Anda di halaman 1dari 19

SMK Katolik St.

Mikael Surakarta 2

BAB V
ALAT POTONG

I. PAHAT PAHAT BUBUT

A. Pengenalan Alat Potong


Pada dasarnya alat potong mempunyai tiga sudut utama yaitu sudut bebas

(clearence angle). sudut potong (cutting angle). dan sudut garuk (rake angle).

Keterangan

α = Clearance angle
β = Cutting Angle
δ = Rake angle

α adalah sudut bebas atau clearence angle. yaitu sudut antara punggung sisi

potong dengan benda kerja yang berfungsi untuk mencegah terjadinya gesekan

antara tool dengan benda kerja.

β adalah sudut potong / baji atau disebut juga cutting angle. Besarnya sudut

ini mempengaruhi ketegaran alat potong. Bila benda kerja keras ( getas ) gunakan

besar. bila benda kerja lunak ( ulet ) gunakan kecil.

δ Adalah sudut garuk atau rake angle. Sudut ini mempengaruhi penusukan

alat potong terhadap benda kerja. Bila benda kerja keras gunakan kecil ( atau

bahkan negatif ) bila benda kerja lunak gunakan besar.

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 2

B. Material Alat Potong

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat terutama dalam

industri permesinan. Sehingga sudah banyak diciptakan variasi jenis dan sifat

material. baik untuk alat potong atau benda kerja. Pada awalnya manusia hanya

mampu membuat pahat dari baja karbon. Kemudian ditemukan unsur atau paduan

yang lebih keras sampai ditemukannya material alat potong yang paling keras

yaitu diamond. Sifat yang diperlukan untuk sebuah alat potong tidak hanya keras

saja. tetapi masih ada sifat lain yang diperlukan untuk membuat suatu alat potong

yang ideal.

a. Baja perkakas bukan paduan ( Non alloy tool steel )

Baja dengan kadar C I — 1.5% Cs 12m/min .Tahan panas 250° C ,

Untuk material lunak. mudah aus.harga murah.

b. Baja perkakas paduan rendah ( Low alloy tool steel)

Baja dengan campuran Cr. . Mn. C V. Tahan panas sarnpai 4O0°C.

Cs<TS.

c. Baja perkakas paduan tinggi ( High alloy tool steel )

Paduan tingizi demzan Chrom dan Tungsten, dapat juga Cr dan Mn .

Cs 20 m/min tahan panas sarnpai 600°C. Bisa untuk beban normal , berat

dan sangat berat. karena alat dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan Tahan

beban kejut, sensitif terhadap overhead

d. Cemented carbide / Hard Metal

Terbuat dari Karbida W, Ti, Ta, Mo 70 — 90 %~ elemen keras) , Co /

Ni sebagai elemen perekat.

Cs 150 m/min . kekerasan tinggi . tahan panas sampai 900°C , tahan aus

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 2

Tidak tahan beban kejut. sifat ulet rendah . harga mahal sehingga dibuat

dalam bentuk sisipan ( insert ).

e. Keramik potong

Terbuat dan Alumunium Oksida ( Al O 3 ) yang sangat padat dan keras. Cs

600 rn/min . tahan panas sampai 1300°C, sangat keras, tahan ans tinggi, sangat

rapuh, tidak tahan beban kejut.

f. Diamond

Material potong paling keras, dipakai untuk pengerjaan finishing dan presisi.

Tahan panas sampai 900°C . Cs 1000 m/min . harga sangat mahal ( dalam

bentuk diamond compact ) . hanya bisa untuk proses finishing.

C. Sifat Material Alat Potong

Secara garis besar 4 sifat utama yang diperlukan untuk menjadi alat potong

yang baik. Belum ada material alat potong yang secara ideal memenuhi keempat

sifat yang ada. masing—masing mempunyai kelebihan dun kekurangan yang

nantinya dapat disesuaikan dengan aplikasinya. Adapun sifat-sifat yang

dibutuhkan antara lain sebagai berikut :

a) Keras : supaya ujung sisi potong dapat menusuk benda

kerja

b) Ulet : supaya alat potong tahan terhadap beban kejut.

c) Tahan Panas : supaya alat potong dapat mempertahankan

kekerasannya saat bergesekan dengan benda kerja,

terutama pada suhu tinggi.

d) Tahan Aus : supaya umur pakai alat potong lebih lama / tidak

mudah tumpul.

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 2

a) Keras

Sifat paling utama yang dibutuhkan oleh mata potong adalah keras. Agar bisa

menusuk atau menyayat benda kerja material alat potong

haruslah lebih keras dari material benda kerja. Tingkat

kekerasan material benda kerja maupun alat potong yang ada

sekarang ini sudah cukup bervariasi. sehingga kita tinggal

memilih material alat potong yang kita butuhkan disesuaikan

dengan material benda kerja yang akan dikerjakan. Tidak jarang juga suatu alat potong

harus mengerjakan benda kerja yang sudah mengalami proses heattreatment yang

kekerasannya terkadang menyamai atau bahkan melebihi kekerasan dari material alat

potong yang ada. Sifat keras erat kaitannya dengan unsur-unsur penyusun dan material

alat potong tersebut. Misalnya dengan menambahkan unsur paduan yang mampu

meningkatkan kekerasan. Selain itu tingkat kekerasan material akan bertolak belakang

dengan tingkat kelenturan atau keuletannya. yang juga merupakan sifat yang juga

dibutuhkan untuk menjadi alat potong yang baik.

b) Ulet

Sifat ulet sangat diperlukan pada pahat

terutama untuk menetralisir adanya beban kejut

ataupun getaran yang mungkin muncul sewaktu

pemakanan terjadi. Sifat ulet mi menyebabkan

pahat mampu untuk mengalami pelenturan atau

defleksi yang hersifat elastis. Meskipun dapat

melentur pahat diharapkan tetap tegar dan kokoh. Defleksi hanya diperlukan untuk

mengurangi efek dari beban kejut. Sifat ulet dan keras memang saling bertolak

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 2

belakang semakin keras material itu maka akan semakin getas dan sebaliknya.

Sehingga jarang ditemukan material yang mempunyai tingkat kekerasan dan

keuletan yang baik. Untuk menanggulangi hal tersebut maka pahat dibuat dari dua

material yang berbeda. Pertama adalah material keras ( material alat potong )

kemudian yang kedua adalah material penyangga yang biasanya terbuat dan baja

permesinan seperti St. 60. Metode pengikatnya bisa berupa brazing, dibaut. Dijepit,

atau diselipkan.

c) Tahan Aus

Setiap pahat menyayat benda kerja

akan menimbulkan panas. Besarnya panas

yang ditimbulkan secara dominan

tergantung dari cutting speed , feeding,

depth of cut material benda kerja yang

digunakan. Panas yang muncul merambat

pada benda kerja maupun pada pahat. Pada

benda kerja bisa rnengakibatkan perubahan tingkat kekerasanya menjadi lebih keras

( seperti proses hardening ). Pada pahat akan terjadi prosestempering, yaitu penurunan

tingkat kekerasan. Kepekaan terhadap suhu sangat tergantung pada jenis dan material

alat potongnya. Material alat potong dikatakan baik apabila mampu mempertahankan

kekerasannya pada suhu tinggi. jadi meskipun ada panas yang muncul akibat

penyayatan tidak mempengaruhi kerja dan pahat. Panas yang muncul dapat dikurangi

dengan pemberian pendingin saat proses. Pendingin diarahkan tepat pada titik sayat.

jadi mampu menetralisir panas pada benda kerja maupun pahat. Kesalahan

pendinginan dapat menyebabkan pahat menjadi retak atau pecah.

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 2

d) Tahan Aus

Penampang ujung pahat yang kecil dan runcing mudah sekali untuk

mengalami keausan. Sifat ini juga erat kaitanya dengan sifat yang lain kekerasan,

keuletan, dan tahan panas , tetapi merupakan hal yang berdiri sendiri. Umur pakai

pahat secara normal menunjukkan tingkat ketahanan terhadap aus. Keausan yang

timbul dapat di sebabkan oleh gesekan maupun getaran yang muncul pada saat

penyayatan. Sifat tahan aus dapat diperbaiki dengan penambahan unsur paduan

ataupun perbaikan pada geometri sudut pada pahat.

D. Pemilihan Material Alat Potong

a) Material Benda Kerja

Alat potong harus lebih keras dari benda kerja yang digunakan.

b) Cutting Speed

Makin tinggi Cs yang dipilih alat potong harus mempunyai sifat tahan panas

yang baik.

c) Kualitas Permukaan ( surface quality )

Semakin bagus kualitas permukaan yang dituntut, alat potong harus

mempunyai sifat tahan aus yang baik.

d) Frekuensi Penggunaan

Semakin sering digunakan, alat potong harus mempunyai sifat tahan aus yang

baik.

e) Harga

Pertimbangan ekonomis, harga semakin murah tapi kualitas semaksimal

mungkin.

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 3

E. Proses Pengasahan Pahat Bubut

a. Geometri Pahat Bubut

Geometri pada pahat mengacu pada geometri

alat potong. Namun sudut-sudut tersebut tidak

hanya satu saja tetapi lebih. Misalnya ada sudut

bebas pertama, ada sudut bebas kedua. dst. Juga

ada sudut plan angle yaitu sudut yang terbentuk

dari bidang potong dengan sumbu benda kerja.

Pada sudut bebas, ada sudut bebas 5° dan 8°.

Maksudnya adalah agar sudut potong Iebih

besar,sehingga pahat lebih kuat. Pengasahan sudut 5° dengan batu gerinda diamond.

agar lebih halus karena permukaan yang kasar lebih mudah aus.

b. Perkembangan Bentuk Pahat Bubut

a) Seluruh badan pahat terbuat dari material alat potong. Contoh : TS,

LATS, HSS.

b) Setengah bagian depan terbuat dari material alat potong, sedangkan

bagian belakangnya terbuat dari material lunak kemudian dilas.

c) Hanya bagian ujung yang terbuat dari material alat potong, kemudian

dibrassing.

d) Ujung sisi potong terbuat dari material alat potong yang dijepit, dibaut

diselipkan pada holder ( pahat insert tip ). Alat potong ini terbuat dari

carbide, lapisan titanium, ceramic, diamond.

c. Kriteria pahat bubut


No Nama Kegunaan

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 3

1 ISO 1 Untuk pembubutan memanjang. Plan angle 75°


2 1SO 2 Untuk pembubutan memanjang dan melintang. plan
angle 45°
3 1SO 3 Untuk pembubutan memanjang dan melintang
( menjauh dan center. plan angle 0°)
4 1SO 4 Untuk pembubutan memanjang ( doc sangat kecil /
finishing, plan angle 100° )
5 1SO 5 Untuk pembubutan melintang menuju center, plan
angle 0°.
6 1SO 6 Untuk pembubutan memanjang. plan angle 90°.
7 1SO 7 Untuk pembubutan melintang menuju center. Plan
angle 0°.
8 1SO 8 Untuk pembesaran lubang tembus. Plan angle 75°.
9 1SO 9 Untuk pembesaran luhang tidak tembus. Plan angIe
90°.
10 Pahat undercut Untuk membuat alur. mernotong.
11 Pahat Ulir Untuk pembuatan ulir.
Untuk
pembuatan
ulir.
12 Pahat Untuk pembubutan roughing
Roughing
: ~ nwk
pembubutan
metiiafljaflg
roughing
13 Pahat Facing Untuk pembubutan memanjang
: U ntuk
penihubutan
memanjang

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 3

d. Pengasahan pahat bubut

Khusus ISO 6 dan ISO 2

1. Pengasahan bidang bebas (clarence angle)

Pengasahan bidang bebas bisa dikerjakan di mesin Greif dan juga bisa di

mesin Great DI. Pengasahan di mesin Greif dilakukan dengan manual dalam

arti bahwa proses pengasahan hanya mengandalkan feeling saja. Pada mesin

Greif sudut bebas yang diminta bisa dihasilkan dengan posisi settingan

kemiringan meja mesin. Umuk sudut bebas pentama dengan sudut kemiringan

8° dan sudut bebas kedua dengan settingan sudut 5°. Untuk pengerjaan sudut

8° menggunakan batu gerinda cylicon carbide sedangkan untuk pengerjaan

sudut 5° menggunakan batu gerinda diamond. Disini ada perbedaan jenis batu

gerinda yang digunakan karena tuntutan tingkat kehalusan yang diminta juga

tidak sama. Untuk pahat buhut kehalusan yang paling berpengaruh dalam

proses pembubutan adalah pada sudut 5° karena bagian ini yang nantinya akan

berfungsi menjadi sisi potong pada proses pembubutan. Sementara untuk sudut

8° hanya berfungsi sebagai pembebas saja. jadi tuntutan surface quality juga

tidak harus baik.

Pengasahan di Great D 1 dengan menggunakan batu gerinda Diamond.

Pada pengasahan ini sudah menggunakan beberapa aIat bantu pada mesin

Great D 1 semuanva bisa diatur sesuai tututan yang ada. Pada pengasahan di

Great Dl hasilnva bisa jauh lebih bagus karena settingan pada mesin sudah

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 3

pasti dan feeding pemakanan jauh kontinue dan stabil dibandingkan dengan

Greif.

2. Pengasahan bidang garuk ( rake angle)

Pengasahan bidang garuk hanya bisa dilakukan di mesin Great D 1. Istilah

lain dari pengasahan ini dinamakan Lapping.

e. Kriteria Pengasahan Pahat Bubut

Adapun tuntutan dari pengasahan pahat bubut adalah sbb:

a. Hasil pengasahan sebidang.

b. Kerataan bagus ( minimal 75% searah feeding)

c. Surface quality ( kehalusan ) bagus.

d. Geometri ( sudut ) sesuai dengan spesifikasi.

e. Ukuran sesuai dengan spesifikasi.

f. Kerusakan pada Pahat Bubut

Pahat dikatakan rusak atau tidak dapat difungsikan sebagai mana mestinya.

apabila telah terjadi perubahan pada geometri sisi potong utamanya ( alfa: beta:

gamma ) atau perubahan bentuk yang akan mengganggu proses pengerjaan. Ketika

pahat tersebut sudah mengalami perubahan geometri sudut potong. maka proses

pengerjaan menjadi tidak maksimal. seperti : surface quality jelek. tenaga yang

dibutuhkan lebih besar. panas yang berlebihan akibat gesekan antara pahat dan

benda kerja. proses lebih lama, dan bisa mengakibatkan kerusakan yang lebih fatal

terhadap benda kerja. mesin dan operator.

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 3

Jenis – jenis kerusakan pada pahat bubut

a. Radius Pada Ujung

Pembentukan radius pada ujung pahat merupakan kerusakan yang

wajar terjadi disebabkan

oleh frekuensi

pemakaian yang sudh

melebihi ambang tool life phat tersebut. Tool life pahat tidak selalu sama

tergantung pda proses pekerjaan yang menyankut penggunaan feed, cutting

speed dan material benda kerja. Oleh karena itu dibutuhkan pengasahan

pahat yang kotinyu agar proses poduksi berjalan lancar.

b. Keausan Pada Bidang Bebas


Keausan pada sisi bebas ini disebabkan oleh pemakaian feed yang terlalu

besar atau sudut

bebasnya terlalu kecil.

Sehingga terjadi

pergesekan antara pahat dan benda kerja. Hal ini dapat dihindari deengan

memperbesar sudut bebas atau memperkecil feed. Andaikan dalam kondisi ini

pahat masih terus dipakai maka yang akan terjaadi adalah penggesekan

penyayatan dan berakibat seperti diatas.

c. Keausan pada Bidang Garuk


Keausan pada bidang garuk

ini disebabkan karna panas

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 3

yang berlebihan ( overheat ). Panas yang timbul dari hasil penyayatan

dibawa oleh chip dan disalurkan ke pahat melaui bidang garuk tersebut.

d. Buit up cutting edge

Buit up cutting edge

adalah lelehan material

benda kerja yang

menempel pada ujung

pahat. Lelehan ini menjadi dingin dan mengeras sehingga berfungsi

menjadi mata potong yang baru.

e. Keretakan pada Tip Carbide


Keretakan pada tip

carbide ini disebabkan

karena panas berlebihan

( overheat ) dengan

pendinginan yang tidak kontinyu atau mendadak.

f. Tip Carbide Pecah


Hal ini disebabkan karena kedalaman pemakanan ( DOC ) yang terlalu

besar, feed, atau cutting

speed yang berlebih.

g. Tip Carbide Pecah

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 3

Lepasnya tip carbide

lebih disebabkan karena

sistem pengikat antara tip

dan holdernya kurang

baik ( hasil brasing )

II. TWIST DRILL

A. Pengertian

Twist drill adalah suatu alat potong yang bekerja dengan cara berputar pada

sumbunya, yang menghasilkan lubang silindris dan ukuran lubang yang dihasilkan

sama dengan ukuran alat tersebut.

DRILLING BORING

- menggunakan twist drill - menggunakan boring tool (ISO 8/9)

- hasil lubang = ukuran tool - hasil lubang > ukuran tool

- ukuran tetap/ Fix - ukuran bisa bervariasi

- benda kerja bisa pejal / sudah berlubang - harus ada lubang awalan

B. Bagian-bagian Twist Drill

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 3

GAMBAR I.
TWIST DRILL

C. Fungsi

1. Body

Bagian twist drill yang mempunyai sisi potong primer maupun sekunder yang

ditandai dengan adanya alur spiral (flute).

2. Neck

Bagian twist drill yang membatasi antara shank dan body.

3. Shank

Bagian twist drill yang dipegang oleh drill chuck / sleeve.

- Drill chuck berfungsi pemegang Shank berbentuk silindris.

- Sleeve berfungsi pemegang Shank berbentuk konus.

4. Heel

Salah satu tepi dari alur spiral (flute) yang tidak berfungsi sebagai mata

potong.

5. Land

Bagian twist drill yang memiliki mata potong dan posisinya mengikuti alur

spiral dengan sudut bebas 0°, Sebagai mata potong skunder yang berfungsi

untuk mempertahankan ukuran nominal diameter lubang yang dihasilkan.

6. Flute

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 3

Alur spiral pada body yang berfungsi :

- membentuk sudut gama pada mata potong primer dan skunder

- jalan keluar untuk chip pada saat proses pengeboran.

7. Lip

Sisi potong pada mata potong primer yang dibentuk oleh perpotongan antara

face dan flank.

8. Face

Permukaan flute yang mendekati lip, dimana chip yang diarahkan saat proses

pemotongan.

9. Flank

Bidang bebas pada mata potong primer. Bidang inilah yang setiap kali

digerinda saat pengasahan twist drill.

10. Point

Mata potong primer pada twist drill, yang terdiri dari : Lip, Flank, Face dan

Chisel.

11. Chisel Edge

Garis yang dibentuk oleh pertemuan Flank dari dua buah mata potong. Untuk

menyempurnakan proses pengerjaan biasa geometrinya dibuat 55° atau

dimodifikasi bentuk tertentu.

12. Web

Bagian inti dari twist drill yang tidak terkena alur spiral/flute. Ukurannya

membatasi chisel edge.

D. Standarisasi Twist Drill

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 3

Ukuran
Standarisasi Type Ukuran Ø Tol. Peningkatan Tangkai
Spesial

DIN 1889 ESU Ø 0.05 – Ø 1.45 h8 0.01 Silindris

Ø 1 – Ø 4.0 h8 0.05 Silindris


DIN 338 N
Ø 4.1 – Ø 13 h8 0.1 Silindris Ø 6.25

Ø 0.2 – Ø 4.0 h8 0.05 Silindris


DIN 338 N
Ø 4.1 – Ø 13 h8 0.1 Silindris

Ø 14.0 – Ø 25.0 MT 2 –
h8 0.25
MT 3

DIN 345 N Ø 25.5 – Ø 50.5 MT 3 –


h8 0.5
MT 4

Ø 51.0 – Ø 70.0 h8 1 MT 5 Ø 75.0

E. Type Twist Drill

Alur spiral pada twist drill mempunyai fungsi utama sebagai pembentuk sudut

garuk (γ) pada mata potong primer maupun sekunder. Secara prinsip masih

sama dengan pahat bubut, semakin keras material maka sudut garuknya

semakin kecil, begitu juga sebaliknya.

Pemilihan type ini didasarkan pada material benda kerja dan masih disesuaikan

dengan pengasahan sudut puncak twist drill.

Tiga type twist drill menurut sudut spiral, yaitu :

1. Type N  γ = 16º - 30º

Type twist drill ini digunakan untuk pengerjaan pada material normal,

dilihat dari segi kekerasan dan keuletannya.

2. Type H

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 4

Twist drill ini digunakan untuk pengerjaan pada material yang keras

dan getas.

3. Type W

Twist drill ini digunakan untuk pengerjaan pada material yang lunak.

F. Pengasahan Twist Drill

1. Kriteria pengasahan

Pada twist drill yang diasah hanya bidang sudut bebas (Flank) pada

kedua mata potong primernya. Adapun syarat-syarat yang harus

dipenuhi dalam pengasahan, antara lain :

a. Sudut puncak (φ)

 Sudut puncak adalah sudut yang dibentuk oleh kedua

sisi potong pada mata potong primer.

 Besar sudut pncak dipengaruhi oleh jenis material yang

akan dikerjakan

 Ada 3 type dalam pemilihan besanya sudut puncak

menurut Standarisasi DIN 1414, yaitu :

No Type Digunakan untuk Jenis Material

1. Type N  Baja dan baja tuang dengan kekuatan tarik

γ = 16º-30º sampai 700 N/mm², φ = 118º.

 Paduan Cuzn, nickel, stainless steel, φ = 140º.

2. Type H  Paduan Cuzn, 40, φ = 118º.

γ = 10º-13º  Baja kekuatan tingggi > St 70, φ = 140º.

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 4

 Plastik cetakan, batu, φ = 80º.

3. Type W  Alumunium, copper φ = 140º.

γ = 35º-40º  Zinc alloys, φ = 118º.

b. Sisi potong sama panjang

Bagian yang harus sama panjang adalah LIP kedua-duanya.

Akibat dari sisi potong yang tidak sama panjang, antara lain :

 Munculnya gaya radial pada saat pengeboran.

 Perubahan center lubang uang dihasilkan.

 Pembesaran ukran lubang yang dihasilkan.

 Patahnya twist drill akibat terjadinya kelenturan pada saat

proses drilling.

c. Sudut bebas

 Bidang bebas pada twist drill berupa bidang lengkung,

diukur dengan cara mencari titik singgung pertama pada

punggung dari ujung mata potongnya.

 Besarnya bidang bebas (α) = 10° - 12°

 Semakin besar bidang bebas (α) maka semakin tajam

berakibat laju pemakanan semakin cepat atau sebaliknya.

 Ketegaran twist drill mempengaruhi besarnya bidang bebas

(α)

d. Chisel Edge Angle

e. Kesebidanan

Teori Gerinda
SMK Katolik St. Mikael Surakarta 4

2. Cara pengasahan

G. Modifikasi Sudut Puncak Twist Drill

H. Macam-macam Drill

Teori Gerinda

Anda mungkin juga menyukai