Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA


DI PUSKESMAS KANDA KABUPATEN JAYAPURA
Oleh
MITHA CHANRA SARI
NIM : ……………………………..

PROGRAM PROFESI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
STIKES PEMKAB JOMBANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DENGAN DISMENORE


PADA Nn ”A” DI UPT. BLUD PUSKESMAS KANDA
KABUPATEN JAYAPURA

TELAH DISAHKAN PADA

HARI :
TANGGAL :
TEMPAT :

Pembimbing Pendidikan Mahasiswa

Nur Laila Faizah, S.Tr.,Keb.,M.Kes. Mitha Chandra Sari

ii
NIK. ……………….. NIM …………

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan tepat pada waktunya dengan judul : “Asuhan
Kebidanan Remaja dengan Dismenore Pada Nn “A” di UPT BLUD Puskesmas
Kanda Kabupaten Jayapura.
Laporan kasus ini dibuat semaksimal mungkin dengan bantuan dari berbagai
pihak agar dapat membantu memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari
itu, saya menyadari bahwa masih banyak terdapat berbagai kekurangan baik dari
segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan sangat terbuka saya menerima kritik dan saran dari
para pembaca agar saya dapat memperbaiki laporan kasus ini. Semoga laporan
kasus ini dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi masyarakat dan bagi
siapapun yang membacanya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Wasalamualaikum.wr.wb.

Jombang, Oktober 2023

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan .................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN TEORI..................................................................................5


2.1 Konsep Dasar Remaja.........................................................................5
2.2 Konsep Dasar Menstruasi ...................................................................9
2.3 Konsep Dasar Dismenorrhoe...............................................................14
2.4 Konsep Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan Dismenorrhea.......20

BAB 3 TINJAUAN KASUS.................................................................................25


3.1 Subyektif..............................................................................................25
3.2 Objektif................................................................................................27
3.3 Analisa Data........................................................................................27
3.4 Penatalaksanaan...................................................................................28

BAB 4 PEMBAHASAN ......................................................................................30

BAB 5 PENUTUP ................................................................................................32


5.1 Kesimpulan .........................................................................................31
5.2 Saran ...................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja adalah masa yang peralihan, masa dimana seorang
remaja beralih dari kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja
menurut World Health Organization (WHO, 2016) adalah 10 sampai 19
tahun. Menurut Peraturan RI Nomor 25 tahun 2014, Remaja adalah penduduk
yang berada dalam rentang usia 10-18 tahun. Sedangkan menurut Undang-
undang (UU) Perkawinan no. 16 tahun 2019, seorang anak dianggap sudah
remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah, yaitu pada usia 19 tahun
baik untuk anak perempuan maupun anak laki-laki.
Pada tahap ini remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat baik dari segi fisik, psikologis maupun intelektualnya. Remaja
secara umum memiliki sifat keingintahuan yang besar, menyukai tantangan
dan masih belum bisa mengambil keputusan secara matang dan bijak. Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial,
seperti masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial (Sikha, 2015) dan juga masalah kesehatan fisik. Sehingga
mereka memerlukan pelayanan kesehatan peduli remaja dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan remajanya seperti kesehatan reproduksi remaja
(Pusdatin, 2016). Menurut Kementerian kesehatan RI (2020) menyatakan
bahwa sifat dan perilaku remaja yang berisiko menuntut adanya pelayanan
kesehatan remaja, termasuk didalamnya pelayanan kesehatan reproduksi,
yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatannya.
Masa remaja akan ada perubahan yang terjadi baik pada perubahan
fisik, emosional maupun sosial. Perubahan fisik pada remaja perempuan
salah satunya adalah mengalami menstruasi. Masalah yang sering dialami
seorang perempuan pada saat menstruasi adalah rasa tidak nyaman dan atau
rasa nyeri yang hebat. Hal ini biasa disebut dengan dismenore (Wuri
wulandari, 2 dkk,.2018).
Menstruasi biasanya dialami oleh sorang perempuan pertama kali
sekitar usia 10 tahun, namun bisa juga terjadi lebih dini atau lebih lambat.

1
Menstruasi ini menandakan bahwa seorang perempuan sudah mampu untuk
dapat menghasilkan keturunan yang tentunya hal ini sangat diharapkan oleh
semua perempuan (Indrawati, Desni. 2019).
Nyeri menstruasi terjadi karena adanya prostaglandin, yaitu zat yang
menyebabkan otot rahim berkontraksi. Nyeri menstruasi dapat merupakan
nyeri yang samar, akan tetapi bagi sebagian perempuan yang lain dapat terasa
kuat dan bahkan dapat mengganggu aktifitas. Rasa nyeri yang terjadi saat
menstruasi ini biasanya dikenal dengan nama dismenore. Dismenore adalah
suatu kondisi medis yang terjadi saat haid yang dapat mengganggu aktivitas
dan memerlukan pengobatan, biasanya ditandai dengan adanya nyeri atau
rasa sakit di daerah perut maupun di daerah panggul. Dan dismenore yang
sering terjadi pada remaja adalah dismenore primer. Dismenore primer
adalah nyeri saat haid yang dijumpai tanpa ada kelainan pada alat-alat genital
yang nyata, Dismenore primer ini terjadi beberapa waktu setelah menarche
biasanya setelah 12 bulan atau lebih oleh karena siklus haid pada bulan-bulan
setelah menarche (menstruasi pertama kali didapatkan perempuan, biasanya
perempuan indonesia pada usia 12-14 tahun) umumnya pada permulaan haid
dan berlangsung beberapa jam, namun dalam beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari (Sukarni dan Margareth, 2013).
Akan tetapi seiring dengan kemajuan jaman usia haid semakin dini
saja). Dismenore ini biasanya akan hilang pada usia 25 tahun atau setelah
perempuan tersebut hamil atau melahirkan normal. Berdasarkan data
demografi ditemukan bahwa dismenore primer dipengaruhi oleh berbagai
faktor, misalnya faktor kejiwaan termasuk didalamnya adalah stres yang
berhubungan dengan kepribadian seseorang dalam menghadapi masalah,
faktor konstitusi misalnya anemia yang berhubungan dengan gizi seseorang.
Pencegahan yang lebih aman dengan cara melakukan senam dismenore
primer.
Menurut Nuraeni, 2017 (dalam Lisa mona, dkk. 2017), tehnik
relaksasi dapat di gunakan untuk membantu mengurangi rasa nyeri saat haid.
Tehnik relaksasi ini bisa dilakukan dengan 3 olah raga atau senam, karena
pada saat olah raga atau senam, otak dan susunan saraf tulang belakang akan

2
menghasilkan hormon endorphin, yang bisa membuat menjadi tenang dan
terasa nyaman.
Menurut WHO mencantumkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%)
wanita yang mengalami dismenore. Rata-rata dinegara Eropa dismenore
terjadi pada 45-97% wanita. Dengan prevalensi terendah di Bulgaria (8,8%)
dan tertinggi mencapai 94% dinegara Finlandia. Nyeri haid ini terjadi pada
sebagian besar wanita usia reproduksi dengan prevalensi yang beragam
(Wahidah, 2019). Sebanyak 90% dari perempuan diseluruh dunia mengalami
dismenore pada saat menstruasi dan lebih dari 50% dari perempuan yang
telah menstruasi mengalami dismenore primer, dengan 10-20% perempuan
tersebut mengalami gejala yang cukup parah (Nerspedia, 2018).
Angka kejadian dismenore di Negara Indonesia sebanyak 64.25%,
yang mana 54.89% diantaranya mengalami dismenore primer dan 9.36%
mengalami dismenore sekunder (Febriani, dkk.,2018). Pada tahun 2017
jumlah remaja putri yang berusia 10-19 tahun adalah sebanyak 2.899.120
jiwa, Sedangkan yang mengalami dismenore di Kabupaten Jayapura
mencapai 15.876 jiwa, (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, 2022).
Kota Semarang termasuk salah satu kabupaten di Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa ada pelajar
SMA/Sederajat yang terletak di Distrik Sentani sebesar 83,3% mengalami
dismenore ringan dan 16,7% mengalami dismenore berat. Dismenore yang
terjadi pada remaja ini sebagian besar tergolong dalam dismenore primer.
Berkisar antara 40% – 70% wanita pada masa reproduksi mengalami nyeri
haid, dan sebesar 10 % mengalaminya hingga mengganggu aktivitas sehari-
hari.
Berdasarkan uraian dan data diatas, dapat kita ketahui bahwa
dismenore masih tinggi di Indonesia, utamanya di Kabupaten Jayapura. Dari
studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kanda bahwa selama tahun
2023 dari bulan Januari – September terdapat jumlah sebanyak 45 kasus
dismenore. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
asuhan kebidanan pada remaja dengan dismenore di Puskesmas Kanda
Kabupaten Jayapura.

3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
managemen kebidanan yang tepat pada remaja dengan dismenorrhoe.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar teori dismenorrhoe.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan kebidanan pada
remaja dengan dismenorrhoe.
3. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada remaja
dengan dismenorrhoe.
4. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan
kebidanan pada remaja dengan dismenorrhoe menggunakan SOAP.
5. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan berdasarkan teori dan
kasus.

4
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Remaja


2.1.1 Definisi Remaja
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19
tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode
peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti dkk, 2019)
Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa
anak ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun. Secara etimiologi,
remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Definisi remaja (adolescence)
menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara
10 sampai 19 tahun, sedangkan Persrikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15-24 tahun.
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu)
remaja tada tiga tahap, yaitu: masa remaja awal (10-12 tahun), masa
remaja tengah (13-15 tahun), dan masa remaja akhir (16-19 tahun).
Definisi ini kemudian disatukan dalam terminology kaum muda (young
people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2016)
2.1.2 Tahapan Remaja
Berdasarkan sifat atau masa (rentang waktu), remaja ada tiga
tahap, yaitu:
1. Remaja awal (10-12 tahun)
Merasa lebih dekat dengan teman sebaya, merasa ingin bebas,
merasa lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir yang khayal (abstrak).
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri, ada keinginan
untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis, timbul perasaan
cinta yang mendalam, kemampuan berpikir abstrak (berkhayal)

5
makin berkembang, dan berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan seksual.
3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
Menampakkan pengungkapan kebebasan diri, dalam mencari teman
sebaya lebih selektif, memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan)
terhadap dirinya, dapat mewujudkan perasaan cinta dan memiliki
kemampuan berpikir khayal atau abstrak. (Widyastuti dkk, 2019).
2.1.3 Perkembangan dan Pertumbuhan Remaja
Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu nature dan
nurture. Konsep nature mengungkapkan bahwa remaja adalah masa
badai dan tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak
mengalami gejolak dan tekanan karena perubahan yang terjadi dari
dalam dirinya. Konsep nurture menyatakan tidak semua remaja
mengalami masa badai dan tekanan tersebut. Hal tersebut tergantung
pada pola asuh dan lingkungan dimana remaja itu tinggal (Kusmiran,
2016).
Adapun aspek perkembangan remaja menurut Kumsiran (2016)
antara lain:
1. Perkembangan Sosial
Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola
perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja.
Remaja diharuskan menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa
dan melepaskan diri dari peran anak-anak. Remaja dituntut untuk
dapat menyesuaikan diri dengan orang dewasa diluar lingkungan
keluarga dan sekolah.
2. Perkembangan Emosi
Ciri-ciri perkembangan emosis pada tahap ini antara lain
sebagai berikut: emosi lebih mudah bergejolak dan biasanya
diekspresikan secara meledak-ledak, kondisi emosional biasanya
berlangsung cukup lama sampai pda akhirnya ke keadaan semula,
yaitu keadaan sebelum munculnya suatu keadaan emosi, jenis-jenis
emosi sudah lebih bervariasi (perbedaan antara emosi satu dengan

6
lainnya makin tipis) bahkan ada saatnya emosi bercampur baur
sehingga sulit dikenali oleh dirinya sendiri. Remaja juga sering
bingung dengan emosinya sendiri karena mucul emosi-emosi yang
bertentangan dalam suatu waktu, misalnya benci dan saying, mulai
munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi,
remaja umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang
mereka. Akibatnya remaja menjadi lebih mudah tersinggung dan
merasa malu. Hal ini akan terkait dengan perkembangan konsep
dirinya.
3. Perkembangan kognitif
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kemampuan
kognitif remaja berada pada tahap formal operational. Remaja harus
mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk
menyelesaikan masalah dan mempertanggung jawabkannya.
Berkaitan dengan kognitif, umumnya remaja menampilkan tingkah
laku seperti krisis, rasa ingin tahu yang kuat, jalan pikiran
egosentris, imagery audience, dan personal fables.
4. Perkembangan Moral
Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi pada
masa remaja, mereka memulai memberontak dari nilai-nilai
orangtua dan orang ewasa lainnya serta mulai menentukan nilai-
nilainya sendiri, pandangan moral remaja semakin lama semakin
menjadi lebih abstrak dan kurang nyata, keyakinan moral lebih
berpusat pada apa yang benar bukan pada apa yang salah, penilaian
moral menjadi semakin kritis sehingga remaja lebih berani
menganaliis norma social dan norma pribadi, serta berani
mengambil keputusan berbagai masalah moral yang dihadapinya,
penilaian moral menjadi kurang egosentris, tetapi lebih
mengembangkan norma berdasarkan nilai-nilai kelompok sosialnya,
penilaian moral cenderung melibatkan emosi dan menimbulkan
keterganggu psikologis.

7
5. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran
seseorang mengenai dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja
terhadap dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya
sendiri meliputi penilaian diri dan penilaian social. Penilaian diri
berisi pandangan dirinya terhadap hal-hal seperti pengendalian
keinginan dan dorongan-dorongan dari dalam dirinya, Susana hati
yang sedang dihayati remaja, bayangan subjektif terhadap kondisi
tubuhnya, merasa orang lain selalu mengamati atau memperhatikan
dirinya (berkaitan dengan perkembangan kognitif). Sedangkan
penilaian social berisi evaluasi terhdapa bagaimanan remaja
menerima penilaian lingkungan social pada dirinya. Selain itu,
konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri ini adalah
self image atau citra diri, yaitu gambaran dari hal-hal seperti siapa
diri saya (extant self) dan saya ingin jadi apa (desired self).
6. Pekembangan heteroeksual
Dalam perkembangan heteroseksual ini, remaja memerankan
peran jenis kelamin yang diakui oleh lingkungannya. Remaja
perempuan menemukan double standar, dimana remaja laki-laki
boleh melakukan hal yang bagi remaja perempuan sering sekali
disalahkan. Kondisi pandangan budaya tertentu mengenai peran
jenis kelamin remaja mengakibatkan munculnya efek penggolongan
dalam masyarakat. Beberapa ciri penting perkembangan
heteroseksual remaja secara umum antara lain remaja mempelajari
perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis kelaminnya untuk
menarik perhatian lawan jenisnya, minat terhadap lawan jenis
makin kuat disertai keinginan kuat untuk memperoleh dukungan
dari lawan jenis, minat terhadap kehiduan social, remaja mulai
mencari informasi kehidupan seksual orang dewasa, bahkan juga
muncul rasa ingin tahu dan keinginan bereksplorasi untuk
melakukannya, minat dalam keintiman secara fisik. Dengan adanya

8
dorongan seksual dan ketertarikan terhadap lawan jenis, perilaku
remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis.
2.1.4 Aspek Pertumbuhan Remaja
Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi.
Faktor lingkungan dapat member pengaruh yang kuat untuk lebih
mempercepat perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ
penting, yaitu: kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar organ
reproduksi. Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerja sama dan
berinteraksi dengan faktor genetik maupun lingkungan.
Pada laki-laki hormon yang mempengaruhi adalah testosteron
ditandai dengan mengalami mimpi basah. Perubahan fisik yang dialami
oleh laki-laki yaitu tumbuh rambut sekitar kemaluan, kaki, tangan,
dada, ketiak, dan wajah. Tampak pada anak laki-laki mulai berkumis,
berjambang, dan berbulu ketiak. Suara bertambah besar, badan lebih
berotot terutama bahu dan dada, pertambahan berat dan tinggi badan,
buah zakar menjadi lebih besar dan bila terangsang dapat mengeluarkan
sperma (Kusmiran, 2016).
2.2 Menstruasi
2.2.1 Pengertian menstruasi
Menstruasi adalah proses ilmiah yang terjadi pada perempuan.
Mentruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda
bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Umumnya, remaja
mengalami menarche adalah pada usia 12 sampai dengan 16 tahun.
Periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek, misalnya
psikolog dan lainnya. Padawanita biasanya pertama kali mengalami
mentruasi (menarche) pada umur 12-16 tahun. Siklus mentruasi normal
terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 2-7 hari
(Kusmiran, 2016).
2.2.2 Fase-fase Menstruasi
Mekanisme terjadinya perdarahan mentruasi terjadi dalam satu
siklus terdiri atas 4 fase:

9
1. Fase Folikuler/Proliferasi (hari ke-5 sampai hari ke-14)
Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita.
Dimulai dari 1 sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan
terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler
karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium.
Pada pertengahan fase folikuler, kada FSH sedikit meningkat
sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3- 30 folikel yang
masing-masing membawa 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang
terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian
endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar
hormonestrogen da progesterone.
2. Fase Luteal/Fase Sekresi/Fase Pramenstruasi (hari ke-14 sampai
hari ke-28)
Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas
membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf
yang sudah mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya
proses ovulsi. Pada fase ini peningkatan hormone progesterone
yang bermakna, yang diikuti oleh penurunan kadar hormone-
hormon FSH, estrogen, dan LH. Keadaan ini digunakan sebagai
lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding rahim dalam
menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan, digunakan untuk
penghambat masuknya sperma ke dalam uterus dan proses
peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan terjadi pada akhir
fase ini.
3. Fase menstruasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3)
Pada fase ini menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan
dari lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari
dalamnya. Terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas
hormon-hormon FSH dan estrogen yang disebabkan tidak adanya
hormone LH dan pengaruhnya karena produksi telah dihentikan
oleh peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal. Hal
ini mempengaruhi kondisi flora normal dan dinding-dinding di

10
daerah vagina dan uterus yang selanjutnya dapat mengakibatkan
perubahan-perubahan hygienepada daerah tersebut dan
menimbulkan keputihan.
4. Fase Regenerasi/Pascamenstruasi (hari ke-1 sampai hari ke-5)
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan
kembali lapisan endometrium uteri, sedangkan ovarium mulai
beraktivitas kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di
dalamnya melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen
yang sebelumnya sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mentruasi
1. Faktor hormon
Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada
seorang wanita yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang
dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen yang dikeluarkan oleh hipofisis,
estrogen yang dihasilkan ovarium, Lutenizing Hormone (LH) yang
dihasilkan oleh hipofisis, serta progesteron yang dihasilkan oleh
ovarium.
2. Faktor enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak
sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu
metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan
perdarahan.
3. Faktor vascular
Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem
vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada
pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-
vena, dan hubungan di antara keduanya. Dengan regresi
endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran
yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi
nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari
arteri maupun vena.

11
4. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan
adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan
menyebabkan kontraksi miometriurn sebagai suatu faktor untuk
membatasi perdarahan pada haid.
2.2.4 Macam-Macam Gangguan Menstruasi
Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan dalam:
1. Kelainan siklus menstruasi
a. Amenorrhea
Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi. Kategori
amenorrhea primer jika wanita di usia 16 tahun belum
mengalami menstruasi, sedangkan amenorrhea sekunder adalah
yang terjadi setelah menstruasi. Secara klinis, kriteria
amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi selama enam bulan
atau selama tiga kali tidak menstruasi sepanjang siklus
menstruasi sebelumnya. Berdasarkan penelitian, amenorrhea
adalah apabila tidak ada menstruasi dalam rentang 90 hari.
Amenorrhea sering terjadi pada wanita yang sedang menyusui,
tergantung frekuensi menyusui dan status mutrisi dari wanita
tersebut (Kusmiran, 2016).
b. Oligomenorrhea
Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk
jarak interval yang pendek atau tidak normalnya jarak waktu
menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari.
c. Polymenorrhea
Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus
menstruasi yang pendek kurang dari 21- hari.
2. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada
menstruasi

12
Gangguan perdarahan terbagi menjadi tigas, yaitu perdarahan
yang berlebihan/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan
yang sering. Terminologi mengenai jumlah perdarahan meliputi:
pola aktual perdarahan, fungsi ovarium, dan kondisi patologis.
Abnormal Uterin Bleeding (AUB) adalah keadaan yang
menyebabkan gangguan perdarahan menstruasi (Kusmiran, 2016).
Secara umum terdiri dari:
a. Menorrahgia, yaitu kondisi perdarahan yang terjadi reguler
dalam interval yang normal, durasi dan aliran darahlebihbanyak.
b. Metrorraghia, yaitu kondisi perdarahan dalam interval irreguler,
durasi dan aliran darah berlebihan/banyak.
c. Polymenorrhea, yaitu kondisi perdarahan dalam interval kurang
dari 21 hari.
3. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi
a. Premenstruasi Syndrome (PMS)
Premenstruasi Syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi,
dapat menyertai sebelum dan saat menstruasi, seperti perasaan
malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah lelah. Nafsu
makani meningkat dan suka makan makanan yang rasanya
asam. Emosi menjadi labil. Biasanya wanita mudah marah,
sensitif, dan perasaan negatif lainnya. Saat PMS, gejala yang
sering timbul adalah mengalami kram perut, nyeri kepala,
pingsan, berat badan bertambah karena yubuh menyimpan air
dalam jumlah yang banyak serta pinggang terasa pegal
(Kusmiran, 2016).
b. Dysmenorrhea
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengaiami nyeri.
Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari ringan hingga
yang berat. Kondisi tersebut dinamakan dymenorrhea, yaitu
keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan suatu fenomena
simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit

13
punggung. Gejala gastrointestinal seperti mual dan diare dapat
terjadi sebagai gejala menstruasi (Kusmiran, 2016).

2.3 Dismenorrhoe
2.3.1 Pengertian Dismenorhoe
Dismenorhoe berasal dari bahasa yunani yaitu dysmenorhoe,
terdiri atas “dys” berarti sulit, “meno” berarti bulan dan “rhoe” berarti
aliran sehingga dismenore dapat diartikan sebagai gangguan aliran
darah menstruasi (Chauhan, M. & Kala, J. 2016). Dismenorhoe timbul
akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang menampilkan satu
atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada abdomen
bagian bawah, daerah pinggang dan sisi medial paha (Manuaba, 2019).
2.3.2 Klasifikasi Dismenorhoe
Dismenorhoe dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada
tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri haid
dismenorhoe di bagi menjadi nyeri spasmodic dan nyeri kongestif
(Cerika, R., RR. Wijayanti & Amelia A.L. 2017)
1. Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodic terasa di bagian bawah perut dan berawal
sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak
perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri
sehingga ia tidak dapat mengerjakan apapun. Ada diantara mereka
yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar
muntah, kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda
walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun
keatas.Nyeri spasmodic dapat diobati atau paling tidak dikurangi
dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan
yang tidak mengalami hal seperti itu.
2. Nyeri Kongestif
Penderita nyeri kongestif yang biasanya akan tahu sejak
berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Dia
mungkin akan mengalami pegal pada paha, sakit pada buah dada,

14
perut kembung tidak menentu, sakit kepala, sakit pinggang,merasa
lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan
keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul
memar dipaha atau lengan atas, semua itu berlangsung 2 dan 3 hari
sampai kurang 2 minggu.
Sedang berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologik,
dismenorhoe diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Dismenorhoe Primer
Adalah nyeri saat menstruasi dengan anatomi panggul
normal.Biasanya dimulai saat remaja (Unsal, A., Ayranci, U.,
Tozun, M., Arslan, G. & Calik, E. 2016). Dismenorhoe primer
terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari bulan ke enam
sampai tahun ke dua setelah menarche. Dismenorhoe bentuk ini
diperkirakan disebakan oleh kontraksi uterus yang dipicu oleh
prostaglandin yang biasanya terbentuk sebagai konsekuensi
penghentian estrogen progesterone pada akhir ovulasi normal. Nyeri
mungkin mendahului sampai 24 jam pengeluaran darah menstruasi,
tapi biasanya muncul bersamaan dengan keluarnya darah menstruasi
(Gary Cunningham, 2018).
2. Dismenorhoe sekunder
Dismenorhoe sekunder merupakan nyeri menstruasi yang
ditandai dengan adanya kelainan pada panggul yang nyata. Terjadi
akibat berbagai kondisi patologis seperti endometritis, salfingitis,
adenomiosis uteri, stenosis serviks, kista ovarium, mioma uteri dan
lain-lain (Unsal, A., Ayranci, U., Tozun, M., Arslan, G. & Calik, E.
2016). Sering terjadi pada usia lebih dari 30 tahun dimana semakin
bertambahnya umur rasa nyeri akan semakin buruk.
2.3.3 Gejala Klinis Dismenorhoe
Gejala klinis dismenorhoe primer ditandai dengan kram pada
panggul, nyeri biasanya datang sesaat sebelum atau pada awal
menstruasi yang akan berlangsung 1 sampai 3 hari. Selain dirasakan
pada suprapubik, nyeri juga dapat menjalar ke permukaan dalam paha

15
dan dirasakan paling berat pada hari pertama atau kedua bersamaan
dengan waktu pelepasan maksimal prostaglandin kedalam cairan
menstruasi (Dawood, M.Y. 2016).
2.3.4 Penyebab Dismenorhoe (Gary Cunningham, 2018)
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya
dismenorhoe:
a. Prostaglandin
Prostaglandin adalah hormon yang menyebabkan kontraksi
pada miometrium. Prostaglandin mempunyai efek yang dapat
meningkatkan kontraksi dari otot uterus dan mempunyai efek
vasokontriksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan iskemi pada
otot uterus yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Jika hormone
prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan, maka akan
timbul pula gejala lain seperti diare, nausea, muntah dan flushing.
b. Faktor Emdokrin
Dismenorhoe terjadi karena di pengaruhi hormon progesteron
dari korfus luteum yang terbentuk saat ovulasi. Ovulasi dan
produksi progesteron berpengaruh miotonik dan vasospastik
terhadap arteriol miometrium dan endometrium.
c. Susunan Saraf (neorogik)
Saraf uterus adalah saraf otonom yang memiliki dua reseptor,
yaitu alfa dan beta (penghambat). Hasil penelitian Taubert (1982)
ditemukan bahwa estrogen meningkatkan aktivitas sel sel saraf
pusat sedangkan progesteron menurunkan aktivitas tersebut.
Penurunan estrogen secara cepat sebelum haid memberikan reaksi
simpatikonik terhadap ambang rangsang sehingga rangsangan
sensible yang biasanya berambang rendah berkembang menjadi
nyeri.
d. Vasopresin
Peningkatan kadar vasopressin selama menstruasi pada
wanita dengan dismenorhoe dapat meningkatkan kontraksi uterus
yang disritmik sehingga aliran darah di uterus menurun dan

16
menyebabkan hipoksia pada uterus.
e. Psikis
Nyeri berhubungan dengan susunan saraf pusat (thalamus dan
kortek). Banyak wanita yang mengalami dismenorhoe yang dipicu
atau diperberat oleh ketidak matangan psikis berupa psikoseksual.
Sering juga terjadi gangguan psikis berupa kecemasan dan tegang
yang sering dijumpai pada remaja.
2.3.5 Etiologi Dismenorhoe
Dismenorhoe ditimbulkan karena ketidak seimbangan
pengendalian sistem saraf otonom terhadap miometrium. Pada keadaan
ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh saraf simpatis sehingga
serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi
hipertonik. Penyebab dari dismenorhoe primer adalah karena terjadinya
peningkatan atau produksi yang tidak seimbnag dari prostaglandin
endometrium selama menstruasi. Prostaglandin akan meningkatkan
tonus uteri dan kontraksi sehingga timbul rasa sakit pelepasan
prostaglandin diinduksi oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya
membran sel akibat pelepasan lisosim.
2.3.6 Resiko Dismenorhoe
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi dismenorhoe :
a. Usia Menarche
Usia menarche yang awal yaitu usia kurang dari 12 tahun,
meningkatkan angka kejadian dismenorhoe, sedangkan wanita yang
terlambat mengalami menstruasi menurunkan angka kejadian
dismenorhoe, hal itu berkaitan dengan penyebab yaitu adanya
peradangan saat menstruasi dan dimulai saat siklus ovulasi
(Shiferaw MT, Wubshet M, Tegabu D. 2018).
b. Usia
Penelitian di Euthopia, usia menjadi salah satu faktor resiko
kejadian dismenorhoe, dengan nilai OR=1,38. Dalam penelitian
tersebut, usia yang berisiko terjadinya dismenorhoe adalah usia 14-
24 tahun, yaitu usia reproduktif bagi wanita (Shiferaw MT,

17
Wubshet M, Tegabu D. 2018).
c. Lama Menstruasi
Menstruasi yang berkepanjangan menjadi faktor yang dapat
meningkatkan intensitas dismenorhoe, hal ini bekaitan dengan
inflamantori saat menstruasi.
d. Aktifitas fisik
Dalam penelitian Abebaw (2016) didapatkan bahwa wanita
dengan aktivitas fisik yang rendah berisiko 0,39 kali mengalami
dismenorhoe primer (Shiferaw MT, Wubshet M, Tegabu D. 2018).
Penelitian Fajaryati (2016) mendapatkan bahwa intensitas
dismenorhoe mengalami penurunan dari 4,48 menjadi 1,91 setelah
melakukan aktifitas secara rutin (Fajaryati, N. 2016). Terjadi
peningkatan derajat dimenorhoe pada wanita yang memiliki
aktifitas fisik rendah atau tidak berolah raga dapat disebabkan
karena oksigen tidak dapat tersalurkan ke pembuluh-pembuluh
darah di organ reproduksi yang saat itu terjadi vasokonstriksi.Pada
seseorang yang mempunyai kebugaran jantung, paru paru dan
pembuluh darah yang baik maka berbagai sistem dalam tubuhnya
dapat bekerja secara optimal untuk menghantarkan oksigen dan
nutrisike organ dan jaringan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Saat
tubuh melakukan aktivitas fisik , maka akan terjadi fase dilatasi otot
akibat peningkatan metabolism. Sejumlah faktor yang terpenting
dalam meningkatkan curah jantung adalah vasodilatasi yang
terdapat pada otot selama berolahraga. Seseorang yang melakukan
aktivitas fisik yang ternyata kekuatan tekanan arterinya hanya naik
20-40 mmHg. Hal itu dikarenakan adanya pelebaran pembuluh
darah (vasodilatasi) yang memperlancar peredaran oksigen dan
makanan ke seluruh tubuh. Ketika terjadi dismenorhoe primer, nyeri
akan berkurang karena darah dan oksigen dapat tersalurkan ke
pembuluh darah yang mengalami vasokontriksi akibat
prostaglandin(WHO. 2018).
Berdasarkan jenis kegiatannya, aktivitas fisik dibagi menjadi

18
tiga golongan, yaitu:
1) Kegiatan ringan :
Kegiatan yang menyebabkan perubahan dalam pernafasan
atau ketahanan dan hanya memerlukan sedikit tenaga.
Ketahanan yang dihasilkan sangat berguna untuk organ paru-
paru, otot dan sirkulasi darah. Durasi kegiatan yang diperlukan
untuk mendapatkan ketahanan hanya selama 30 menit (4-7 hari/
minggu). Contoh kegiatan: berjalan kaki, menyapu lantai,
mencuci kendaraan dan bermain bersama teman.
2) Kegiatan sedang
Kegiatan yang memerlukan tenaga, gerakan otot dan
kelenturan. Sama halnya kegiatan ringan, durasi yang
diperlukan dalam kegiatan sedang selama 30 menit (4-7 hari per
minggu). Contoh kegiatan ini adalah : mencuci pakaian,
menguras kamar mandi, mengepel dan membersihkan halaman.
3) Kegiatan berat
Kegiatan yang berhubungan dengam olahraga dan
membutuhkan kekuatan. Durasi yang diperlukan dalam kegiatan
berat selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh kegiatan :
berlari, bersepeda, futsal, senam atau aerobik, dan naik turun
tangga.
2.3.7 Penanganan Dismenorhoe
a. Kompres dengan botol panas atau hangat pada bagian yang terasa
sakit atau nyeri, atau keram(bisa perut atau pinggang bagian
belakang), suhu hangat bisa mengurangi ketegangan otot dan rileks.
b. Mandi air hangat, dapat ditambahkan minyak aroma terapi untuk
relaksasi.
c. Berendam dengan air hangat di beri tetesan aroma terapi agar otot di
seluruh tubuh menjadi rileks.
d. Lakukan pijatan lembut dan gososk-gosok bagian tubuh yang terasa
pegal, sakit atau tegang dengan balsam atau minyak aroama terapi.
e. Tarik napas dalam dalam secara perlahan lahan untuk relaksasi.

19
f. Coba ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke
bawah, ini bisa membnatu relaksasi otot rahim, sehingga nyeri
berkurang atau mereda.
g. Minum minuman hangat, the yang mengandung mint, sari jahe atau
kunir yang hangat dapat membantu mengurangi atau meringankan
rasa sakit nyeri, atau keram terutama bagian perut.
h. Anjurkan untuk berolah raga dan banyak bergerak akan
memperlancar aliran darah dan tubuh akan terangsang untuk
memproduksi endofrin yang bekerja untuk mengurangi rasa sakit
dan menimbulkan rasa gembira.
i. Berbaring pada satu sisi tubuh, lalu tarik lutut sampai ke batas dada,
lakukan beberapa kali akan membantu meringankan rasa pegal dan
sakit pada punggung.
j. Makan makanan yang bergizi dan hindari konsumsi garam dan
kafein.
k. Konsultasi dengan dokter untuk pemberian obat penghilang rasa
nyeri.
2.4 Konsep Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan Dismenorrhea
2.4.1 Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar dilakukan dengan mengumpulkan semua data
dan informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien
secara lengkap,dapat diperoleh dari data subjective dan objective.
1. Tanggal : untuk mengetahui kapan anamnesa dilakukan.
2. Oleh : untuk mengetahui siapa yang melakukan anmnesa.
3. Jam : untuk mengetahui pukul berapa anamnesa dilakukan.
4. Tempat : untuk mengetahui tempat dilakukannya anamnesa.
Subyektif
1. Identitas
a. Nama:

20
Untuk dapat mengenal atau memanggil remaja dan untuk
mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama. Selain itu agar
lebih akrab.
b. Umur pasien:
Untuk melihat status gizi yang sesuai dengan umur pasien.
c. Pendidikan:
Untuk mengetahui bagaimana remaja dapat melakukan koping
stress yang berkaitan dengan siklus mentruasi
d. Pekerjaan orang tua:
Untuk mengetahui taraf ekonomi sosial pasien dan untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi atau asupan yang
diperoleh remaja yang dapat berdampak langsung terhadap
sintesa hormon reproduksi (Soedjingsih, 2004).
e. Alamat:
Memudahkan untuk pemantauan dan berkomunikasi.
f. Suku /bangsa:
berapa suku atau ras memiliki kecenderungan menarche yang
berbeda.
2. Keluhan utama :
Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian perut
disertai dengan mual muntah, pusing dan merasakan badan lemas.
3. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan,
apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh
berulang – ulang. Adanya tumor juga mempengaruhi pola
menstruasi, dapat mengganggu pengeluaran hormon sehingga
menstruasi terganggu. Penyakit metabolik seperti diabetes
melitus juga dapat menyebabkan gangguan menstruasi

21
dikarenakan adanya resisten insulin yang dapat mengganggu
keseimbangan hormon androgen dan estrogen (Dieny, 2014).
Tindakan kemoterapi atau radiasi juga dapat menyebabkan
penurunan fungsi organ reproduksi (Klein dan Poth, 2013).

5. Riwayat kesehatan keluarga


Mengkaji tentang riwayat kesehatan keluarga antara lain : riwayat
menstruasi Ibu (karena pengaruh genetik) dan kelainan hormonal
lainnya (Soetjiningsih, 2010)
6. Pola Fungsional Kesehatan
a. Pola Nutrisi : pada umumnya klien dengan dismenorre
mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga
mengalami penurunan.
b. Pola istirahat dan tidur : klien dengan disminorre mengalami
nyeri pada daerah perut sehingga pola tidur klien menjadi
terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi
saat tidur (penekanan pada perineum).
c. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola
berpakaian, tata rias rambut dan wajah
d. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien
dengan disminorre di anjurkan untuk istirahat
e. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
7. Keadaan Psikososial spiritual
Pada remaja dengan keterlambatan menstruasi akan mengalami
tekanan emosional dan menarik diri dari lingkungan.
Obyektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi, pemeriksaan darah dalam dan pemeriksaan
laboratorium.
1. Pemeriksaan Umum

22
a. Keadaan Emosional : Pada tingkat stres tertentu akan
mempengaruhi hipotalamus sehingga memepengaruhi siklus
mestruasi (Klein dan Poth, 2013).
b. Tekanan Darah, denyut nadi dan respiratory rate dan suhu
tubuh yang mengalami perubahan secara drastis dalam waktu
singkat dapat mengindikasikan adanya kerusakan kelenjar
tiroid yang dapat mengakibatkan amenorhea primer (Klein dan
Poth, 2013)
c. Body Mass Index : apabila hasil diatas normal (gemuk) maka
penyebab amenorhea adalah Polycystic Ovary Syndrome
(PCOs), apabila hasil dibawah nomal (kurus) maka amenorhea
disebabkan oleh fungsi hipotalamus (Klein dan Poth, 2013).
d. Apabila terdapat grafik pertumbuhan maka dapat dilihat
bagaimana pola pertumbuhan sebagai pertimbangan remaja
mengalami kelainan seperti sindrom turner atau Constitutional
delay of Puberty (Klein dan Poth, 2013).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Dysmorphic features
Yaitu tanda fisik yang dimiliki oleh penderita sindrom turner
diantaranya leher yang berselaput, perawakan pendek, dan garis
tumbuh rambut yang pendek (Klein dan Poth, 2013).
b. Leher
Kelenjar tiroid yang abnormal dapat menyebabkan gangguan
siklus menstruasi (Klein dan Poth, 2013).
c. Pemeriksaan tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut di
daerah pubis, pembesaran payudara.
d. Pemeriksaan pelvis
Untuk menngetahui abnormalitas dari seviks dan uterus
Klitoromegali
Hymen imperforate
Skala Tanner yang abnormal
3. Pemeriksaan Penunjang

23
Tes diagnosis ditujukan untuk melihat integritas aksis hipotalamus-
hypofise-gonad sebagai prinsip dasar kerja hormone untuk
merangsang pubertas (Soetjiningsih, 2004).
a. Tes darah lengkap untuk mengetahui adanya resiko penyakit
kronis yang salah satu manifestasinya adalah amenorrhea
b. Estradiol yang rendah menandakan rendahnya fungsi ovarium,
c. FSH dan LH kadar yang terlalu tinggi mengindikasikan sindrom
truner , kadar rendah mengindikasikan amenorrhea hipotalamus
fungsional, sedangkan bila normal maka dicurigai PCOs,
sindrom asherman atau kelainan lain.
d. Karyotype yang abnormal menandakan sindrom turner atau
kelainan kromosom.
e. Prolactin dengan hasil tinggi dicurigai adenoma kelenjar
pituitary, hipotiroidsm, atau neoplasma lain.
f. TSH yang tinggi menandakan hipotiroidsm, sedangkan TSH
yang rendah menandakan hipertiroidsm.
2.4.2 Perumusan Diagnosa Dan Masalah
Diagnosa (Aktual) : Remaja usia........ dengan dismenorrhea
Masalah : Nyeri perut akut, Intoleransi aktifitas, Ansietas
2.4.3 Antisipasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Diagnosa : Hymen Imperforata, constitutional delay puberty, PCOCs,
tumor
Masalah :-
Antisipasi : Konseling, kolaborasi dan persiapan rujukan
2.4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tindakan yang dibutuhkan pada keadaan yang mengancan nyawa, dapat
bersifat:
Mandiri : Konseling
Kolaborasi : Konsultasi dengan petugas gizi untuk evaluasi gizi
Rujukan : Penanganan dokter untuk evaluasi penyakit penyerta
2.4.5 Perencanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada remaja

24
2. Memotivasi untuk tetap peraya diri dengan lingkungan
3. Melakukan kolaborasi dengan petugas gizi dan rujukan kepada
dokter untuk melakukan evaluasi pada remaja (Varney, 2007).
4. Menyepakati kunjungan ulang pada tanggal..........atau jika ada
keluhan sewaktu-waktu

BAB III
TINJUAN KASUS

Tanggal :
Oleh : Mitha Chandra Sari
Jam :
Tempat : Puskesmas Kanda

A. Subyektif
1. Identitas
Identitas Remaja
Nama : Nn. “A”
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Suku/ : Tobati/Indonesia
Bangsa
Pendidikan : SMP
Alamat : Waibu
2. Identitas Orang Tua Remaja
Nama : Ny. “E” Nama : Tn. “M”
Umur : 37 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Tobati/Indonesia Suku/Bangsa : Tobati/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat :
3. Keluhan Utama

25
Nn. “A” merasakan sakit dan nyeri yang berlebihan pada bagian bawah
perut dan pingangnya saat menstruasi /haid
4. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 11 tahun
2) Siklus : 28 – 30 hari/teratur
3) Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut pada hari ke-1, 3-4 kali
ganti pembalut pada hari ke 2-3 menstruasi, pada
hari selanjutnya 3 kali ganti pembalut.
4) Lamanya : 7 hari
5) Dismenorhea : Ya, hari ke 1 hingga ke 2 menstruasi, dengan skala
nyeri 2, kram perut bagian bawah tapi masih dapat
ditahan dan masih dapat melakukan aktifitas
6) Fluor Albus : Iya, bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak
gatal dan tidak berbau

5. Riwayat Kesehatan Klien


Nn “A” merasakan sakit dan nyeri yang berlebihan pada bagian bawah
perut dan pingangnya saat menstruasi.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang sedang dan pernah
menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti dada berdebar-
debar (Jantung), sering makan, minum dan kencing (DM), sesak nafas
(Asma), tekanan darah >140/90 mmHg (Hipertensi), Sakit kuning
(Hepatitis), Kejang sampai keluar busa (Epilepsi) dan keputihan gatal-
gatal (PMS).
7. Pola Fungsional Kesehatan
1) Nutrisi : Pola makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk,
sayur. Minum air putih cukup, 7-8 gelas/hari dengan
jenis minuman air mineral, the dan susu. Tidak ada
pandangan makanan dan tidak ada keluhan.
2) Eliminasi : BAB 1 kali sehari, BAK 4 - 5 kali sehari dan tidak ada
keluhan
3) Istirahat : Tidur siang : ± 1 jam, tidur malam : ± 8 jam

26
4) Olahraga : Olahraga satu kali dalam satu minggu, pada saat mata
pelajaran olahraga di sekolah.
5) Aktivitas : Melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah dari
pukul 07.30 WIT s/d 12.30 WIT.
6) Personal : Mandi 2 x/hari, keramas 3 x/minggu, ganti pakain 2
Hygiene x/hari, membersihkan alat kelamin saat mandi dan
setelah BAB dan BAK, ganti pembalut 2 – 3 x/hari.
8. Riwayat Psikososial Budaya dan Spiritual
a. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : diskusi dengan
orangtua terutama ibu.
b. Pasien tinggal serumah dengan keluarga/orangtuanya.
c. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : ayah Dalam kondisi
emergensi apakah bisa mengambil keputusan sendiri : tidak bisa, selalu
diskusi dengan orantua.
d. Orang terdekat pasien : ibu
e. Pasien merasa kawatir dengan nyeri haid yang dialami setiap kali
menstruasi. (6)
f. Pasien mengatakan hubungan dengan orangtua, teman sebaya dan
lingkungan baik

B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Antropometri :
BB : 48 kg
TB : 159 cm
IMT : 18,9 kg/m2 (Normal)
2. Pemeriksaan Fisik
1) Mata : Simetris, warna konjungtiva merah muda tidak pucat,
sklera tidak ikterik
2) Dada : Simetris, tidak ada pembesaran abnormal.

27
3) Vulva : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada condiloma, tidak ada
varises
C. Analisa Data
Remaja usia 16 tahun dengan dismenorhea

D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan pada pada pasien bahwa hasil pemeriksaan dalam batas
normal
2. Menjelaskan pada pasien bahwa rasa nyeri, mual dan pusing yang
dialaminya adalah dismenore, akan tetapi hal ini normal karena nyeri
dismenore primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih dengan
sendiri nya dengan seiring berjalan nya waktu.
3. Menjelaskan pada pasien penyebab dari Dismenore yaitu sebagai akibat
dari peningkatan aktivitas uterus yang abnormal/karena otot-otot uterus
yang berkontraksi ini, aliran darah menjadi berkurang sehingga terjadi
iskemia atau hipoksia uterus yang menyebabkan nyeri.
4. Menjelaskan pada pasien hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri
menstruasi atau dismenore primer yang berlebih yaitu factor psikis dan
fisik, seperti stress, syok, kelelahan, kecemasan.dan kemungkinan bisa jadi
karena ada factor keturunan dari orangtua serta menghindari makan
makanan fastfood yang berlebihan
5. Menjelaskan pada pasien tanda gejala dismenore
a. Nyeri pada perut bagian bawah akan menjalar ke punggung sampai ke
bagian paha.
b. Nyeri yang di rasakan sebagai kram yang hilang timbul
c. Biasa terjadi pada hari 1-2 masa menstruasi
d. Dismenore juga sering disertai dengan sakit kepala, mual, muntah, dan
sering berkemih
6. Menjelaskan pada pasien cara mengatasi rasa nyeri Dismenore
a. Kompres dengan air hangat pada perut bagian bawah dan punggung,
karena air hangat dapat melancarkan sirkulasi darah dan yang dapat
membuat otot-otot rahim meregang

28
b. Mandi air hangat
c. Istirahat yang cukup setiap hari.
d. Pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makan yang bergizi seimbang
e. Olahraga teratur
f. Menganjurkan tehnik relaksasi dengan menarik nafas dalam – dalam
agar tetap rileks.
g. Banyak mengkonsumsi air putih
h. Minum teh hangat / wedang jahe Hasil: pasien mengerti dan paham
dengan penjelasan bidan
i. Menjelaskan pada pasien pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi
nyeri haid/ desmenore yaitu hindari setress, memiliki pola makan yang
teratur, istirahat cukup, tidak merokok, tidak minum-minuman keras.
7. Memberikan KIE pada pasien untuk rutin mengkonsumsi tablet Fe, karena
tablet Fe sangat penting bagi pertumbuhan remaja dan mencegah anemia
pada remaja
8. Menganjurkan pasien untuk makan makanan dengan gizi seimbang,
banyak makan sayur dan buah dan mengurangi makanan fastfood seperti
mie instan.
9. Kolaborasi dokter, memberikan obat oral kepada pasien dan rujukan untuk
USG :
a. Asam mefenamat @500 mg : 2x1 sehari (tablet)
b. CTM @ 2mg : 2x1 sehari (tablet)
c. Tablet Fe @50 mg : 1x1 sehari (tablet)
10. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang bila ada keluhan
11. Melakukan pendokumentasian setelah tindakan

29
BAB 4
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil laporan kasus Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada


Nn “A” usia 16 tahun remaja dengan dismenore selama 5 tahun di Puskesmas
Kanda Kabupaten Jayapura, pada pengkajian data subjektif didapatkan keluhan
bahwa Nn. “A” merasa nyeri pada perut bagian bawah dan pinggang terasa pegal
setiap kali menstruasi hari 1-2, mual dan kadang pusing. Dari pengkajian data
objektif didapatkan hasil pemeriksaan TD : 105/70 mmHg, TB : 159 cm, BB : 48
kg, LILA : 24 cm, IMT : 18.9, reflek patela positif. Berdasarkan keluhan yang di
rasakan oleh Nn.A dan hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan
permasalahan utama yaitu Nn.A mengalami gangguan haid yaitu Dismenore
Primer atau nyeri haid yang terjadi pada hari 1-2.
Menurut Nugroho dan Indra (2014), Dismenore yaitu rasa sakit atau nyeri
pada perut bagian bawah yang terjadi saat seorang wanita mengalami menstruasi.
Nyeri menstruasi dapat menyebar hingga ke punggung bagian bawah, ke
pinggang, panggul, paha atas, bahkan hingga sampai ke betis. Nyeri juga bisa
disertai dengan kram perut yang parah. Nyeri perut akan mencapai puncak dalam
waktu 24 jam dan akan menghilang setelah 2 hari. Biasanya Dismenore ini juga
disertai dengan lemas, mual, pegal-pegal, diare dan terkadang sampai muntah.
Dismenore juga disebut dengan kram menstruasi atau nyeri saat menstruasi.
Dismenore juga sering dikatakan sebagai “painful period” atau nyeri saat
menstruasi yang menyakitkan (American College of Obstetritians and
Gynecologists, 2015).
Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab dismenore di klasifikasikan
menjadi 2 yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder (Mitayani, 2012).
Diklasifikasikan sebagai dismenore primer karena rasa nyeri ini biasanya timbul
dan dirasakan pada hari 1-2 menstruasi. Dimana pada hari pertama menstruasi
kadar prostaglandin sangat tinggi, pada hari kedua dan setelahnya, 58 lapisan
dinding rahim akan mulai terkelupas, dan kadar prostaglandin akan menurun.
Dismenore primer yang disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-
sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin yang merangsang otot otot

30
halus dinding rahim untuk berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, maka
kontraksi akan semakin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga semakin
kuat. Namun rasa sakit dan nyeri haid ini akan berkurang seiring dengan makin
menurunnya kadar prostaglandin (American College of Obstetritians and
Gynecologists, 2015).
Manifestasi klinis dari rasa nyeri, dapat disertai dengan gejala sistematik,
yaitu berupa mual, diare, sakit kepala atau pusing, dan gangguan emosional.
Keluhan yang dirasakan dan kondisi yang dialami oleh Nn. “A” yaitu nyeri perut,
pinggang pegal, mual dan pusing yang terjadi pada hari 1-2 menstruasi adalah
sesuai dengan kriteria dan manifestasi klinik dismenore.
Nn. “A” memiliki beberapa faktor resiko dari dismenore primer ini, antara
lain : usia 16 tahun, menstruasi pertama kali pada usia < 12 tahun, wanita yang
belum pernah melahirkan, gaya hidup (suka makan fastfood) dan ada riwayat
keturunan dari orangtua yang dahulu juga mengalami nyeri menstruasi. Nn. “A”
juga mengalami nyeri dismenore pada hari 1-2 saat menstruasi, hal ini
kemungkinan dismenore disebabkan karena adanya peningkatan dari kadar
prostaglandin. Semakin tinggi prostaglandin maka kontraksi akan semakin kuat,
sehingga rasa nyeri yang dirasakan akan semakin kuat.
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), usia menarche < 12 tahun
dibanding dengan wanita usia 13-14 tahun. Wanita dengan menarche dini
memiliki risiko 23% mengalami dismenore primer bila dibandingkan dengan
wanita yang mengalami menarche normal (usia 12-14 tahun). Demikian juga
dengan Wanita yang suka mengkonsumsi fast food atau makanan siap saji
kemungkinan akan mengalami lebih banyak kejadian dismenore dibandingkan
dengan yang tidak menkonsumsi fastfood. Sedangkan untuk factor keturunan
orangtua yang dahulu mempunyai riwayat nyeri pada saat menstruasi menurut
beberapa penelitian dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kejadian dismenore dengan riwayat dismenore dari orangtua

31
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari asuhan kebidanan pada remaja menstruasi dengan
dismenorea yang telah disusun adalah : Dalam pengkajian data subjektif dan
objektif pasien pernah menstruasi mengalami dismenorrhea. Analisa data
dapat dilakukan dengan baik. Berdasarkan hasil analisis tidak terdapat
kesenjangan teori. Adapun penatalaksanaan asuhan yang diberikan adalah
memberitahukan hasil dari pemeriksaan. pemeriksaan pada remaja dan
keluarga, memberikan KIE tentang tanda, gejala, penyebab dan bagaimana
cara mengatasi dismenore baik secara farmakologi sesuai advis dokter maupun
non farmakologi. Penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.

5.2 Saran
Diarankan kepada petugas kesehatan agar memberikan pelayanan
secara terpadu dan komprehensif dalam memberikan pelayanan kesehatan
khususnya pada remaja dengan dismenore.

32
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti,Yati. 2016. Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Jakarta:


Rajawali Pers.

Kusmiran, 2016. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medik

Sukarni K, MargarethZh. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Yogyakarta:


Nuha Medika.

Widyastuti, 2019. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

Wuryaningsih, Emi Wuri, dkk. 2018. Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Jember:


Unej.

33

Anda mungkin juga menyukai