Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mesin perkakas adalah mesin pengerjaan logam yang dijalankan oleh


mekanik atau motor listrik. Mesin bubut mencakup segala mesin perkakas yang
memproduksi bentuk silindris. Jenis yang paling tua dan paling umum adalah
mesin pembubut (lathe) yang melepas bahan dengan memutar benda kerja
terhadap pemotong mata tunggal. Suku cadang yang harus dimesin dapat
dipegang di antara kedua pusatnya, dipasangkan pada plat muka didukung dalam
pencekam rahang atau dipegang dalam pencekam yang ditarik ke dalam (collet).
Proses pemotongan logam merupakan suatu proses yang digunakan
untuk mengubah bentuk suatu produk dari logam dengan cara memotong.
Tergantung pada cara pemotonganya maka seluruh proses pemotongan logam
dapat dikelompokkan menjadi ; proses pemotongan dengan mesin las, mesin pres,
pemotongan non konvensional dan dengan mesin perkakas. Mesin perkakas dapat
didefinisikan sebagai mesin yang dapat merubah, memotong dan membentuk
logam sehingga mencapai ukuran dan kualitas yang direncanakan. Mesin perkakas
memotong logam dalam keadaan dingin, jadi tidak akan terjadi perubahan struktur
logam selama proses pemotongan tersebut.
Salah satu jenis material yang banyak digunakan dalam dunia teknik
adalah baja tahan karat atau stainless steel. Baja ini termasuk baja paduan yang
tahan terhadap korosi dan tahan pada suhu tinggi maupun rendah seperti halnya
tipe Austenit SS 304. Pada konstruksi material SS 304 banyak digunakan sebagai
alat-alat pertanian, perlengkapan dapur dan juga perpipaan. Namun pada
penulisan ini, penulis tertarik untuk melakukan perlakuan heat treatment terhadap
permukaan material SS 304 untuk mendapatkan kekerasan yang lebih baik lagi
sehingga bisa digunakan sebagai alat potong alternatif pada penyayatan bahan
logam lunak pada proses pembubutan.
2

1.2 Perumusan Masalah

Untuk mendapatkan hasil proses teknologi pada judul ini agar tidak
menyimpang dan meluas dari pokok permasalahan, maka perumusan masalah
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan material SS 304 jenis plat dan pahat bubut HSS biasa sebagai
bahan perbandingan.
2. Menentukan perlakuan heat treatment untuk pengerasan permukaan material
SS 304 berikut temperatur pemanasan yang akan dilakukan.
3. Pengujian kekerasan vickers untuk kedua material (SS 304) dan pahat bubut
sebagai perbandingan kekerasan permukaan.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menerapkan hasil produksi yang baik banyak hal yang perlu
diperhatikan. Bertujuan untuk mendapat suatu penelitian yang baik, sehingga
diharapkan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Adapun bagian-bagian yang akan dibahas meliputi :
1. Material SS 304 dan pahat bubut jenis HSS.
2. Perlakuan heat treatment dan pengujian vickers
3. Proses penyayatan pahat terhadap material logam lunak pada mesin bubut.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mata potong (tools) alternatif pada penulisan tugas


akhir ini adalah :
1. Sebagai aplikasi ilmu yang telah didapatkan pada mata kuliah elemen mesin,
mesin-mesin perkakas dan metalurgi
2. Dapat menentukan mata potong (tools) alternatif pada proses penyayatan pada
mesin bubut untuk penyayatan baja lunak.
3

1.5 Metode Penelitian

Adapun metode penulisan data untuk penelitian ini adalah sebagai


berikut :
a. Perbandingan langsung melalui kekerasan material pahat bubut tipe HSS
yang digunakan pada mesin bubut dengan material SS 304 sebelum dan
sesudah perlakuan heat treatment
b. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data-data yang berhubungan dengan
objek penelitian.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dan kegunaan penelitian alat potong (tools) alternatif pada


proses penyayatan mesin bubut dalam penulisan ini adalah :
1. Dapat menentukan pilihan terhadap alat potong (tools) alternatif
menggantikan pahat HSS terutama untuk penyayatan baja lunak.
2. Dapat memaksimalkan kerja mesin bubut, karena dibutuhkan keputusan yang
tepat pada proses produksidengan menggunakan mesin bubut.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Perencanaan mesin adalah perencanaan dari sistem dan segala yang


berkaitan dengan sifat mesin (produk, struktur, alat-alat dan instrumen). Pada
umumnya, perencanaan mesin mempergunakan matematika, ilmu bahan dan ilmu
mekanika teknik. Perumusan masalah harus mencakup seluruh spesifikasi tentang
sesuatu yang akan direncanakan. Perincian tersebut mencakup sejumlah masukan
dan keluaran, sifat dan dimensi ruang yang dipakai dan semua batasan-batasan
atas besaran yang berkaitan dengan hal tersebut. Perencanaan adalah suatu proses
yang iteratif, dimana beberapa langkah harus kita lalui, kemudian menguji hasil
akhir dan kemudian kembali ke tahap awal dari prosedur.
Mesin perkakas dapat didefinisikan sebagai mesin yang dapat merubah,
memotong dan membentuk logam sehingga mencapai ukuran dan kualitas yang
direncanakan. Mesin perkakas memotong logam dalam keadaan dingin, jadi tidak
akan terjadi perubahan struktur logam selama proses pemotongan tersebut.
(Taufik Rohim, 1995)
Pahat yang bergerak relatif terhadap benda kerja akan menghasilkan
geram dan sementara itu permukaan benda kerja secara bertahap akan terbentuk
menjadi komponen yang dikehendaki. Pahat tersebut dipasangkan pada suatu jenis
mesin perkakas dan dapat merupakan salah satu dari berbagai jenis pahat atau
perkakas potong disesuaikan dengan cara pemotongan dan bentuk akhir dari
produk. Pahat yang lazim digunakan pada proses bubut adalah dari bahan HSS
(High Speed Steel), HCS (High Carbon Steel), Karbida, Keramik dan Intan.
Penggunaan jenis bahan – bahan pahat tersebut disesuaikan dengan kekerasan
benda kerja yang akan disayat pada mesin bubut, sehingga umur pahat dapat
ditentukan lebih tahan.
5

Pada mulanya untuk memotong baja digunakan baja karbon tinggi


sebagai bahan perkakas potong, dimana kecepatan potong (cutting speed) bisa
mencapai 10 m/menit. Berkat kemajuan teknologi, kecepatan potong ini dapat
dinaikkan sehingga mencapai sekitar 700 m/menit dengan menggunakan CBN
(Cubic Boron Nitride). (Taufik Rohim, 1995)

2.2 Teori Dasar

Menurut JE. Shigley (1999), bahwa Kekuatan dari suatu elemen adalah
merupakan faktor yang paling penting dalam mencari geometri dan ukuran dari
elemen tersebut. Sifat berikut sering merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan : - kekuatan, keandalan, pertimbangan panas, korosi, keausan,
gesekan, pembuatan, kegunaan, biaya, keamanan, berat, kebisingan, bentuk,
ukuran, pelumasan, pemeliharaan, isi.
Menurut Hendra Saputra (2007) bahwa Pahat HSS (high speed steel)
adalah salah satu alat potong (pahat) pada permesinan bubut yang tingkat
kecepatan potong yang baik dan lebih murah. Penggunaannya bisa ekonomis
karena pahat bisa diasah saat tumpul dan pengaturan sudut potong bisa
disesuaikan dengan kekerasan material bahan. Bahan ST 37 (mild steel) adalah
bahan material logam yang biasa digunakan pada elemen mesin sebagai sparepart
alternatif yang murah dan mudah dimesin. Dengan memperhatikan langkah
pengerjaan yang benar ditinjau dari pemilihan putaran mesin, besar pemakanan
(deft of cut) dan sudut pemotongan pahat yang benar maka efisiensi waktu dan
biaya produksi dapat ditekankan.
Menurut Delvi Sukandar (2005) melalui penelitian pengaruh unsur
Khrom (Cr) dan variasi temperatur udara pada proses pengelasan terhadap sifat
fisis dan mekanis baja tahan karat AISI 304 menunjukkan bahwa adanya unsur Cr
yang besar 926,08% menyebabkan terbentuknya fasa austenit dan karbida khrom,
sehingga fasa ferit tidak terbentuk, selain itu fasa karbida khrom menaikkan harga
kekerasan.
Menurut Hasrul Joni (2008) pada penelitian terhadap baja karbon rendah
AISI 1050 bahwa kekerasan spesimen akan mengalami peningkatan setelah
6

melewati heat treatment dan holding temperatur selama 2 jam, pengaruh


kekerasan tersebut semakin dikokohkan dengan pendinginan dari media yang
berbeda, dimana media pendingin yang lebih mempengaruhi tingkat kekerasan
spesimen adalah air laut sampai mencapai nilai kekerasan rata-rata HRB 39,68
kg/mm2 pada temperatur 900 0C. sedangkan media pendingin yang tidak banyak
mempengaruhi kekerasan spesimen adalah oli, yaitu nilai kekerasan rata-rata
maksimal yang diperoleh hanya mencapai 30,67 kg/mm 2 pada temperatur heat
treatment 900 0C.

2.3 Pahat Potong

Alat-alat potong memegang peranan yang sangat penting pada proses


pembubutan. Untuk dapat bekerja dengan cepat dan aman, seorang operator atau
teknisi bubut harus mengetahui jenis pahat, sudut-sudut pahat, bagaimana cara
pemilihan dan penggunaannya dan bagaimana cara memperbaikinya bila terjadi
kerusakan sehingga dapat digunakan dengan kemampuan maksimum.
Pahat potong terbagi dalam beberapa jenis bahan baku dan kegunaannya.
Dalam permesinan bubut pahat HSS (high speed steel) adalah jenis yang sering
digunakan untuk pengerjaan. Selain harga lebih murah dengan kecepatan potong
tinggi, juga hemat dalam pemakaiannya karena bisa diasah kembali dan dibentuk
sesuai pengerjaan.
Selain pahat HSS dalam permesinan bubut dikenal pula dengan pahat
potong HCS (high carbin steel), Carbide, Keramik dan Intan.

2.3.1 Karakteristik pahat potong

Sifat-sifat bahan yang mutlak perlu untuk penyayat pahat bubut seperti
diuraikan berikut :
- Kekerasan
Penyayat harus lebih keras dari bahan benda kerja karena jika tidak demikian
penyayat tidak akan dapat memasuki bahan benda kerja dan mengikis serpih.
- Kekerasan panas
7

Akibat gesekan timbul panas yang dapat menimbulkan suhu tinggi pada lokasi
penyayatan. Kekerasan bahan penyayat harus tetap bertahan pada suhu yang
terjadi karena jika tidak, hal ini akan menyebabkan penyayat cepat aus.
- Keuletan
Walaupun sudah memenuhi persyaratan kekerasan yang mutlak, penyayat
masih harus pula mampu menampung beban hentakan, ia tidak boleh patah.
- Daya tahan aus
Penyayat akan aus akibat gesekan, ia akan menjadi tumpul. Oleh karena
penajaman kembali yang sering akan menimbulkan kerugian bahan dan
waktu, maka daya tahan aus bahan penyayat harus tinggi (kaitan dengan
kekerasan).
- Ekonomis
Sifat bahan penyayat menguntungkan yang meningkatkan daya sayat
perkakas, harus mengimbangi biaya pengadaan dan pemeliharaan. Oleh
karena itu gagangnya sering terbuat dari baja konstruksi mesin biasa dan
hanya kepala penyayat atau penyayatnya saja yang terbuat dari bahan
penyayat yang baik.
Kekerasan yang rendah dan daya adhesi yang tinggi tidak diinginkan
sebab mata potong akan terdeformasi, terjadi keausan tepi dan keausan kawah
yang besar. Keuletan yang rendah serta ketahanan beban kejut thermal yang kecil
mengakibatkan rusaknya mata potong maupun retak mikro yang menimbulkan
kerusakan fatal. Sifat-sifat unggul seperti diatas memang perlu dipunyai oleh
material pahat.
Pada umumnya kekerasan dan daya tahan thermal yang dipertinggi
selalu diikuti oleh penurunan keuletan. Berbagai penelitian dilakukan untuk
mempertinggi kekerasan dan menjaga supaya keuletan tidak terlalu rendah
sehingga pahat tersebut dapat digunakan pada kecepatan potong yang tinggi. Hal
ini bisa dimaklumi karena peninggian kecepatan potong berarti menaikkan
produktifitas.
8

2.3.2 Pahat karbon

Baja dengan kandungan karbon yang relatif tinggi (0,7% - 1,4% C) tanpa
unsur lain atau dengan prosentasi unsur lain yang rendah (2% Mn, W, Cr) mampu
mempunyai kekerasan permukaan yang cukup tinggi. Dalam proses laku panas
kekerasan yang tinggi ini (500 – 100 HV) dicapai karena terjadi transformasi
martensitik. Karena martensit akan melunak pada temperatur sekitar 250 0C maka
baja karbon ini hanya bisa digunakan pada kecepatan potong yang rendah dan
hanya digunakan untuk memotong logam yang lunak ataupun kayu. (Toufik
Rohim, 1995).

2.3.3 Pahat HSS

Pada tahun 1898 ditemukan jenis baja paduan tinggi dengan paduan
krom (Cr) dan tungsten/wolfram (W). Melalui proses penuangan (molten
metallurgy) kemudian diikuti pengerolan ataupun penempaan baja ini dibentuk
menjadi batang atau silinder. Pada kondisi lunak (annealed) bahan tersebut dapat
diproses secara pemesinan menjadi berbagai bentuk pahat potong. Setelah proses
laku panas dilaksanakan, kekerasannya akan cukup tinggi sehingga dapat
digunakan pada kecepatan potong yang tinggi sehingga dinamakan dengan Baja
kecepatan tinggi (high speed steel) . Apabila telah aus HSS dapat diasah sehingga
mata potongnya tajam kembali.

2.4 Mesin Bubut

Mesin bubut (Lathe Machine) adalah mesin yang mempunyai gerak


utama memutar dan berfungsi merubah bentuk dan ukuran benda kerja dengan
jalan menyayat dengan alat potong (cutter) yaitu pahat. Dimana gerakan utamanya
adalah objek benda kerja berputar.
Jadi prinsip gerak utamanya adalah gerak berputar dari benda kerja dan
gerak kecepatan dari mesin, sehingga gerakan pemotongan merupakan gerak
melingkar.
9

Gerakan melingkar berasal dari proses utama yang digerakkan oleh


elektro motor sebagai sumber penggerak yang umumnya terletak di kepala tetap
mesin bubut. Didalam kepala tetap ini terdapat sumbu utama dan bagian-bagian
lainnya untuk mendapatkan perputaran dengan perantara sabuk penjalan atau tali
V (fimble).
Ukuran mesin bubut dinyatakan dalam diameter benda kerja yang dapat
diputar, sehingga sebuah mesin bubut 400 mm adalah mesin yang memiliki ruang
bebas cukup di atas rel bangku untuk mengerjakan diameter 400 mm. tetapi,
ukuran kedua diperlukan untuk menentukan kapasitas ukuran selanjutnya dari
mesin, dalam pernyataan panjang benda kerja. Beberapa pabrik menyatakannya
dalam panjang maksimum benda kerja di antara kedua pusat mesin bubut,
sedangkan pabrik lain menyatakannya dalam panjang bangku.

Gambar 2.2 Mesin Bubut


Sumber : Amstead, 1995

2.5 Proses Permesinan Bubut

Bagi suatu tingkatan proses, ukuran objektif ditentukan dan pahat harus
membuang sebagian material benda kerja sampai ukuran objektif tersebut itu
dicapai. Untuk itu perlu dipahami lima elemen dasar mesin proses pemesinan,
yaitu :
10

- Kecepatan potong (cutting speed) : v (m/min)


- Kecepatan makan (feeding speed) : v (mm/min)
- Kedalaman potong (depth of cut) : a (mm)
- Waktu pemotongan (cutting time) : t (min)
- Kecepatan penghasilan beram
(rate of metal removal) : z (cm / min)
Harga putaran poros utama umumnya dibuat bertingkat dengan aturan
yang telah distandarkan. Sesuai acuan mesin bubut pada Lab. Jurusan Teknik
Mesin Universitas Malikussaleh dengan kode Mesin LG – 460A x 1000, maka
putaran yang distandarkan adalah 25, 36, 55, 80, 90, 130, 200, 300, 540, 790,
1200 dan 1800 rpm.
Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihitung dengan
menggunakan rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar
berikut :

Gambar 2.3 Proses bubut


Sumber : Taufik Rohim, 1995
Dimana :
do = Diameter mula ; mm
dm = Diameter akhir ; mm
lt = Panjang pemesinan ; mm
kr = Sudut potong utama ;
= Sudut berat ;
11

a = Kedalaman potong ; mm
n = Putaran poros utama (benda kerja) ; rpm/min
f = Gerak makan ; mm/rpm.
Elemen dasar dapat dihitung dengan persamaan berikut ;
- Kecapatan potong

v = = (2.1)

atau penyayatnya saja yang terbuat dari bahan penyayat yang baik.

2.6 Stainless Steel

Stainless steel adalah baja tahan karat dengan kandungan kromium (Cr)
berkisar antara 11,5 – 35%, dimana stainless steel mampu membentuk lapisan
Cromium oksida tipis di permukaan yang bersifat pasif terhadap lingkungan
sehingga menurunkan jenis korosi yang terjadi. Selain Cr untuk meningkatkan
ketahanan terhadap korosi pada lingkungan tertentu, umumnya juga ditambahkan
unsur-unsur lain. Penamaan tahan karat (stainless steel) diberikan oleh seorang
ahli peneliti Inggris bernama Brearly, ketika ia menemukan baja dengan
kandungan Cr mulai dari 12% ke atas tidak berkarat dalam suatu kondisi yang
lembab dan berair.
Menurut AISI (American Institute of Steel and Iron), baja tahan karat
dibagi menjadi 3 macam (Okumura, 2004), yaitu :
1. Baja tahan karat martensit
2. Baja tahan karat ferit
3. Baja tahan karat austenit.
Stainless steel jenis SS 304 termasuk dalam kelas austenit. Stainless steel
ini dibentuk dengan penambahan unsur yang mempunyai struktur crystal face
centered cubic (fcc) seperti nikel dan manganese pada sistem binari besi
(chromium). Biasanya kandungan Ni pada stainless steel jenis ini mencapai 6 –
22%.

Tabel 2.1 Komposisi Material stainles steel 304


12

Komposisi Kimia Sifat Mekanis


Cr (%) Ni (%) Mo (%) (kg/mm2)
17 - 25 16 - 26 5 52

2.7 Perlakuan Heat Treatment

Perlakuan panas adalah proses pendinginan dan pemanasan logam padat


untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu daripada logam tersebut dalam batas-batas
kemampuannya. Perubahan sifat-sifat logam melalui perlakuan panas dapat terjadi
dengan mengubah ukuran dari butiran (grain size) atau mengubah struktur mikro
tersebut, pengaruh pemanasan dan pendinginan.
Semua logam dapat di heat treathment, walaupun beberapa diantaranya
memberi pengaruh yang kecil akan tetapi khususnya sebagian besar baja-baja
berpengaruh besar. Tujuan perlakuan panas adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan keliatan (ductility)
b. Memperbaharui kualitas mesinnya
c. Menghilangkan tegangan dalam
d. Mengubah ukuran butiran
e. Meningkatkan kekerasan, kekuatan tarik
f. Mengubah komposisi kimia dari permukaan logam seperti case hardening
g. Mengubah sifat magnetis
h. Mengubah sifat penghantar listriknya
i. Meningkatkan keras dan liat (toughness)
j. Pengkristalan ulang dari logam yang telah dikerjakan dingin.

Proses perlakuan panas dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :


1. Perlakuan yang menghasilkan kondisi setimbang (equalibrium)
Misalnya ; melunakkan (annealing), hasilnya : liat, lunak-kekuatan berkurang.
2. Perlakuan yang menghasilkan kondisi tidak seimbang.
Misalnya ; pengerasan (hardening), sedang memudahkan (tempering) adalah
memperbaiki kekerasan hingga tidak sampai rapuh.
13

Pada proses perlakuan panas, ada 3 (tiga) faktor yang dapat mempengaruhi sifat
dari logam, yaitu :
1. Temperatur pemanasan
2. Lamanya pemanasan (holding time/socking) pada temperatur tetap
3. Kecepatan pendinginan (cooling rate)
4. Kandungan metal (komposisi kimia).
Dalam proses pengerasan logam terutama baja, unsur zat arang (karbon)
sangat dominan untuk tercapainya tingkat kekerasan tertentu.

2.8 Pengujian Kekerasan

Kekerasan (hardness) adalah suatu sifat logam yang mampu terhadap


deformasi plastis (perobahan bentuk yang tetap) pembebanan setempat pada
permukaan berupa goresan atau penekanan. Kebanyakan sistem pengujian
kekerasan menggunakan suatu beban standar yang diberikan pada suatu bola atau
piramida yang bersentuhan dengan bahan yang diuji. Kekerasan kemudian
dinyatakan sebagai fungsi dari ukuran lekukan yang terjadi, Kekerasan adalah
suatu sifat yang mudah mengukurnya.
Pengerasan yang dilakukan secara langsung adalah baja dipanaskan untuk
menghasilkan struktur austenit dan selanjutnya didinginkan. Pembentukan sifat-
sifat dalam baja tergantung pada kandungan karbon, temperatur pemanasan,
sistem pendinginan serta bentuk dan ketebalan bahan.
1) Pengaruh unsur karbon
Supaya dihasilkan suatu perubahan sifat-sifat baja maka unsur karbon yang
larut dalam padat harus secukupnya, setelah dilakukan pendinginan untuk
menghasilkan perubahan lapisannya. Jika kandungan karbon kurang dari
0,15% maka tidak terjadi perubahan sifat-sifat baja setelah didinginkan.
Tetapi, kenaikan kandungan karbon berhubungan dengan kenaikan kekuatan
dan kekerasan sebagai hasil daripada pendinginan, hanya kenaikan tersebut
akan mengurangi kekenyalan pada baja.
14

2) Pengaruh suhu pemanasan


Supaya terjamin pelarutan yang lengkap sebagai hasil dari pendinginan
maka penting adanya pelarutan unsur karbon dengan jumlah cukup dalam
larutan padat sebagai hasil dari pemanasan, baja yang mengandung karbon
kurang dari 0,83% dipanaskan di atas kritis atas (tertinggi). Seluruh unsur
karbon masuk ke dalam larutan padat dan selanjutnya didinginkan. Baja
dengan mengandung karbon lebih dari 0,83% biasanya dipanaskan hanya
sedikit di atas titik kritis terendah. Dalam hal ini terjadi perubahan perlit
menjadi austenit.
3) Pengaruh pendinginan
Jika pendinginan baja dilakukan dengan kecepatan pendinginan kritis maka
seluruh austenit akan berubah ke dalam bentuk martensit. Sehingga
dihasilkan kekerasan baja yang maksimum. Adapun kecepatan pendinginan
kritis adalah tergantung pada komposisi kimia baja. Pada umumnya baja
paduan dapat didinginkan di dalam udara hembus. Air digunakan apabila
baja karbon biasa mempunyai kekerasan yang tinggi.
Sifat kekerasan ini banyak hubungannya dengan sifat-sifat ; kekuatan,
daya tahan aus dan mampu dikerjakan dimesin (mampu mesin). Ada tiga macam
cara penentukan kekerasan, yaitu :
1. Cara goresan
2. Penekanan
3. Menjatuhkan bola.
Menitrid (pengerasan permukaan) dapat didefinisikan sebagai suatu
proses pengerasan permukaan. Baja paduan dipanaskan untuk waktu yang lama
dalam suatu atmosfer dari gas nitrogen. Hasil dari pengerjaan nitrid adalah
menghasilkan suatu permukaan yang keras. Supaya dihasilkan permukaan yang
keras dengan cara ini maka digunakan suatu baja paduan yang mengandung unsur
kromium dan aluminium sesuai dengan kekerasan yang dihasilkan. Apabila baja
karbon biasa yang digunakan dalam proses ini maka proses nitrid akan
membentuk seluruh struktur dengan pengaruh yang kecil atas sifat-sifatnya.
Kandungan karbon pada baja yang dinitrid adalah sekitar 0,2 – 0,5% sesuai
15

dengan sifat-sifat inti yang diperlukan. Dan baja tersebut akan bereaksi secara
langsung terhadap pengerjaan pengerasan.

2.8.1 Metode pengujian kekerasan

Penentuan kekerasan dengan beban penekan adalah pengukuran yang


dilakukan oleh Brinell, Rockwell dan Vickers. Proses percobaan ini dapat
dilakukan pada satu pesawat, perbedaannya adalah system percobaan dan
peralatannya yang dapat ditukar-tukar. Namun hasil dari ketiga penekanan ini
tidak jauh berbeda. Pengujian kekerasan material logam telah ditetapkan standar
kekerasan yang akan menjadi acuan spesifikasi kekuatan material. Dikenal 3 cara
pengujian/ ketetapan kekerasan yaitu ; cara Brinell (BHN), cara Rockwell (HR)
dan cara Vickers (HV).

2.8.2 Penekanan brinell (Brinell test)

Penekanan Brinell adalah penekanan yang dilakukan dengan


menggunakan bola baja yang dikeraskan pada permukaan logam yang akan dicari
kekerasannya dengan beban tertentu yang konstan. Penekan (indentor) adalah bola
baja dengan diameter bervariasi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketebalan
material uji sebagai berikut :
a. Tebal lebih dari 6 mm dipakai diameter 10 mm
b. Tebal lebih antara 3 mm sampai 6 mm dipakai diameter 5 mm
c. Tebal lebih tipis dari 3 mm dipakai diameter 2,5 mm.
Brinell Hardness Number (BHN) atau HB yaitu beban tekan P (kg)
dibagi luas tapak tekan pada benda coba dinyatakan dengan mm2.

HB =

Dimana :
HB = Kekerasan Brinnell (kg/mm2)
16

P = Beban penekan (kg)


D = Diameter bola baja (mm)
d = Diameter bekas tekanan (mm).
Dalam pengujian kekerasan Brinell, suatu gaya diberikan pada sebuah
bola, dan angka kekerasan HB adalah sama dengan gaya yang bekerja dibagi
dengan luas permukaan bola dari lekukan yang terjadi. Ternyata bahwa angka
kekerasan Brinell dapat dipakai untuk mendapatkan taksiran yang baik pada harga
tertentu dari kekuatan tarik akhir baja.

2.8.3 Penekanan Rockwell (Rockwell test)

Pada pengujian Rockwell dipakai dua jenis alat penekan (indentor),


yaitu:
a. Kerucut intan dengan sudut puncak 1200 digunakan untuk kekerasan logam di
atas 200 HB
b. Bola baja dengan diameter 1/16”, 1/8”, ¼” dan ½” digunakan untuk logam-
logam lunak.
Prinsip pengukuran kekerasan didasarkan atas kedalaman penekanan
masuk pada bahan. Makin keras bahan makin dangkal masuknya intan atau bola
baja tersebut dan makin lunak makin dalam. Untuk praktisnya dibuat skala A, B,
C, D sampai V.
- Skala A untuk bahan yang lunak sampai yang sangat keras dengan kerucut
intan gaya tekan 60 Kg.
- Skala B kekerasan yang agak rendah dengan bola 1/6” beban tekan 100 Kg.
- Skala C untuk kekerasan baja yang dikeraskan, dengan kerucut intan dengan
gaya tekan 150 Kg, sedang skala-skala lainnya adalah untuk kekerasan rendah
dari bahan-bahan. Pada penelitian pengujian ini, penulis menggunakan skala
rockwell B.
Pengukuran kekerasan dilakukan dengan tiga tahap :
1. Dengan beban mula Po = 10 Kg
2. Dengan beban akhir P1 = menurut masing-masing skala.
3. Tahap pengukuran kekerasan dengan beban 10 Kg.
17

Nilai pengukuran Rockwell dinyatakan dengan jenis skala yang dipakai.


Misalnya : Skala A dinyatakan RA, skala B dengan RB dan seterusnya.
Persamaan kekerasan Rockwell ditulis sebagai berikut :

R =

Dimana ;
k = angka ketetapan bahan 0,2 untuk intan 0,26 untuk baja
h1 = dalamnya penekanan (baja, kerucut intan) setelah beban dilepas
h = dalamnya penekanan pada beban mula
c = angka skala pembagi pada mesin Rockwell (0,002 mm tiap skala).

Sehingga diperoleh hasil kekerasan dengan penekanan kerucut intan (cone) ;

HRc = (kg/mm2)

Untuk penekanan bola baja (ball)

HRB = (kg/mm2)

2.8.4 Penekanan Vickers (Vickers test)

Penekanan kekerasan cara vickers dilakukan dengan penekanan oleh


intan berbentuk piramid sama sisi sebagai pengganti bola baja. Percobaan ini
dilakukan untuk bahan-bahan yang lebih keras.
Pengujian vickers lebih sempurna dai metode brinell dan lebih teliti.
Bekas penekanan lebih kecil atau tidak merusak material. Persamaan vickers
adalah sebagai berikut ;

HV = = ; atau

HV = 1,8544 ;
18

Untuk memperoleh permukaan yang keras tergantung pada komposisi baja yang
digunakan. Baja dengan 3% Cr akan memperbaiki kekerasannya sekitar 850 HV
dan baja dengan 1,5% Cr dan 1,5% Al memperbaiki kekerasannya sekitar 1.100
HV. Proses nitrid adalah suatu proses pengerasan permukaan yang ideal untuk
menghasilkan dalam skala besar, tetapi kurang ekonomis untuk menghasilkan
dalam skala kecil.
19

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini,


maka penulis menggunakan metode penelitian eksperimen.

3.1 Tempat dan Waktu


3.1.1 Tempat

Penelitian dan pengujian ini direncanakan pelaksanaannya di


Laboratorium Teknik Mesin Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.

3.1.2 Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah setelah penulis menyelesaikan


seminar proposal yang diajukan dan telah disetujui.

3.2 Bahan dan Peralatan

3.2.1 Bahan

Material yang dipakai adalah stainless steel 304 dan berbentuk plat.
Alasan pemilihan material adalah baja ini mempunyai kekuatan yang lebih baik
dan tahan terhadap korosi serta mudah didapatkan sehingga tidak sulit bagi
penulis untuk melakukan pengujian terhadap spesimen ini. Dimensi spesimen
akan dibentuk pahat potong pada mesin bubut yang diikatkan pada gagang.

3.2.2 Peralatan

Dalam penelitian ini akan melibatkan berbagai peralatan pendukung


untuk kesempurnaan prosedur penelitian. Adapun alat-alat yang dibutuhkan
adalah :
20

a. Mesin Pemanas.
b. Alat uji kekerasan menggunakan indentor Vickers.
c. Tang penjepit.
d. Pahat HSS (sebagai pembanding).
e. Material benda kerja mild steel sebagai bahan uji.
f. Mesin Bubut.

3.3 Metode Pengujian

Prosedur dan metode pengujian akan memberikan hasil yang baik bila
sebelumnya telah dibuat rencana sebagai langkah-langkah kerja sesuai diagram
alir penelitian.

3.4 Diagram Alur Penelitian

Untuk mempermudah langkah pengerjaan, maka dibuat aliran penelitian


(flow chart) seperti pada Gambar 3.1 di bawah ini.
21
MULAI

PERSIAPAN
LITERATUR
DAN SPESIMEN

PAHAT HSS SS 304 BENTUK PAHAT


POTONG

HEAT TREATMENT

UJI KEKERASAN UJI KEKERASAN


VICKERS VICKERS

PERBANDINGAN
HASIL KEKERASAN

UJI PENYAYATAN

PERBANDINGAN DAN
MENGAMATI HASIL
PENYAYATAN

KESIMPULAN

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian


22

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan diulas hasil penelitian dalam bentuk olahan data
tabel-tabel dan grafik hasil. Sehingga akan dapat dijadikan acuan nilai
perbandingan pada penelitian sebelumnya.
23

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan ini berisikan intisari hasil pembahasan dan uraian dari


batasan masalah.

5.2 Saran

Dari hasil analisa dan pembahasan perlu dibatasi dengan saran-saran


objektif yang efektif untuk solusi pengerjaan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
24

DAFTAR PUSTAKA

- Anonym (PT. Arun LNG Co) Modul 1, 1984 Ilmu Pengetahuan Bahan
Sifat-sifat Bahan Logam
- A. Muin, Syamsir Ir, 1989. Dasar-dasar Perancangan Perkakas Dan Mesin-
Mesin Perkakas. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta
- Amstead BH, Ostwald F. Phillip, 1995. Teknologi Mekanik. Penerbit
Erlangga, Jakarta
- Daryanto. Drs, 1993. Dasar-dasar Teknik Mesin. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
- E. Shigley Joseph, Larry D. Mitchell, 1999 Perencanaan Teknik Mesin edisi
ke Empat Jilid 1, Penerbit Erlangga Jakarta
- Rochim Taufiq, 1993. Teori & Teknologi Proses Pemesinan
- Saputra, Hendra, 2007 Analisa Pembuatan Poros Ulir Ganda Segi Empat
Menggunakan Proses Bubut dengan Mata Potong HSS, Tugas Akhir
Unimal Lhokseumawe
- Schonmetz, Sinnl, Reiter, Heuberger, 1990. Pengerjaan Logam Dengan
Mesin. Penerbit Angkasa Bandung

Anda mungkin juga menyukai