Jurnal KB-2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Analisa Pemikiran Insan Cendikia (APIC) p-ISSN: 2654-7201

Volume V, No. 1 (2022) 48 - 61 e-ISSN: 2808-6902

PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM INDIKATOR


MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA

Athoillah Islamy

ABSTRAK
Balai Diklat Keagamaan Medan
Jl. TB. Simatupang No. 122 Medan
Pengarustamaan moderasi beragama di Indonesia tidak selamanya
Telp. (061)8456256
E-mail: athoillahislamy@yahoo.co.id disambut hangat, dikarenakan masih ada yang menilainya sebagai
Naskah diterima: 01 Agustus 2022 liberalisasi maupun sekularisasi agama. Penelitian ini berupaya untuk
Naskah Direvisi: 02- 05 Agustus 2022
Naskah disetujui: 03 Juni 2022 mengidentifikasi nilai pendidikan Islam multikutural dalam indikator
Website Jurnal: moderasi beragama yang dirumuskan oleh Kementrian Agama Republik
http://apicbdkmedan.kemenag.go.id.
Indonesia. Penelitian pustaka ini menggunakan pendekatan normatif-
filosofis. Teori analisis yang digunakan, yakni nilai-nilaii pendidikan Islam
multikultural yang dirumuskan oleh Azyumardi Azra. Hasil penelitian
menyimpulkan terdapat dimensi nilai pendidikan Islam multikultural dalam
empat indikator moderasi beragama di Indonesia. Pertama, nilai
pendidikan tasamuh pada indikator toleransi dalam pembentukan paham
dan sikap sosial keberagamaan Islam yang menghormati realitas
kemajemukan hidup antar umat beragama. Kedua, nilai pendidikan
perdamaian pada indikator komitmen kebangsaan dalam pembentukan
paham maupun sikap sosial keberagamaan Islam yang menekankan
perdamaian dan persatuan dalam kehidupan bernegara. Ketiga, nilai
pendidikan humanisme pada indikator anti radikalismedalam
pembentukan paham dan sikap sosial keberagamaan Islam yang
menjunjung nilai kemanusiaan. Keempat, nilai pendidikan wasatiyah pada
indikator akomodatif terhadap budaya lokal dalam pembentukan paham
dan sikap sosial keberagamaan Islam yang moderat untuk menyikapi
pluralitas tradisi lokal selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Implikasi teoritik penelitian ini menyatakan terdapat relevansi nilai universal
dalam indikator moderasi beragama di Indonesia dengan pelbagai nilai
pendidikan Islam multikultural.

Kata kunci: Pendidikan Islam, multikultural, moderasi beragama, Indonesia

ABSTRACT
The mainstreaming of religious moderation in Indonesia is not always
warmly welcomed, because there are still those who consider it a
liberalization or secularization of religion. This study seeks to identify the
value of multicultural Islamic education in the indicators of religious
moderation formulated by the Ministry of Religion of the Republic of
Indonesia. This literature research uses a normative-philosophical approach.
The analytical theory used is the values of multicultural Islamic education
formulated by Azyumardi Azra. The results of the study conclude that there
are dimensions of the value of multicultural Islamic education in the four

48
indicators of religious moderation in Indonesia. First, the value of tasamuh
education on indicators of tolerance in the formation of Islamic religious
social understanding and attitudes that respect the reality of the plurality of
life among religious communities. Second, the value of peace education on
indicators of national commitment in the formation of Islamic religious
understanding and social attitudes that emphasize peace and unity in state
life. Third, the value of humanism education on anti-radicalism indicators in
the formation of Islamic religious social understanding and attitudes that
uphold human values. Fourth, the value of wasatiyah education on
accommodative indicators of local culture in the formation of moderate
Islamic religious understanding and social attitudes to address the plurality
of local traditions as long as they do not conflict with Islamic teachings. The
theoretical implication of this research is that there is relevance of universal
values in indicators of religious moderation in Indonesia with various values
of multicultural Islamic education.
Keywords: Islamic education, multicultural, religious moderation, Indonesia

PENDAHULUAN pemerintah Indonesia tidak senantiasa


disambut hangat oleh publik Indonesia.
Merajalelanya fenomena radikalisme
Pernyataan demikian disebabkan terdapat
dan terorisme yang berlindung di balik
stigma negatif oleh sebagian umat Islam
doktrin agama telah mendorong perhatian
Indonesia yang memandang upaya
serius pemerintah Indonesia untuk
pengarustamaan moderasi beragama oleh
menanggulanginya(Eko Siswanto & Athoillah
pemerintah sebagai liberalisasi maupun
Islamy, 2022). Di tengah problem keamanan
sekulerisasi terhadap ajaran agama
nasional tersebut, pemerintah Indonesia
(Muhammad Nurkhoiron, 2020).
melalui instansi Kementerian Agama
Stigma negatif demikian sungguh
Republik Indonesia, tepatnya pada tahun
disayangkan. Mengingat disebabkan
2019 meluncurkan sebuah buku berjudul
latarbelakang masyarakat Indonesia
“Moderasi Beragama.” Pada bagian substansi
mempunyai basis nilai kultural dan nilai
buku tersebut, dipaparkan empat indikator
ajaran sosial keberagamaan yang linier
moderasi beragama yang dapat dijadikan
dengan pembentukan paradigma maupun
sebagai teori maupun pendekatan dalam
sikap sosial keberagaman yang moderat di
mengidentifikasi paradigma maupun sikap
tengah realitas kehidupan
sosial keberagamaan yang moderat di
multikultural(Donny Khoirul Azis et al.,
Indonesia. Empat indikator yang dimmaksud
2021).
antara lain komitmen kebangsaan, toleransi,
Sebagai contoh ajaran universal
anti-kekerasan, dan akomodatif terhadap
berupa tasamuh (toleransi) (Ali Ahmad
kebudayaan lokal (Tim Penyusun
Yenuri et al.,2021), dan rahmatan lil alamin
Kementerian Agama RI, 2019).
(kasih sayang terhadap kehidupan alam
Namun penting disadari bahwa
semesta) (Athoillah Islamy, 2021). Pelbagai
realitas empirik menunjukan
muatan nilai ajaran universal tersebut
pengarustamaan nilai-nilai moderasi
sejatinya dapat menjadi elemen
beragama yang dicanangkan oleh

49
fundamental dalam pelbagai nilai dilakukan diharapkan dapat mengcounter
pendidikan Islam multikultural dalam stigma buruk pada sebagian umat Islam
pembentukan paham maupun sikap sosial khususnya, dan masyarakat Indonesia pada
keberagamaan yang moderat. Dalam hal ini, umumnya yang menilai pengarustamaan
salah seorang cendekiawan muslim moderasi beragama yang dicanangkan
terkemuka di Indonesia, yakni Azyumardi Kemenag RI sebagai bentuk liberalisasi
Azra. Ia memandang pendidikan maupun sekulerisasi ajaran agama.
multikultural di Indonesia merupakan hal Penulis menyadari terdapat beberapa
yang diperlukan. Hal ini disebabkan baginya penelitian terdahulu yang mengkaji tentang
realitas multikultural merupakan fakta alam moderasi beragama di Indonesia. Namun di
(sunnatullāh) yang tidak dapat dihindari. sini penulis akan memaparkan beberapa
Menurutnya, tidak ada satu negarapun di penelitian terdahulu yang memiliki
dunia ini yang mempunyai realitas sosial keterkaitan erat dengan pokok pembahasan
kebudayaan tunggal (Ibnu Anshori, 2020). penelitian ini, antara lain, Ahmad Faozan
Pada konteks pendidikan Islam (2020) dalam penelitiannya menyatakan
multikultural, setidaknya terdapat beberapa moderasi beragama dalam pendidikan Islam
nilai yang dirumuskan oleh Azra, antara lain dalam kehidupan multikuturalisme
nilai tasamuh (toleransi), humanisme, Indonesia harus memiliki orientasi
perdamaian, dan wasatiyah (moderat) (Abdul pembentukan karakter individu yang tidak
Halim, 2021). Jika kita cermati serta hanyati terjebak dalam radikalisme atau
lebih mendalam, keberadaan pelbagai nilai ekstrimisme atas nama Islam (Ahmad
pendidikan Islam multikultural tersebut Faozan, 2020). Berikutnya, Uswatun
sejatinya dapatmemiliki titik temu dengan Hasanah, dan Ida Faridatul Hasanah (2021)
empat indikator moderasi beragama yang dalam penelitiannya menuturkan
dirumuskan oleh Kemenag RI. Dengan kata karakteristik keramahan dalam interaksi
lain, sejatinya empat indikator moderasi sosial masyarakat Indonesia harus tetap
beragama tersebut tidak perlu dibenturkan diobjektifikasikan dalam segala bentuk
dengan nilai, semagat ajaran Islam dalam aktifitas pendidikan Islam yang ada,
pembentukan paham maupun sikap sosial sehingga manifestasi toleransi harmonisasi
keberagamaan yang moderat di Indonesia. dan pluralisme dai umat Islam di Indonesia
Berpijak dari latarbelakang di atas, dapat dioptimalkan(Uswatun Hasanah & Ida
penelitian ini bermaksud untuk Faridatul Hasanah, 2021). Paralel dengan
mengidentifikasi pelbagai nilai pendidikan Uswatun Hasanah dkk, penelitian yang
Islam mulltikultural dalam empat indikator dilakukan oleh M. Hasbi Amiruddin,
moderasi agama di Indonesia. Hal ini Munawiyah, dan Cut Zainab (2022)
tidaklah berlebihan, karena eksistensi Islam menyebut para akademisi pada Perguruan
sebagai ajaran agama sebagian besar Tinggi Islam Indonesia mempunyai potensi
masyarakat Indonesia memungkinkan jika besar dan dapat diberdayakan untuk
varian ajaran sosial dalam Islam menjadi membina karakter keberagamaan moderat
bagian basis perumusan empat indikator di tengah kehidupan pluralistik dan
moderasi beragama tersebut (Wahyudin, et multikultural(M. Hasbi Amiruddin et al.,
al.,2021). Oleh sebab itu, hasil penelitian 2022). Selanjutnya penelitian Jamaluddin

50
menjelaskan bahwa untuk mewujudkan ini mencakup tahap reduksi data, penyajian
moderasi beragama di tengah kehidupan data, dan verifikasi data
multikultural, seperti halnya Indonesia
dibutuhkan pelbagai upaya secara simultan
oleh pemerintah dan seluruh elemen HASIL DAN PEMBAHASAN
masyrakat(Jamaluddin, 2022). A. Multikulturalisme Indonesia
Berbeda dengan pelbagai penelitian Terdapat kurang lebih sekitar dua
terdahulu di atas, penelitian ini berupaya ratus lima puluh suku, dua ratus lima puluh
fokus pada identifikasi dimensi nilai suku bahasa lokal, tiga belas ribu pulau dan
pendidikan Islam multikultural dalam empat lima agama yang hidup di Indonesia. Atas
indikator moderasi beragama di Indonesia. dasar inilah, maka tidak mengherankan jika
Fokus dan pendekatan inilah yang menjadi masyarakat Indonesia dimasukan dalam
distingsi sekaligus novelty (kebaruan) dari kategori bangsa multikultural. Kondisi
penelitian ini. multikultural tersebut juga memunculkan
slogan khas persatuan bangsa Indonesia
METODE PENELITIAN yang berbunyi Bhineka Tunggal Ika yang
Adapun jenis penelitian kualitatif ini artinya meski berbeda-beda namun tetap
berupa kajian pustaka. Sumber data utama satu jua. Secara filosofis, slogan tersebut
dalam berupa penjelasan tentang empat menegaskan bahwa pentingnya menjaga
indikator moderasi beragama di Indonesia kesatuan, kerukunan, keharmonisan di
dalam buku berjudul “Moderasi Beragama.” tengah pluralitas kehidupan masyarakat
Buku tersebut yang diterbitkan oleh Indonesia.
Kementrian Agama Republik Indonesia (RI) Namun di tengah keragaman
pada tahun 2019. Sementara itu, data latarbelakang ma
sekunder yang digunakan, yakni pelbagai syarakat Indonesia, tidaklah mudah
literatur ilmiah yang memiliki relevansi merealisasikan tatanan maupun peradaban
dengan obek utama pembahasan. Penelitian masyarakat multikulturalisme yang
ini menggunakan pendekatan normatif- mengahrgai, menghormati, dan menerima
filosofis. Teori yang digunakan sebagai teori pelbagai aspek perbedaan kehidupan sosial
analisis berupa nilai-nilai pendidikann Islam yang ada. Padahal dalam konteks kehidupan
multikultura yang dirumuskan oleh yang plural, semangat multikulturalisme
Azyumardi Azra meliputi nilai tasamuh baik berupa paham maupun sikap
(toleransi), humanisme, perdamaian, dan merupakan hal niscaya dan sangat
wasatiyah (moderat). Berbagai nilai tersebut dibutuhkan guna merawat keharmonisan
akan digunakan untuk untuk dalam keragaman. Hal ini disebabkan
mengidentifikasi dimensi nilai-nilai semngat multikulturalisme akan dapat
pendidikan Islam multikultural dalam empat mengantarkan tatanan relasi timbal balik
indikator moderasi beragama yang antar individu manusia untuk dapat saling
dirumuskan oleh Kemenag RI. Proses menghargai, menghormati bahkan bekerja
pengumpulan data teknik dokumentasi. sama untuk kemaslahatan bersama.
Sifat pendekatan penelitian ini deskriptif- Salah satu usaha strategis yang dapat
analitik. Teknik analisa data dalam penelitian dilakukan dalam mendesiminasikan
51
multikulturalisme pada karakter kepribadian konsideran, sebagai berikut. Pertama,
individu, yakni melalui aktifitas pendidikan kesadaran paham maupun sikap bahwa
multikultural. Pada konteks ini, penting perbedaan merupakan fakta alam dan harus
dipahami bahwa pendidikan multikultural diakui. Keragaman sosial budaya
merupakan suatu cara menumbuhkan menunjukkan adanya visi dan sistem,
bakat-bakat yang toleran terhadap plutalitas sehingga budaya yang satu membutuhkan
keberagaman suku, budaya, etnis maupun budaya lain. Konsekuensinya dengan
agama (Kahiriyah, 2020). Pada konteks mempelajari kebudayaan lain, maka akan
kehidupan sosial masyarakat multikultural dapat memperluas cakrawala pemahaman.
seperti halnya Indonesia, penting adanya Ketiga, pluraitas budaya menghendaki
sikap sling memahami di tengah adaya ruang dialog berkelanjutan demi
kemaemukan kehidupan sosial yang ada. terwujudnya persatuan.
Hal ini bertujuan agar dapat menghindari Pada konteks kehidupan
problem interaksi sosial yang dapat bermasyarakat maupun bernegara di
berdampak buruk pada integrasi nasional. Indonesia, kesadaran paradigma maupun
Pernyataan demikian tiak berlebihan, sikap kehidupan bersama dalam bingkai
karena dalam paradigma interrelasi pluralisme harus menjadi penggerak semua
masyarakat multietnis menekankan pada proses pengambilan keputusan terkait
tiga kemampuan normatif meliputi politik maupun keputusan terkait persoalan
kemampuan kultural, sosial, dan personal. yag mnyangkut kemaslahatan bersama. Hal
Kemampuan kultural berupa pengetahuan demikian juga dapat terlihami dari
yang memungkinkan individu (kelompok) konstitusional yang menegaskan bahwa
untuk dapat terlibat dalam kegiatan Indonesia sebagai negara didirikan untuk
komunikasi sosial. Sementara kemampuan mewujudkan dan mengembangkan
sosial berupa berbagai kemampuan individu khidupan kesatuan dalam aspek
(kelompok) untuk terlibat dalam keberagamaan, kemanusiaan maupun
pembentukan solidaritas. Kemaampuan aspek keragaman lainya. Melalui semangat
kepribadian berupa kesediaan individu integrasi dalam kemajemukan tersebut
(kelompok) untuk berdialog dan diharapkan dapat menghidarkan segala
berpartisipasi aktif dalam merawat identitas bentuk ancaman yang dapat menyebabkan
jati diri dalam dinamika perubahan sosial terjadinya disintegrasi bangsa Indonesia
yang melitarinya. dapat dihindari (Zaenal Abidin As, 2016).
Pentingnya desiminasi nilai-nilai Berpijak pada uraian di atas dapat
multikulturalisme dalam kehidupan dipahami bahwa realitas kemajemukan
masyarakat Indonesia merupakan hal yang kehidupan sosial masyarakat Indonesia
sangat dibutuhkan. Hal demikian sebagai negara multikultural meniscayakan
disebabkan multikulturalisme sebagai paradigma dan sikap masyarakat yang
sebuah ideologi dinilai dapat menjadi solusi dapat menjunjung tinggi nilai maupun
atas pelbagai problem sosial yang semangat multikulutralisme dalam segala
disebabkan oleh perbedaan sosial. aspek kehidupan.
Pernyataan demikian secara teoritis juga
dapat direfleksikan dari berbagai

52
B. Basis Nilai Pendidikan Islam dan pengetahuuan dalam perspektif kultural.
Multikutural Ketiga, aspek pembelajaran (instructional
Multikulturalisme bukan sekedar goals), yakni diorientasikan untuk
sebagai paham maupun sikap untuk memperbaiki distorsi, stereotip, dan
menghargai keragamaan, akan tetapi lebih kesalahpahaman tentang kelompok etnik
jauh dari itu, yakni kesadaramn atas dalam buku teks atau media pembelajaran
pemahaman maupun sikap untuk merawat (Kahiriyah, 2020).
keharmonisan, etika dalam berpendapat Pelbagai bentuk tujuan pendidikan
terhadap individu (kelompok) lain, multikultural sebagaimana di atas sejatinya
menjunjung asas kemanusian dan lain tidak jauh berbeda dengan orientasi dalam
sebagainya. Oleh sebab itu, setiap konsep pendidikan Islam multikultural. Hal
peradaban dan kebudayaan dalam ini dikarenakan keberadaan pendidikan
pendidikan multikultural menempati posisi Islam multikultural memiliki misi untuk
yang setara. Tidak ada istilah kebudayaan merealisasikan aktifitas pendidikan Islam
yang lebih tinggi dari kebudayaan lainnya. yang menghormati aspek kemajemukan
Hal ini dikarenakan pandangan yang menilai dalam kehidupan sosial. Konsekuensinya
satu kebudayaan tertentu lebih tinggi dari aktifitas pendidikan Islam harus dapat
kebudayaan lainnya pada ranah praksisnya menekankan sikap toleransi terhadap
justru akan melahirkan fasisme, nativisme pelbagai bentuk perbedaan etnis, suku,
dan chauvinisme. Maka dari itu, adanya budaya, agama, dan lain sebagainya.
ruang dialog keterbukaan di tengah Azyumardi Azra menuturkan untuk
keragaman yang ada, maka diharapkan memahami bagaimana manifestasi
terjadi saling berbgi sudut pandang yang pendidikan Islam multikultural seharusnya,
akan memperkaya kebudayaan atau maka dibutuhkan upaya untuk memahami
peradaban yang ada(Muh. Amin, 2018). mendalam nilai yang diusung dalam konsep
Keberadaan orientasi dalam konsep pendidikan Islam mulikultural itu sendiri.
pendidikan multikultural dapat dipetakan Berbagai nilai tersebut, antara lain sebagai
menjadi tiga aspek meliputi sikap, berikut.
pengetahuan dan pembelajaran. Pertama, Pertama, nilai tasamuh (toleransi).
aspek sikap (attitudinal goals). Pada konteks Keberadaan nilai tersebut dapat dikatakan
ini, keberadaaan aktifitas pendidikan sebagai elemen fundamental dalam
multikultural diorientasikan untuk merealisasikan aktifitas pendidikan
membentuk kesadaran dan kepekaan sosial- multikultural. Keberadaaan nilai tasamuh
kultural, toleransi kultural, penghargaan dalam ranah praksisnya akan menekankan
terhadap identitas kultural, sikap responsif pembentukan sikap saling menghormati
terhadap budaya, keterampilan, resolusi antar sesama, baik dari perbedaan suku,
konflik. Kedua, aspek pengetahuan (cognitive agama, maupun ras, baik yang melekat pada
goals). Keberadaan pendidikan multikultural kehidupan individu maupun kelompok.
diorientasikan untuk memperoleh Dengan kata lain, keberadaan nilai tasamuh
pengetahuan terkait bahasa dan budaya dapat menjadi basis nilai maupun
orang lain. Tidak hanya itu, juga dapat paradigma dalam terwujudnya sikap saling
menganalisis dan menerjemahkan perilaku menghargai keragamaan dalam kehidupan

53
sosial. Oleh sebab itu, keberadaan nilai bagian khazanah keberagamaan Islam yang
tasamuh tidak dapat dipisahkan dari nilai harus terintegrasi pada setiap muslim. Oleh
yang mengikutinya, seperti halnya nilai sebab itu, spirit perdamaian dalam ajaran
takrim (saling menghormati) dalam realitas Islam menjadi hal yang urgen untuk dapat
kemajemukan sosial. diobjektifikasikan dalam konteks kehidupan
Kedua, nilai wasathiyah (moderat). sosial yang plural. Terjadinya pelbagai
Dalam konsep pendidikan Islam bentuk radikalisme di tengah kehidupan
multikultural di Indonesia, keberadaan nilai sosial sejatinya dapat diselesaikan melalui
wasathiyah sesungguhnya telah mengakar cara dialogis dan damai. Pada konteks ini,
kuat dalam watak dan kepribdaian negara juga mempunyai peran dan
masyarakat Indonesia yang moderat. tanggung jawab besar untuk mewujudkan
Terlebih bagi umat Islam di Indonesia. kehidupan sosial yang damai (Abdul Halim,
Mengingat dalam ajaran enekankan sikap 2021).
tengah-tengah, yakni tidak ekstrem kanan Berpijak pada uraian di atas dapat
maupun kiri. Oleh sebab itulah, dapat dipahami bahwa pelbagai nilai yang diusung
dikatakan bahwa wasathiyah merupakan dalam konsep pendidikan Islam multikutural
nilai yang dapat membentuk paham merupakan refleksi dari ajaran universal
maupun sikap individu agar tidak terjebak dalam Islam yang dapat dijadikan sebagai
dalam arus paham maupun tindakan basis paradigma maupun sikap sosial dalam
menyimpang, seperti halnya radikalisme, kehidupan multikultural. Pelbagai nilai
ekstrimisme, maupun terorisme. tersebut dalam penelitian ini akan
Ketiga, nilai humanity (kemanusiaan). digunakan sebagai teori analisis dalam
Pada ranah praksisnya, keberadaan mengidentifikasi dimensi nilai-nilai
pendidikan Islam multikulturaldapat pendidikan Islam multikultural yang termuat
menjadi pondasi pembentukan etika, dan dalam empat indikator moderasi beragama
moral individu dalam interaksi sosial di Indonesia.
kehidupan manusia. Hal demikian
dikarenakan tujuan akhir dari sebuah A. Dimensi Nilai-Nilai Pendidikan Islam
aktifitas pendidikan sejatinya bagaimana Multikultural dalam Empat Indikator
seorang individu dapat mempunyai Moderasi Beragama di Indonesia
paradigma maupun sikap yang menjunjung Eksistensi Islam sebagai agama yang
tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Pada konteks dianut sebagian besar warga negara
inilah, Azra berpandangan bahwa Islam Indonesia sesungguhnya mempunyai
sejatinya memiliki ajaran universal yang pelbagai nilai ajaran sosial keberagamaan
berpotensi besar dalam pembentukan yang dapat membentuk karakter individu
karakter kepribadian manusia yang humanis. muslim yang moderat dalam konteks
Keempat, nilai perdamaian. kehidupan sosial yang plural (Tahtimatur
Semangat atau nilai yang menekankan Rizkiyah & Nurul Istiani, 2021).Pada konteks
untuk mewujudkan perdamaian dalam inilah, keberadaan nilai-nilai ajaran Islam
kehidupan manusia merupakan d ajaran yang terefleksikan dalam pelbagai nilai
Islam yang sangat autentik. Hal ini pendidikan Islam multikultural seyogyanya
dikarenakan nilai perdamaian menjadi dapat menjadi basis pendekatan dalam

54
pembentukan paham maupun sikap beragama yang berbeda agama diharapkan
keberagamaan Islam yang moderat di dapat terealisasi kesadaran untuk salig
tengah kehidupan multikultural, seperti berdialog, bekerja sama dalam konteks
halnya di Indonesia. kehidupan sosial. Sementara itu, terkait
Pada sub bab inti penelitian ini, akan toleransi intra agama (seagama) diharapkan
penulis uraikan analisis penulis tentang dapat menimbulkan paham maupun sikap
keberadaan dimensi nilai-nilai pendidikan yang bijak dalam merespons pelbgai sekte
Islam multikultural dalam empat indikator (aliran) minoritas yang dipandang sebagai
moderasi beragama di Indonesia. deviasi dari arus utama (besar) dalam
Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut. kelompok agama tertentu (Tim Penyusun
Kementerian Agama RI, 2019).
1. Nilai Pendidikan Tasamuh dalam Jika dilihat dari sudut pandang nilai
Indikator Toleransi pendidikan Islam multikultural, maka
keberadaan indikator toleransi dalam
Keberadaan sikap toleransi dalam
konsep moderasi beragama di Indonesia
indikator moderasi beragama di Indoensia
sejalan dengan nilai tasamuh. Kesimpulan ini
menekankan pentingnya paradigma
tidak berlebihan mengingat pada ranah
sekaligus sikap untuk dapat menghormati,
praksisnya, nilai tasamuh dapat menjadi
menghargai, dan menerima realitas
elemen fundamental dalam pembentukan
kemajemukan sebagai fakta alam. Oleh
paham maupun sikap sosial yang yang
karena itu, manifestasi sikap toleransi
dapat mewujudkan relasi keharmonsian
menjadi sangat urgen dalam merealisasikan
pada konteks klehidupan yang plural, tidak
tatanan masyarakat demokratis di
terkecuali dalam konteks relasi
Indonesia. Hal ini dikarenakan tatanan
kemajemukan umat beragama. Hal ini
sebuah sistem politik demokrasi hanya
dikarenakan perwujudan paham maupun
dapat terwujud ketika antar individu
sikap tasamuh dalam ranah praksisnya akan
(kelompok) dalam masyarakat dapat saling
membuka ruang bagi setiap individu
menunjukan sikap toleransi. Dengan kata
maupun kelompok untuk dapat
lain, manifestasi sikap toleransi terhadap
memperoleh hak atau kesempatan yang
perbedaan dalam suatu masyarakat
sama dalam menjalankan ajaran agamanya.
berkontribusi besar dalam pembentukan
Pada konteks inilah, manifestasi nilai-nilai
masyarakat yang demokratis.
pendidikan tasamuh dapat menjadikan
Lebih lanjut, dalam konteks relasi
seorang individu (kelompok) memiliki
antar umat beragama, keberadaan indikator
paham dan sikap sosial keberagamaan yang
toleransi menekankan intensitas relasi
terbuka, inklusif, dan menghormati realitas
harmonis dan saling bekerja sama, baik
kemejukan hidup antar umat beragama
terkait persoalan kehidupan sosial maupun
sebagai fakta alam (sunnatullah). Atas dasar
politik. Penanaman nilai toleransi tersebut
inilah, dalam kehidupan sosial antar umat
dapat direalisasikan dalam pembentukan
beragama di Indonesia, tidak boleh ada
paham dan sikap sosial yang didasari oleh
klaim mayoritas yang disematkan pada
semangat toleransi beragama. Oleh sebab
individu (kelompok) penganut agama
itu, dengan sikap toleransi antar umat
dengan jumlah pengikut terbesar. Begitu

55
juga tidak boleh ada klaim minoritas tasamuh dalam indikator toleransi dapat
terhadap individu (kelompok) penganut diwujudkan dalam bentuk menghargai dan
agama dengan jumlah pengikut sedikit menghormati otoritas hak setiap umat
(Athoilllah Islamy,2021). Dimensi nilai bergama untuk menjalankan kewajiban
pendidikan tasamuh yang termuat dalam agamanya tanpa adanya paksaan apalagi
indikator toleransi juga sangat dibutuhkan intimidasi.
dalam menyikapi pelbgai ekspresi sosial
keberagamaan. 2. Nilai Pendidikan Perdamaian dalam
Secara normatif, eksistensi nilai Indikator Komitmen Kebangsaaan
pendidikan toleransi termuat dalam Keberadaan komitmen kebangsaan
pelbagai landasan al-Qur’an, antara lain sebagai bagian indikator moderasi
surat al-Baqarah ayat 256 yang menjelaskan beragama merupakan hal urgen untuk
bahwa tidak ada paksaan dalam menganut mengidentifikasi sejauh mana karakter
agama, karena sudah jelas antara paradigma, sikap sosial keberagamaan
kebenaran dan kesesatan. Dari sini dapat individu (kelompok) tidak bertentangan
dikatakan bahwa ajaran Islam sejatinya dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia.
memerintahkan untuk menghormati hak Indikator moderasi beragama berupa
hidup agama lain, dan memberikan ruang komitmen kebangsaan dalam ranah
mereka untuk mengimplementasikan praksisnya diharapkan dapat menyadarkan
ajarannya. Keberadaan Nabi Muhammad paham maupun sikap sosial individu
SAW ketika masih hidup juga memiliki sikap (kelompok) untuk mengimplementasikan
toleransi yang tinggi, baik kepada umat ajaran agama tanpa harus menciderai
Islam maupun on slam. Sebagai contoh kewajibannya sebagai warga negara yang
sikap toleransi dan kasih sayang Nabi baik (Tim Penyusun Kementerian Agama RI,
terhadap kelompok non Islam yakni 2019).
jaminan perlindungan dari beliau bagi Jika dilihat dalam tinjauan nilai
kelompok kafir dzimmi yang hidup di bawah pendidikan Islam multikultural maka
pemerintahan Islam (Tahtimatur Rizkiyah & keberadaan indikator moderasi beragama
Nurul Istiani, 2021). berupa komitmen kebangsaan dapat
Dimensi nilai pendidikan tasamuh dikatakan sejalan dengan nilai perdamaian.
yang termuat dalam indikator toleransi Hal ini disebabkan keberadaan komitmen
seyogyanya dapat menjadi basis kebangsaan pada diri indivdidu (kelompok)
pembentukan sikap keberagmaan sosial umat bergama akan menjunjung tinggi
yang moderat di Indonesia. Terlebih realitas ikatan persatuan dan kesatuan dalam
empirik di Indonesia, terdapat pelbagai kehidupan yang damai ditengah
agama yang tumbuh, berkembang dan kemajemukan sosial. Terlebih pada era
diproteksi oleh negara. Kondisi demikian globalisasi modern saat ini, arus pemikiran
meniscayakan kesadaran paham maupun sosial keberagamaan dari luar negeri yang
sikap umat Islam di Indonesia untuk masuk ke dalam masyarakat Indonesia,
menjunjung tinggi paham dan sikap toleran tidak semuanya sejalan dengan semangat
terhadap keberadaan individu (komunitas) nasionalisme. Pada konteks inilah,
agama lain. Oleh sebab itu, nilai pendidikan penanaman nilai-nilai pendidikan

56
perdamaian yang termuat dalam komitmen
kebangsaan dapat membentuk paham 3. Nilai Pendidikan Humanisme dalam
maupun sikap keberagamaan sosial yang Indikator Anti Radikalisme
moderat agar tetap menjunjung tinggi nilai-
Fenomena radikalisme dalam
nilai perdamaian dan persatuan dalam
perspektif moderasi beragama diartikan
kehidupan bernegara (Tahtimatur Rizkiyah &
sebagai ideologi, paham maupun tindakan
Nurul Istiani, 2021). Tidak hanya itu, dimensi
yang berorientasi untuk mengubah tatanan
nilai pendidikan perdamaian dalam
sistem sosial dan politik di Indonesia dengan
indikator komitmen kebangsaan
cara kekerasan yang berlindung di balik
diharapakan dapapt menjadikan paham
nama agama, baik itu berupa kekerasan
maupun sikap sosial keberagamaan yang
verbal, fisik maupun doktrin pemikiran.
tidak mudah terkontaminasi oleh pelbagai
Dalam hal ini, penting diketahui bahwa pada
bentuk doktrin agama atau apapun yang
umumnya, para penganut radikalisme
justru dapat memicu terjadinya disintegrasi
menginginkan perubahan meski harus
sosial dalam kehidupan nasional.
bertentangan dengan sistem sosial maupun
Secara normatif dalam ajaran Islam,
politik di suatu negara. Radikalisme in dalam
dimensi nilai pendidikan yang menekankan
praktiknya juga sering diidentikan dengan
semangat perdamaian dalam indikator
pelbagai bentuk terorisme. Hal ini
komitmen kebangsaan sejalan dengan spirit
disebabkan mereka yang menganut
ajaran universalisme Islam berupa
radikalisme juga dapat melancarkan aksinya
rahmatan lil alamin (kasih sayang kepada
melalui cara apapun demi terwujud cita-
kehidupan alam semesta). Ajaran tersebut
citanya, bahkan meski harus dengan cara
menghendaki umat Islam agar dapat
meneror pihak yang tidak sejalan
menebarkan kemaslahatan, kasih sayang,
dengannya. Terlepas dari itu semua, penting
dan perdamaian pada seluruh kehidupan
untuk kita pahami juga bahwa radikalisme
umat manusia, tanpa mengenal distingsi
dapat menjangkit individu dari agama
latarbelakangnya (Zulfan Syahansyah, 2018).
apapun, tidak hanya yang notabenenya
Dalam hal ini penting dipahami bahwa
beragama Islam(Tim Penyusun Kementerian
universalisme Islam bukanlah terletak
Agama RI, 2019).
pada aspek kedetailan ajarannya, namun
Indikator moderasi beragama berupa
pada aspek nilai universal yang diusungnya,
anti radikalisme dapat dikatakan sejalan
seperti nilai keadilan, kemashlahatan,
dengan nilai pendidikan Islam multikutural,
dan fleksibilitasnya dalam dinamika
yakni nilai pendidikan humanisme. Hal ini
perkembangan zaman (Athoillah Islamy,
disebabkan indikator anti radikalisme dapat
2021). Atas dasar inilah, dapat kita pahami
menjadi nilai dalam pembentukan sikap
bahwa indikator moderasi beragama berupa
moderasi beragama yang menjunjung tinggi
komitmen kebangsaan dapat menjadi
nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, nilai
elemen fundamental dalam pembentukan
anti radikalisme dalam ranah praksisnya
paham dan sikap umat Islam yang
nilai pendidikan kemanusiaan (humanisme).
menjunjung tinggi semngat perdamaian
Pengejawantahan nilai pendidikan humanis
dalam pluralitas kehidupan sosial di
di Indonesia sangatlah penting dan tidak
Indonesia.

57
boleh terabaikan. Hal demikian disebabkan dasar inilah keberadaan indikator moderasi
untuk mewujudkan relasi keharmonisan beragama berupa akomodatif terhdap
dalam realitas kehidupan masyarakat yang budaya lokal dapat digunakan untuk
plural dibutuhkan kesadaran paradigma dan mengidentifikasi sejauh mana individu
sikap sosial yang menjunjung tinggi nilai- (kelompok) umat beragama dalam
nilai kemanusiaan (humanisme). menghormati kemajemukan kebudayaan
Manifestasi nilai pendidikan (tradisi) lokal. Hal demikian disebabkan
kemanusiaan (humanisme) dalam indikator keberadaan-individu (kelompok) yang
anti radikalisme sangatlah urgen, terlebih di mempunyai paham maupun sikap sosial
tengah kasus radikalisme atas nama agama keberagamaan yang moderat, maka mereka
yang masih merajalela di Indonesia. Dimensi akan lebih ramah dalam menyikapi
nilai pendidikan humanisme tersebut keragaman budaya lokal yang ada selama
paralel dengan ajaran Islam berupa hifz nafs selama tidak bertentangan dengan ajaran
(menjaga keselamatan jiwa) yang prinsipil dalam ajaran agama (Tim Penyusun
merupakan salah satu pilar fundamental Kementerian Agama RI, 2019).
dalam konsep maqashid al-syariah al- Jika ditinjau dalam perspektif nilai
khomsah (lima orientasi pensyariatan Islam). pendidikan Islam multikutural, terdapat
Bahkan pengejawantahan nilai hifz nafs dimensi nilai pendidikan wasatiyah yang
dalam perkembangan kajian maqashid termuat dalam indikator akomodatif
kontemporer telah meluas pada pelbagai terhadap budaya lokal. Kesimpulan
bentuk proteksi terhadap eksistensi demikian disebabkan penekanan untuk
manusia menjadi hifz ‘ird (menjaga dapat bersikap bijak terhadap keragaman
kehormatan, hak dan harga diri manusia) tradisi lokal yang ada dapat membentuk
(Eko Siswanto & Athoillah Islamy, 2022). paham maupun sikap sosial keberagamaan
Terlepas dari muatan ajaran Islam tersebut, Islam yang moderat, yakni tidak ekstrem kiri
keberadaan nilai pendidikan humanisme maupun kanan, melainkan bersikap arif dan
dalam indikator anti radikalisme proporsional dalam merepons keragaman
menunjukan kepada kita bahwa penting ekspresi kebudayaan lokal yang ada selama
menyadari di samping nilai-nilai ajaran tidak menciderai ajaran atau norma prinsipil
agama terdapat nilai-nilai kemanusiaan yang dalam ajaran Islam.
juga harus dijunjung tinggi dalam kehidupan Muatan nilai pendidikan wasatiyah
multikultural. dalam indikator akomodatif terhadap
budaya lokal juga sejalan nilai ajaran Islam
4. Nilai Pendidikan Wasatiyah dalam berupa urf. Perlu diketahui bahwa term urf
Indikator Akomodatif Terhadap dalam epistemologi hukum Islam dapat
Budaya Lokal dikatakan sebagai legitimasi Islam atas
keabsahan pelbagai bentuk budaya lokal
Realitas kemajemukan budaya
selama tidak bertentangan dengan ajaran
masyarakat Indonesia meniscayakan
Islam. Bahkan keberadaan ‘urf menjadi salah
kesadaran paham maupun sikap sosial
satu metode dalam penetapan hukum Islam
keberagamaan yang akomodatif terhadap
atas persaoalan yang berkaitan dengan
kemajemukan budaya lokal yang ada. Atas

58
tradisi lokal dalm kehidupan umat Islam Islam yang menghormati realitas
(MN Harisudin, 2007). kemajemukan hidup antar umat beragama
Manifestasi nilai pendidikan wasatiyah sebagai fakta alam (sunnatullah). Kedua, nilai
dalam merespons budaya lokal juga dapat pendidikan perdamaian dalam indikator
kita lihat dalam napak tilas sejarah komitmen kebangsaan. Nilai tersebut dapat
perjuangan para pendakwah Islam dalam membentuk paham maupun sikap sosial
menyiarkan ajaran Islam di bumi Nusantara keberagamaan Islam yang menekankan
(Indonesia). Sebagai contoh kiprah semngat perdamaian dan persatuan dalam
perjuangan dakwah para Walisongo, mereka kehidupan bernegara. Ketiga, nilai
dalam aktifitas dakwahnya dapat bersinergis pendidikan humanisme dalam indikator anti
terhadap kondisi sosial budaya masyarakat radikalisme. Nilai tersebut dapat
Nusantara yang telah ada. Hal ini membentuk paham dan sikap sosial
dikarenakan para walisongo memahami keberagamaan Islam yang menjunjung
eksistensi ajaran Islam di Nusantara telah tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Keempat, nilai
didahului oleh pelbagai keraifan tradisi lokal. pendidikan wasatiyah dalam indikator
Inklusifitas dakwah mereka menunjukan akomodatif terhadap budaya lokal. Nilai
relasi harmonis dakwah ajaran Islam di tersebut dapat membentuk paham dan
tengah kemajemukan kearifan tradisi lokal sikap sosial keberagamaan Islam yang
yang sudah ada dalam kehidupan moderat dalam menyikapi pluralitas tradisi
masyarakat. Atas dasar inilah, pentingnya lokal yang ada selama tidak bertentangan
orientasi aktiftas dakwah berupa dengan ajaran prinsipil dalam Islam.
penanaman nilai-nilai ajaran Islam yang Implikasi teoritik penelitian ini
akomodatif terhadap budaya lokalHusaini, menyatakan terdapat relevansi nilai
Athoillah Islamy, 2022). Dari sini dapat universal dalam indikator moderasi
dikatakan bahwa indikator moderasi beragama di Indonesia dengan pelbagai nilai
beragama berupa akomodatif terhadap pendidikan Islam multikultural.
budaya lokal dapat menjadi elemen
fundamental dalam pembentukan paham SARAN
dan sikap sosial keberagamaan Islam yang Keterbatasan penelitian ini belum
moderat dalam menyikapi pluralitas tradisi mengkaji bagaimana peran pemerintah,
lokal masyarakat Indonesia. terutama Kementrian Agama Republik
Indonesia dalam mendesiminasikan nilai-
SIMPULAN nilai pendidikan Islam multikutural yang
termuat pada indikator moderasi beragama
Berpijak pada uraian pembahasan
dalam kehidupan umat Islam di Indonesia.
pokok penelitian ini dapat disimpulkan
Hal ini penting dikaji, karena tidak dapat
terdapat dimensi nilai-nilai pendidikan Islam
dipungkiri masih terdapat stigma negatif
multikultural dalam empat indikator
oleh sebagian umat Islam di Indonesia yang
moderasi beragama di Indonesia. Pertama,
menilai pengarustamaan nilai-nilai moderasi
nilai pendidikan tasamuh dalam indikator
bergama di Indonesia sebagai bentuk
toleransi. Nilai tersebut dapat membentuk
liberalisasi maupun sekulerisasi yang akan
paham dan sikap sosial keberagamaan

59
menjauhkan ajaran agama dalamm Wahid Tentang Implementasi Hukum
kehidupan bernegara. Islam di Indonesia. Jurnal Al-Adalah:
Jurnal Hukum dan politik Islam, 6(1),
DAFTAR PUSTAKA 199.

Amin, Muh. (2018). Pendidikan ———., Athoilllah. (2021). Pemikiran Hukum


Multiikultural. Jurnal Pilar, 9 (1), 25. Islam Nurcholish Madjid. Disertasi,
Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Anshori, Ibnu. (2020). Pemikiran Filosofis Walisongo Semarang, 217.
Pendidikan Multikultural Azyumardi
Azra dan Abuddin Nata. Pascasarjana Jamaluddin. (2022). Implementasi Moderasi
Universitas Islam Negeri Walisongo Beragama di Tengah Multikulturalitas
Semarang, 1-2 Indonesia (Analisis Kebijakan
Implementatif pada Kementerian
Azis, Donny Khoirul et al.,. (2021). Pancasila Agama). AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-
Educational Values in Indicators ilmu Keislaman, 7(1),1-2.
Religious Moderation in Indonesia.
FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Kahiriyah. (2020). Multikultural dalam
Keislaman, 7 (2), 231. Pendidikan Islam, Bengkulu; CV Zigie
Utama, 44-47
Faozan, Ahmad. (2020). Moderasi Beragama
dalam Pendidikan Agama Islam Untuk M. Hasbi Amiruddin, Munawiyah, Cut
Masyarakat Multikultur. Hikmah: Zainab, “Moderasi Beragama Dan
Journal of Islamic Studies, 16 (2),227-228. Multikultural dalam Pandangan Dan
Pengajaran Akademisi di UIN Ar-Raniry
Halim, Abdul. (2021). Pendidikan Islam Dan Uin Antasari,” Kalam: Jurnal Sosial
Multikultural dalam Prespektif dan Humaniora Vol.10, no.1 (2022):2.
Azyumardi Azra. FIKROTUNA; Jurnal
Pendidikan dan Manajemen Islam, 13 Nurkhoiron, Muhammad. (2020).
(01),1865-1869. Liberalisasi Sebagai Moderasi Islam
dalam Masyarakat Paska Sekuler.
Harisudin, MN. (2007). Tradisi Lokal Sebagi Mimikri, 6 (1):1
‘Urf Progresif. Islamica, 2 (1), 107.
Rizkiyah, Tahtimatur., & Nurul Istiani. (2021)
Hasanah, Uswatun., & Ida Faridatul Pendidikan Sosial Profetik dalam
Hasanah. (2021). Internalisasi Indikator Moderasi Beragama di
Pemahaman Moderasi Multikultural Indonesia. Poros Onim : Jurnal Sosial
dalam Pendidikan Islam Masa New Keagamaan, 2(2), 90.
Normal. Attanwir: Jurnal Keislaman dan
Pendidikan 12(1), 32. Siswanto, Eko., & Athoillah Islamy. (2022).
Fikih Moderasi Beragamadalam
Husaini., & Athoillah Islamy. (2022). Kehidupan Bernegara di Indonesia.
Harmonization of Religion and State: Jurnal Al-Adalah : Jurnal Hukum dan
Mainstreaming the Values of Religious politik Islam, 7 (2), 199.
Moderation in Indonesian Da'wah
Orientation. Jurnal Al-Adalah: Jurnal Syahansyah, Zulfan. (2018). Telaah Nilai
Hukum dan politik Islam, 7 (1),68. Kemanusiaan dan Perdamaian Dalam
Perspektif Rahmatan Lil Alamin.
Islamy, Athoillah. (2021). Landasan Filosofis Rahmatan Lil Alamin Journal of Peace
dan Corak Pendekatan Abdurrahman Education and Islamic Studies, 1 (1),2.
60
Tim Penyusun Kementerian Agama RI.
(2019). Moderasi Beragama. Jakarta;
Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI Gedung Kementerian Agama
RI, 42-43.

Wahyudin et..al.,. (2021). Nilai Sosial


Keberagamaan Islam dalam Moderasi
Beragama. Tadbir: Jurnal Manajemen
Dakwah,3(2), 274.

Yenuri, Ali Ahmad et.al.,. (2021). Paradigma


Toleransi Islam dalam Merespons
Kemajemukan Hidup di Indonesia
(Studi Analisis Pemikiran KH. Ahmad
Shiddiq). POROS ONIM: Jurnal Sosial
Keagamaan, 2(2),141

Zaenal Abidin As, “Menanamkan Konsep


Multikulturalisme di Indonesia:
Dinamika Global, Vol.1, no.2 (2016):
138-139.

61

Anda mungkin juga menyukai