Anda di halaman 1dari 24

METODE (CARA) BERPIKIR / BERFILSAFAT

I. Berfilsafat
Metode Berpikir bertujuan untuk:
1. Memudahkan memahami Ideologi.
2. Menyatukan tafsir ideologi.
3. Mencegah dan menghilangkan cara berpikir dogmatis / doktriner.
4. Menggunakan / mengembangkan kreasi-kreasi gerakan dengan satu langkah dan tujuan.

Cara berpikir seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor:


1. Caranya orang berproduksi,caranya mencari makan.
2. Tingkat intelegentia,tingkat kecerdasannya.
3. Pengalaman hidupnya,lingkungan hidupnya atau kebiasaan-kebiasaannya.
4. Kepentingan atau vestednya,sehingga orang mesti memihak kepada kepentingannya.
5. Falsafah atau pandangan hidupnya.

Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan Sophia (kebijaksanaan), yang
diturunkan dari kata kerja “filosoftein”, yang berarti : menyukai / mencintai kebijaksaan.
Filsafat adalah ilmu / metode berpikir untuk memecahkan gejala – gejala alam dan masyarakat.

Definisi Filsafat menurut beberapa para Filsuf :


1. Plato (477 SM – 347 SM). Filsuf Yunani, guru aristoteles atau murid Socrates, mengatakan bahwa
filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran
yang asli.
2. Aristoteles (381 SM – 322 SM), mengatakan filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu–ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, & estetika.
3. Marcus Tulius Cicero (106 SM – 43 SM), politikus dan ahli pidato Romawi yang merumuskan filsafat
sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha – usaha untuk mencapainya.
4. Al-farabi (Wafat 950 M), filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang
alam maujud dan bertujan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
5.Immanuel Kant (1724 – 1804 M); pemikir besar barat yang mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu
pokok dari segala ilmu pengetahuan yang meliputi empat persoalan, yaitu :
a. Apakah yang kita KETAHUI? (dijawab dengan Metafisika),
b. Apakah yang boleh kita KERJAKAN? (Dijawab dengan Etika),
c. Sampai dimanakah PENGHARAPAN kita? (dijawab dengan Agama),
d. Apakah MANUSIA itu? (dijawab dengan Antropologi).

Filsafat dibagi dua kategori besar yaitu ;


1. Filsafat menurut wilayah : filsafat barat, filsafat timur, dan filsafat Timur Tengah.
2. Filsafat menurut latar belakang agama: filsafat Islam, Budha, Hindu, dan filsafat Kristen.

Filsafat Barat berkembang dari tradisi filsafat orang Yunani kuno, yang dalam pembidangannya
dikenal filsafat yang menyangkut tema tertentu:
 Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) dibahas
dalam Ontologi. Hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
 Epistemologi mengkaji hakikat pengetahuan (episteme=pengetahuan), yang membahas berbagai hal
tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran pengetahuan.
 Aksiologi membahas hakekat nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Aksiologi
melahirkan cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia :
- Etika/ filsafat moral membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan
mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Topik yang
dibahas : soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
- Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Estetika melahirkan
berbagai teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai hasil budaya.

Tokoh-Tokoh Filsafat Barat :


Filsuf Jaman Klasik
"PraSokrates": Thales (Filsuf pertama Yunani) - Anaximander - Anaximenes - Pythagoras -
Xenophanes - Parmenides - Zeno - Herakleitos - Empedocles - Democritus - Anaxagoras.
1

"Zaman Keemasan": Sokrates - Plato ("etika, republik, apologi, phaedo, dan krito) - Aristoteles.
Page

Filsuf Abad Pertengahan "Skolastik": Johannes Eriugena, Thomas Aquinas, Duns Scotus, dst.
Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020
Filsuf Era Modern : Machiavelli - Giordano Bruno - Francis Bacon - Rene Descartes - Baruch de
Spinoza- Blaise Pascal - Leibniz - Thomas Hobbes - John Locke - George Berkeley - David Hume - William
Wollaston - Anthony Collins - John Toland - Pierre Bayle - Denis Diderot - Jean le Rond d'Alembert - De la
Mettrie - Condillac - Helvetius - Holbach - Voltaire - Montesquieu - De Nemours - Quesnay - Turgot -
Rousseau - Thomasius - Ch Wolff - Reimarus - Mendelssohn - Lessing - Georg Hegel - Immanuel Kant -
Fichte - Schelling - Schopenhauer - De Maistre - De Bonald - Chateaubriand - De Lamennais - Destutt de
Tracy - De Volney - Cabanis - De Biran - Fourier - Saint Simon - Proudhon - A. Comte - JS Mill - Spencer -
Feuerbach - Karl Marx - Soren Kierkegaard - Friedrich Nietzsche - Edmund Husserl.

Filsuf Kontemporer : Jean Baudrillard - Michel Foucault - Martin Heidegger - Karl Popper - Bertrand
Russell - Jean-Paul Sartre - Albert Camus - Jurgen Habermas - Richard Rotry - Feyerabend- Jacques
Derrida - Mahzab Frankfurt.

Filsafat Timur adalah tradisi filsafat yang berkembang di India dan China serta daerah lain yang
dipenguruhi budayanya. Filsafat Timur dekat hubungannya dengan agama. Filsufnya: Sidharta
Budha Gautama/Budha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi, Mao Zedong, dll.

Filsafat Timur Tengah merupakan ahli waris tradisi filsafat barat, karena para filsuf Timur
Tengah mula-mula adalah orang Arab dan Yahudi yang menaklukkan daerah di sekitar Laut
Tengah dan menemukan, menterjemahkan dan merevisi / memperbaharui karya-karya Yunani.
Saat Eropa melupakan karya-karya klasik Yunani di Abad pertengahan, para filsuf Timur Tengah
mempelajari karya-karya yang sama dan terjemahannya dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa.
Beberapa nama filsuf Timur Tengah : Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran dan Averroes.

Filsafat Islam merupakan filsafat hasil karya filsuf-filsuf muslim klasik yang menggali kembali
karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, kemudian menyesuaikannya dengan
ajaran Islam. Filsuf Islam memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam karena dalam
filsafat Islam Tuhan sudah ditemukan dan pembahasan tentang Tuhan tidak pernah berakhir.

Filsafat Kristen disusun tokoh-tokoh gereja dalam menghadapi tantangan zaman kegelapan
(dark age) di abad pertengahan, di saat masyarakat mulai mempertanyakan kembali
kepercayaan agamanya. Filsafat Kristen lebih banyak berkutat pada masalah ontologis dan
filsafat Ketuhanan. Filsufnya : Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura

Metode Filsafat
1. Metode Deduksi
Kesimpulan ditarik dari prinsip – prinsip umum dan diterapkan ke semua yang bersifat Khusus.
Misalnya : Semua manusia butuh makan (umum)
Rakyat Kecil adalah manusia (khusus)
Karena itu rakyat kecil butuh makan. (Kesimpulan)

2. Metode Induksi
Kesimpulan ditarik dari prinsip–prinsip khusus dan diterapkan kepada semua yang umum.
Misalnya : Bertani adalah lapangan pekerjaan. (khusus)
Bertani butuh tanah. (umum)
Seluruh lapangan pekerjaan butuh tanah. (kesimpulan)

3. Metode Dialektika
Kesimpulan ditarik berdasarkan dari pendalaman persoalan – persoalan dengan melalui proses
3 jenjang penalaran yaitu : Tesis – Anti Tesis – Sintesis.

Hegel terinspirasi pada pernyataan Heraikleitos tentang “pertentangan adalah bapak dari
segala sesuatu’, merumuskan Fase dialektika selalu pada tradisi dari tiga fase yaitu :
Fase Pertama disebut tesis yang menampilkan “lawan”/ “pertentangan” dari Fase Kedua yaitu
Antitesis. Fase Ketiga disebut sintesis, yang mendamaikan antara tesis & antitesis yang saling
berlawanan / bertentangan.
Kemudian Sintesis yang telah dihasilkan menjadi tesis baru dan akan menampilkan antitesis
berikutnya dan akhir tesis baru dan antitesis baru didamaikan menjadi sintesis baru, dan
seterusnya berulang – ulang.
2

Contoh : Bapak (Tesis) berlawanan dengan Istri (Antitesis) menghasilkan Anak–anak (Sintesis).
Page

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


Metode mempelajari Filsafat
1. Metode Sistematis
Mempelajari isi filsafat, bukan pada tokoh atau pada metodenya.
a. Memahami teori pengetahuan yang berdiri diatas beberapa cabang filsafat,
b. Mempelajari teori hakikat, teori / filsafat nilai,
c. Dibagi – bagi lebih khusus dalam sistematikan filsafat membahas setiap cabang atau sub cabang,
yang otomatis akan membahas aliran – alirannya.

2. Metode Histories
Mempelajari sejarah filsafat melalui pengenalan tokoh demi tokoh filsufnya.
a. Membicarakan filsafat thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya baik dalam
teori pengetahuan, teori hakikat mapun teori nilai.
b. Kemudian dilanjutkan membicarakan teori Anaxr Mandios, Socrates, Rousseau, Kant, dan
seterusnya hingga ketokoh – tokoh kontemporer.

3. Metode Kritis
Mempelajari filsafat dengan pendekatan sistematis dan histories.
a. Memahami isi ajaran dan motivasi si tokoh menemukan ajarannya.
b. Kritik dan dukungan menurut pendapatnya sendiri/menggunakan pendapat filsuf lain.

Objek Filsafat
1. Objek Material
Segala yang ada dan yang mungkin ada (luas).
a. Sains menyelediki objek material empiris. Filsafat menyelidiki yang abstraknya.
b. Ada objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti sains seperti Tuhan, hari kiamat (hal
– hal yang tidak empiris)
2. Objek Formal
Penyelidikan yang mendalam/ ingin mengetahui bagian yang tidak empiris. Kalangan sains tidak
memiliki objek formal karena sains terbatas pada sesuatu yang bisa diselidiki secara ilmiah saja.
Kaum filsafat bekerja hingga permasalahan dapat ditemukan sampai ke akar-akarnya.

Sistematika Filsafat
1. Teori Pengetahuan
Teori untuk membicarakan cara memperoleh pengetahuan (norma / teori) dan membicarakan
tentang cara mengatur pengetahuan yangn benar dan berarti.
a. Epistimologi
Berasal dari kata Episteme (yunani) yang berarti Knowledge/ pengetahuan dan logy (Filsafat ilmu). Yang
dibahas : Apa pengetahuan?, Apa sumber-sumber pengetahuan?, Darimana datang sumber yang benar
dan bagaimana mengaturnya?, Apa pengetahuan tersebut benar?
Sumber pengetahuan menurut Lours Q Kattsof :
-Empiris (Pancaindra  Jhonh Locke)
-Rasionalisme (Akal  Descartes)
-Positivisme (Empiris dipertajam dengan praktek  August Compete)
-Fenomena (Pengalaman karena menggabungkan Pancaindra dan akal  Immanuel Kant)
-Intuisi/Intersionisme : Pancaindra & akal terbatas (mengkritik empirisme&rasionalisme) karena objek
selalu berubah jadi perlu peningkatan kemampuan mengetahui kedepanHerin Bergson.
-Metode Ilmiah (Penggabungan Empirisme & Rasionalisme yaitu metode sains yang melahirkan ilmu
pengetahuan)

2. Teori Hakikat
Hakikat ialah realistis, kenyataan atau keadaan yang sebenarnya.
Cabang yang mempelajari teori hakikat : Ontology, Konsmologi, Antropologi, Theodologi,
filsafat agama, filsafat umum, filsafat pendidikan dan lain lain.
Aliran Filsafat :
1. Materialisme 3. Dualisme
2. Idealisme 4. Agnostralisme
3

3. Teori Nilai
Page

Cabang ilmu yang mempelajari artinya harga sesuatu mempunya nilai yaitu : Etika dan Estetika

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


II. Kerangka pemikiran Karl Marx
A. Marxisme sebagai sintesis dari pemikiran Hegel (tesis) dan pemikiran Feurbach (antitesa)
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (27 Agustus1770–14 November1831)
Hegel menghasilkan konsepsi “Tesis– Anti Tesis – Sintesis (Dialektika)”, tetapi Hegel masih menggunakan
kekuatan pikiran untuk menyampaikan konsepsi-konsepsinya. Intinya Hegel mengatakan : ide yang
lebih dahulu ada, baru materi. Dunia bergerak kearah rasionalitas dan kebebasan yang semakin besar.

Menurut Hegel hakekat dari dunia ini adalah “ide absolut”, yang berada secara absolut dan “obyektif”
didalam segala sesuatu, dan tak terbatas pada ruang dan waktu. “Ide absolut” dalam prosesnya
menampakkan dirinya dalam wujud gejala alam, gejala masyarakat, dan gejala fikiran.

Hegel mengangkat idealisme subyektif dan obyektif untuk menggambarkan tesis dan antitesis secara
berturut-turut. Hegel mengatakan pandangannya sendiri yang disebut idealisme absolut sebagai sintesis
yang lebih tinggi dibanding unsur yang membentuknya (tesis dan antitesis).

Ludwig Feurbach (28 Juli1804–13 September1872 di Jerman)


Materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi selalu dalam keadaan diam, tetap / statis selamanya,
seandainya materi itu berubah maka perubahan tersebut terjadi karena faktor luar atau kekuatan dari
luar. Gerak materi itu disebut gerak ekstern atau gerak luar. selanjutnya materi itu dalam keadaan
terpisah-pisah atau tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Materialisme metafisik mengakui bahwa adanya “ide absolut” pra-dunia dari Hegel , adanya terlebih
dahulu “kategori-kategori logis” sebelum dunia ada, adalah tidak lain sisa-sisa khayalan dari kepercayaan
tentang adanya pencipta di luar dunia; bahwa dunia materiil yang dapat dirasakan oleh panca indera
kita adalah satu-satunya realitet.
Idealisme Feurbach : kontradiksi sebagai hal yang irasionil bukan sebagai hal yang nyata. Pandangannya
bertolak daripada materialisme tetapi metode penyelidikannya ialah metafisis.
Feurbach mengkritik cara berpikir Hegelian yang mengesampingkan realita yang nyata dan membuka
cara berpikir realistis yang ditangkap melalui pancaindra. Tetapi Feuerbach menggambarkan dunia ini
dalam pengaruh sejarah kenyataan materi dan gagasan – gagasan.

B. Materialisme Dialektika Historis (MDH), teori dan konsep dalam Marxisme sebagai
Antitesa sistem kapitalisme
Karl Heinrich Marx (5 Mei1818–14 Maret1883)
“Bukan Pikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan pergaulan yang menentukan Pikiran.”
Karl Marx menerima kebenaran pandangan materialme filsafat Feuerbach, tapi menolak kesalahan
metodenya yang metafisis. Karl Marx menerima kebenaran metode dialektis filsafat Hegel, tapi menolak
kesalahan pandangannya yang idealis.

MATERIALISME DIALEKTIKA (MD)

HEGEL (1771 – 1831) FEURBACH (1804-1872) KARL MARX (1818-1883)


Beraliran idealisme-dialektik; Beraliran materialisme; Beraliran materialisme-
ide itu primer yang menentukan materi alam dan sosial itu dialektika;
materi (sosial); primer yaitu saling materi alam dan sosial itu
ide itu berubah dan berkembang hubungan, kontradiksi, primer yaitu saling hubungan,
secara dialektik yaitu saling berubah, dan berkembang kontradiksi, berubah, dan
hubungan, kontradiksi, perubahan, ditentukan oleh kekuatan brkembang ditentukan faktor
dan perkembangan. di luar materi yaitu Tuhan. internal materinya sendiri.
Metode berpikir: tesis, antitesis, Tuhan sebagai penggerak Karl Marx mengadopsi
dan sintesis. Tesis ialah penyataan/ perkembangan materi materialisme Feuerbach,
pendapat; antitesi lawan dari tesis, alam dan sosial. Maka tetapi tidak mengadopsi
dan sintesis pendapat baru hasil pahamnya disebut metodenya yang metafisik.
perkembangan tesis; semuanya Materilisme Metafisik.
dalam ide/pikiran (Dialektika Ide)
Hegel menyatakan bahwa yang Tetapi yang berkembang Adopsi metode dialektika
berkembang itu roh, itu yaitu kondisi alam dan Hegel, tidak mengadopsi
sosial. filsafatnya yang idealisme.
4

Hegel terkenal karena metode Feuerbach terkenal karena dan Marx terkenal karena
Page

berpikir dialektikanya, filsafat materialismenya, materialisme dialektikanya.

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


HISTORY MATERIALISME (Histomat)
Versi Eropa (Karl Marx)
Komunal Primitif  Masyarakat Perburuhan / Perbudakan  Masyarakat Feodalisme 
Masyarakat Kapitalisme  Masyarakat Komunisme.

Versi Indonesia (Bung Karno)


Masyarakat Nomaden (Berpindah–pindah)  Masyarakat Menetap (berburu dan meramu) 
Masyarakat Feodalisme (Adat/ Kerajaan) + Masyarakat Kapitalisme (kolonialisme/ imperalisme)
 Masyarakat Marhaenistik (Gotong Royong / Pancasilais / Sosialisme ala Indonesia)

Sejarah Perkembangan Masyarakat dan Cara berpikir masyarakatnya


Eropa versi Karl Marx Indonesia versi Bung Karno Cara Berpikirnya
Komunal Primitif Nomaden/ Berpindah - pindah Pragmatis
Tuntutan Perlindungan
Pertahanan/Perlindungan dari
kelangkaan makanan, ancaman
keganasan alam& serangan pihak lain

Perbudakan / Menetap/ Berburu – meramu Pragmatis Idealis


Perburuhan
Tuntutan Teratur
Terstruktur, tersistem dan terpimpin

Feodalisme Feodalisme (adat/ Kerajaan) Realis

Tuntutan Keadilan
Keinginan hak individu dan etos kerja
dihargai dan kuasa negara dibatasi.

Kapitalisme Kapitalisme (Kolonialisme) Realis Dialektis


Tuntutan Sosial
Membatasi kepemilikan individu,
memanusiakan manusia,
menghumaniskan kapitalisme, dll.

Sosialisme Ala Eropa Sosialisme Ala Indonesia


Realis Dialektis
Komunisme Marhaenisme/GotongRoyong/
Revolusioner
Pancasilais
SAMA RASA–SAMA RATA KEADILAN SOSIAL

Catatan : Perdalam topik dibawah ini :


MATERIALISME HISTORIS
1. Keadaan Sosial menentukan Kesadaran Sosial (Geografi, Penduduk dan Cara Produksi)
a. Geografi
b. Penduduk
c. Cara Produksi (Kepemilikan Individu dan Kepemilikan Kolektif)
2. Hukum Umum Perkembangan Masyarakat
3. Basis dan Bangunan Atas
4. Klas dan Perjuangan Klas (Berjuang untuk apa, siapa dan kepentingan klas mana)
a. Klas Pemilik Alat Produksi
b. Klas Pekerja
c. Klas Pemilik Alat Produksi sekaligus sebagai pekerja
5. Negara dan Revolusi
a. Negara
b. Revolusi (Revolusi Proletar - Sosialis dan Revolusi Borjuis - Pemilik alat Produksi)
6. Peranan Massa dan Pimpinan dalam Sejarah
a. Massa
b. Pimpinan
5
Page

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


Realis
Perkembangan Cara Berpikir Dialektis
Utopi

Realis
Pragmatis Realis Dialektis
Pragmatis Realis
Idealis Dialektis Revolusiner

Realis
Pragmatis
Masyarakat Pragmatis
Masyarakat yang hanya bertindak untuk menyikapi apa yang terjadi atau dirasakan oleh panca
indra pada saat itu. (belum mengandalkan pikiran).
Misalnya : Manusia makan dari apa-apa yang disediakan alam semata. (masyarakat primitif).

Masyarakat Pragmatis Idealis


Masyarakat yang berpikir untuk bertindak untuk menyikapi apa yang terjadi atau dirasakan oleh
panca indra untuk kebutuhan saat itu.
Misalnya : Manusia makan dari berbagai cara yang dipikirkannya, termasuk bercocok tanam dan beternak. (corak
masyarakat perburuhan dan feodal).

Masyarakat Realis
Masyarakat yang berpikir objektif untuk bertindak karena kenyataan – kenyataan yang dihadapi
sesuai dengan manfaat dan kemampuannya.
Misalnya : Manusia makan dari menukarkan (menjual) barang yang diproduksinya dengan lain dengan (membeli)
makanan yang diproduksi manusia lainnya.

Masyarakat Realis Dialektis


Masyarakat yang berpikir objektif untuk bertindak karena melihat persoalan yang terjadi
memiliki saling keterkaitan (saling berhubungan, saling bergantung dan saling menentukan)
sehingga mengetahui sebab–sebabnya sesuatu keadaan atau kejadian, sampai mengetahui
sebab–sebab pokoknya yang mengakibatkan sesuatu keadaan atau kejadian (sebab-akibat).
Misalnya : Penyebab kelaparan karena produksi panen petani rendah, jalur distribusi bahan pokok tidak lancar, dan
monopoli penguasaan hasil panen petani dikuasai para tengkulak, pengijon, dll. “Supaya tidak kelaparan, maka
produksi pertanian harus ditingkatkan, memberantas sistem ijon dan tengkulak, memperlancar proses distribusi
bahan pokok, dlsb.”

Masyarakat Realis Pragmatis atau Realis Pragmatis Praktis


Masyarakat yang berpikir objektif untuk bertindak menyelesaikan persoalan – persoalan tanpa
mengetahui atau menghubungkan dengan sebab – sebabnya sesuatu keadaan atau kejadian.
Misalnya : Masyarakat Indonesia butuh makan, maka beras diimport dari negara lain.

Masyarakat Realis Dialektis Utopis


Masyarakat yang berpikir objektif untuk mengetahui sebab – sebabnya sesuatu keadaan,
kejadian atau persoalan, tetapi tidak tahu bagaimana cara penyelesaiannya.
Misalnya: Berkurang minat rakyat Indonesia menjadi petani dan nelayan sehingga produksi bahan pokok menurun,
sehingga kebutuhan pokok dalam negeri dipenuhi melalui import bahan pokok. (solusinya tidak ditemukan).
6
Page

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


III. Metode Berpikir Bung Karno / Marhaenisme
Realis Dialektis Revolusioner
Masyarakat yang berpikir objektif untuk mengetahui sebab–sebabnya sesuatu keadaan,
kejadian, atau persoalan dan melaksanakan adanya perombakan untuk menyelesaian sebab–
sebab dari persoalan. Atau masyarakat yang melihat, berpikir dan bersikap karena pernyataan
yang benar atau kebenaran yang nyata (Realis) untuk mengetahui atau menghubungkan sebab
akibat (Dialektis) sesuatu keadaan, kejadian, atau persoalan dalam menemukan solusi
penyelesaian yang dilaksanakan (revolusioner).
Misalnya : Masyarakat Indonesia butuh makan, maka dikeluarkan kebijakan pelaksanaan Reforma Agraria plus.
Selain memenuhi kebutuhan pangan bangsa, memperhatikan kesejahteraan petani.

REALISTIS
Pertama, Apa yang diterima atau ditangkap oleh pancaindra adalah kebenaran yang nyata dan
pernyataan yang benar.
Kedua, melihat, berpikir dan bersikap / bertindak sesuai dengan kemampuannya atau sesuai
dengan situasi dan kondisi atau kehidupan yang sebenarnya.
DIALEKTIS
Pertama, Kenyataan atau kebenaran–kebenaran yang ada tidak dapat berdiri sendiri. Selalu ada
keterkaitan/hubungan antara suatu benda dengan benda yang lain, antara suatu waktu dengan
waktu yang lain, antara suatu persoalan dengan persoalan yang lain, antara suatu
ruang/tempat dengan ruang/tempat yang lain, dan antara manusia dengan manusia lainnya.
- Saling Hubungan Antara Waktu dan Waktu
Setiap peristiwa yang terjadi pasti didahului oleh peristiwa sebelumnya dari masa ke masa.
Contoh : sejarah perjuangan dari waktu ke waktu untuk mengusir penjajah, mempengaruhi semangat bangsa
Indonesia untuk merdeka. Perjuangan Diponegoro, Sultan Agung, Antasari, Pattimura, Sisingamaraja, Budi
Utomo, Sumpah Pemuda, dlsb, mempengaruhi tekad rakyat Indonesia memerdekakan diri.
- Saling Hubungan Antara Ruang dan Waktu
Peristiwa di suatu tempat akan mempengaruhi peristiwa di tempat lain.
Contoh : Perkembangan masyarakat di Eropa, menyebabkan terjadinya kolonialisasi dan imperialisme ke
berbagai Negara.
- Saling Hubungan Antara Persoalan dengan Persoalan (materi dan materi).
Keterkaitan antara penyebab yang satu dengan penyebab yang lain.
Contoh : Kesepakatan mengikuti globalisasi (perdagangan bebas), menyebabkan Perusahan – perusahaan
Negara diprivatisasi.

Catatan : Perdalam topik dibawah ini :


6. Materi, Ruang dan Waktu
7. Saling Hubungan
a. Saling Hubungan Organik
b. Saling Hubungan Menentukan
c. Saling Hubungan Pokok
d. Saling Hubungan Keharusan Dan Kebetulan

Kedua, Segala sesuatu selalu mengalami perkembangan dan perubahan seiring waktu berjalan.
Semuanya bergerak dan berubah (dinamis) yaitu ada pergerakan, perubahan, kelahiran dan
kemusnahan / kematian sesuatu.

Ketiga, perkembangan dan perubahan yang terjadi melalui proses perubahan kuantitatif yang
akan beralih pada perubahan kualitatif. Perkembangan kualitatif tidaklah kebetulan terjadi
tetapi keniscayaan dari perubahan – perubahan kuantitatif. Dan perubahan kualitatif
merupakan perubahan yang terus bergerak ke depan dan ke atas (perubahan meningkat), yang
biasa dikenal dengan istilah hukum negasi dari negasi.
- Arti Kuantitatif adalah jumlah yang meliputi bilangan, susunan, saling hubungan dan komposisi.
Arti Kualitatif adalah hakekat sesuatu yang membedakan sesuatu itu dari yang lain.
Kuantitatif menentukan kualitatif sesuatu.
Perubahan kualitatif akan mengakhiri perubahan kwantitatif dan menghancurkan kualitatif
lama, serta menimbulkan kuantitaf – kuantitatif baru.
- Negasi dari negasi berarti meniadakan yang meniadakan.
Hukum dari negasi adalah hukum arah gerak atau perubahan sesuatu dari segala seuatu yang
7

arahnya menuju ke-bentuk-nya yang lama atau ke-asal-nya semula, tetapi dengan isi atau
Page

dengan kualitasnya yang baru.

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


Keempat, Perubahan atau perkembangan itu terjadi karena ada pertentangan – pertentangan
atau perbedaan – perbedaan yang disebut dengan istilah hukum kontradiksi.
- Kontradiksi Pokok
Kontradiksi yang menjadi poros, yang memimpin dan menentukan adanya kontradiksi –
kontradiksi lain yang tidak pokok. Kontradiksi tidak pokok adalah kontradiksi yang adanya
ditentukan, dipimpin dan tunduk kepada kontradiksi pokok. Kontradiksi Pokok adalah hal
- Kontradiksi Dasar
Kontradiksi yang kepentingannya sama sekali bertentangan antara yang satu dengan yang lain
dan tidak bisa dikompromikan serta menentukan adanya dan bentuk dari sesuatu itu.
- Kontradiksi Antagonis
 Dalam arti wataknya adalah kontradiksi yang kepentingannya sama sekali bertentangan
antara yang satu dengan yang lain dan tidak bisa dikompromikan, serta mengandung
saling menghancurkan dengan unsur-unsur kekerasan dalam penyelesainnya.
 Dalam arti bentuknya adalah kontradiksi yang penyelesaiannya mengambil bentuk
kekerasan, walau watak kontradiksinya sendiri tidak antagonis.
Kontradiksi dasar merupakan salah satu bagian dari kontradiksi yang berwatak antagonis.
Kontradiksi yang berwatak antagonis merupakan salah satu bagian dari kontradiksi pokok.
Catatan : Perdalam topik dibawah ini :
1. Kontradiksi
a. Arti Dan Peranan Kontradiksi
b. Sifat Kontradiksi
1) Keumuman Kontradiksi
2) Kekhususan Kontradiksi
c. Macam Kontradiksi
1) Kontradiksi pokok
2) Kontradiksi dasar
3) Kontradiksi antagonis
d. Segi-segi Kontradiksi
1) Segi pokok dan tidak pokok
2) Segi berdominasi dan segi tidak berdominasi;
3) Segi berhari depan dan segi tidak berhari depan;
4) Segi berhegemoni dan segi tidak berhegemoni;
e. Hukum Mutasi
2. Perubahan Kuantitatif ke Kualitatif
a. Arti Kuantitatif dan Kualitatif
b. Perubahan Kuantitatif dan Perubahan Kualitatif
3. Negasi dari Negasi

Kelima, teori-teori dialektis tersebut diatas (saling keterkaitan/ hubungan, dinamis, perubahan
kuantitatif ke kualitas, Negasi dari Negasi, dan Kontradiksi) yang menghasilkan teori atau
hukum baru tentang tesis – anti tesis dan sintesis.

REVOLUSIONER
Pertama, Revolusi adalah menjebol dan membangun.
Kedua, 2 Jenis Revolusioner yaitu Progresif Revolusioner dan Retrogresif Revolusioner.
Ketiga, Makna Revolusioner bagi kaum marhaen adalah berwatak dinamis, menjebol dan
membangun, memihak kepentingan bersama, tidak menghitung untung rugi bagi diri pribadi.
Catatan : Perdalam topik dibawah ini :
MATERIALISME HISTORIS
1. Keadaan Sosial menentukan Kesadaran Sosial (Geografi, Penduduk dan Cara Produksi)
a. Geografi
b. Penduduk
c. Cara Produksi (Kepemilikan Individu dan Kepemilikan Kolektif)
2. Hukum Umum Perkembangan Masyarakat
3. Basis dan Bangunan Atas
4. Klas dan Perjuangan Klas (Berjuang untuk apa, siapa dan kepentingan klas mana)
a. Klas Pemilik Alat Produksi
b. Klas Pekerja
c. Klas Pemilik Alat Produksi sekaligus sebagai pekerja
5. Negara dan Revolusi
a. Negara
b. Revolusi (Revolusi Proletar - Sosialis dan Revolusi Borjuis - Pemilik alat Produksi)
6. Peranan Massa dan Pimpinan dalam Sejarah
a. Massa
b. Pimpinan
8
Page

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


MARHAENISME
A. Teori – Teori Marhaenisme
Berikut dibawah ini kutipan dari BAB VI Marhaenisme dari Biografi “Bung Karno,
Penyambung Lidah Rakyat”, yaitu :
....Karena orang Indonesia adalah bangsa yang ramah, maka aku mendekatinya.
Aku bertanya dalam bahasa Sunda, “Siapa yang punya semua yangengkau kerjakan sekarangini?”.
Dia berkata kepadaku, “Saya, juragan.”
Aku bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki tanah ini bersama‐sama dengan orang lain?”.
“0, tidak, gan. Saya sendiri yang punya.”
“Tanah ini kaubeli?”.
“Tidak. Warisan bapak kepada anak turun temurun.”
Ketika ia terus menggali, akupun mulai menggali...aku menggali secara mental. Pikiranku
mulaibekerja. Aku memikirkan teoriku. Dan semakin keras aku berpikir, tanyaku semakin bertubi‐tubi
pula.
“Bagairnana dengan sekopmu? Sekop ini kecil, tapi apa ka’il kepunyaanmu juga?”
“Ya, gan”
“Dan cangkul?”
“Ya, gan.”
“Bajak?”
“Saya punya, gan.”
“Untuk siapa hasil yang kaukerjakan?”
“Untuk saya, gan.”
“Apakah cukup untuk kebutuhanmu?”
Ia mengangkat bahu sebagai membela diri. “Bagaimana sawah yang begini kecil bisa cukup untuk
seorangisteri dan empat orang anak?”
“Apakah ada yang dijual dari hasilmu?” tanyaku.
“Hasilnya sekedar cukup untuk makan kami. Tidak ada lebihnya untuk dijual.”
“Kau mempekerjakan orang lain?”
“Tidak, juragan. Saya tidak dapat membayarnya.”
“Apakah engkau pernah memburuh?”
“Tidak, gan. Saya harus membanting tulang, akan tetapi jerih payah saya semua untuk saya.”
Aku menunjuk ke sebuah pondok kecil, “Siapa yang punya rumah itu?”
“Itu gubuk saya, gan. Hanya gubuk kecil saja, tapi kepunyaan saya sendiri.”
“Jadi kalau begitu,” kataku sambil menyaring pikiranku sendiri ketika kami berbicara,
“Semua ini engkau punya?”
“Ya, gan.”
Kemudian aku menanyakan nama petani muda itu. Ia menyebut namanya “Marhaen.”…
….Aku menunjuk seorang tukang gerobak, “Engkau.. engkau yang di sana. Apakah engkau bekerja di
pabrik untuk orang lain?”, Tidak,” katanya. “Kalau begitu engkau adalah Marhaen.” Aku
menggerakkan tangan ke arah seorang tukang sate. “Engkau… engkau tidak punya pembantu, tidak
punya majikan engkau juga seorang Marhaen.

Seorang Marhaen adalah orang yang mempunyai alat ‐alat yang sedikit, orang kecil dengan milik
kecil, dengan alat‐alat kecil, sekedar cukup untuk dirinya sendiri. Bangsa kita yang puluhan juta
jiwa, yang sudah dimelaratkan, bekerja bukan untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja
untuk dia. Tidak ada penghisapan tenaga seseorang oleh orang lain.
Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktek.” Perkataan “Marhaenisme” adalah lambang
dari penemuan kembali kepribadian nasional kami....

Dikutip dari Artikel Bung Karno tentang “MARHAEN DAN PROLETAR”, yang
diterbitkan Fikiran Rakyat, 1933, yaitu :
…Partindo telah mengambil putusan tentang Marhaen dan Marhaenisme, yang punt-puntnya antara lain-
lain sebagai berikut:
1. Marhaenisme, yaitu sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi.
2. Marhaen yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum melarat
Indonesia yang lain-lain.
3. Partindo memakai perkataan Marhaen, dan tidak :proletar, oleh karena perkataan proletar sudah
termaktub di dalam perkataan Marhaen, dan oleh karena perkataan proletar itu bias juga diartikan
bahwa kaum tani dan lain-lain kaum yang melarat tidak termaktub di dalamnya.
9

4. Karena Partindo berkeyakinan, bahwa di dalam perjoangan, kaum melarat Indonesia lain-lain itu yang
Page

harus menjadi elemen-elemennya (bagian-bagiannya), maka Partindo memakai perkataan Marhaen.

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


5. Di dalam perjoangan Marhaen itu maka Partindo berkeyakinan, bahwa kaum proletar mengambil
bagian yang besar sekali.
6. Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan negeri yang di dalam
segala halnya menjelamatkan Marhaen.
7. Marhaenisme adalah pula cara-perjoangan untuk mencapai susunan masyarakat dan susunan negeri
yang demikian itu, yang oleh karenanya, harus suatu cara-perjoangan yang revolusioner.
8. Jadi Marhaenisme adalah: cara-perjoangan dan azas yang menghendaki hilangnya tiap-tiap
kapitalisme dan imperialisme.
9. Marhaenis adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia, yang menjalankan Marhaenisme….

….Marhaen bukanlah kaum proletar (kaum buruh) saja, tetapi ialah kaum proletar dan kaum tani-melarat
dan kaum melarat Indonesia yang lain-lain, –misalnya kaum dagang kecil, kaum ngarit, kaum tukang
kaleng, kaum grobag, kaum nelayan, dan kaum lain-lain…

Berikut ini adalah kutipan dari Artikel Bung Karno tentang “Azas; Azas Perjoangan;
Taktik”, yang diterbitkan Fikiran Rakyat, 1933, yaitu :
…Dan bagi kita Marhaen Indonesia, azas kita ialah kebangsaan dan ke-Marhaen-an, – sosio-nasionalisme
dan sosio-demokrasi…
….Azas-perjoangan adalah misalnya: non-koperasi, machtsvorming, massa-aksi, dan lain-lain. Non-
kooperasi karena Indonesia-Merdeka tak akan tercapai dengan pekerjaanbersama dengan kaum sana,
machtsvorming karena kaum sana tak akan memberikan ini dan itu kepada kita kalau tidak terpaksa oleh
macht kita, massa-aksi oleh karena machtsvorming itu hanya bisa kita kerjakan dengan massa-aksi. Azas-
perjoangan ini hanyalah perlu selama kita berjoang, selama perjoangan masih berjalan. Kalau perjoangan
sudah berhasil, kalau Indonesia-Merdeka sudah tercapai, kalau Republik-politik sosial sudah berdiri,
maka azas-perjoangan itu lantas tiada guna lagi adanya. Kalau Indonesia-Merdeka dan lain sebagainya
sudah tercapai, maka tiada musuh lagi yang harus kita “non-i”, tiada musuh lagi yang harus kita
“machtsvormingi”, tiada musuh lagi yang harus kita “massa-aksi”….

Berikut dibawah ini kutipan Tulisan Bung Karnotentang “Mencapai Indonesia Merdeka”,
yang ditulis Maret 1933, yaitu :
…Dengan demokrasi-politik dan demokrasi-ekonomiitu, maka nanti di seberangnya jembatan-emas
masyarakat Indonesia bisadiaturoleh Rakyat sendiri sampai selamat, –dibikin menjadi suatu masyarakat
yang tiada kapitalisme dan imperialisme. Dengan demokrasi-politik dan ekonomi itu, maka nanti
Marhaen bias mendirikan staat Indonesia yang tulen staatnya Rakyat, suatu staat yang segala urusannya
politik dan ekonomi adalah oleh Rakyat, dengan Rakyat, bagi Rakyat. Bukan sistim feodalisme, bukan
sistim mengagungkan raja, bukan sistim constitutioneel monarchie yang walau memakai parlemen tokh
masih memakai raja, bukan pun sistim republik yang sebagai di Perancis-sekarang atau di Amerika-
sekarang yang sebenarnya suatu sistim republic daripada “demokrasinya” kapitalisme, –tetapi sistim
politiek-economische republiek yang segala-galanya tunduk kepadake cakrawartian Rakyat. Urusan
politik, urusan diplomasi, urusan onderwijs, urusan bekerja, urusan seni, urusan kultur, urusan apa saja
dan terutama sekali urusan ekonomi haruslah di bawah kecakrawartian Rakyat itu: Semua perusahaan-
perusahaan-besar menjadi miliknya staat, –staatnya Rakyat, dan bukan staatnya burjuis atau ningrat
semua hasil-hasil perusahaan-perusahaan itu bagi keperluan Rakyat, semua pembahagian hasil itu di
bawah pengawasan Rakyat. Tidak boleh ada satu perusahaan lagi yang secara kapitalistis menggemukkan
kantong seseorang burjuis ataupun menggemukkan kantong burgerlijke staat, tetapi masyarakatnya
Politiek-Economische Republik Indonesia adalah gambarnya satu kerukunan Rakyat, satu pekerjaan-
bersama daripada Rakyat, satu kesama-rasa-sama-rataan daripada Rakyat.

Inilah demokrasi sejati yang kita cita-citakan, dan yang saya sebutkan dengan nama-baru sosio-
demokrasi. Inilah demokrasi-tulen yang hanya bias timbul dari nasionalisme Marhaen, dari nasionalisme
yang di dalam batinnya sudah mengandung kerakyatan-tulen, yang anti tiap-tiap macam kapitalisme dan
imperialism walaupun dari bangsa sendiri, yang penuh dengan rasa-keadilandan rasa kemanusiaan yang
menolak tiap-tiap sifat keburjuisan dan keningratan, -nasionalisme-kerakyatan yang saya sebutkan pula
dengan nama-baru sosio-nasionalisme. Hanya sosio-nasionalisme bias melahirkan sosio-demokrasi,
nasionalisme lain tidak bias dan tidak akan melahirkan sosio-demokrasi….

Berikut dibawah ini kutipan dari artikel Bung Karno tentang “Demokrasi Politik dan
Demokrasi Ekonomi”, yaitu :
...Nasionalisme-masyarakat adalah nasionalisme yang timbulnya tidak karena “rasa” saja, tidak karena
“gevoel” saja, tidak karena “lyriek” saja, tetapi ialah karena keadaan-keadaan yang nyata di dalam
masyarakat. Nasionalisme-masyarakat, –sosio-nasionalisme bukanlah nasionalisme “ngalamun”,
10

bukanlah nasionalisme “kemenyan”, bukanlah nasionalisme “melayang”, tetapi ialah nasionalisme yang
dengan dua-dua kakinya berdiri di dalam masyarakat.
Page

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


Memang, maksudnya sosio-nasionalisme ialah memperbaiki keadaan-keadaan di dalam masyarakat itu,
sehingga keadaan yang kini pincang itu menjadi keadaan yang sempurna, tidak ada kaum yang tertindas,
tidak ada kaum yang cilaka, tidak ada kaum yang papa-sengsara.Oleh karenanya, maka sosio-
nasionalisme adalah nasionalisme Marhaen, dan menolak tiap tindak burjuisme yang menjadi sebabnya
kepincangan masyarakat itu. Jadi: sosio-nasionalisme adalah nasionalisme politik dan ekonomi, –suatu
nasionalisme yang bermaksud mencari keberesan politik dan keberesan ekonomi, keberesan negeri dan
keberesan rezeki.

Dan demokrasi-masyarakat? Demokrasi-masyarakat, sosio-demokrasi adalah timbul karena sosio-


nasionalisme. Sosio-demokrasi adalah pula demokrasi yang berdiri dengan dua-dua kakinya di dalam
masyarakat. Sosio-demokrasi tidak ingin mengabdi kepentingan sesuatu gundukan kecil saja, tetapi
kepentingan masyarakat. Sosio-demokrasi bukanlah demokrasi ala Revolusi Perancis, bukan demokrasi
ala Amerika, ala Inggeris, ala Nederland, ala Jerman dll., –tetapi ia adalah demokrasi sejati yang mencari
keberesan politik dan ekonomi, keberesan negeri dan keberesan rezeki. Sosio-demokrasi adalah
demokrasi-politik dan demokrasi-ekonomi….

Berikut dibawah ini kutipan dari artikel Bung Karno tentang “Demokrasi Politik dengan
Demokrasi Ekonomi = Demokrasi Sosial”, diterbitkan Pemandangan tahun 1941, yaitu :
…bahwa untuk membuat sejahteranya rakyat-jelata, politieke democratie atau parlementaire
democratie saja belumlah cukup. Masih perlu lagi ditambah dengan demokrasi di lapangan lain,
kerakyatan di lapangan lain, kesama-rasa-sama-rataan di lapangan lain. Lapangan lain ini ialah
lapangan rezeki, lapangan ekonomi. Demokrasi politik saja belum mencukupi, demokrasi politik
itu masih perlu di-‘compleet’-kan lagi dengan demokrasi ekonomi. Demokrasi politik saja belum
cukup, –yang mencukupi ialah demokrasi politik plus demokrasi ekonomi…

B. EMPAT SIFAT PERMANEN KAPITALISME


1. Ekspansi
Sifat kapitalisme Yang pertama adalah Ekspansif, artinya kapitalisme harus terus-menerus
memperlebar dan memperluas jangkauan modalnya. Sifat inilah yang menjadikan kapitalisme
menyebar ke seluruh dunia. Kapitalisme adalah suatu sistem yang menghisap tenaga buruh
dengan sistem nilai lebihnya (surplus value). Nilai lebih yang diperoleh dari penghisapan kaum
buruh inilah yang kemudian diputar kembali ke dalam sistem produksi. Dimana kemudian
nilai lebih tersebut digunakan oleh pemilik modal untuk berinvestasi kembali. Dan sebagian
lainnya digunakan para pemilik modal untuk kesenangan pribadinya (konsumsi individual).

Jikalau timbunan modal akibat eksploitasi surplus value tadi tidak diekspansikan, maka
timbunan modal itu bisa mengakibatkan; pertama, “mubazirnya” modal akibat tak fungsional,
tidak digunakan. Kedua, anarkhi produksi, ketika modal hanya digunakan untuk konsumsi dan
saving tetapi bukan untuk produksi. Ketiga, overcapital akan mengakibatkan sistem produksi
kapitalisme tak mampu beroperasi lagi akibat kekurangan basis material. Maka dari pada
itulah sistem kapitalisme harus secara terus-menerus mengekspansikan modalnya untuk
mencari bahan baku (basis material) dan lahan-lahan tempat penanaman modal.

Sifat ekspansif dari kapitalisme ini dapat dengan mudah dipahami dengan melihat realitas di
dalam masyarakat. Di jaman Hindia Belanda dulu misalnya, politik pintu terbuka (open the
door policy) tahun 1870, menyebabkan masuknya kapital-kapital asing yang bersifat
internasional, seperti kapitalnya Amerika, Inggris, Perancis, Jepang, dsb dalam perkebunan-
perkebunan di Jawa dan Sumatera. Ekspansi Kapital itu dilakukan oleh negara-negara
tersebut akibat over capital di dalam negerinya sendiri. Di jaman sekarang ini, ekspansi kapital
dilakukan dalam bentuk-bentuk investasi, baik langsung maupun tidak langsung. Jadi, pada
dasarnya yang diekspansikan adalah kapital atau over capital para pemilik modal.

2. Akumulasi
Akumulasi Kapital terjadi dari penghisapan tenaga buruh. Tenaga buruh yang dieksploitasi
(nilai lebih) tidak jatuh ke tangan kaum buruh, tapi ke tangan para pemilik modal. Akibatnya
kaum buruh menjadi melarat. Namun pada sisi lainnya, kaum kapitalis terus-menerus
11

mengakumulasikan kapital dari penghisapan yang dilakukannya terhadap kaum buruh


tersebut. Di Indonesia, upah kaum buruh dipatok dengan sistem UMR (upah minimum
Page

regional). Padahal UMR dibanding dengan tenaga buruh yang digunakan tidak sebanding.

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


Standard UMR kemudian menjadi justifikasi oleh para pemilik modal untuk membayar upah
buruhnya dengan harga yang rendah sesuai dengan UMR tersebut.
3. Konsentrasi
Akumulasi kapital dari surplus value tersebut kemudian dikonsentrasikan oleh pemilik modal
ke dalam perusahaannya. Kapital kecil-kecil menjadi satu kapital besar.

4. Sentralisasi
Kapital besar-besar tersebut kemudian akan digabungkan menjadi kapital maha besar.Kapital
maha besar inilah yang kemudian tersentralisasi ke dalam Multi National Corporatians
(MNCs) dan Trans National Corporations (TNCs). Kedua jenis perusahaan inilah yang pada
masa sekarang ini mendominasi ekonomi politik dunia, bahkan yang mengkonstruksi pola
kehidupan umat manusia di dunia.

C. EMPAT TESIS BUNG KARNO TENTANG KAPITALISME DI INDONESIA


1. Pengambilan bekal hidup (Levensmiddelen)
Tesis pertama Bung Karno tentang Kapitalisme, terutama kapitalisme Belanda di Indonesia
adalah bahwa Indonesia menjadi tempat pengambilan bekal hidup (Levensmiddelen). Pada
awal mulanya Belanda datang ke Nusantara untuk mencari bahan-bahan untuk bekal
kehidupan mereka. Orang-orang Belanda tersebut mencari rempah-rempah dan bahan-bahan
untuk keperluan hidup sehari-hari mereka. Namun, lama-kelamaan Belanda tergiur dengan
kekayaan alam Nusantara. Kemudian satu persatu daerah di Nusantara dikuasai oleh Belanda.
Dari cara-cara perdagangan lunak, Belanda kemudian tampil dengan cara-cara Imperialis
untuk memonopoli penguasaan bahan-bahan bekal hidup yang dibutuhkan oleh negerinya.

2. Pengambilan bekal industri (Grondstofgebieden)


Akibat revolusi Industri yang semula berkembang di Inggris kemudian menyebar ke benua
Eropa, negeri Belanda pun terkena imbasnya. Belanda kemudian mengadakan industrialisasi
kedalam cara-cara produksinya. Perkembangan Industrialisasi tersebut membutuhkan bahan
baku Industri (Grondstofgebieden). Akan tetapi, negeri Belanda miskin dalam hal bahan baku
industri tersebut. Oleh sebab itulah kemudian pihak Belanda mencari bekal industri itu dari
kekayaan alam bangsa Indonesia. Kemudian Belanda mengubah cara imperialismenya, dari
imperialisme kuno ke imperialisme modern. Perubahan dari tata cara imperialisme kuno ke
imperialisme modern adalah akibat dari perkembangan kapitalisme di negeri Belanda sendiri.
Perkembangan kapitalisme mendorong Belanda mengubah sarana-sarana dan cara
produksinya.

3. Menjadi Pasar (Afzetgebieden)


Tesis ketiga Bung Karno adalah Indonesia menjadi pasar penjualan produk-produk
kapitalisme. Pada masa Bung Karno sendiri, secara keseluruhan masyarakat Indonesia sangat
miskin, daya beli rendah, kaum borjuis pribumi dimatikan (hampir tidak ada), yang
mengakibatkan rakyat Indonesia tidak mampu membeli barang-barang produksi kapitalisme
tersebut. Bagaimana mungkin si marhaen yang pendapatannya sebenggol sehari dapat
membeli barang-barang buatan kapitalisme jika untuk makan saja sudah tidak cukup?
Walaupun begitu, masih ada sebagian kecil masyarakat yang tinggal di Indonesia yang
memiliki daya beli cukup. Misalnya kaum Cina pedagang di perkotaan, mereka berperan
sebagai pembeli sekaligus middenstand terhadap masyarakat lainnya, masyarakat timur jauh,
kaum Indo-Belanda, kaum priyayi, kaum feodal, para birokrat, dan warga asing lainnya.

Pada masa itu boleh jadi tesis Bung Karno tersebut kurang “mengena”. Akan tetapi pada masa
kini, bukankah Indonesia menjadi pasar dari penjualan produk-produk kapitalisme, baik yang
bersifat nasional maupun internasional?! 260 juta jumlah masyarakat Indonesia , ini adalah
kawasan pasar yang sangat besar!

4. Tempat menggerakkan kelebihan kapital (exploitatiegebieden) dari surplus capital


Akibat dari perkembangan kapitalisme tersebut, Indonesia baik pada masa Hindia Belanda
dahulu, maupun kini, tetap menjadi tempat penanaman modal kapitalisme Internasional.
12

Atau istilah ekonomi modernnya adalah sebagai tempat investasi. Dari tahun ke tahun pada
masa Hindia Belanda dulu, jumlah kapital yang masuk ke Indonesia semakin besar. Akibat
Page

Indonesia menjadi tempat penanaman modal internasional itu, timbullah penghisapan tenaga
Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020
kaum buruh, timbullah eksploitasi kekayaan alam, dan ketergantungan ekonomi bangsa
Indonesia terhadap kapitalisme Belanda dan internasional.

D. Dua Aliran Teori Ekonomi:


1. Ekonomi Liberal
Bung Karno tidak terlalu banyak mengupas teori-teori ekonomi liberal ini. Sebab mainstream
berpikir ekonom liberal tersebut cenderung sebagai justifikasi terhadap apa yang dilakukan
oleh sistem kapitalisme sendiri. Tokoh-tokoh teorisasi ekonomi liberal misalnya Adam Smith
(bapak kapitaslime klasik), David Ricardo, John Stuart Mill, dsb. Pada intinya para ekonom
liberal tersebut menjustifikasi sistem kapitalisme dan imperialisme. Teori ekonom liberal
kemudian berkembang menjadi teori ekonomi neo-liberal (misal, Milton Friedmen Dkk)
seperti yang dipraktikkan pada masa kini dengan jargon globalisasinya.

2. Ekonomi Marxis,
Para teorisasi ekonomi marxis ini dapat dibagi atas dua jenis:
I. Aliran Keharusan ekonomi (Economische noodwendogheid), aliran objektifisme,
berdasarkan-isme. Antara Lain;
a. Rudolf Hilferding:
Imperialisme adalah ismenya finanzkapital yang mencari belegging (Imperialisme
belegging).
“Ketika kapitalisme telah matang (Overrijp), bank concentratie sudah maximum
doorgevuld, maka kapital tersebut harus diekpansikan, diekpansikan ke dalam industri.
Kapital bukan lagi direntekan dengan cara utang piutang, akan tetapi kapital ikut
campur tangan dalam industri, mendireksi industri”.Finanz KapitalImperilisme
b. Karl Kautsky:
“Imperialisme adalah suatu keharusan ekonomi, sebab tanpa imperialisme maka
kapitalisme akan mati. Keharusan ekonomi menciptakan senjata perang. Imperialisme
ismenya industri kapital yang mencariafzet (pasar); imperialisme
dagang”.KAPITALISME INDUSTRI  IMPERIALISME
c. Rosa Luxemburg:
“suatu negeri kapitalis memiliki dua macam perusahaan, yaitu perusahaan yang
membuat alat-alat produksi, dan perusahaan yang membuat barang-barang
kebutuhan manusia sehari-hari. Pada mulanya kedua macam perusahaan itu ‘berjalan
bersama’, akan tetapi kemudian timbul anarkhi produksi dan over produksi akibat dari
tidak mendapat afzet (pasar).Maka diciptakanlah imperialisme”.

II. Bukan keharusan ekonomi, aliran subjektifisme, berdasarkan Sistem, Aliran Subjektif
a. Anton Pannekoek:
“Imperialisme bukan keharusan sistem produksi, keharusan ekonomi”
“Imperialisme adalah kemauan kaum kapitalis guna mendapatkan untung yang lebih
tinggi”
“Di dalam suatu masyarakat, kaum kapitalis mempunyai kekuasaan, maka
kemauannya niscaya terlaksana, imperialisme niscaya terjadi”
“Imperialisme adalah ‘keharusan’ di dalam suatu dunia yang kapitalistis”
b. Dr. Otto Bauer:
“bahwa kapitalisme, kerena senantiasa tambahnya penduduk di suatu negeri, tidak
usah mati tanpa imperialisme”
“imperialisme hanyalah terjadi karena nafsu angkara murka daripada kelas kapitalis,
yang haus kepada untung yang lebih tinggi”
“rubuhnya kapitalisme bukanlah karena ia tertutup nafas, tetapi karena dikalahkan
oleh kekuatan kekuasaan kelas proletar”

Dari berbagai perdebatan teoritik tersebut, Bung Karno di dalam tulisannya “Swadeshi dan
Massa Aksi di Indonesia” berkesimpulan, bahwa teori Hilferding adalah teori yang paling tepat
dalam menjelaskan sistem imperialisme di Indonesia pada konteks dulu. Dengan angka-angka
data statistik yang valid dan akurat serta kondisi objektif masyarakat, bung Karno
13

membuktikan keakuratan teori Hilferding dalam menganalisa perkembangan kapitalisme di


Page

Indonesia pada masa itu. Indonesia menjadi tempat penanaman modal Belanda dan pihak

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


internasional. Investasi atau penanaman modal kemudian mendireksi jalannya proses
industrialisasi. Inilah yang dinamakan dengan imperialisme Kapital, atau Finance capitalism.

E. KONDISI OBJEKTIF:
Tesis Perang Pasifik dan Benturan Peradaban Kapitalisme
Di dalam pidato pembelaannya di depan pengadilan kolonial Belanda, Bung Karno
mengajukan tesis tentang pecahnya perang di lautan teduh, yaitu perang pasifik. Dengan
mengacu pada berbagai ahli-ahli teori ekonomi, ahli teori perang, maupun ahli politik
internasional, maupun keadaan-keadaan yang nyata di dalam pergaulan masyarakat
internasional, berkesimpulan bahwa akan pecahnya perang Pasifik. Antara kekuatan Amerika
Cs versus Jepang Cs.

Dalam perspektif materialisme historisnya, Bung Karno mengalisa sebab-sebab dan akibat
dari akan terjadinya perang pasifik tersebut. Bung Karno berkesimpulan bahwa negara-negara
kapitalis, baik yang berbentuk fasisme, maupun liberal, sama-sama ingin merebut tanah
jajahan seluas-luasnya. Perebutan tanah-tanah jajahan itu adalah akibat perkembangan
kapitalisme di masing-masing negara yang akan berperang. Ini adalah seperti apa yang
dikatakan oleh Marx sendiri, bahwa Kapitalisme memiliki kontradiksi si dalam stelselnya itu
sendiri. Yaitu, pertama, krisis basis material. Basis material ini berfungsi sebagai bahan dasar
utama bagi produksi kapitaslime. Kedua, krisis over produksi. Bahwa kapitalisme senantiasa
mencari pasar tempat penjualan kelebihan barang produksinya. Ketiga, krisis over capital.
Bahwa akibat akumulasi dan konsentrasi kapital yang berlebihan maka banyaklah timbunan
kapital yang menganggur. Modal itu harus segera dioperasikan atau diekspansikan agar
berfungsi. Kapital itu berfungsi untuk penanaman modal bagi pencarian bahan baku produksi.
Jika krisis-krisis ini (salah satu krisis ini) tidak dapat dicari jalan penyelesaiannya, maka
perangpun tak dapat dihindarkan. Inilah keharusan sejarah akibat sistem kapitalisme
tersebut. Selama dunia masih didominasi oleh sistem kapitaslisme, maka perang akan datang
cepat atau lambat sebagai keharusan ekonomi dan sejarah.

Menurut pendapat Lenin, imperialisme atau perang terjadi ketika kapitalisme sedang
menurun atau sakit. Kapitalisme berubah bentuk menjadi imperialisme. Misalnya, kapitalisme
Jerman pada masa NAZI berkuasa, fasisme Jepang dalam perang pasifik. Akibat kontradiksi
kapitalisme pada suatu negara tersebut tak terpecahkan lagi, maka cara apapun akan
dilakukan agar tidak mati. Cara terakhir itu adalah dengan menciptakan perang. Jadi, ada
hubungan yang erat sekali antara kapitalisme dengan perang di dalam sistem kapitaslime itu
sendiri.
Kemudian menurut pendapat Bung Karno, ketika kapitalisme menaik atau meningkat
(subur), Kapitalisme menerapkan sistem politik yang liberal di dalam negerinya. Baik
pendapat Bung Karno maupun Lenin tersebut sama-sama menjelaskan seluk-beluk atau
karakter kapitalisme di dalam proses perkembangannya.
14
Page

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


F. KISAH MARHAENISME
Apakah Marhaenisme itu?
Sebagian orang mengira bahwa kaum Marhaen ialah kaum proletar. Itu tidak benar. Sebab,
apakah yang dinamakan “proletar” itu?
Di dalam kamus Politik F.R. (Fikiran Ra'jat-ed) nomor percontohan istilah ini telah kita
jelaskan dengan singkat. Proletar ialah orang yang dengan menjual tenaganya “membuat”
sesuatu “barang” untuk orang lain (majikannya), sedang ia tidak ikut memiliki alat-alat
pembuatan “barang” itu. Ia tidak ikut memiliki produktie-middlen. Seorang letterzetter
adalah seorang proletar, karena ia menjual tenaganya, sedang letter-letter yang ia zet itu
bukan miliknya. Seorang masinis adalah seorang proletar, karena ia menjual tenaganya,
sedang lokomotif yang ia jalankan bukan miliknya. Seorang insinyur yang masuk kerja pada
orang lain adalah juga seorang proletar, karena ia menjual tenaganya, sedang kantor atau
besi-besi atau semen yang ia usahakan itu bukan miliknya. Insinyur ini biasanya disebutkan
“proletar intelektual”.
Dus terang sekali, bahwa istilah proletar itu—buat gampangnya uraian kita—berarti “kaum
buruh”. Di Eropa sudah selayaknya ada proletarisme, itu faham yang memihak kaum
proletar. Sebab di semua kota-kota ada banyak perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik,
yang beribu-ribu kaum buruhnya. Kota-kota itu penuh dengan puluhan, ratusan kaum
proletar. Juga di luar kota-kota di Eropa banyak kaum proletar.
Di bidang pertanian di Eopa sudah sejak lama timbul landbouw-kapitalisme, yakni
kapitalisme pertanian. Banyak sekali “kaum buruh tani” yang bekerja pada kapitalisme
pertanian itu.
Bagaimanakah keadaan di sini. Di kota-kota sudah banyak kaum proletar. Di lapangan
pertanian sudah ada kaum proletar, misalnya yang bekerja pada pabrik gula, pabrik teh,
atau pada beberapa bangsa sendiri yang menjadi tani-besar.
Tetapi jutaan kaum tani, walaupun kemelaratannya melewati batas, bukan kaum proletar,
yakni bercocok-tanam sendiri.
Memang faham proletar, sebagaimana dijelaskan dalam kamus Politik nomor percontohan,
tidak tergantung pada kemelaratannya atau kemampuan. Jutaan kaum tani masih
“merdeka”. Mereka bukan kaum buruh, karena memang tidak berburuh pada siapa pun.
Sehingga, jika kita memakai faham proletarisme, faham itu tidak mengenai semua kaum
yang tertindas. Karena itu kita membuat istilah baru: istilah Marhaen.
Marhaen adalah istilah politik. Ia meliputi semua kaum yang melarat di Indonesia : baik
yang proletar maupun yang bukan proletar, yakni yang buruh maupun yang bukan buruh.
Kaum tani melarat yang masih “merdeka” itu, juga termasuk dalam istilah ini.
Sekarang, apakah arti istilah Marhaenisme? Marhaenisme berarti: faham nasionalisme
Indonesia yang memihak kepada Marhaen. Siapa saja nasionalis Indonesia yang berpihak
pada Marhaen, adalah seorang Marhaenis. Baik orang Marhaen sendiri maupun intelektual,
yang memihak pada Marhaen adalah Marhaenis.
Misalnya kaum Marhaen yang masuk Sarekat Hedjo, yang oleh karenanya memihak pada
kaum sana (penjajah Belanda-ed), adalah bukan Marhaenis. Kewajiban kita membuat
mereka menjadi kaum Marhaenis.
Yang menjadi cap Marhaenis ialah fahamnya, sikap pendiriannya, asasnya. Bukan harus
sengaja memakai pakaian yang koyak-koyak jika bisa memakai pakaian yang pantas, atau
sengaja memakai sepatu yang jebol jika memiliki sepatu yang baru, atau sengaja memakan
daun pisang jika memiliki pisang—tetapi fahamnya, sikap pendiriannya, asasnya yang
15

menjadi ukuran. Sebab, sekali lagi: pakaian yang koyak-koyak belum tentu menutupi jiwa
yang Marhaenis. Lid Sarekat Hedjo pun banyak yang pakaiannya koyak-koyak.
Page

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


Sekarang faham dan asas Marhaenisme itu makin menjalar: matahari Marhaenisme makin
menyingsing. Hiduplah Marhaenisme!
Lain kali kita kupas lebih jauh faham Marhaenisme ini; dan kita akan bandingkan juga
Marhaenisme dengan Radikalisme.Sumber : Fikiran Ra’jat, 1 Juli 1932 Nomor 1, hal. 2—3.
Sejarah / Kisah Marhaenisme
Tahun 1926 : Bung Karno melahirkan Marhaenisme saat kuliah di ITB Bandung.
Pemikiran Radikal-progressif Soekarno sudah terbentuk sejak usianya masih sangat muda,
salah satu tulisannya yang bisa menjadi acuan adalah “Nasionalisme, Islam dan Marxisme”,
yang dimuat secara berseri di Jurnal Indonesia Muda tahun 1926. Soekarno terang-terangan
mengatakan bahwa maksud kedatangan kolonialis datang ke Indonesia adalah untuk
memenuhi hasratnya mengakumulasi modal dan keuntungan (ekonomis). Soekarno
membedah hubungan Imperialisme dan Kapitalisme. Kapitalisme mendorong terjadinya
exploitation de l’homme par l’homme atau eksploitasi manusia oleh manusia lain.
Keberpihakan pada teori perjuangan klas sangat kental dalam pemikiran Soekarno, Dalam
sejumlah pidatonya ia menjelaskan tentang keberadaan tiga unsur sosial mendasar yang ada
di kalangan massa yang dimiskinkan tersebut. Yakni proletariat, petani dan orang-orang yang
dimiskinkan lainnya (pedagang asongan, dan mereka yang sedang mencari penghidupan).
Pada tahun 1920-an, ia juga merumuskan konsep Marhaen (secara harfiah adalah nama
seorang petani miskin yang pernah ia ajak bicara).
Awal mulanya, Marhaen mengacu pada lapisan penduduk yang memiliki beberapa perkakas
produksi sendiri (misalnya, seekor kerbau) dan bekerja untuk diri mereka sendiri tetapi masih
tetap miskin, sebagaimana juga yang dialami buruh pabrik atau buruh perkebunan. Soekarno
mengidentifisir realitas keberadaan negeri yang dipenuhi lautan semi-proletariat dan borjuis
kecil yang miskin.

4 Juli 1927 : Bung Karno mendirikan PNI, yang berazaskan Marhaenisme dan bertujuan
mencapai Kemerdekaan Indonesia. Kaum Marhaen, menurut Bung Karno, adalah orang
kecil, kaum ngarit, tukang kaleng, kaum nelayan, dan kaum-kaum melarat lainnya.
Tahun 1928 Bung Karno menulis artikel berjudul Jerit Kegemparan dimana ia menunjukkan
bahwa sekarang ini pemerintah kolonial mulai was-was dengan semakin kuatnya pergerakan
nasional yang mengancam kekuasaannya.
29 Desember 1929 Bung Karno ditangkap.
29 Agustus 1930 disidangkan oleh pemerintah kolonial, Bung Karno justru memanfaatkan
kesempatan di persidangan utk menyusun pledoi pembelaannya yang terkenal berjudul
Indonesia Menggugat dengan tegas ia menyatakan perlawanannya terhadap kolonialisme.
31 Desember 1931 ia bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yakni partai berhaluan
Radikal non-koperatif dengan kolonialis belanda yang dibentuk pada tahun 1931 untuk
menggantikan PNI yang telah dibubarkan oleh pemerintah kolonial.
Meskipun mengakui dekat dan mengagumi Marxisme, Namun Soekarno mencoba membuat
pemilahan dengan teori-teori umum Marxisme. Selain istilah Marhaen yang memiliki
perbedaan dengan proletariat menurut Marx, ia lebih condong memodifikasi Marxisme untuk
kebutuhan perjuangan pembebasan nasional melawan kolonialisme dengan menyerukan
persatuan nasional dari unsur-unsur tertindas dari massa rakyat.
Sebagaimana dikatakan oleh Ruth McVey, bagi Soekarno rakyat merupakan “padanan
mesianik dari proletariat dalam pemikiran Marx,” Dalam arti bahwa mereka ini merupakan
“kelompok yang sekarang ini lemah dan terampas hak-haknya, tetapi yang nantinya, ketika
digerakkan dalam gelora revolusi, akan mampu.
Tahun 1946 : PNI lahir kembali dan menegaskan Marhaenisme sebagai asas Partai.
Dalam buku Nasionalisme Mencari Ideologi tulisan J. Eliseo Rocamora, menyebutkan bahwa
sejak lahir kembali pada 1946, PNI sudah menengok Marhaenisme sebagai asas partai, meski
penafsirannya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dan perubahan itu tak terlepas dari
pengaruh Bung Karno.

Tahun 1948 : Dalam kongres ke-3 PNI, Marhaenisme diterjemahkan sebagai "sosio-
nasionalisme" dan "sosio-demokrasi". Sosio-nasionalisme adalah rasa kebangsaan yang
terbentuk karena persamaan nasib dan kepentingan. Ia mengakui perbedaan di antara umat
manusia, namun menentang kolonialisme dan kapitalisme. Sedangkan sosio-demokrasi
16

mengakui hak setiap individu untuk hidup sejahtera bersama yang lain.
Page

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


Tahun1955 :Sukses Partai Komunis Indonesia (PKI) pada Pemilu 1955 merisaukan partai-
partai lain, termasuk PNI. Apalagi PKI terlihat begituagresif untuk mendekati Bung Karno
agar dapat duduk di kabinet. Seiring dengan jatuh-bangunnya kabinet dan terjadinya berbagai
pemberontakan daerah, pendulum semangat politik Bung Karno mulai bergerak ke Kiri,
meskipun masih samar-samar.
Tahun 1958 : Dalam serangkaian kursusnya, Bung Karno mengecam orang-orang yang sok
mengerti Marhaenisme. Lalu ia membeberkan makna yang benar menurut pikirannya.
"Marhaenisme adalah Marxisme yang diselenggarakan, dicocokkan, dilaksanakan di Indonesia.
Marhaenisme ini bahasa asingnya is het in Indonesia toegepaste Marxisme,".
Tahun 1960 : Kongres PNI ke-9 di Solo menabalkan Bung Karno "Bapak Marhaenisme".
Tahun 1963 : Kongres PNI ke-10 di Purwokerto secara resmi menerima definisi bahwa
Marhaenisme adalah penerapan Marxisme, dalam bentuk resolusi. Ketika itu PNI dipimpin Ali
Sastroamidjojo (Ketua Umum) dan Surachman (Sekjen).
November 1964 : Sidang Badan Pekerja Kongres (BPK) PNI di Lembang-Bandung,
menghasilkan "Deklarasi Marhaenisme", sebagai penjabaran defisini Marhaenisme itu.
Deklarasi tersebut antara lain berbunyi: "Tidak ada gerakan revolusioner yang tidak didasarkan
pada teori revolusi. Marhaenisme adalah teori revolusi yang didasarkan pada massa actie.
Dengan demikian, kondisi perjuangan Marhaenis haruslahrevolusioner dan didasarkan pada
konsepsi dua tahap revolusi. Yang pertama adalah fase nasional demokratis dan yang kedua
fasesosialis. Karena itu perjuangan harus dipimpin oleh petani dan buruh."
Deklarasi juga mengakui bahwa PNI adalah alat revolusi yang didasarkan pada pada buruh dan
petani, dan dipimpin oleh unsur-unsur yang tepat. Untuk mencapai kemenangan kaum
Marhaen, mereka harus disatukan dalam Front Marhaenis yang bersifatdinamis, militan,
radikal, berdisiplin, dan berdedikasi penuh kepada tujuan Marhaen. Deklarasi tersebut
menuntut tindakan yang lebih tegas dalam wujud program kerja partai. Umpamanya, memakai
materialisme historis Marxis sebagai metode berpikir, berjuang, dan memahami kondisi sejarah
perjuangan rakyat Indonesia.
21 Desember 1967 : PNI Osa-Usep mengeluarkan "Pernyataan Kebulatan Tekad". Isinya
menegaskan bahwa Marhaenisme adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Sosio Nasionalisme, dan
Sosio Demokrasi.

G. AZAS PERJUANGAN MARHAENISME


Ciri / Karakteristik Karakter / Sifat / Watak /
Tahapan Kerja Gerakan
Masyarakat Jiwa Penggerak

Massa Mengambang

Mach-vorming
(menggalang kekuatan) Revolusi Mental
Self Helf
Massa Aksi Self Reliance
Mach-anwending
(menggerakkan kekuatan)

Non-Cooperatif
Aksi Massa
Radikal Revolusioner

Revolusi
(Menjebol dan membangun)

Masyarakat
Marhaenistik /
Marhaenisme adalah teori yang menghendaki susunan masyarakat dan negara yang didalam segala
Sosialisme ala
halnya menghendaki keselamatan kaum Marhaen.
Indonesia / Gotong
17

Sosio Nasionalisme; adalah nasionalisme masyarakat, nasionalisme yang mencari selamatnya seluruh
Royong / Pancasilais
masyarakat dan yang bertindak menurut Hukum-hukum (tradisi)-nya masyarakat itu.
Page

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


Sosio Demokrasi; adalah merupakan konsekuensi daripada Sosio Nasionalisme. Sosio demokrasi adalah
pula demokrasi yang berdiri dengan kedua kakinya di dalam masyarakat.
Marhaen meliputi unsur-unsur tani, buruh-tani, pedagang kecil yang melarat, dan semua kaum melarat
lainnya yang dimelaratkan oleh sistem/stelsel kapitalisme-kolonialisme dan feodalisme.
Marhaenis, adalah penganut ajaran Marhaenisme yang berjuang menurut petunjuk ajaran-ajaran
Marhaenisme, berjuang dengan bersama-sama/mengorganisir berjuta-juta kaum marhaen yang
tersebar di seluruh tanah air.

Marhaenis dengan menggunakan pisau analisa Marhanisme, dapat menentukan sikap dengan terlebih
dahulu memilih siapa kawan dan siapa lawan.

Marhaenisme adalah kesimpulan dari penelaahan terhadap kondisi masyarakat Indonesia.

Metode berpikir marhenisme mengikuti sejarah masyarakat berkembang terus dari suatu thesa
(keadaan) kepada thesa (keadaan) berikutnya, sampai pada thesa yang terakhir. Gerak ini kita kenal
sebagai "DIALEKTIKA" (THESA-ANTITHESA-SYNTESA).
Elemen establishment adalah elemen yang menguasai thesa dan menjalankan suatu stelsel/sistem
sebagai kelangsungan thesa (keadaan) tersebut. Elemen perubahan adalah elemen yang berada pada
struktur antithesa. Apabila thesa pertama telah gugur karena munculnya antithesa, maka keadaan baru
atau sinthesa akan dikuasai oleh elemen perubahan tersebut. Kemudian elemen perubahan tersebut
menjadi elemen establishment.
Dari teori di atas dapat dianalisa keadaan masyarakat Indonesia. Ketika kolonialisme Belanda menguasai
maka posisinya adalah sebagai establishment. Ia menguasai suatu thesa/keadaan (penjajahan) dan
menjadi suatu stelsel/ sistem kapitalisme-kolonialisme.
Pada saat yang bersamaan, disitu telah terdapat pula elemen perubahan,- yakni masyarakat Indonesia
yang tidak puas dengan keadaan. Semula kekuatan perubahan ini bersifat latent, setelah kekuatan ini
berhasil diungkapkan - maka menjadi kekuatan riil untuk merubah keadaan.
Cara pengungkapan kekuatan latent menjadi kekuatan riil itulah yang kemudian dirumuskan sebagai
asa/teori perjuangan. Didalam buku MENCAPAI INDONESIA MERDEKA teori atau asas perjuangan
disebutkan antara lain meliputi : self-help, self-relience, non kooperatip, machtvorming,
machtanwending, massa aksi, revolusioner (radikalisme gerakan).
Setelah terjadi perubahan (kemerdekaan Indonesia) dan elemen perubahan berubah menjadi elemen
establishment dan telah menguasai keadaan maka dibutuhkan teori-teori atau asas untuk menyusun
sistem/stelsel kemasyarakatan. Dari hasil telaah yang mendalam ditemukan teori politik yang
merupakan jawaban (antithesa) dari keadaan (thesa) yang ada.

Secara singkat digambarkan sebagai berikut:

Elemen Establismen Kondisi Bangsa Indonesia Elemen Perubahan

- Kegotong-royongan -
- Theistis -
- Dsb. KetuhananYang Maha Esa
Devide et impera Terpecah belah Kebangsaan /Persatuan Indonesia
Dehumanisme Tertindas Humanisme/Kemanusiaan
Penjajahan Tidak ada kedaulatan politik Demokrasi/ Kerakyatan
Penghisapan Ketidakadilan Keadilan sosial
Rakyat berada pada elemen perubahan karena rakyat merupakan bagian masyarakat yang menderita
akibat satu sistem/stelsel yang dipertahankan oleh elemen establishment. Proses perubahan tersebut
merupakan keharusan sejarah, hukum alam, dan mesti terjadi. Marhaenis wajib menghendaki perbaikan
nasib rakyat, berpihak kepada rakyat dan berpihak kepada perubahan yang memperbaiki nasib rakyat.
Bung Karno dengan pisau analisanya mencoba menelaah keadaan yang terjadi atas bangsanya dan
dilihatnya elemen establishment (kolonialisme Belanda) dan elemen perubahan (Marhaen yang
menderita) maka tercetuslah ajaran ajarannya yang menghendaki perubahan dengan jalan "merdeka
sekarang juga". Dengan kemerdekaan nasional (sebagai jembatan emas) akan diperbaikilah nasib
18

Marhaen yang menderita.


Page

Di dalam Metode Berpikir Marhaenisme telah jelas diterangkan tentang pola perubahan dalam
masyarakat, secara sedarhana dapat digambarkan sebagai berikut:
Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020
Thesa Antithesa Synthesa/Thesa Baru Antithesa Syntesa/Thesa Baru

Feodalisme perubahan Kapitalisme perubahan Sosialisme

I II III

Setelah kita tahu apa dan mengapa marhaenisme, maka masalahnya adalah penarikan relevansinya
pada saat ini. Dengan kata lain, untuk apakah marhaenisme?Jawabannya adalah sangat sederhana
"UNTUK BERJUANG".
Konotasi "BERJUANG" adalah berarti memperjuangkan nasib rakyat. Terlebih dahulu mengkaji dan
menelaah masalah kekinian untuk kemudian mengambil sikap. Kalau kesimpulan kita adalah
"PENDERITAAN", maka masalah berikutnya adalah: mengapa mereka menderita? apa penyebabnya?
Siapa Penyebabnya?, dan sebagainya.

Rumusan Trisakti adalah:


1. Berdaulat dalam bidang politik.
2. Berdikari dalam bidang ekonomi.
3. Berkepribadian dalam kebudayaan.
Trisakti merupakan tolok ukur untuk menilai kemerdekaan. Dinamakan merdeka apabila ketiga hal
tersebut telah dipenuhi, atau setidaknya dalam proses menuju kesana. Dikatakan bahwa kemerdekaan
adalah sekedar "Jembatan Emas". Diseberang jembatan itu kita bangun Sosialisme Indonesia, kita
bangun Indonesia yang "gemah ripah lohjinawi".

Bung Karno menjelaskan bahwa tanpa melalui fase kapitalisme kita dapat mencapai Sosialisme
Indonesia. Teori ini kemudian disebut dengan "fase Sprong Teory". Dengan pentahapan revolusi, maka
dengan meloncati fase kapitalisme kita dapat langsung menuju sosialisme.

Bung Karno membagi tahapan revolusi sebagai berikut:


Fase satu, Nasionalisme Demokrat : semua elemen progresif dipersatukan, semua potensi nasional
disatukan (Nation And Character Building) untuk menyingkirkan musuh dan penghalang revolusi.
Fase dua, Sosialisme Demokrat : setelah semua penghalang revolusi berhasil disingkirkan, maka
selanjutnya adalah membangun landasan dasar sosialisme. Landasan mental telah tercipta (dengan
Nation And Character Building) maka dibangunkanlah landasan fisiknya.
Fase tiga, Sosialisme Indonesia.

H. FILSAFAT PANCASILA (Pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945)

PANCASILA TRISILA (MARHAENISME) EKASILA


Nasionalisme / Kebangsaan /
Persatuan
Sosio Nasionalisme
Internasionalisme / Peri-
Kemanusiaan
Gotong
Mufakat / Demokrasi
Royong
Keadilan Sosial / Sosio Demokrasi
Kesejahteraan
KeTuhanan Yang Berbudaya KeTuhanan Yang Maha Esa

Sejarah Lahirnya Kapitalisme dan Perkembangannya

FEODALISME
19
Page

KOLONIALISME
Disampaikan VayirehKUNO ?
Sitohang IMPERIALISME
di KTD GMNI SERANG, 27 – KUNO ?
29 November 2020

MERKANTILISME
KOMUNISME

Sejarah Lahirnya Komunisme dan Perkembangannya


20

FEODALISME
Page

Disampaikan Vayireh SitohangSOSIALISME


di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020
REAKSIONER
(Peralihan dari Feodalisme ke Kapitalisme – penganut idealisme)
1. Sosialisme Feodal (berhubungan dengan sosialisme gereja)
2. Sosialisme Borjuis Kecil (Sismondi)
3. Sosialisme Jerman atau Sosialisme Sejati
PAN ISLAMISME

Sejarah Lahirnya Pan Islamisme dan Perkembangannya


Khulafaur Rasyidin
21

 632 M – Wafatnya Nabi Muhammad dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah. Usamah bin Zaid
Page

memimpin ekspedisi ke Syria. Perang terhadap orang yang murtad yaitu Bani Tamim dan
Musailamah al-Kadzab.

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020


 633 M – Pengumpulan Al Quran dimulai.
 634 M - Abu Bakar wafat. Umar bin Khatab diangkat menjadi khalifah. Penaklukan Damaskus.
 636 M - Peperangan di Ajnadin atas tentara Romawi sehingga Syria, Mesopotamia, dan
Palestina dapat ditaklukkan. Peperangan dan penaklukan Kadisia atas tentara Persia.
 638 M – Penaklukan Baitulmuqaddis oleh tentara Islam. Penaklukan Jalula atas Persia.
 639 M - Penaklukan Madain, kerajaan Persia.
 640 M - Kerajaan Islam Madinah mulai membuat mata uang Islam. Tentara Islam megepung
kota Alfarma, Mesir dan menaklukkannya.
 641 M - Penaklukan Mesir
 642 M - Penaklukan Nahawand, kerajaan Persia dan Penaklukan Persia secara keseluruhan
 644 M - Umar bin Khatab mati syahid akibat dibunuh. Utsman bin Affan menjadi khalifah.
 645 M - Cyprus ditaklukkan.
 646 M - Penyerangan Byzantium di kota Iskandariyah Mesir.
 647 M - Angkatan Tentara Laut Islam didirikan & diketuai oleh Muawiyah Abu Sufyan. Perang di
laut melawan angkatan laut Byzantium.
 648 M - Pemberontakan menentang pemerintahan Utsman bin Affan.
 656 M - Utsman dibunuh. Ali bin Abi Talib dilantik menjadi khalifah. Terjadinya Perang Jamal.
 657 M - Ali bin Abi Thalib memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Kufah. Perang
Shifin meletus.
 659 M - Ali bin Abi Thalib menyerang kembali Hijaz dan Yaman dari Muawiyah. Muawiyah
menyatakan dirinya sebagai khalifah Damaskus.
 661 M - Ali bin Abi Thalib mati dibunuh. Pemerintahan Khulafaur Rasyidin berakhir. Hasan
(Cucu Nabi) kemudian diangkat sebagai Khalifah ke-5 Umat Islam menggantikan Ali.
 661 M - Setelah 6 bulan Khalifah Hasan memimpin, 2 kelompok besar pasukan Islam yaitu
Pasukan Khalifah Hasan di Kufah dan pasukan Muawiyah di Damsyik telah siap memulai suatu
pertempuran besar. Ketika pertempuran akan pecah, Muawiyah kemudian menawarkan
rancangan perdamaian kepada Khalifah Hasan yang kemudian dengan pertimbangan persatuan
Umat Islam, rancangan perdamaian Muawiyah ini diterima secara bersyarat oleh Khalifah
Hasan dan kekhalifahan diserahkan oleh Khalifah Hasan kepada Muawiyah. Tahun itu dikenal
sebagai Tahun Perdamaian/Persatuan Umat (Aam Jamaah) dalam sejarah Umat Islam. Sejak
itu Muawiyah menjadi Khalifah Umat Islam yang kemudian dilanjutkan dengan sistem Kerajaan
Islam yang pertama yaitu pergantian pemimpin (Raja Islam) yang dilakukan secara turun
temurun (Daulah Umayyah) dari Daulah Umayyah ini kemudian berlanjut kepada Kerajaan-
Kerajaan Islam selanjutnya seperti Daulah Abbasiyah, Fatimiyyah, Usmaniyah dan lain-lain.

Kerajaan Bani Ummaiyyah


 661 M - Muawiyah menjadi khalifah dan mndirikan Kerajaan Bani Ummaiyyah.
 669 M - Persiapan perang melawan Konstantinopel
 670 M – Penaklukan Kabul.
 677 M - Penyerangan Konstantinopel yang pertama namun gagal.
 679 M - Penyerangan Konstantinopel kedua gagal karena Muawiyah meninggal tahun 680.
 680 M - Kematian Muawiyah. Yazid I naik tahta. Pembunuhan Husain bin Ali di Karbala.
 685 M – Khalifah Abdul Malik menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi kerajaan.
 700 M - Tentara Islam melawan kaum Barbar di Afrika Utara.
 711 M – Penaklukan Spanyol, Sind, dan Transoxiana.
 712 M - Tentara Bani Ummayyah ke Spanyol, Sind, dan Transoxiana.
 713 M – Penaklukan Multan.
 716 M - Serangan kepada Konstantinopel.
 717 M - Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Pembaharuan yang hebat dijalankan.
 725 M - Tentara Islam melawan Nimes di Perancis.
 749 M - Kekalahan tentera Ummayyah di Kufah, Iraq ditangan tentara Abbasiyyah.
 750 M - Damaskus ditaklukkan oleh tentara Abbasiyyah. Runtuhnya Kerajaan Ummaiyyah.

Kerajaan Bani Abbasiyyah


 752 M - Berdirinya Kerajaan Bani Abbasiyyah.
 755 M – Pemberontakan Abdullah bin Ali. Pembunuhan Abu Muslim.
 756 M - Abd ar-Rahman I mendirikan Kerajaan Bani Ummaiyyah di Spanyol.
 763 M - Pendirian kota Baghdad. Kekalahan tentara Abbasiyyah di Spanyol.
 786 M - Harun ar-Rasyid menjadi Khalifah.
 792 M - Penyerangan selatan Perancis.
 800 M - Aljabar diciptakan oleh Al-Khawarizmi.
 805 M - Perlawanan atas Byzantium. Penyerangan Pulau Rhodes dan Cyprus.
22

 809 M – Kematian Harun ar-Rasyid. Al-Amin diangkat menjadi khalifah.


 814 M - Perang saudara antara Al-Amin dan Al-Ma'mun. Al-Amin terbunuh dan Al-Ma'mun
Page

menjadi khalifah.
 1000 M - Masjid Besar Cordoba siap dibangun.
Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020
 1005 M - Multan dan Ghur ditaklukkan.
 1055 M - Baghdad diserang oleh tentara Turki Seljuk. Pemerintahan Abbasiyyah-Seljuk dimulai,
yang berdiri sampai tahun 1258 ketika tentara Mongol memusnahkan Baghdad.
 1085 M - Tentara Kristen menyerang Toledo (di Spanyol).
 1091 M - Bangsa Norman menyerang Sicilia, pemerintahan Islam di sana berakhir.
 1095 M - Perang Salib pertama dimulai.
 1099 M - Tentara Salib menaklukkan Baitul Maqdis. Mereka membunuh semua penduduknya.
 1144 M - Nuruddin Zengi menaklukkan Edessa dari tentera Kristian. Perang Salib kedua brlaku.
 1187 M - Salahuddin Al-Ayubbi menaklukkan Baitulmuqaddis. Perang Salib ketiga berlaku.
 1194 M – Pasukan Muslim menaklukkan Delhi, India.
 1236 M - Pasukan Kristen menaklukkan Cordoba (di Spanyol).
 1258 M – Pasukan Mongol menyerang dan memusnahkan Baghdad. Ribuan penduduk
terbunuh. Runtuhnya Baghdad. Tamatnya pemerintahan Kerajaan Bani Abbasiyyah-Seljuk.
 1260 M - Kebangkitan Islam. Kerajaan Bani Mamluk di Mesir (merupakan pertahanan Islam
yang ketiga terakhir setelah Makkah & Madinah) pimpinan Sultan Saifuddin Muzaffar Al-Qutuz
mengalahkan pasukan Mongol di dalam pertempuran di Ain Jalut.

Kerajaan Turki Utsmani


 1243 M - Bangsa Turki yang hidup secara nomad menetap secara tetap di Asia Kecil.
 1299 M – Kaum Turki Seljuk mendirikan pemerintahan kecil Turki di barat Anatolia.
 1301 M - Osman I menyatakan dirinya sebagai sultan. Berdirinya Kerajaan Turki Usmani.
 1345 M - Turki Seljuk menyeberangi Selat Bosporus.
 1389 M - Tentara Utsmani menewaskan tentara Serb di Kosovo.
 1402 M - Timurlane, Raja Tartar (Mongol) menumpaskan tentera Uthmaniyyah di Ankara.
 1451 M – Sultan Muhammad al-Fatih menjadi pemerintah.
 1453 M - Konstantinopel ditaklukkan oleh tentara Islam pimpinan Sultan Muhammad al-Fatih.
Berakhirnya Kerajaan Byzantium.
 1520 M – Sultan Sulaiman al-Qanuni dilantik menjadi sultan.
 1526 M - Perang Mohacs
 1529 M - Serangan dan kepungan ke atas Vienna.
 1571 M - Perang Lepanto terjadi.
 1641 M - Pemerintahan Sultan Muhammad IV
 1683 M - Serangan dan kepungan ke atas Vienna untuk yang kedua kalinya.
 1687 M - Sultan Muhammad IV meninggal dunia.
 1703 M - Pembaharuan kebudayaan di bawah Sultan Ahmed III.
 1774 M - Perjanjian Kucuk Kaynarca.
 1792 M - Perjanjian Jassy.
 1793 M – Sultan Selim III mengumumkan "Pentadbiran Baru".
 1798 M - Napoleon mencoba untuk menaklukkan Mesir.
 1804 M - Pemberontakan dan kebangkitan bangsa Serbia pertama.
 1815 M - Pemberontakan dan kebangkitan bangsa Serbia kedua.
 1822 M - Bermulanya perang kemerdekaan Greece.
 1826 M - Pembunuhan massal tentara elit Janissari. Kekalahan AL Uthmaniyyah di Navarino.
 1829 M - Perjanjian Adrianople.
 1830 M - Berakhirnya perang kemerdekaan Greece.
 1841 M - Konvensyen Selat.
 1853 M – Dimulainya Perang Crimea.
 1856 M – Berakhirnya Perang Crimea.
 1878 M – Kongres Berlin. Serbia dan Montenegro diberi kemerdekaan.Bulgaria diberi autonomi.
 1912 M - Perang Balkan pertama.
 1913 M - Perang Balkan kedua.
 1914 M - Kerajaan Turki Utsmani memasuki Perang Dunia I sebagai sekutu kuasa tengah.
 1919 M - Mustafa Kemal Atatürk mendarat di Samsun.
 1923 M - Sistem kesultanan dihapuskan. Turki menyatakan sebagai sebuah Republik.
 1924 M - Khalifah dihapus. Berakhirnya pemerintahan Kerajaan Turki Utsmani.

Khulafaur Rasyidin
Meneruskan kepemimpinan Muhammad
23

khalifah dipilih berdasarkan konsensus bersama umat Islam.


Kekuasaan Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif bersifat Sentral ditangan Muhammad Swt.
Page

Sifat Demokrasi : bermusyawarah dengan para sahabat – sahabatnya.


Menurut bahasa : Khulafaurrasyidin adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin, atau
penguasa yang selalu mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020
Menurut Istilah : Khulafaurrasyidin adalah pemimpin umat dan kepala negara yang telah mendapat
petunjuk dari Allah SWT untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad saw.
632 M: Abu Bakar Ash- 634 M: Umar bin Khatab 644 M: Utsman bin Affan 656 M: Ali bin Abi Thalib
Shiddiq -Diangkat berdasarkan surat -Diangkat berdasarkan -Dibaiat oleh umat islam.
-Kekuasaan legislatif, eksekutif wasiat Abu Bakar yang musyawarah Amir al-Mu’minin -Ali menon-aktifkan para gubernur
dan yudikatif terpusat di tangan sebelumnya memimpin (Abdurrahman bin Auf, Saad bin yang diangkat Utsman, karena
24
Page

Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020

Anda mungkin juga menyukai