan klien untuk istirahat cukup
(2) Kompres hangat didaerah perut
(3) Mengkonsumsi minuman hangat yang mengandung kalsium
tinggi
(4) Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit
(5) Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan
(6) Obat-obatan yang digunakan harus berdasarkan pengawasan
bidan atau dokter. Boleh minum alangesik (penghilang rasa sakit)
yang banyak dijual ditoko obat, tetapi dosisnya tidak lebih dari
tiga kali sehari.
(7) Perbanyak mengkonsumsi protein dan sayuran hijau.
b) Dismenore sekunder
Disminorea sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu
jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim,
kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan
rahim yang mengganggu organ dan jaringan disekitarnya (Kusmiran,
2013).
Dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan pelvis,
seperti endometriosis, nyeri semakin berat sering terjadi pada
pertengahan siklus dan selama seminggu sebelum menstruasi, beserta
gejala dispareunia. Pada perempuan dengan dismenorea sekunder
yang berhubungan dengan mioma uterus, utamanya nyeri disebabkan
karena menoragia, dengan intensitas yang berkorelasi dengan volume
aliran menstruasi
Perbedaan gambaran klinis Dysmenorrhea primer dan sekunder
seperti terlihat pada tabel 2.1 berikut

10
Tabel 2.1 Perbedaan Gambaran Klinis Dysmenorrhea Primer dan
Sekunder
Dysmenorrhea Primer Dysmenorrhea Sekunder
Onset singkat setelah menarche Onset dapat terjadi kapan saja
setelah menarche (khasnya
setelah 25 tahun)

Nyeri sebelum menstruasi dimulai Waktunya berubah-ubah


dan berakhir beberapa jam sampai sepanjang siklus menstruasi
2 hari stelah menstruasi dimulai

Pola nyeri sama setiap siklus Pola nyeri memburuk setiap


waktu
Nyeri pada paha dan pinggang, Dijumpai gejala ginekologi,
sakit kepala, diare, mual dan dyspareunia dan menorrhagia
muntah dapat dijumpai

Tidak dijumpai kelainan patologis Dijumpai abnormalitas patologis


pelvis pelvis

Penanganan Dysmenorrhea dapat dilakukan dengan memberikan


terapi sebagai berikut :
a) Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan pada penderita bahwa dysmenorrhea adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Memberikan
penjelasan mengenai makanan yang sehat, istirahat yang cukup, gaya
hidup sehat dan olahraga.
b) Kompres hangat pada perut bawah
Kompres hangat selama beberapa jam dapat mengurangi nyeri.
c) NSAID
Merupakan pilihan utama pada remaja dan dewasa
perempuan yang mengalami dismenorea primer.Berbagai studi
menyebutkan efektivitas NSAID pada 70%-90% penderita. Beberapa
contoh NSAID yang dapat dipilih adalah derivat asam propinat
(seperti naproxen dan ibuprofen) dan golongan fenamat (seperti asam

11
mefenamat dan meklofenamat), semuanya sangat efektif. Efikasi
NSAID berasal dari kemampuannya dalam menurunkan produksi
prostaglandin endometrium dan menurunkan aliran menstruasi.
Golongan fenamat juga memblok aksi prostaglandin.
Terapi NSAID dapat dimulai saat onset menstruasi dan
dilanjutkan selama durasi nyeri. Perempuan dengan dismenorea berat
dapat memulai terapi 1-2 hari sebelum menstruasi. NSAID perlu
dikonsumsi dengan makanan untuk mencegah efek pada saluran
pencernaan. Derivat asam proprionat adalah pilihan yang baik karena
terjangkau dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
d) Terapi hormonal
Terapi hormonal berupa kontrasepsi oral juga efektif pada
dismenorea dan dapat menjadi pilihan pertama pada perempuan yang
aktif secara seksual yang membutuhkan kontrasepsi, intolerasi
terhadap NSAID dan tidak berkurang nyerinya pada terapi NSAID.
Efikasi kontrasepsi oral didapat dari kerjanya menginhibisi ovulasi,
menurunkan produksi prostaglandin endometrium dan menurunkan
volume dan durasi menstruasi.
e) Pemberian suplemen dan vitamin untuk mencegah anemia dan
mempercepat penyerapan obat dengan memberikan terapi tablet
tambah darah dengan komposisi 60 mg elemtal besi dan 400 mcg
asam folat dikonsumsi 1 tablet setiap hari selama menstruasi dan
Vitamin C 500 mg dikonsumsi 1 tablet setiap hari (Kusmiran, 2013)
B. Remaja
1. Pengertian
Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang
mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Menurut
WHO, remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10- 19 tahun.
Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (younth) untuk
mereka yang berusia 15-24 tahun (Marmi, 2013). Remaja merupakan periode
transisi antara masa anak-anak kemasa dewasa.

12
Didalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi
dan fisiologi), remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika
alat-alat kelamin manusia mencapai kematangan. Hal ini berarti, secara
anatomis, alat-alat kelamin maupun organ tubuh yang lain akan memperoleh
bentuknya yang sempurna. Masa pematangan fisik berjalan kurang lebih selama
dua tahun. Biasanya dihitung mulai haid yang pertama pada wanita dan mimpi
basah yang pertama pada pria (Dahro, 2012).
Secara etiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi
remaja menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara
10 sampai 19 tahun, sedangkan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyebutkan
kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu
menurut The Health Resources dan Services Administrations Guidelines
Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi
tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahu), remaja menengah (15-17 tahun), dan
remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam termiologi
kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2013).
2. Tumbuh kembang remaja
a. Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait,
berkesinambungan dan berlangsung secara bertahap. Menurut Depkes
Poltekes Jakarta, perubahan yang terjadi pada remaja tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Perubahan fisik
a) Percepatan berat badan dan tinggi badan
Selama satu tahun pertumbuhan tinggi badan rata-rata 3,5- 4,1 inci
(Steinberg, 2007). Berat badan pada lelaki meningkat karena
perubahan otot dan pada perempuan kerena penambahan lemak.
b) Karakteristik seks sekunder
Perubahan seks sekunder dipengaruhi oleh hormon, pada lelaki
hormon androgen dan hormon estrogen. Karakteristik sekunder pada
wanita adalah rambut pubis, rambut ketiak, serta menarche.
Sedangkan pada pria terjadi pertumbuhan penis skrotum, perubahan

13
suara, kumis, jenggot dan meningkatnya kelenjar lemak yang
menimbulkan jerawat.
c) Perubahan bentuk tubuh
Pada lelaki terjadi perubahan bentuk dada yang membesar dan
membidang, serta jakun yang lebih menonjol. Sedangkan pada
perempuan seperti pinggul dan payudara yang membesar, serta
keadaan yang lebih menonjol.
d) Perkembangan otak
Pada masa remaja awal sampai akhir, otak belum sepenuhnya
berkembang sempurna, sehingga pada masa ini kamampuan
pengendalian emosi dan mental masih belum stabil.
2) Perkembangan kognitif
Tahap operasional formal (remaja dan dewasa)
a) Remaja awal
Remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam
rumah ataupun di sekolah. Ramaja mulai menunjukan cara berfikir logis,
seperti bartanya kewenangan di sekolah, menggunakan istilah dan
pandangan sendiri, memilih olahraga yang baik, memilih kelompok
bergaul, berpenampilan dan lain-lain.
b) Remaja tengah
Pada tahap ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga
tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual.
Dengan pengalaman dan pemikiran. Dan mulai berfikir mengembangkan
identitas diri.
c) Remaja akhir
Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan
datang dan meningkatkan pergaulan. Proses berpikir secara komplek
digunakan untuk memfokuskan dari masalah idealisme, toleransi,
keputusan, untuk kerier dan pekerjaan serta peran orang dewasa dalam
masyarakat.
3) Perkembangan psikologis

14
Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang ditandai dengan
perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja dewasa,
intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan merasa
lebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks dan abstrak,
serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri dan
berperilaku menurut mereka. Transisi sosial yang dialami oleh ramaja
ditunjukan dengan adanya perubahan hubungan sosial. Salah satu hal yang
penting dalam perubahan sosial pada remaja adalah meningkatnya waktu
untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih intens dan akrab
dengan lawan jenis.
C. Konseling
1. Pengertian
Menurut Pepinsky & Pepinsky, dalam Schertzer dan Stone konseling
merupakan interaksi yang terjadi antara dua orang individu, masing-masing
disebut konselor dan klien, terjadi dalam suasana yang professional dilakukan
dan dijaga sebagai alat untuk memudahkan perubahan-perubahan dalam
tingkah laku klien (Purwanti dan Cholifah, 2019).
Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu melalui pemahaman
terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien. Proses
konseling menggambarkan adanya kerjasama antar bidan selaku konselor
dengan klien dalam mencari tahu tentang masalah yang dihadapi klien. Proses
ini memerlukan keterbukaan dari klien dan bidan agar mencapai jalan keluar
pemecahan masalah klien (Suriati dan Yusnidar, 2020).
Manfaat konseling adalah meningkatkan kemampuan klien dalam
mengenal masalah, merumuskan alternatif, memecahkan masalah dan memiliki
pengalaman dalam pemecahan masalah secara mandiri.
Proses Konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan, yaitu:
a. Pembinaan hubungan baik (rapport).
b. Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan , perasaan, kekuatan
diri) dan pemberian informasi (sesuai kebutuhan).
c. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan.

15
d. Menindaklanjuti pertemuan. Jalannya proses konseling sangat tergantung
pada alur percakapan konselor-klien/konseling (Suriati dan Yusnidar, 2020).
2. Tujuan Konseling
a. Aktualisasi diri
Konseling yang dilakukan dapat menggali dan mengembangkan potensi
yang ada pasien.
b. Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian pasien
Dengan konseling pasien menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi
masalah kesehatan yang dihadapinya
c. Memahami orang lain
Konseling menumbuhkan sikap saling menghargai, peduli dan menjaga hak
dan privasi orang lain.
d. Efektivitas
Setelah mengikuti konseling, pasien diharapkan memiliki kemampuan
menjalani hidup yang lebih efektif, efisien dan sistematis dalam memilih
alternatif pemecahan masalah.
e. Meningkatnya kemampuan kognitif, afektif, aspek perilaku merupakan salah
satu tujuan penting dari pelaksanaan konseling (Purwanti dan Cholifah,
2019)
3. Fungsi Konseling
a. Fungsi Pencegahan
yaitu mencegah terjadinya masalah yang dapat menggangu kebutuhan dasar
pasien.
b. Fungsi Adaptasi
Kelainan yang terjadi dan dirasakan pasien akibat penyakit yang dideritanya
memerlukan pengetahuan, agar pasien dapat menerima dan menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi.
c. Fungsi Perbaikan
Keluhan yang dirasakan pada pasien memerlukan penjelasan sehingga pasien
mau dan mampu menggali potensi dirinya untuk mengurangi keluhan yang
ada.
d. Fungsi Pengembangan.

16
Konseling dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan
pasien dalam mengenal dan mengatasi masalah kesehatannya (Purwanti dan
Cholifah, 2019).
4. Ciri-ciri Konseling
Untuk melakukan konseling yang baik, petugas kesehatan perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Keterampilan sebagai konselor
b. Memiliki pengetahuan klinis tentang penyakit yang diderita pasien
Selain itu petugas kesehatan hendaknya menguasai tiga keterampilan
komunikasi, yaitu :
a. Keterampilan melaksanakan komunikasi verbal dan nonverbal
b. Keterampilan mengamati komunikasi verbal dan nonverbal pasien
Dalam melaksanakan konseling kesehatan, seorang konselor dituntut
memiliki keterampilan sebagai berikut :
a. Mampu berempati kepada pasien
b. Dapat menciptakan rasa nyaman dalam hubungan dua arah.
c. Dapat menimbulkan rasa saling percaya yang membuat pasien merasa
nyaman untuk berkeluh kesah tentang penyakitnya.
d. Mampu mengenal hambatan sosio kultural setempat, agar tidak menjadi
penghalang proses komunikasi.
e. Mampu menyampaikan informasi yang lengkap dan jelas
f. Bersedia menjadi pendengar yang baik, dan bila bertanya secara baik dan
jelas
g. Mampu mengenali semua aspek kesehatan yang berhubungan dengan
kondisi penyakit pasien
h. Dapat memahami bahasa nonverbal di balik ungkapan kata/kalimatnya,
gerak tubuh klien/pasien.
i. Mampu mengenali keinginan klien/pasien dan mengenali keterbatasan
dirinya sebagai penolong.
j. Dapat membuat klien/pasien bertanya dan mengeluarkan pendapat
k. Menghormati hak klien/pasien sehingga sikap membantu lebih ditonjolkan.

17
l. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan pasien (bahasa tubuh) agar
tidak mengganggu komunikasi selama konseling (Purwanti dan Cholifah,
2019).

D. Asuhan Kebidanan Pada Remaja & Pra Nikah


1. Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural. Remaja perlu
mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya.
Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah
laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis pada
periode yang dikenal sebagai pubertas serta diiringi dengan perkembangan
seksual. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi rentan terhadap masalah-
masalah perilaku berisiko, seperti melakukan hubungan seks sebelum menikah
dan penyalahgunaan napza, yang keduanya dapat membawa risiko terhadap
penularan HIV dan AIDS. Kompleksitas permasalahan remaja tersebut perlu
mendapat perhatian secara terus menerus baik dari pihak pemerintah, LSM,
masyarakat, maupun keluarga, guna menjamin kualitas generasi mendatang
(Rahayu A, 2017).

2. Pertumbuhan Organ Reproduksi Pada Masa Remaja


Tanner membuat klasifikasi tingkat kematangan seksual (TKS) remaja
dalam 5 stadium (Soetjiningsih, 2010):
Tabel 2.1. Tingkat Kematangan Seksual pada Perempuan
Stadium TKS Rambut Pubis Payudara
1 pra pubertas pra pubertas
2 jarang, pigmen sedikit, payudara dan papilla menonjol.
lurus, sekitar labia Diameter areola bertambah
3 lebih hitam, mulai ikal jumlah bertambah payudara dan
areola membesar, batas tidak jelas

18
4 keriting, kasar, lebat, lebih areola dan papilla membentuk
sedikit dari dewasa bukit kedua
5 bentuk segitiga, menyebar bentuk dewasa, papilla menonjol,
ke bagian medial paha areola merupakan bagian dari
bentuk payudara

Tabel 2.1. Tingkat Kematangan Seksual pada laki - laki


Stadium TKS Rambut pubis Penis Testis
1 Belum ada Pra pubertas Pra pubertas
2 jarang, panjang, sedikit membesar sedikit skrotum membesar
berpigmen berwarna merah
muda
3 lebih gelap, mulai lebih panjang lebih besar
keriting, jumlah sedikit
menyebar ke mons
pubis
4 tipe dan distribusi lebih besar, gland lebih besar,
seperti dewasa, kasar penis membesar skrotum hitam
keriting, jumlah lebih
sedikit
5 tipe dewasa, menyebar bentuk dewasa bentuk dewasa
ke bagian medial paha

3. Cara Merawat Organ reproduksi


1) Mandi dengan teratur dengan membasuh/memcuci alat kelamin dengan
lembut dan air bersih
2) Cucitangan sebelum menyentuh alat kelamin.
3) Setelah buangair besar dan kencing, selalu basuh kemaluan
4) Dengan arah dari depan kebelakang (kearah anus) Jangan arah
sebaliknya, karena hal ini akan membawa bakteri dari anus kealat
kelamin.
5) Selalu gunaka ncelana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun
dan tidak membuat alat kelamin menjadi lembab atau panas. Kondisi ini
sangat disukai bakteri dan jamur untuk berkembang biak
6) Hindari penggunaan cairan pembasuh(douches), pembilas vagina, sabun
yang keras, sertatissue yang berwarna dan berparfum.
7) Hindari juga menggunakan handuk atau washlap milik orang lain untuk
mengeringkan kemaluan kita.

19
8) Mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk menghindari kelembaban
yang berlebihan didaerah alat kelamin.
9) Tidak menggunakan air kotor
10) Jangan memekai pembalut tipis dalam waktu lama
11) Pergunakan pembalut ketika mestruasi dan ganti paling lama setiap 4 jam
sekali atau setelah buang air
12) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri kepetugas kesehatan.
13) Bagi laki laki dianjurkan diSunat untuk kesehatan

4. Permasalahan reproduksi pada Remaja


1) Seks pranikah
2) KTD (kehamilan tidak diinginkan ) berpeluang melakukan Aborsi tidak aman
3) Hamil usia muda Resiko tinggi
4) Sek bebas Penularan PMS, HIV/AIDS
5) Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya)
6) Anemia remaja. (Rahayu.A,2017)

5. Upaya penceahan masalah kesehatan reproduksi pada remaja


1) Gizi seimbang
2) Informasi terkait kesehatan reproduksi
3) Pencegahan kekerasan termasuk kekerasan seksual
4) Pencegahan ketergantungan terhadap NAPZA
5) Pernikahan pada usia yan matang
6) Pemberian pendidikan dan keterampilan
7) Peninkatan terhadap penghargaan diri sendiri
7) Peningkatan kewaspadaan terhadap godaan dan ancamaman.
(Rahayu.A,2017)

20
Peran Bidan dalam penatalaksanaan dismenorhea pada remaja Tugas dan
wewenang bidan yang tertuang dalam UU Kebidanan No 4 Tahun 2019 pasal 46
ayat 1 menyatakan bahwa dalam menyelengarakan Praktik Kebidanan, Bidan
bertugas memberikan pelayanan salah satunya adalah pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Sedangkan dalam pasal 51
menyatakan bahwa dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana, bidan berwenang melakukan
komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan memberikan pelayanan kontrasepsi
sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Dalam kasus desminore ini peran bidan adalah konseling tentang kesehatan
reproduksi, cara menguangi rasa nyeri dan anamnesa yang benar serta pemeriksaan
yang tepat agar dapat mengatasi keluhan pada klien dengan desminore. Dalam
memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi ini bidan harus menjelaskan
bahwa desminore adalah gangguan nyeri perut yang terjadi pada saat menstruasi
yang sifatnya tidak berbahaya untuk kesehatan, jika tidak mengganggu aktivitas
sehari hari maka tidak perlu diberikan obat sebagai analgesic atau pengurang nyeri,
dan bisa dilakukan alternatif lain dalam mengatasi desminore. (Kusmiyati dkk,2018)
Untuk mengurangi rasa nyeri yang terjadi bidan selain memberikan obat dapat
juga memberikan konseling berupa penerapan pola hidup sehat dan juga
pengompresan pada bagian yang nyeri dengan menggunakan air hangat. Penerapan
pola hidup sehat yang dimaksud adalah menghindari stres yang dapat menimbulkan
kecemasan, memiliki pola makan yang teratur, istirahat cukup, tidak merokok, tidak
meminum-minuman keras, tidak makan makanan dan minuman yang mengandung
kafein, meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging ikan dan yang mengandung
vitamin B6. Dalam melakukan anamnesis bidan juga harus benar dan melakukan
pemeriksaan secara tepat karena jika pada saat pemeriksaan ditemukan kelainan
anatomis yang kemungkinan mengarah ke endometriosis maka bidan dapat dengan
sera melakukan rujukan dan kolaborasi dengan Sp.OG.

E. Pendokumentasian SOAP
”Documen” dalam bahasa Inggris adalah satu atau lebih lembar kertas resmi
dengan tulisan diatasnya. Dokumentasi berisi dokumen atau pencatatan yang berisi

21
bukti atau kesaksian tentang sesuatu atau suatu pencatatan tentang sesuatu.
Dokumentasi dalam bidang kesehatan adalah suatu sistem pencatatan atau pelaporan
informasi atau kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Dalam pelayanan kebidanan, semua
kegiatan didokumentasikan dengan menggunakan konsep SOAP yang terdiri dari:
1. S (Subjektif)
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.
Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data
dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan
menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2. O (Objektif )
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium Catatan medik dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini
sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3. A (Assesment)
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan pendokumentasian
hasil analisis dan intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
Karena keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka
proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang tepat dan
akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya
perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang
tepat. Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4. P (Planing)
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan

22
secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan
rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya (Kemenkes RI,
2019).

BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan kebidanan pada remaja dan pranikah pada Nn. K Umur 17 Tahun Di Puskesmas
Kecamatan Pancoran periode 24 September 2023.

A. Pengkajian Data Subyektif


Nn. K berusia 17 tahun, kebangsaan Indonesia, agama Islam, dengan
pendidikan terakhir SMA, bertempat tinggal di Pancoran.
Anamnesa dilakukan pada tanggal 24 September 2023 pukul 15.30 WIB
oleh Yulinda Putri mahasiswi Politeknik Karya Husada. Kunjungan yang dilakukan
oleh Nn. K merupakan kunjungan pertama. Klien mengatakan sedang haid hari ke 1
dan mengeluh sakit pada perut kanan bawah sejak hari pertama haid dan
mengatakan bahwa setiap haid merasakan sakit sampai 3 hari haid tapi masih bisa
melakukan aktivitas sehari-hari. Klien mengatakan hait hari pertama dan merasakan
nyeri perut kanan bawah, merasa tidak nyaman dan khawatir dengan keadaannya
Riwayat menstruasi Nn. K pertama kali menarche yaitu pada usia 11 tahun,
menstruasi sebelumnya tanggal 20 oktober 2023, lamanya 7 hari, banyaknya 3-4
kali ganti pembalut perhari sejak hari ke 1 sampai hari ke 4 haid, dan 2 kali ganti
pembalut perhari dari hari ke 5 samapi hari ke 7 haid, siklus 28 hari, warna merah
dengan konsistensi cair sedikit bergumpal serta berbau khas.

23
Pola makan sehari-hari, klien makan dengan frekuensi 3 kali sehari dengan
porsi sedang terdiri dari nasi, lauk, sayur, minum air putih 8 gelas/hari, konsumsi
buah kadang-kadang. Klien mengatakan tidak pernah berolahraga, aktifitas sehari-
hari sekolah.

B. Pengkajian Data Obyektif


Dalam pemeriksaan tanggal 24 September 2023 pada pukul 15.30 WIB yang
telah dilakukan didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan
emosional stabil yaitu klien dapat berinteraksi dengan baik dan dapat menanggapi
pertanyaan yang diajukan. Pada pemerikasaan fisik diperoleh hasil sebagai berikut :
BB : 48 kg, TB 157 cm, IMT : 19,5, TTV : TD 100/70 mmHg, nadi 80 kali/menit,
pernafasan 20 kali/menit, suhu tubuh 36,5ºC, rambut warna hitam, bersih, tidak
rontok, kelopak mata tidak oedema, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik,
pada leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan jantung tidak ada suara murmur dan palpitasi, pada paru-paru tidak ada
suara ronkhi, wheezing, dan rales semua dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen
tidak ada pembesaran, ada nyeri tekan perut kanan bawah. Ekstremitas atas dan
bawah tidak ditemukan adanya oedema, tidak ada kekakuan sendi dan kemerahan,
varises tidak ada. Pemeriksaan anogenetalia tidak dilakukan dan tidak dilakukan
pemeriksaan penunjang.

C. Assesment
Nn. K usia 17 tahun menstruasi hari ke 1 dengan dismenorea primer
Masalah : merasa tidak nyaman dan khawatir dengan keadaannya
Kebutuhan : penjelasan mengenai keluhan yang dirasakan

D. Penatalaksanaan
Tanggal 24 September 2023 pada pukul 15.30 WIB
1. Memberitahukan kepada klien mengenai hasil pemeriksaan bahwa keadaannya
baik, TD 100/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit, suhu
tubuh 36,5ºC namun ada nyeri tekan di perut kanan bawah, dan memberitahu

24
klien bahwa mengalami dismenore primer yaitu nyeri perut bagian bawah atau
kram pada saat menstruasi. Klien mengerti dan memahami kondisinya saat ini.
2. Memberikan konseling tentang gaangguan menstrusi yang dijelaskan mulai dari
pengertian menstruasi, fase menstruasi, faktor yang mempengaruhi menstruasi,
macam-macam gangguan menstruasi, pengertian dismenorea, klasifikasi
dismenorea, tanda dan gejala dismenorea dan cara mengatasi dismenorea. Klien
mengerti dan memahami kondisinya saat ini.
3. Memberikan motivasi pada klien bahwa kondisinya sekarang baik-baik saja jadi
tidak perlu cemas dan khawatir karena nyeri menstruasi ini normal timbul sejak
menstruasi pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Klien
mengerti dengan kondisinya dan tidak khawatir lagi.
4. Menanjurkan klien untuk mengompresan pada bagian yang nyeri dengan
menggunakan air hangat. Klien menerta dan akan mencoba mempraktikanya
dirumah
5. Menanjurkan klien untuk menerapan pola hidup sehat seperti menghindari stres
yang dapat menimbulkan kecemasan, memiliki pola makan yang teratur,
istirahat cukup, tidak merokok, tidak meminum-minuman keras, tidak makan
makanan dan minuman yang mengandung kafein, meningkatkan konsumsi
sayur, buah, daging ikan dan yang mengandung vitamin B6. Klien
memahaminya dan akan berusaha melakukan polahidup yang sehat.
6. Memberikan konseling terkait kesehatan reproduksi pada remaja, klien mengerti
tentang kesehatan reproduksi remaja,masalah yan dapat terjadi pada kespro dan
cara melakukan penceahanya.
7. Memberikan terapi obat peroral untuk mengurangi rasa nyeri menstruasi yaitu
asam mefenamat 500 mg 2 x 1 tablet per hari jika nyeri tidak berkurang dan
sangat mengganggu. Kilen bersedia meminum sesuai dengan dosis yan
diberikan apabila nyeri tidak berkurang dan sangat mengganggu.
8. Meberikan tablet tambah darah (Fe 60 mg, 0,4 mg asam folat) 1x1 tablet per hari
untuk pencegahan anemia dan vitamin C 500 mg 1x1 perhari untuk
mempercepat penyerapan zat besi. Klien bersedia meminumnya sesuai dengan
dosis yang diberikan.

25
9. Menganjurkan klien untuk datang kembali jika ada keluhan dan nyeri semakin
hebat. Klien bersedia melakukan kunjungan ulang

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara teori
dengan asuhan kebidanan pada Nn. K Umur 17 Tahun Menstruasi hari Ke-1 dengan
Dismenorea Primer Di Puskesmas Kecamatan Pancoran Periode 24 September 2023.
A. Subyektif
Data subyektif yang sudah dikaji oleh penyusun sudah sesuai dengan teori,
penyusun mengumpulkan data subyektif yang didapatkan dari hasil anamnesa
kepada klien. Data yang dikaji seperti identitas klien, alasan kedatangan, keluhan
yang dirasakan sakit dibagian perut sebelah kanan bawah, riwayat menstruasi.
Menurut teori data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis
(Kemenkes RI, 2019), pada saat anamnesa klien mengatakan merasa tidak nyaman
dan khawatir dengan kondisinya.
B. Obyektif
Data obyektif yang dikaji oleh penyusun yaitu data yang didapatkan dari
hasil pemeriksaan klien. Menurut Kemenkes (2019) menyatakan bahwa data
objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium. Catatan medik dan informasi dari

26
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data
penunjang.
Data obyektif yang dilakukan oleh penyusun yaitu pemeriksaan keadaan
umum, kesadaran, tanda-tanda vital, berat badan dan pemeriksaan fisik yaitu
pemeriksaan mata, leher, dada, abdomen terdapat nyeri tekan pada perut kanan
bagian bawah dan tegang, ekstremitas.
C. Assesment
Penyusun menentukan assesment kebidanan sudah sesuai dengan teori, yaitu
terdiri dari diagnosa kebidanan “Nn. N umur 17 tahun menstruasi hari ke 1 dengan
dismenorea primer”, masalah kebidanan “merasa tidak nyaman dan khawatir dengan
keadaannya” dan kebutuhan “penjelasan mengenai keluhan yang dirasakan” yang
didapat dari data subyektif dan data obyektif. Menurut teori bahwa Langkah
assesmen ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat
bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif
maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.
Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin
cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan intrepretasi data
yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan
(Kemenkes RI, 2019).
Diagnosis “Nn. K umur 17 tahun menstruasi hari ke 1 dengan dismenorea
primer” diadapatkan dari pernyataan klien bahwa klien mengatakan berumur 17
tahun dan sedang haid hari Pertama, merasakan sakit dibagian perut sebalah kanan
bawah sejak hari pertama haid, dan setiap haid merasakan sakit sampai 3 hari haid
tapi masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan dari hasil pemeriksaan pada
abdomen ada nyeri tekan perut kanan bawah dan tegang. Hal tersebut sesuai dengan
teori Kusmiran (2013) dan Nugroho dan Utama (2014) yang menyatakan bahwa
diagnosis dismenorrea primer yaitu ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang
menjalar ke punggung bagian bawah, onset nyeri sebelum usia 25 tahun, nyeri
sebelum menstruasi dimulai dan bebera jam sampai 2 hari setelah menstruasi
dimulai, pola nyeri sama setiap siklus, tidak dijumpai kelainan patologis pelvis.

27
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan yang sudah dilakukan oleh penyusun sesuai dengan
dignosa kebidanan yaitu memberitahu klien seluruh hasil pemeriksaannya,
memberikan konseling tentang gangguan menstruasi, memberikan motivasi untuk
kecemasan klien terhadap kondisinya, memberikan terapi obat oral dan
menganjurkan kontrol ulang jika ada keluhan.
Hal tersebut sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya (Kemenkes RI, 2019).
Pelaksanaan asuhan “memberitahu klien seluruh hasil pemeriksaan klien,
memberikan konseling tentang gangguan menstruasi, memberikan motivasi untuk
kecemasan klien terhadap kondisinya, sudah sesuai dengan teori Kusmiran (2013)
yang menyebutkan bahwa penanganan dismenorrea primer adalah dengan
pemberian penerangan dan nasihat terkait dismenorrea primer dengan menerapkan
gaya hidup sehat, olahraga, makanan sehat
Pelaksanaan asuhan “ Menanjurkan klien untuk mengompresan pada bagian
yang nyeri dengan menggunakan air hangat dan Menanjurkan klien untuk
menerapan pola hidup sehat seperti menghindari stres yang dapat menimbulkan
kecemasan, memiliki pola makan yang teratur, istirahat cukup, tidak merokok, tidak
meminum-minuman keras, tidak makan makanan dan minuman yang mengandung
kafein, meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging ikan dan yang mengandung
vitamin B6”, sudah sesuai dengan kusmiyati dkk(2018) yang mengatan bahwa
Untuk mengurangi rasa nyeri yang terjadi bidan selain memberikan obat dapat juga
memberikan konseling berupa penerapan pola hidup sehat dan juga pengompresan
pada bagian yang nyeri dengan menggunakan air hangat. Penerapan pola hidup
sehat yang dimaksud adalah menghindari stres yang dapat menimbulkan
kecemasan, memiliki pola makan yang teratur, istirahat cukup, tidak merokok, tidak
meminum-minuman keras, tidak makan makanan dan minuman yang mengandung

28
kafein, meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging ikan dan yang mengandung
vitamin B6.
Pelaksanaan asuhan “Memberikan konseling terkait kesehatan reproduksi
pada remaja, klien mengerti tentang kesehatan reproduksi remaja,masalah yan
dapat terjadi pada kespro dan cara melakukan pencegahanya” hal tersebut sesuai
dengan Rahayu.A, (2017) dimana salah satu Upaya pencegahan masalah kesehatan
reproduksi pada remaja adalah memberikan konseling atau Informasi terkait
kesehatan reproduksi hal ini dikarenakan masa remaja sangat erat kaitannya dengan
perkembangan psikis pada periode yang dikenal sebagai pubertas serta diiringi
dengan perkembangan seksual. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi rentan
terhadap masalah-masalah perilaku berisiko, seperti melakukan hubungan seks
sebelum menikah dan penyalahgunaan napza, yang keduanya dapat membawa
risiko terhadap penularan HIV dan AIDS.
Pelaksanaan asuhan “memberikan terapi obat oral” diberikan untuk
mengatasi nyeri menstruasi, diberikan asam mefenamat 500 mg 2 x 1 tablet per hari,
tablet tambah darah (Fe 60 mg, 0,4 mg asam folat) 1x1 tablet per hari untuk
pencegahan anemia dan vitamin C 500 mg 1x1 perhari untuk mempercepat
penyerapan zat besi. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori Kusmiran (2013) yang
menyatakan bahwa penanganan dismenorrea primer juga dapat diberikan terapi
NSAID, yang dapat dipilih adalah derivat asam propinat (seperti naproxen dan
ibuprofen) dan golongan fenamat (seperti asam mefenamat dan meklofenamat),
semuanya sangat efektif menurunkan produksi prostaglandin endometrium dan
menurunkan aliran menstruasi. Selain diberikan terapi NSAID juga diberikan terapi
untuk mencegah anemia diberikan tablet tambah darah (Fe 60 mg, 0,4 mg asam
folat) 1x1 tablet per hari dan vitamin C 500 mg 1x1 perhari untuk mempercepat
penyerapan zat besi.

29
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian data subyektif sudah dilakukan dengan benar dan tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik.
2. Pengkajian data obyektif sudah dilakukan dengan benar dan tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik
3. Assesmen sudah ditentukaan dengan benar sesuai data subyektif dan obyektif
dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
4. Penatalaksanaan asuhan sudah dilakukan sesuai diagnosa kebidanan dan tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik
B. Saran
1. Untuk Klien
a. Mampu mendeteksi dini tanda-tanda dismenorea sehingga bisa ditangani
secara dini
b. Mampu memberikan penangan segera apabila menderita dismenorea
2. Untuk Bidan
a. Mengutamakan upaya promotive dalam penanganan dismenorea
b. Meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan kebidanan
khusunya dalam konseling, informasi dan edukasi.
3. Untuk Institusi

30
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan manajemen
kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan
mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna
menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan professional.

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., & Pratiwi. 2016. Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Akbar,H., Dkk. 2021. Teori kesehatan reproduksi. Aceh : Yayasan penerbit muhammad
zaini

BKKBN, BPS, Kemenkes, USAID. SDKI 2017 : Kesehatan Reproduksi Remaja.


https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/656894/mod_resource/content/1/
SDKI_KRR%202017.pdf

Dahro. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja.


http://www.mysearch.com/KTI+tentang+remaja.html 9 November. 2015.

Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. 2018. Buku Ajar
Kesehatan Reproduksi Remaja. http://eprints.uad.ac.id/24395/1/buku%20ajar
%20KRR.pdf

Kusmiyati, Yuni. Estiwidani Ewiana dan. Meilani Niken. 2018. Modul Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Pada Remaja Dan Pra Nikah. Yoyakarta : Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.

Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja

Nugroho dan utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:


Medical Book.

31
Purnani, T.W. 2017. Pengaruh Pemberian Infused Water Stroberi Terhadap Intensitas
Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di Asrama Abim Kota Kediri. Jurnal
Hospital Majapahit. http://103.38.103.27/lppm/index.p hp/publikasi

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja :
29 Juni dalam Rangka Hari Keluarga Nasional.
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin-reproduksi-remaja.pdf

Purwanti, Y. & Cholifah, S. 2019. Buku Ajar Komunikasi & Konseling Dalam Praktik
Kebidanan. Sidoarjo: UMSIDA Press
https://press.umsida.ac.id/index.php/umsidapress/article/download/978-623-
7578-06-2/865/

Rahayu, Atika.2017. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia. Surabaya:
Airlangga University Press
http://kesmas.ulm.ac.id/id/wp-content/uploads/2019/02/BUKU-AJAR-
KESEHATAN-REPRODUKSI-REMAJA-DAN-LANSIA.pdf#

Suriati, I. & Yusnidar. 2020. Bahan Ajar Komunikasi dalam Praktik Kebidanan.
Palopo: LPPI Universitas Muhammadiyah Palopo
http://digilib.umpalopo.ac.id:8080/jspui/bitstream/123456789/543/1/BAHAN
%20AJAR%20KOMUNIKASI%20DALAM%20PRAKTIK%20KEBIDANAN-
ISRAINI%20SURIATI%20%26%20YUSNIDAR%20%2823%20x
%2015%2C5%20CM%29.pdf

Soetjiningsih. 2010. Pertumbuhan Somatik pada Remaja. Dalam: Soetjiningsih (Ed).


Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Taufan N dan Bobby I U. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta :


Nuha Medika.

32

Anda mungkin juga menyukai