Anda di halaman 1dari 17

1

SAMPUL
2

DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………….2
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................4
1.1 Epidemiologi..................................................................................................................................4
a. Kematian............................................................................................................................................5
1.2 Penyebab........................................................................................................................................5
a. Filogenetik dan taksonomi.................................................................................................................5
b. Penyebaran.........................................................................................................................................6
1.3 Karakteristik Penyakit....................................................................................................................6
a. Gejala Pada Presentasi Klinis............................................................................................................6
b. Uji Diagnostik....................................................................................................................................7
c. Kekhawatiran akan kurangnya laporan..............................................................................................7
BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN.....................................................................................7
2.1 Karantina........................................................................................................................................8
2.2 Evakuasi Diplomat dan Warga Negara Asing dari Wuhan...........................................................9
2.3 Rumah Sakit Khusus....................................................................................................................10
BAB III LATAR BELAKANG DAN REAKSI..........................................................................................11
3.1 Latar Belakang.............................................................................................................................11
3.2 Reaksi Organisasi Kesehatan Dunia..................................................................................................11
3.3 Respons Pemerintah Indonesia....................................................................................................12
3.4 Respons Internasional..................................................................................................................12
BAB IV DAMPAK......................................................................................................................................13
4.1 Tiongkok......................................................................................................................................13
4.2 Taiwan..........................................................................................................................................13
4.3 Jepang................................................................................................................................................14
4.4 Asia Tenggara..............................................................................................................................15
4.5 Asia Selatan.................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................17
3

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Health screening at Shanghai Pudong International Airport...................................................8


Gambar 1. 2 Wuhan Huoshenshan Hospital Under Construction..............................................................10
Gambar 1. 3 Masker Bedah Digunakan Masyarakat di Taiwan..................................................................14
Gambar 1. 4 Rak-rak pada Apotek terjual habis........................................................................................15
4

BAB I PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya Penyakit koronavirus 2019 (Bahasa Inggris:
Coronavirus disease 2019, disingkat Covid-19) di seluruh dunia untuk semua Negara. Penyakit
ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2. Wabah Covid-19
pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019, dan
ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret
2020. Hingga 14 November 2020, lebih dari 53.281.350 orang kasus telah dilaporkan lebih dari
219 negara dan wilayah seluruh dunia, mengakibatkan lebih dari 1.301.021 orang meninggal
dunia dan lebih dari 34.394.214 orang sembuh.

Virus SARS-CoV-2 diduga menyebar di antara orang-orang terutama melalui percikan


pernapasan (droplet) yang dihasilkan selama batuk. Percikan ini juga dapat dihasilkan dari bersin
dan pernapasan normal. Selain itu, virus dapat menyebar akibat menyentuh permukaan benda
yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah seseorang. Penyakit Covid-19 paling
menular saat orang yang menderitanya memiliki gejala, meskipun penyebaran mungkin saja
terjadi sebelum gejala muncul. Periode waktu antara paparan virus dan munculnya gejala
biasanya sekitar lima hari, tetapi dapat berkisar dari dua hingga empat belas hari. Gejala umum
di antaranya demam, batuk, dan sesak napas. Komplikasi dapat berupa pneumonia dan penyakit
pernapasan akut berat. Tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus untuk penyakit ini.
Pengobatan primer yang diberikan berupa terapi simtomatik dan suportif. Langkah-langkah
pencegahan yang direkomendasikan di antaranya mencuci tangan, menutup mulut saat batuk,
menjaga jarak dari orang lain, serta pemantauan dan isolasi diri untuk orang yang mencurigai
bahwa mereka terinfeksi.

Upaya untuk mencegah penyebaran virus corona termasuk pembatasan perjalanan, karantina,
pemberlakuan jam malam, penundaan dan pembatalan acara, serta penutupan fasilitas
(Refialdinata, 2020). Upaya ini termasuk karantina Hubei, karantina nasional di Italia dan di
tempat lain di Eropa, serta pemberlakuan jam malam di Tiongkok dan Korea Selatan, berbagai
penutupan perbatasan negara atau pembatasan penumpang yang masuk, penapisan di bandara
dan stasiun kereta, serta informasi perjalanan mengenai daerah dengan transmisi lokal. Sekolah
dan universitas telah ditutup baik secara nasional atau lokal di lebih dari 124 negara dan
memengaruhi lebih dari 1,2 miliar siswa.

Pandemi ini telah menyebabkan gangguan sosioekonomi global, penundaan atau pembatalan
acara olahraga dan budaya, dan kekhawatiran luas tentang kekurangan persediaan barang yang
mendorong pembelian panik. Misinformasi dan teori konspirasi tentang virus telah menyebar
secara daring, dan telah terjadi insiden xenophobia dan rasisme terhadap orang Tiongkok dan
orang-orang Asia Timur atau Asia Tenggara lainnya.

1.1 Epidemiologi
Dugaan kasus pertama dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019. Gejala awal mulai
bermunculan tiga pekan sebelumnya pada tanggal 8 Desember 2019. Pasar ditutup tanggal 1
Januari 2020 dan orang-orang yang mengalami gejala serupa dikarantina. Kurang lebih 700
orang yang terlibat kontak dengan terduga pengidap, termasuk +400 pekerja rumah sakit,
menjalani karantina. Seiring berkembangnya pengujian PCR khusus untuk mendeteksi infeksi,
5

41 orang di Wuhan diketahui mengidap virus korona SARS-CoV-2, dua orang di antaranya
suami-istri, salah satunya belum pernah ke pasar, dan tiga orang merupakan anggota satu
keluarga yang bekerja di toko ikan. Korban jiwa mulai berjatuhan pada 9 Januari dan 16 Januari
2020.

Kasus yang dikonfirmasi di luar daratan Tiongkok termasuk 3 wanita dan 1 pria di Thailand, dua
pria di Hong Kong, dua pria di Vietnam, satu pria di Jepang, satu wanita di Korea Selatan, satu
pria di Singapura, satu wanita di Taiwan dan satu pria di Amerika Serikat. Angka-angka ini
didukung oleh para ahli seperti Michael Osterholm.

Pada 17 Januari, sebuah kelompok Imperial College London di Inggris menerbitkan perkiraan
bahwa terdapat 1.723 kasus (interval kepercayaan 95%, 427–4.471) dengan timbulnya gejala
virus tersebut pada 12 Januari 2020. Perkiraan ini didapat berdasarkan pola penyebaran awal dari
virus 2019-nCoV ke Thailand dan Jepang. Mereka juga menyimpulkan bahwa "penularan dari
manusia ke manusia yang berkelanjutan tidak harus dikesampingkan".. Ketika kasus-kasus
selanjutnya terungkap, mereka kemudian menghitung ulang bahwa "terjadi 4.000 kasus 2019-
nCoV di Kota Wuhan … mulai timbul gejala pada 18 Januari 2020".

Pada 20 Januari, Tiongkok melaporkan peningkatan tajam dalam kasus ini dengan hampir 140
pasien baru, termasuk dua orang di Beijing dan satu di Shenzhen. Per 3 Maret, jumlah kasus
yang dikonfirmasi laboratorium mencapai 93.000 kasus, yang terdiri dari lebih dari 80.000 kasus
di daratan Tiongkok, dan sisanya di beberapa negara lainnya.

a. Kematian
Per 6 May 2021, terjadi 3.237.808 kasus kematian yang dikaitkan dengan Covid-19. Menurut
NHC Tiongkok, sebagian besar dari mereka yang meninggal adalah pasien yang lebih tua –
sekitar 80% kematian yang tercatat berasal dari mereka yang berusia di atas 60 tahun, dan 75%
memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada termasuk penyakit kardiovaskular dan diabetes.
Kasus kematian pertama yang dilaporkan adalah seorang pria berusia 61 tahun pada 9 Januari
2020 yang pertama kali dirawat di rumah sakit Wuhan pada 27 Desember 2019. Kasus kematian
pertama di luar Tiongkok terjadi di Filipina, dimana seorang pria warga negara Tiongkok berusia
44 tahun menderita pneumonia parah dan meninggal pada 1 Februari. Pada 8 Februari 2020,
diumumkan bahwa seorang warga Jepang dan seorang warga Amerika Serikat meninggal akibat
virus di Wuhan. Mereka adalah orang asing pertama yang meninggal akibat virus korona. Kasus
kematian pertama di luar Asia terjadi di Paris, Prancis pada 15 Februari 2020, ketika seorang
turis Tiongkok berusia 80 tahun dari Hubei meninggal setelah dirawat di rumah sakit sejak 25
Januari.

1.2 Penyebab
a. Filogenetik dan taksonomi
Virus korona baru awalnya disimbolkan 2019-nCoV oleh WHO, dengan huruf n yang berarti
novel atau baru, dan CoV yang berarti coronavirus atau virus korona. Virus ini tergolong dalam
ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae, dan genus Betacoronavirus (Beta-CoV). Genus
betacoronavirus terdiri atas empat garis keturunan (subgenus), di mana 2019-nCoV bersama
dengan SARS-CoV digolongkan dalam garis keturunan B (subgenus Sarbecovirus). Virus 2019-
nCoV merupakan spesies ketujuh dalam keluarga Coronaviridae yang mampu menginfeksi
6

manusia, selain 229E, NL63, OC43, HKU1, MERS-CoV, dan SARS-CoV. Pada 11 Februari
2020, Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV) memberi nama virus ini koronavirus
sindrom pernapasan akut berat 2 (Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2, disingkat
SARS-CoV-2) yang merupakan galur dalam spesies SARS-CoV.

Genom SARS-CoV-2 telah berhasil diisolasi. Virus ini memiliki RNA dengan panjang sekitar 30
ribu pasangan basa. Urutan genom menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki tingkat
kesamaan dengan SARS-CoV sebesar 79,5% dan dengan virus korona kelelawar sebesar 96%.
Sejumlah genom SARS-CoV-2 telah diisolasi dan dilaporkan termasuk BetaCoV/Wuhan/IVDC-
HB-01/2019, BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-04/2020, BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-05/2019,
BetaCoV/Wuhan/WIV04/2019, dan BetaCoV/Wuhan/IPBCAMS-WH-01/2019 dari Institut
Nasional untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Virus, Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC Tiongkok), Institut Biologi Patogen, dan Rumah Sakit
Jinyintan Wuhan.

b. Penyebaran
Angka reproduksi dasar untuk penularan virus dari manusia ke manusia diperkirakan antara 2
dan 4. Jumlah tersebut menggambarkan berapa banyak makhluk hidup yang baru terinfeksi yang
kemungkinan menularkan virus dalam populasi manusia. Virus korona baru telah dilaporkan
mampu mengirimkan rantai hingga empat orang sejauh ini.

Pada 22 Januari 2020, para ilmuwan dari Universitas Peking, Universitas Kedokteran Tradisional
Tiongkok Guangxi, Universitas Ningbo dan Sekolah Tinggi Teknik Biologi Wuhan menerbitkan
sebuah artikel setelah melihat "manusia, kelelawar, ayam, landak, trenggiling, dan dua spesies
ular", yang menyimpulkan bahwa "2019-nCoV tampaknya merupakan virus rekombinan antara
koronavirus kelelawar dan koronavirus yang asalnya tidak diketahui"... dan ..."ular adalah
reservoir hewan satwa liar yang paling mungkin untuk virus 2019-nCoV" yang kemudian
menyebar ke manusia. Beberapa ilmuwan lain berpendapat bahwa 2019-nCoV dikembangkan
sebagai hasil dari "virus gabungan antara kelelawar dan ular.

Artikel pracetak yang dipublikasikan pada tanggal 23 Januari 2020 di jurnal bioRxiv yang ditulis
oleh peneliti dari Institut Virologi Wuhan, Rumah Sakit Jinyintan Wuhan, Universitas Akademi
Sains Tiongkok dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyatakan bahwa virus
korona ini kemungkinan berasal dari kelelawar, karena analisis mereka menunjukkan bahwa
2019-nCoV 96% identik di tingkat genom secara keseluruhan dengan koronavirus kelelawar.

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa virus 2019-nCoV masuk ke tubuh manusia melalui
Reseptor ACE 2, sama seperti virus SARS.

1.3 Karakteristik Penyakit


a. Gejala Pada Presentasi Klinis
Gejala yang dilaporkan termasuk demam pada 90% kasus, kelelahan dan batuk kering pada 80%
kasus, dan sesak napas 20%, dengan gangguan pernapasan 15%. Sinar-X pada dada
menunjukkan tanda-tanda di kedua paru-paru. Tanda-tanda vital umumnya stabil pada saat
masuknya mereka yang dirawat di rumah sakit. Tes darah biasanya menunjukkan jumlah sel
darah putih yang rendah (leukopenia dan limfositopenia).
7

b. Uji Diagnostik
Pada 15 Januari 2020, WHO menerbitkan protokol pengujian diagnostik untuk 2019-nCoV, yang
dikembangkan oleh tim virologi dari Rumah Sakit Charité di Jerman.

c. Kekhawatiran akan kurangnya laporan


Karena kurangnya tenaga medis dan peralatan medis di daerah yang terkena wabah, banyak
rumah sakit gagal mengidentifikasi kasus virus korona sementara banyak pasien dengan gejala
mirip virus korona diberi label sebagai "pneumonia berat". Kebetulan, banyak dari mereka yang
mengalami gejala virus 2019-nCoV memutuskan untuk tinggal di rumah daripada pergi ke
rumah sakit karena waktu tunggu yang lama dan kondisi yang sempit. Oleh karena itu, peneliti
dari Northeastern University dan Imperial College London memperkirakan bahwa jumlah kasus
ini mungkin lima atau 10 kali lebih besar dari yang dilaporkan.

Kekhawatiran tambahan terjadi karena penanganan Tiongkok pada peristiwa merebaknya SARS
pada tahun 2003, di mana pemerintah Tiongkok menyembunyikan pasien yang terinfeksi dari
inspektur WHO dan melaporkan jumlah kasus SARS yang tidak dilaporkan.

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

2019-nCoV saat ini tidak memiliki pengobatan yang efektif atau vaksin, meskipun upaya untuk
mengembangkan beberapa obat sedang dilakukan. Gejala-gejalanya antara lain demam, kesulitan
bernapas dan batuk, yang digambarkan sebagai gejala "Influenza". Untuk mencegah infeksi,
WHO merekomendasikan "mencuci tangan secara teratur, menutupi mulut dan hidung ketika
batuk dan bersin … [dan] hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala
penyakit pernapasan (seperti batuk dan bersin)." Meskipun tidak ada perawatan khusus untuk
virus korona manusia pada umumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS
menyarankan bahwa warga yang terinfeksi virus ini dapat meredakan gejalanya dengan minum
obat flu biasa, minum cairan, dan istirahat. Beberapa negara mengharuskan warganya untuk
melaporkan gejala mirip flu ke dokter mereka, terutama jika mereka pernah mengunjungi daratan
Tiongkok.
8

Gambar 1. 1 Health screening at Shanghai Pudong International Airport

Gambar 1. 1 Health screening at Shanghai Pudong International Airport

Situasi di Wuhan sedang dipantau sehubungan dengan akan digelarnya putaran ketiga Turnamen
Kualifikasi Olimpiade Wanita AFC 2020, beberapa di antaranya digelar di kota ini dari tanggal 3
hingga 9 Februari 2020. Pada 22 Januari 2020, AFC mengumumkan bahwa mereka akan
memindahkan pertandingan Grup A yang sebelumnya dijadwalkan untuk dimainkan di Wuhan—
yang termasuk timnas masing-masing dari Australia, Tiongkok, Taiwan dan Thailand—ke
Nanjing karena wabah virus korona. beberapa hari kemudian, AFC mengumumkan bahwa
bersama dengan Federasi Sepak Bola Australia mereka akan memindahkan pertandingan tersebut
ke Sydney. Kualifikasi tinju Olimpiade 2020 wilayah Asia-Pasifik, yang semula dijadwalkan
akan diadakan di Wuhan pada tanggal 3-14 Februari, juga dibatalkan dan dipindahkan ke
Amman, Yordania yang akan diselenggarakan antara tanggal 3-11 Maret 2020.

2.1 Karantina
Karantina yang efektif untuk perjalanan keluar-masuk Wuhan diberlakukan mulai 23 Januari
2020, pukul 10.00 waktu setempat dan seterusnya (Kurniawan, 2021). Penerbangan dan kereta
api dari dan menuju Wuhan, bus umum, sistem metro, dan lain-lain ditunda hingga
pemberitahuan lebih lanjut. Langkah ini merupakan upaya untuk menghentikan penyebaran virus
dari Wuhan dan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan warganya, menurut Kantor Berita
Xinhua. Pertemuan skala besar dan tur kelompok juga ditunda. Berbagai masalah logistik telah
terjadi setelah karantina, termasuk kenaikan harga pangan dan kesulitan bagi staf medis yang
pergi ke rumah sakit. Pemerintah Tiongkok mengumumkan pukul 23.00 (UTC+8) pada tanggal
23 Januari untuk menutup Kota Chibi efektif pukul 00.00 pada 24 Januari, didahului oleh kota-
9

kota setingkat prefektur seperti Huanggang, Ezhou, dan Wuhan. Karena kota Wuhan telah
diisolasi, warga berebut ke toko-toko terdekat untuk menimbun barang-barang penting. Ada
banyak laporan tentang antrean panjang di supermarket, apotek, dan pompa bensin — warga
berbondong-bondong ke pompa bensin karena desas-desus palsu tentang kehabisan bahan bakar.
Setelah karantina, harga barang meningkat secara signifikan di Wuhan. Seorang ahli
epidemiologi dan ahli virus SARS dengan tim yang terdiri dari spesialis medis yang baru saja
terbang kembali ke Hong Kong setelah inspeksi satu hari mereka di Wuhan mengatakan bahwa
Wabah Wuhan setidaknya 10 kali lebih besar daripada SARS dan meminta warga untuk menjauh
dari Wuhan sesegera mungkin.

Beberapa postingan di Weibo menunjukkan bahwa rumah sakit di Wuhan telah kelebihan beban
dengan ribuan orang yang demam dan sangat kritis terhadap keandalan angka-angka statistik
yang diumumkan oleh pemerintah Tiongkok meskipun postingan tersebut sekarang dihapus
karena alasan yang tidak diketahui.

2.2 Evakuasi Diplomat dan Warga Negara Asing dari Wuhan


Pemerintah Belgia, Filipina, Thailand dan Amerika Serikat merencanakan penerbangan evakuasi
untuk warga negaranya dari Tiongkok. Brasil, Republik Ceko, Prancis, Pakistan, India, Jepang,
Korea Selatan dan Rusia juga mempertimbangkan tindakan serupa.

Sri Lanka dan Panama mulai memulangkan mahasiswa mereka dari Tiongkok. Myanmar mulai
memulangkan lima puluh mahasiswa mereka dari sekitar Wuhan.

Vietnam mengizinkan empat penerbangan luar biasa untuk membawa pulang penumpang
warganya dari Wuhan dari tanggal 24 hingga 27 Januari, dan mengatur penerbangan untuk
mengevakuasi warga dan diplomat negara mereka.

Pada tanggal 29 Januari, Australia dan Selandia Baru mengumumkan bahwa mereka akan
bekerja sama untuk mengevakuasi warganya dari Wuhan ke Pulau Natal. Ada antara 50-82
warga Selandia Baru di Wuhan dan 600 warga Australia di provinsi Hubei termasuk 140 anak-
anak asal Australia di Wuhan.

Pada tanggal 29 Januari, Korea Selatan membuat persiapan menit terakhir untuk mengangkut
sekitar 700 warga Korea Selatan dari Wuhan, termasuk menyelesaikan rincian logistik dengan
Pemerintah Tiongkok. Para pejabat Korea Selatan menyiapkan dua pesawat dengan dua set tim
medis yang terdiri dari sekitar 20 dokter, perawat, dan pejabat.

Pada 1 Februari, sebuah pesawat carteran berangkat dari Thailand ke Wuhan untuk
mengevakuasi 64 warga negara Thailand yang dipimpin oleh Menteri Kesehatan Masyarakat
Anutin Charnvirakul. Pesawat itu termasuk tim medis yang berspesialisasi dalam infeksi saluran
pernapasan dan obat darurat.

Pada tanggal 2 Februari 2020, tim perwira dari Kedutaan Besar Malaysia di Beijing bergegas ke
Wuhan melalui jalur darat untuk menyelamatkan dan mengevakuasi 120 warganya dari Wuhan
dan sekitarnya. Perintah evakuasi dilakukan setelah keputusan Kabinet pada tanggal 29 Januari
2020.
10

2.3 Rumah Sakit Khusus


Sebuah rumah sakit khusus bernama Rumah Sakit Huoshenshan telah dibangun sebagai upaya
penanggulangan terhadap wabah virus korona dan untuk mengkarantina pasien dengan lebih
baik. Dilaporkan, pemerintah Kota Wuhan telah meminta sebuah badan usaha milik negara
(China Construction Third Bureau Group) untuk membangun kembali tempat akomodasi di
Wuhan menjadi Pusat Terapi Virus dengan kecepatan tercepat dibandingkan dengan saat wabah
SARS pada tahun 2003. Pada 24 Januari, pihak otoritas Wuhan merinci perencanaannya,
mengatakan mereka berencana membangun Rumah Sakit Huoshenshan dalam waktu enam hari
sejak pengumuman dan mulai beroperasi pada 3 Februari 2020. Rumah sakit khusus tersebut
akan memiliki 813 tempat tidur dan itu akan memakan lahan sebesar 25.000 meter persegi.
Rumah sakit itu dibuat berdasarkan pada Rumah Sakit Xiaotangshan, yang dibuat akibat wabah
SARS tahun 2003, itu sendiri dibangun hanya dalam waktu seminggu. Media pemerintah
melaporkan bahwa terdapat 1.500 pekerja dan hampir 300 unit mesin konstruksi di lokasi pada
puncaknya, dan tim cadangan lain dari 2.000 pekerja telah berkumpul.

Otoritas setempat mengumumkan rencana untuk membangun rumah sakit khusus kedua pada 25
Januari yang akan dinamai Rumah Sakit Leishenshan, dengan kapasitas 1.600 tempat tidur;
Rumah sakit tersebut mulai beroperasi pada 6 Februari. Beberapa orang menyuarakan
keprihatinan mereka melalui media sosial, mengatakan keputusan pihak berwenang untuk
membangun rumah sakit lain dalam waktu yang sangat singkat menunjukkan tingkat keparahan
wabah ini bisa jauh lebih buruk dari yang diperkirakan.

Gambar 1. 2 Wuhan Huoshenshan Hospital Under Construction

Gambar 1. 2 Wuhan Huoshenshan Hospital Under Construction

Pada 24 Januari 2020, pihak berwenang mengumumkan bahwa mereka akan mengubah
bangunan kosong di Distrik Huangzhou, Huanggang menjadi rumah sakit berkapasitas 1.000
tempat tidur bernama Pusat Medis Regional Gunung Dabie. Konstruksi dimulai pada hari
berikutnya oleh 500 personel dan gedung tersebut mulai menerima pasien pada 28 Januari 2020
pukul 22.30 waktu setempat.
11

BAB III LATAR BELAKANG DAN REAKSI

3.1 Latar Belakang


Wuhan adalah kota terbesar ketujuh di Tiongkok, dengan populasi lebih dari 11 juta orang. Kota
ini merupakan pusat transportasi utama di Tiongkok bagian tengah, yang terletak sekitar 700 mil
(1100 km) di sebelah selatan Beijing, 500 mil (800 km) di sebelah barat Shanghai, dan 600 mil
(970 km) di sebelah utara Hong Kong. Bandar udara Wuhan memiliki penerbangan langsung ke
berbagai kota besar di Eropa: enam kali penerbangan mingguan ke Paris, tiga kali ke London,
dan lima kali ke Roma.

Pada bulan Desember 2019, terjadi sekelompok kasus "radang paru-paru (pneumonia) yang tidak
diketahui penyebabnya" yang dihubungkan dengan pasar grosir makanan laut Huanan. Pasar ini
memiliki ribuan kios yang menjual berbagai hewan, seperti ikan, ayam, burung pegar, kelelawar,
marmut, ular berbisa, rusa bintik, dan binatang liar lainnya. Setelah virus korona diketahui
sebagai penyebab penyakit ini, kecurigaan pun muncul bahwa virus korona baru ini bersumber
dari hewan.

Sebagian besar virus korona bersirkulasi di antara hewan, tetapi enam spesies di antaranya
berevolusi dan mampu menginfeksi manusia, seperti yang terlihat pada sindrom pernapasan akut
berat (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan empat virus korona lain yang
menyebabkan gejala pernapasan ringan seperti pilek. Keenamnya dapat menular dari manusia ke
manusia.

Pada tahun 2002, dengan musang sebagai sumber virus, wabah SARS dimulai di daratan
Tiongkok dan menjalar hingga ke Kanada dan Amerika Serikat dengan bantuan beberapa penular
super dan adanya penerbangan internasional. Akibatnya, lebih dari 700 orang meninggal di
seluruh dunia. Kasus SARS terakhir dilaporkan pada tahun 2004. Pada saat itu, pemerintah
Tiongkok dikritik oleh WHO karena bersikap lamban dalam menangani virus tersebut. Sepuluh
tahun setelah SARS, penyakit virus korona terkait unta arab, yaitu MERS, mengakibatkan lebih
dari 850 orang meninggal di 27 negara. Wabah virus korona dari Wuhan dikaitkan dengan pasar
yang menjual hewan untuk dikonsumsi, sehingga penyakit tersebut diduga berasal dari hewan.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa wabah virus korona baru akan mirip dengan wabah
SARS. Kekhawatiran tersebut diperburuk oleh adanya perkiraan bahwa sejumlah besar
wisatawan akan berlibur pada Tahun Baru Imlek, yang dimulai pada 25 Januari 2020.

3.2 Reaksi Organisasi Kesehatan Dunia


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memuji upaya pihak berwenang Tiongkok dalam
mengelola dan mengatasi virus korona tersebut dengan Direktur Jenderal Tedros Adhanom
Ghebreyesus yang menyatakan "kepercayaan terhadap pendekatan Tiongkok untuk
mengendalikan epidemi" dan menyerukan agar masyarakat "tetap tenang".
12

WHO mencatat perbedaan antara wabah SARS 2003, di mana pihak berwenang Tiongkok
dituduh kerahasiaan yang menghalangi upaya pencegahan dan penahanan, dan kasus wabah virus
saat ini di mana pemerintah pusat "telah memberikan pembaruan informasi secara rutin untuk
menghindari kepanikan menjelang liburan Tahun Baru Imlek." Sebagai reaksi terhadap
keputusan pemerintah pusat untuk menerapkan larangan transportasi di Wuhan, perwakilan
WHO Gauden Galea mengatakan bahwa sementara itu "tentu saja bukan rekomendasi yang telah
dibuat WHO", itu juga "indikasi yang sangat penting dari komitmen untuk menahan virus
epidemi di tempat yang paling terkonsentrasi "dan menyebutnya" belum pernah terjadi
sebelumnya dalam sejarah kesehatan masyarakat ".

Pada 30 Januari 2020, WHO mendeklarasikan status wabah 2019-nCoV sebagai Darurat
Kesehatan Global untuk keenam kalinya sejak Wabah flu babi 2009. Ini diakibatkan karena
risiko penyebaran global, terutama ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tanpa
sistem kesehatan yang kuat yang mampu melakukan pengawasan setelah kemungkinan
penularan dari manusia ke manusia terkonfirmasi.

3.3 Respons Pemerintah Indonesia


Sebagai antisipasi atas merebaknya koronavirus yang bisa menjalar ke Indonesia, Pemerintah
Indonesia melakukan berbagai cara untuk mencegah virus tersebut ke Indonesia. Salah satunya
adalah dengan membentuk 132 rumah sakit rujukan yang langsung berada di bawah Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) (sebelumnya hanya 100 rumah sakit). Beberapa rumah sakit di
berbagai daerah juga menjadi rujukan, seperti RSPI Sulianti Saroso, RSUD Tarakan, dan Rumah
Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengumumkan
penghentian sementara kebijakan bebas visa bagi warga Tiongkok, menghentikan sementara
penerbitan visa-on-arrival untuk Daratan Tiongkok, dan melarang pengunjung yang berada di
Tiongkok selama 14 hari untuk memasuki atau transit di Indonesia. Selain itu, penerbangan dari
dan ke Daratan Tiongkok ditunda per 5 Februari.

Pada tanggal 29 Januari, TNI Angkatan Udara (TNI-AU) menyiapkan tiga pesawat termasuk dua
Boeing 737 dan satu pesawat C-130 Hercules dengan batalion pakar kesehatan untuk membantu
mengevakuasi warga negara Indonesia dan warga lain dari Wuhan. Sebelumnya, TNI-AU
menunggu instruksi dari Kementerian Luar Negeri dan siap siaga selama 24 jam jika perintah
diberikan. Pada tanggal 1 Februari, evakuasi terhadap 245 WNI dari Provinsi Hubei (termasuk
Wuhan) dimulai. Mereka akan dikarantina di Kabupaten Natuna selama 14 hari. Sebuah tim
evakuasi yang beranggotakan 42 orang berangkat dari Bandara Internasional Soekarno–Hatta
mulai pukul 13.00 WIB. Proses evakuasi direncanakan memakan waktu sekitar 9 jam. Untuk
keperluan ini, Pemerintah menyewa pesawat Batik Air jenis Airbus A330-300. Mereka tiba di
Bandara Hang Nadim Batam pada 2 Februari pukul 08.45 WIB yang kemudian langsung dibawa
ke Pangkalan Udara Raden Sadjad, Kepulauan Natuna. Dari 245 WNI yang akan dievakuasi,
hanya 238 saja yang tiba di Indonesia.

3.4 Respons Internasional


Respon Tiongkok terhadap virus telah dipuji oleh beberapa pemimpin luar negeri. Presiden AS
Donald Trump mengucapkan terima kasih kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping "atas nama
Rakyat Amerika" pada 24 Januari 2020 di Twitter, menyatakan bahwa "Tiongkok telah bekerja
sangat keras untuk mengendalikan virus korona. Amerika Serikat sangat menghargai upaya dan
13

transparansi mereka" dan menyatakan bahwa "Semuanya akan bekerja dengan baik." Menteri
Kesehatan Jerman Jens Spahn, dalam sebuah wawancara di Bloomberg Television, mengatakan
dengan perbandingan dengan respon Tiongkok terhadap SARS pada tahun 2003: "Ada
perbedaan besar dengan SARS. Kami memiliki Tiongkok yang jauh lebih transparan. Tindakan
Tiongkok jauh lebih efektif di hari-hari pertama." Dia juga memuji kerja sama dan komunikasi
internasional dalam menangani virus ini.

Pada misa hari Minggu di Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan pada tanggal 26 Januari 2020,
Paus Fransiskus memuji "komitmen besar oleh komunitas Tionghoa yang telah diberlakukan
untuk menanggulangi virus korona" dan memulai doa penutup untuk "orang-orang yang sakit
karena virus yang telah menyebar ke Tiongkok".

BAB IV DAMPAK

4.1 Tiongkok
Pariwisata di Tiongkok telah dilanda oleh pembatasan perjalanan dan ketakutan akan penularan
virus korona, termasuk larangan terhadap grup wisata domestik dan internasional. Banyak
maskapai membatalkan atau mengurangi banyak penerbangan ke Tiongkok dan beberapa
penasihat perjalanan (travel advisories) memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke
Tiongkok. Banyak negara, termasuk Prancis, Inggris, Amerika Serikat dan Jepang, telah
mengevakuasi warga negara mereka dari Wuhan dan provinsi Hubei.

Mayoritas sekolah dan universitas telah memperpanjang liburan tahunan mereka hingga
pertengahan Februari. Mahasiswa luar negeri yang terdaftar di universitas-universitas Tiongkok
telah pulang ke negara asalnya karena takut terinfeksi kasus-kasus pertama yang dilaporkan oleh
Nepal dan Kerala, keduanya adalah mahasiswa yang telah kembali ke negaranya.

Kementerian Keuangan Tiongkok mengumumkan akan sepenuhnya mensubsidi biaya medis


pribadi yang dikeluarkan oleh pasien.

4.2 Taiwan
Pada 6 Januari 2020, Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan menerapkan pemeriksaan suhu untuk
setiap penerbangan langsung dari Wuhan ke Taiwan. Setelah Taiwan melaporkan kasus pertama
virus korona di Taiwan pada 21 Januari, Taiwan telah meningkatkan status peringatan perjalanan
di Wuhan menjadi level 3, merekomendasikan untuk menghindari semua perjalanan yang tidak
penting ke Wuhan.
14

Gambar 1. 3 Masker Bedah Digunakan Masyarakat di Taiwan

Gambar 1. 3 Masker Bedah Digunakan Masyarakat di Taiwan

Pada 24 Januari, pemerintah Taiwan mengumumkan untuk sementara waktu melarang ekspor
masker wajah selama sebulan untuk memasok masker bagi warganya. Pada 2 Februari 2020,
Pusat Komando Epidemi memutuskan untuk menunda pembukaan sekolah dasar dan menengah
hingga 25 Februari dan berakhirnya sekolah dasar dan menengah hingga 14 Juli.
4.3 Jepang
Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan bahwa "virus korona baru memiliki dampak besar
pada pariwisata, ekonomi dan masyarakat kita secara keseluruhan". Ada laporan bahwa masker
wajah telah terjual habis di seluruh negara dan ada tekanan pada sistem perawatan kesehatan
karena permintaan untuk pemeriksaan kesehatan meningkat. Toko-toko mengatakan bahwa stok
masker wajah mereka habis dalam satu hari. Orang Tionghoa, atau orang yang dianggap etnis
Tionghoa, melaporkan terjadinya diskriminasi di Jepang karena orang Jepang takut akan
kemungkinan penularan virus. Menteri Kesehatan telah menunjukkan bahwa situasi belum
mencapai titik di mana perkumpulan massa harus dibatalkan.

Virus ini diperkirakan memiliki dampak negatif terhadap perekonomian Jepang. analis dari
Mitsubishi UFJ Morgan Stanley meramalkan bahwa dampak ekonomi dari wabah tersebut akan
lebih buruk daripada SARS karena pariwisata memainkan peran yang lebih besar dalam ekonomi
Jepang saat ini. Menteri ekonomi Yasutoshi Nishimura juga memperingatkan bahwa wabah virus
dapat berdampak kuat pada ekonomi Jepang karena gangguan logistik dan operasi pabrik.
Maskapai penerbangan Jepang sudah mulai menangguhkan penerbangan ke Tiongkok dan JTB,
agen perjalanan terbesar di negara itu, telah membatalkan semua tur ke Tiongkok. Banyak
perusahaan, termasuk Toyota, telah menghentikan semua lini produksi mereka di Daratan
Tiongkok dan Honda telah mengevakuasi semua stafnya dari Wuhan.

S&P Global mencatat bahwa perusahaan yang paling terpukul adalah perusahaan yang
mencakup sektor perjalanan, kosmetik dan ritel yang paling terekspos oleh pariwisata Tiongkok.
Tercatat bahwa peningkatan penjualan masker wajah dan alat pelindung tidak mungkin untuk
mengimbangi penurunan ekonomi.
15

Gambar 1. 4 Rak-rak pada Apotek terjual habis

Gambar 1. 4 Rak-rak pada Apotek terjual habis

Wabah itu sendiri telah menjadi perhatian bagi Olimpiade Musim Panas 2020 yang dijadwalkan
berlangsung di Tokyo mulai akhir Juli. Pemerintah Jepang telah mengambil tindakan pencegahan
ekstra untuk membantu meminimalisir dampak dari wabah virus tersebut. Panitia penyelenggara
Olimpiade Tokyo dan Komite Olimpiade Internasional telah memantau dampak wabah tersebut
di Jepang.

4.4 Asia Tenggara


Di antara negara anggota ASEAN, Singapura diperkirakan menjadi salah satu negara yang paling
terdampak menurut Maybank. Para ekonom memperingatkan bahwa wabah virus akan
berdampak pada ekonomi negara tersebut, tetapi terlalu dini untuk memberikan jawaban tertentu.
Sektor pariwisata dianggap sebagai "perhatian langsung" selain dampak pada jalur produksi
karena gangguan pada pabrik dan logistik di daratan Tiongkok. Singapura mengalami kepanikan
membeli bahan kebutuhan pokok , dan masker, termometer, serta berbagai produk sanitasi
meskipun diminta agar tidak dilakukan oleh pemerintah.

Ekonom Maybank menilai Thailand sebagai negara yang paling berisiko, dimana ancaman
dampak penyebaran virus korona terhadap pariwisata menyebabkan nilai tukar Baht jatuh ke
level terendah dalam tujuh bulan.

Di Malaysia, para ekonom memperkirakan bahwa wabah itu akan mempengaruhi PDB negara
tersebut, arus perdagangan dan investasi, harga komoditas, dan kedatangan wisatawan. Awalnya,
perlombaan balap sepeda Le Tour de Langkawi dikabarkan dibatalkan, tetapi penyelenggara
menyatakan bahwa perlombaan itu akan terus diadakan seperti biasa. Meskipun demikian, dua
tim bersepeda, Tim Bersepeda Hengxiang dan Tim Bersepeda Giant, keduanya dari Tiongkok,
ditarik dari keikutsertaan dalam perlombaan ini karena takut akan wabah virus korona. Karena
situasi wabah yang semakin memburuk, beberapa konser yang akan diadakan di Kuala Lumpur,
16

seperti Kenny G, Jay Chou, The Wynners, Super Junior, Rockaway Festival dan Miriam Yeung
ditunda, dan konser boyband asal Korsel Seventeen dibatalkan.

Perdana Menteri Kamboja Hun Sen melakukan kunjungan khusus ke Tiongkok dengan tujuan
untuk menunjukkan dukungan Kamboja kepada Tiongkok dalam memerangi wabah virus
korona.

4.5 Asia Selatan


Di India, para ekonom memperkirakan dampak jangka pendek dari wabah virus korona akan
terbatas pada rantai pasokan konglomerat utama, terutama obat-obatan, pupuk, mobil, tekstil dan
elektronik. Dampak terparah pada logistik perdagangan global juga diperkirakan karena
gangguan logistik di Tiongkok Daratan, akan tetapi karena risiko gabungan dengan ketegangan
geopolitik regional, perang perdagangan yang lebih luas, dan Brexit.

Di Sri Lanka, pengamat memperkirakan dampak ekonomi yang terbatas dalam jangka pendek
pada sektor pariwisata dan transportasi.
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Refialdinata J. Analisis Upaya Pencegahan Covid-19 Pada Masyarakat Kampus. Babul Ilmi J
Ilm Multi Sci Kesehatan. 2020;12(1).
2. Beni Kurniawan M. POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DALAM PENANGANAN PANDEMI
COVID-19 DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK ASASI ATAS KESEHATAN (Government Legal
Politics In Handling Of COVID-19 Pandemic Reviewed From The Right To Health’s
Perspective). J HAM. 2021,12(2).

Anda mungkin juga menyukai