I. Berfilsafat
Metode Berpikir bertujuan untuk:
1. Memudahkan memahami Ideologi.
2. Menyatukan tafsir ideologi.
3. Mencegah dan menghilangkan cara berpikir dogmatis / doktriner.
4. Menggunakan / mengembangkan kreasi-kreasi gerakan dengan satu langkah dan tujuan.
Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan Sophia (kebijaksanaan), yang
diturunkan dari kata kerja “filosoftein”, yang berarti : menyukai / mencintai kebijaksaan.
Filsafat adalah ilmu / metode berpikir untuk memecahkan gejala – gejala alam dan masyarakat.
Filsafat Barat berkembang dari tradisi filsafat orang Yunani kuno, yang dalam pembidangannya
dikenal filsafat yang menyangkut tema tertentu:
Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) dibahas
dalam Ontologi. Hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
Epistemologi mengkaji hakikat pengetahuan (episteme=pengetahuan), yang membahas berbagai hal
tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran pengetahuan.
Aksiologi membahas hakekat nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Aksiologi
melahirkan cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia :
- Etika/ filsafat moral membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan
mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Topik yang
dibahas : soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
- Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Estetika melahirkan
berbagai teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai hasil budaya.
"Zaman Keemasan": Sokrates - Plato ("etika, republik, apologi, phaedo, dan krito) - Aristoteles.
Page
Filsuf Abad Pertengahan "Skolastik": Johannes Eriugena, Thomas Aquinas, Duns Scotus, dst.
Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020
Filsuf Era Modern : Machiavelli - Giordano Bruno - Francis Bacon - Rene Descartes - Baruch de
Spinoza- Blaise Pascal - Leibniz - Thomas Hobbes - John Locke - George Berkeley - David Hume - William
Wollaston - Anthony Collins - John Toland - Pierre Bayle - Denis Diderot - Jean le Rond d'Alembert - De la
Mettrie - Condillac - Helvetius - Holbach - Voltaire - Montesquieu - De Nemours - Quesnay - Turgot -
Rousseau - Thomasius - Ch Wolff - Reimarus - Mendelssohn - Lessing - Georg Hegel - Immanuel Kant -
Fichte - Schelling - Schopenhauer - De Maistre - De Bonald - Chateaubriand - De Lamennais - Destutt de
Tracy - De Volney - Cabanis - De Biran - Fourier - Saint Simon - Proudhon - A. Comte - JS Mill - Spencer -
Feuerbach - Karl Marx - Soren Kierkegaard - Friedrich Nietzsche - Edmund Husserl.
Filsuf Kontemporer : Jean Baudrillard - Michel Foucault - Martin Heidegger - Karl Popper - Bertrand
Russell - Jean-Paul Sartre - Albert Camus - Jurgen Habermas - Richard Rotry - Feyerabend- Jacques
Derrida - Mahzab Frankfurt.
Filsafat Timur adalah tradisi filsafat yang berkembang di India dan China serta daerah lain yang
dipenguruhi budayanya. Filsafat Timur dekat hubungannya dengan agama. Filsufnya: Sidharta
Budha Gautama/Budha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi, Mao Zedong, dll.
Filsafat Timur Tengah merupakan ahli waris tradisi filsafat barat, karena para filsuf Timur
Tengah mula-mula adalah orang Arab dan Yahudi yang menaklukkan daerah di sekitar Laut
Tengah dan menemukan, menterjemahkan dan merevisi / memperbaharui karya-karya Yunani.
Saat Eropa melupakan karya-karya klasik Yunani di Abad pertengahan, para filsuf Timur Tengah
mempelajari karya-karya yang sama dan terjemahannya dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa.
Beberapa nama filsuf Timur Tengah : Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran dan Averroes.
Filsafat Islam merupakan filsafat hasil karya filsuf-filsuf muslim klasik yang menggali kembali
karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, kemudian menyesuaikannya dengan
ajaran Islam. Filsuf Islam memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam karena dalam
filsafat Islam Tuhan sudah ditemukan dan pembahasan tentang Tuhan tidak pernah berakhir.
Filsafat Kristen disusun tokoh-tokoh gereja dalam menghadapi tantangan zaman kegelapan
(dark age) di abad pertengahan, di saat masyarakat mulai mempertanyakan kembali
kepercayaan agamanya. Filsafat Kristen lebih banyak berkutat pada masalah ontologis dan
filsafat Ketuhanan. Filsufnya : Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura
Metode Filsafat
1. Metode Deduksi
Kesimpulan ditarik dari prinsip – prinsip umum dan diterapkan ke semua yang bersifat Khusus.
Misalnya : Semua manusia butuh makan (umum)
Rakyat Kecil adalah manusia (khusus)
Karena itu rakyat kecil butuh makan. (Kesimpulan)
2. Metode Induksi
Kesimpulan ditarik dari prinsip–prinsip khusus dan diterapkan kepada semua yang umum.
Misalnya : Bertani adalah lapangan pekerjaan. (khusus)
Bertani butuh tanah. (umum)
Seluruh lapangan pekerjaan butuh tanah. (kesimpulan)
3. Metode Dialektika
Kesimpulan ditarik berdasarkan dari pendalaman persoalan – persoalan dengan melalui proses
3 jenjang penalaran yaitu : Tesis – Anti Tesis – Sintesis.
Hegel terinspirasi pada pernyataan Heraikleitos tentang “pertentangan adalah bapak dari
segala sesuatu’, merumuskan Fase dialektika selalu pada tradisi dari tiga fase yaitu :
Fase Pertama disebut tesis yang menampilkan “lawan”/ “pertentangan” dari Fase Kedua yaitu
Antitesis. Fase Ketiga disebut sintesis, yang mendamaikan antara tesis & antitesis yang saling
berlawanan / bertentangan.
Kemudian Sintesis yang telah dihasilkan menjadi tesis baru dan akan menampilkan antitesis
berikutnya dan akhir tesis baru dan antitesis baru didamaikan menjadi sintesis baru, dan
seterusnya berulang – ulang.
2
Contoh : Bapak (Tesis) berlawanan dengan Istri (Antitesis) menghasilkan Anak–anak (Sintesis).
Page
2. Metode Histories
Mempelajari sejarah filsafat melalui pengenalan tokoh demi tokoh filsufnya.
a. Membicarakan filsafat thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya baik dalam
teori pengetahuan, teori hakikat mapun teori nilai.
b. Kemudian dilanjutkan membicarakan teori Anaxr Mandios, Socrates, Rousseau, Kant, dan
seterusnya hingga ketokoh – tokoh kontemporer.
3. Metode Kritis
Mempelajari filsafat dengan pendekatan sistematis dan histories.
a. Memahami isi ajaran dan motivasi si tokoh menemukan ajarannya.
b. Kritik dan dukungan menurut pendapatnya sendiri/menggunakan pendapat filsuf lain.
Objek Filsafat
1. Objek Material
Segala yang ada dan yang mungkin ada (luas).
a. Sains menyelediki objek material empiris. Filsafat menyelidiki yang abstraknya.
b. Ada objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti sains seperti Tuhan, hari kiamat (hal
– hal yang tidak empiris)
2. Objek Formal
Penyelidikan yang mendalam/ ingin mengetahui bagian yang tidak empiris. Kalangan sains tidak
memiliki objek formal karena sains terbatas pada sesuatu yang bisa diselidiki secara ilmiah saja.
Kaum filsafat bekerja hingga permasalahan dapat ditemukan sampai ke akar-akarnya.
Sistematika Filsafat
1. Teori Pengetahuan
Teori untuk membicarakan cara memperoleh pengetahuan (norma / teori) dan membicarakan
tentang cara mengatur pengetahuan yangn benar dan berarti.
a. Epistimologi
Berasal dari kata Episteme (yunani) yang berarti Knowledge/ pengetahuan dan logy (Filsafat ilmu). Yang
dibahas : Apa pengetahuan?, Apa sumber-sumber pengetahuan?, Darimana datang sumber yang benar
dan bagaimana mengaturnya?, Apa pengetahuan tersebut benar?
Sumber pengetahuan menurut Lours Q Kattsof :
-Empiris (Pancaindra Jhonh Locke)
-Rasionalisme (Akal Descartes)
-Positivisme (Empiris dipertajam dengan praktek August Compete)
-Fenomena (Pengalaman karena menggabungkan Pancaindra dan akal Immanuel Kant)
-Intuisi/Intersionisme : Pancaindra & akal terbatas (mengkritik empirisme&rasionalisme) karena objek
selalu berubah jadi perlu peningkatan kemampuan mengetahui kedepanHerin Bergson.
-Metode Ilmiah (Penggabungan Empirisme & Rasionalisme yaitu metode sains yang melahirkan ilmu
pengetahuan)
2. Teori Hakikat
Hakikat ialah realistis, kenyataan atau keadaan yang sebenarnya.
Cabang yang mempelajari teori hakikat : Ontology, Konsmologi, Antropologi, Theodologi,
filsafat agama, filsafat umum, filsafat pendidikan dan lain lain.
Aliran Filsafat :
1. Materialisme 3. Dualisme
2. Idealisme 4. Agnostralisme
3
3. Teori Nilai
Page
Cabang ilmu yang mempelajari artinya harga sesuatu mempunya nilai yaitu : Etika dan Estetika
Menurut Hegel hakekat dari dunia ini adalah “ide absolut”, yang berada secara absolut dan “obyektif”
didalam segala sesuatu, dan tak terbatas pada ruang dan waktu. “Ide absolut” dalam prosesnya
menampakkan dirinya dalam wujud gejala alam, gejala masyarakat, dan gejala fikiran.
Hegel mengangkat idealisme subyektif dan obyektif untuk menggambarkan tesis dan antitesis secara
berturut-turut. Hegel mengatakan pandangannya sendiri yang disebut idealisme absolut sebagai sintesis
yang lebih tinggi dibanding unsur yang membentuknya (tesis dan antitesis).
B. Materialisme Dialektika Historis (MDH), teori dan konsep dalam Marxisme sebagai
Antitesa sistem kapitalisme
Karl Heinrich Marx (5 Mei1818–14 Maret1883)
“Bukan Pikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan pergaulan yang menentukan Pikiran.”
Karl Marx menerima kebenaran pandangan materialme filsafat Feuerbach, tapi menolak kesalahan
metodenya yang metafisis. Karl Marx menerima kebenaran metode dialektis filsafat Hegel, tapi menolak
kesalahan pandangannya yang idealis.
Hegel terkenal karena metode Feuerbach terkenal karena dan Marx terkenal karena
Page
Tuntutan Keadilan
Keinginan hak individu dan etos kerja
dihargai dan kuasa negara dibatasi.
Realis
Pragmatis Realis Dialektis
Pragmatis Realis
Idealis Dialektis Revolusiner
Realis
Pragmatis
Masyarakat Pragmatis
Masyarakat yang hanya bertindak untuk menyikapi apa yang terjadi atau dirasakan oleh panca
indra pada saat itu. (belum mengandalkan pikiran).
Misalnya : Manusia makan dari apa-apa yang disediakan alam semata. (masyarakat primitif).
Masyarakat Realis
Masyarakat yang berpikir objektif untuk bertindak karena kenyataan – kenyataan yang dihadapi
sesuai dengan manfaat dan kemampuannya.
Misalnya : Manusia makan dari menukarkan (menjual) barang yang diproduksinya dengan lain dengan (membeli)
makanan yang diproduksi manusia lainnya.
REALISTIS
Pertama, Apa yang diterima atau ditangkap oleh pancaindra adalah kebenaran yang nyata dan
pernyataan yang benar.
Kedua, melihat, berpikir dan bersikap / bertindak sesuai dengan kemampuannya atau sesuai
dengan situasi dan kondisi atau kehidupan yang sebenarnya.
DIALEKTIS
Pertama, Kenyataan atau kebenaran–kebenaran yang ada tidak dapat berdiri sendiri. Selalu ada
keterkaitan/hubungan antara suatu benda dengan benda yang lain, antara suatu waktu dengan
waktu yang lain, antara suatu persoalan dengan persoalan yang lain, antara suatu
ruang/tempat dengan ruang/tempat yang lain, dan antara manusia dengan manusia lainnya.
- Saling Hubungan Antara Waktu dan Waktu
Setiap peristiwa yang terjadi pasti didahului oleh peristiwa sebelumnya dari masa ke masa.
Contoh : sejarah perjuangan dari waktu ke waktu untuk mengusir penjajah, mempengaruhi semangat bangsa
Indonesia untuk merdeka. Perjuangan Diponegoro, Sultan Agung, Antasari, Pattimura, Sisingamaraja, Budi
Utomo, Sumpah Pemuda, dlsb, mempengaruhi tekad rakyat Indonesia memerdekakan diri.
- Saling Hubungan Antara Ruang dan Waktu
Peristiwa di suatu tempat akan mempengaruhi peristiwa di tempat lain.
Contoh : Perkembangan masyarakat di Eropa, menyebabkan terjadinya kolonialisasi dan imperialisme ke
berbagai Negara.
- Saling Hubungan Antara Persoalan dengan Persoalan (materi dan materi).
Keterkaitan antara penyebab yang satu dengan penyebab yang lain.
Contoh : Kesepakatan mengikuti globalisasi (perdagangan bebas), menyebabkan Perusahan – perusahaan
Negara diprivatisasi.
Kedua, Segala sesuatu selalu mengalami perkembangan dan perubahan seiring waktu berjalan.
Semuanya bergerak dan berubah (dinamis) yaitu ada pergerakan, perubahan, kelahiran dan
kemusnahan / kematian sesuatu.
Ketiga, perkembangan dan perubahan yang terjadi melalui proses perubahan kuantitatif yang
akan beralih pada perubahan kualitatif. Perkembangan kualitatif tidaklah kebetulan terjadi
tetapi keniscayaan dari perubahan – perubahan kuantitatif. Dan perubahan kualitatif
merupakan perubahan yang terus bergerak ke depan dan ke atas (perubahan meningkat), yang
biasa dikenal dengan istilah hukum negasi dari negasi.
- Arti Kuantitatif adalah jumlah yang meliputi bilangan, susunan, saling hubungan dan komposisi.
Arti Kualitatif adalah hakekat sesuatu yang membedakan sesuatu itu dari yang lain.
Kuantitatif menentukan kualitatif sesuatu.
Perubahan kualitatif akan mengakhiri perubahan kwantitatif dan menghancurkan kualitatif
lama, serta menimbulkan kuantitaf – kuantitatif baru.
- Negasi dari negasi berarti meniadakan yang meniadakan.
Hukum dari negasi adalah hukum arah gerak atau perubahan sesuatu dari segala seuatu yang
7
arahnya menuju ke-bentuk-nya yang lama atau ke-asal-nya semula, tetapi dengan isi atau
Page
Kelima, teori-teori dialektis tersebut diatas (saling keterkaitan/ hubungan, dinamis, perubahan
kuantitatif ke kualitas, Negasi dari Negasi, dan Kontradiksi) yang menghasilkan teori atau
hukum baru tentang tesis – anti tesis dan sintesis.
REVOLUSIONER
Pertama, Revolusi adalah menjebol dan membangun.
Kedua, 2 Jenis Revolusioner yaitu Progresif Revolusioner dan Retrogresif Revolusioner.
Ketiga, Makna Revolusioner bagi kaum marhaen adalah berwatak dinamis, menjebol dan
membangun, memihak kepentingan bersama, tidak menghitung untung rugi bagi diri pribadi.
Catatan : Perdalam topik dibawah ini :
MATERIALISME HISTORIS
1. Keadaan Sosial menentukan Kesadaran Sosial (Geografi, Penduduk dan Cara Produksi)
a. Geografi
b. Penduduk
c. Cara Produksi (Kepemilikan Individu dan Kepemilikan Kolektif)
2. Hukum Umum Perkembangan Masyarakat
3. Basis dan Bangunan Atas
4. Klas dan Perjuangan Klas (Berjuang untuk apa, siapa dan kepentingan klas mana)
a. Klas Pemilik Alat Produksi
b. Klas Pekerja
c. Klas Pemilik Alat Produksi sekaligus sebagai pekerja
5. Negara dan Revolusi
a. Negara
b. Revolusi (Revolusi Proletar - Sosialis dan Revolusi Borjuis - Pemilik alat Produksi)
6. Peranan Massa dan Pimpinan dalam Sejarah
a. Massa
b. Pimpinan
8
Page
Seorang Marhaen adalah orang yang mempunyai alat ‐alat yang sedikit, orang kecil dengan milik
kecil, dengan alat‐alat kecil, sekedar cukup untuk dirinya sendiri. Bangsa kita yang puluhan juta
jiwa, yang sudah dimelaratkan, bekerja bukan untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja
untuk dia. Tidak ada penghisapan tenaga seseorang oleh orang lain.
Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktek.” Perkataan “Marhaenisme” adalah lambang
dari penemuan kembali kepribadian nasional kami....
Dikutip dari Artikel Bung Karno tentang “MARHAEN DAN PROLETAR”, yang
diterbitkan Fikiran Rakyat, 1933, yaitu :
…Partindo telah mengambil putusan tentang Marhaen dan Marhaenisme, yang punt-puntnya antara lain-
lain sebagai berikut:
1. Marhaenisme, yaitu sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi.
2. Marhaen yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum melarat
Indonesia yang lain-lain.
3. Partindo memakai perkataan Marhaen, dan tidak :proletar, oleh karena perkataan proletar sudah
termaktub di dalam perkataan Marhaen, dan oleh karena perkataan proletar itu bias juga diartikan
bahwa kaum tani dan lain-lain kaum yang melarat tidak termaktub di dalamnya.
9
4. Karena Partindo berkeyakinan, bahwa di dalam perjoangan, kaum melarat Indonesia lain-lain itu yang
Page
….Marhaen bukanlah kaum proletar (kaum buruh) saja, tetapi ialah kaum proletar dan kaum tani-melarat
dan kaum melarat Indonesia yang lain-lain, –misalnya kaum dagang kecil, kaum ngarit, kaum tukang
kaleng, kaum grobag, kaum nelayan, dan kaum lain-lain…
Berikut ini adalah kutipan dari Artikel Bung Karno tentang “Azas; Azas Perjoangan;
Taktik”, yang diterbitkan Fikiran Rakyat, 1933, yaitu :
…Dan bagi kita Marhaen Indonesia, azas kita ialah kebangsaan dan ke-Marhaen-an, – sosio-nasionalisme
dan sosio-demokrasi…
….Azas-perjoangan adalah misalnya: non-koperasi, machtsvorming, massa-aksi, dan lain-lain. Non-
kooperasi karena Indonesia-Merdeka tak akan tercapai dengan pekerjaanbersama dengan kaum sana,
machtsvorming karena kaum sana tak akan memberikan ini dan itu kepada kita kalau tidak terpaksa oleh
macht kita, massa-aksi oleh karena machtsvorming itu hanya bisa kita kerjakan dengan massa-aksi. Azas-
perjoangan ini hanyalah perlu selama kita berjoang, selama perjoangan masih berjalan. Kalau perjoangan
sudah berhasil, kalau Indonesia-Merdeka sudah tercapai, kalau Republik-politik sosial sudah berdiri,
maka azas-perjoangan itu lantas tiada guna lagi adanya. Kalau Indonesia-Merdeka dan lain sebagainya
sudah tercapai, maka tiada musuh lagi yang harus kita “non-i”, tiada musuh lagi yang harus kita
“machtsvormingi”, tiada musuh lagi yang harus kita “massa-aksi”….
Berikut dibawah ini kutipan Tulisan Bung Karnotentang “Mencapai Indonesia Merdeka”,
yang ditulis Maret 1933, yaitu :
…Dengan demokrasi-politik dan demokrasi-ekonomiitu, maka nanti di seberangnya jembatan-emas
masyarakat Indonesia bisadiaturoleh Rakyat sendiri sampai selamat, –dibikin menjadi suatu masyarakat
yang tiada kapitalisme dan imperialisme. Dengan demokrasi-politik dan ekonomi itu, maka nanti
Marhaen bias mendirikan staat Indonesia yang tulen staatnya Rakyat, suatu staat yang segala urusannya
politik dan ekonomi adalah oleh Rakyat, dengan Rakyat, bagi Rakyat. Bukan sistim feodalisme, bukan
sistim mengagungkan raja, bukan sistim constitutioneel monarchie yang walau memakai parlemen tokh
masih memakai raja, bukan pun sistim republik yang sebagai di Perancis-sekarang atau di Amerika-
sekarang yang sebenarnya suatu sistim republic daripada “demokrasinya” kapitalisme, –tetapi sistim
politiek-economische republiek yang segala-galanya tunduk kepadake cakrawartian Rakyat. Urusan
politik, urusan diplomasi, urusan onderwijs, urusan bekerja, urusan seni, urusan kultur, urusan apa saja
dan terutama sekali urusan ekonomi haruslah di bawah kecakrawartian Rakyat itu: Semua perusahaan-
perusahaan-besar menjadi miliknya staat, –staatnya Rakyat, dan bukan staatnya burjuis atau ningrat
semua hasil-hasil perusahaan-perusahaan itu bagi keperluan Rakyat, semua pembahagian hasil itu di
bawah pengawasan Rakyat. Tidak boleh ada satu perusahaan lagi yang secara kapitalistis menggemukkan
kantong seseorang burjuis ataupun menggemukkan kantong burgerlijke staat, tetapi masyarakatnya
Politiek-Economische Republik Indonesia adalah gambarnya satu kerukunan Rakyat, satu pekerjaan-
bersama daripada Rakyat, satu kesama-rasa-sama-rataan daripada Rakyat.
Inilah demokrasi sejati yang kita cita-citakan, dan yang saya sebutkan dengan nama-baru sosio-
demokrasi. Inilah demokrasi-tulen yang hanya bias timbul dari nasionalisme Marhaen, dari nasionalisme
yang di dalam batinnya sudah mengandung kerakyatan-tulen, yang anti tiap-tiap macam kapitalisme dan
imperialism walaupun dari bangsa sendiri, yang penuh dengan rasa-keadilandan rasa kemanusiaan yang
menolak tiap-tiap sifat keburjuisan dan keningratan, -nasionalisme-kerakyatan yang saya sebutkan pula
dengan nama-baru sosio-nasionalisme. Hanya sosio-nasionalisme bias melahirkan sosio-demokrasi,
nasionalisme lain tidak bias dan tidak akan melahirkan sosio-demokrasi….
Berikut dibawah ini kutipan dari artikel Bung Karno tentang “Demokrasi Politik dan
Demokrasi Ekonomi”, yaitu :
...Nasionalisme-masyarakat adalah nasionalisme yang timbulnya tidak karena “rasa” saja, tidak karena
“gevoel” saja, tidak karena “lyriek” saja, tetapi ialah karena keadaan-keadaan yang nyata di dalam
masyarakat. Nasionalisme-masyarakat, –sosio-nasionalisme bukanlah nasionalisme “ngalamun”,
10
bukanlah nasionalisme “kemenyan”, bukanlah nasionalisme “melayang”, tetapi ialah nasionalisme yang
dengan dua-dua kakinya berdiri di dalam masyarakat.
Page
Berikut dibawah ini kutipan dari artikel Bung Karno tentang “Demokrasi Politik dengan
Demokrasi Ekonomi = Demokrasi Sosial”, diterbitkan Pemandangan tahun 1941, yaitu :
…bahwa untuk membuat sejahteranya rakyat-jelata, politieke democratie atau parlementaire
democratie saja belumlah cukup. Masih perlu lagi ditambah dengan demokrasi di lapangan lain,
kerakyatan di lapangan lain, kesama-rasa-sama-rataan di lapangan lain. Lapangan lain ini ialah
lapangan rezeki, lapangan ekonomi. Demokrasi politik saja belum mencukupi, demokrasi politik
itu masih perlu di-‘compleet’-kan lagi dengan demokrasi ekonomi. Demokrasi politik saja belum
cukup, –yang mencukupi ialah demokrasi politik plus demokrasi ekonomi…
Jikalau timbunan modal akibat eksploitasi surplus value tadi tidak diekspansikan, maka
timbunan modal itu bisa mengakibatkan; pertama, “mubazirnya” modal akibat tak fungsional,
tidak digunakan. Kedua, anarkhi produksi, ketika modal hanya digunakan untuk konsumsi dan
saving tetapi bukan untuk produksi. Ketiga, overcapital akan mengakibatkan sistem produksi
kapitalisme tak mampu beroperasi lagi akibat kekurangan basis material. Maka dari pada
itulah sistem kapitalisme harus secara terus-menerus mengekspansikan modalnya untuk
mencari bahan baku (basis material) dan lahan-lahan tempat penanaman modal.
Sifat ekspansif dari kapitalisme ini dapat dengan mudah dipahami dengan melihat realitas di
dalam masyarakat. Di jaman Hindia Belanda dulu misalnya, politik pintu terbuka (open the
door policy) tahun 1870, menyebabkan masuknya kapital-kapital asing yang bersifat
internasional, seperti kapitalnya Amerika, Inggris, Perancis, Jepang, dsb dalam perkebunan-
perkebunan di Jawa dan Sumatera. Ekspansi Kapital itu dilakukan oleh negara-negara
tersebut akibat over capital di dalam negerinya sendiri. Di jaman sekarang ini, ekspansi kapital
dilakukan dalam bentuk-bentuk investasi, baik langsung maupun tidak langsung. Jadi, pada
dasarnya yang diekspansikan adalah kapital atau over capital para pemilik modal.
2. Akumulasi
Akumulasi Kapital terjadi dari penghisapan tenaga buruh. Tenaga buruh yang dieksploitasi
(nilai lebih) tidak jatuh ke tangan kaum buruh, tapi ke tangan para pemilik modal. Akibatnya
kaum buruh menjadi melarat. Namun pada sisi lainnya, kaum kapitalis terus-menerus
11
regional). Padahal UMR dibanding dengan tenaga buruh yang digunakan tidak sebanding.
4. Sentralisasi
Kapital besar-besar tersebut kemudian akan digabungkan menjadi kapital maha besar.Kapital
maha besar inilah yang kemudian tersentralisasi ke dalam Multi National Corporatians
(MNCs) dan Trans National Corporations (TNCs). Kedua jenis perusahaan inilah yang pada
masa sekarang ini mendominasi ekonomi politik dunia, bahkan yang mengkonstruksi pola
kehidupan umat manusia di dunia.
Pada masa itu boleh jadi tesis Bung Karno tersebut kurang “mengena”. Akan tetapi pada masa
kini, bukankah Indonesia menjadi pasar dari penjualan produk-produk kapitalisme, baik yang
bersifat nasional maupun internasional?! 260 juta jumlah masyarakat Indonesia , ini adalah
kawasan pasar yang sangat besar!
Atau istilah ekonomi modernnya adalah sebagai tempat investasi. Dari tahun ke tahun pada
masa Hindia Belanda dulu, jumlah kapital yang masuk ke Indonesia semakin besar. Akibat
Page
Indonesia menjadi tempat penanaman modal internasional itu, timbullah penghisapan tenaga
Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020
kaum buruh, timbullah eksploitasi kekayaan alam, dan ketergantungan ekonomi bangsa
Indonesia terhadap kapitalisme Belanda dan internasional.
2. Ekonomi Marxis,
Para teorisasi ekonomi marxis ini dapat dibagi atas dua jenis:
I. Aliran Keharusan ekonomi (Economische noodwendogheid), aliran objektifisme,
berdasarkan-isme. Antara Lain;
a. Rudolf Hilferding:
Imperialisme adalah ismenya finanzkapital yang mencari belegging (Imperialisme
belegging).
“Ketika kapitalisme telah matang (Overrijp), bank concentratie sudah maximum
doorgevuld, maka kapital tersebut harus diekpansikan, diekpansikan ke dalam industri.
Kapital bukan lagi direntekan dengan cara utang piutang, akan tetapi kapital ikut
campur tangan dalam industri, mendireksi industri”.Finanz KapitalImperilisme
b. Karl Kautsky:
“Imperialisme adalah suatu keharusan ekonomi, sebab tanpa imperialisme maka
kapitalisme akan mati. Keharusan ekonomi menciptakan senjata perang. Imperialisme
ismenya industri kapital yang mencariafzet (pasar); imperialisme
dagang”.KAPITALISME INDUSTRI IMPERIALISME
c. Rosa Luxemburg:
“suatu negeri kapitalis memiliki dua macam perusahaan, yaitu perusahaan yang
membuat alat-alat produksi, dan perusahaan yang membuat barang-barang
kebutuhan manusia sehari-hari. Pada mulanya kedua macam perusahaan itu ‘berjalan
bersama’, akan tetapi kemudian timbul anarkhi produksi dan over produksi akibat dari
tidak mendapat afzet (pasar).Maka diciptakanlah imperialisme”.
II. Bukan keharusan ekonomi, aliran subjektifisme, berdasarkan Sistem, Aliran Subjektif
a. Anton Pannekoek:
“Imperialisme bukan keharusan sistem produksi, keharusan ekonomi”
“Imperialisme adalah kemauan kaum kapitalis guna mendapatkan untung yang lebih
tinggi”
“Di dalam suatu masyarakat, kaum kapitalis mempunyai kekuasaan, maka
kemauannya niscaya terlaksana, imperialisme niscaya terjadi”
“Imperialisme adalah ‘keharusan’ di dalam suatu dunia yang kapitalistis”
b. Dr. Otto Bauer:
“bahwa kapitalisme, kerena senantiasa tambahnya penduduk di suatu negeri, tidak
usah mati tanpa imperialisme”
“imperialisme hanyalah terjadi karena nafsu angkara murka daripada kelas kapitalis,
yang haus kepada untung yang lebih tinggi”
“rubuhnya kapitalisme bukanlah karena ia tertutup nafas, tetapi karena dikalahkan
oleh kekuatan kekuasaan kelas proletar”
Dari berbagai perdebatan teoritik tersebut, Bung Karno di dalam tulisannya “Swadeshi dan
Massa Aksi di Indonesia” berkesimpulan, bahwa teori Hilferding adalah teori yang paling tepat
dalam menjelaskan sistem imperialisme di Indonesia pada konteks dulu. Dengan angka-angka
data statistik yang valid dan akurat serta kondisi objektif masyarakat, bung Karno
13
Indonesia pada masa itu. Indonesia menjadi tempat penanaman modal Belanda dan pihak
E. KONDISI OBJEKTIF:
Tesis Perang Pasifik dan Benturan Peradaban Kapitalisme
Di dalam pidato pembelaannya di depan pengadilan kolonial Belanda, Bung Karno
mengajukan tesis tentang pecahnya perang di lautan teduh, yaitu perang pasifik. Dengan
mengacu pada berbagai ahli-ahli teori ekonomi, ahli teori perang, maupun ahli politik
internasional, maupun keadaan-keadaan yang nyata di dalam pergaulan masyarakat
internasional, berkesimpulan bahwa akan pecahnya perang Pasifik. Antara kekuatan Amerika
Cs versus Jepang Cs.
Dalam perspektif materialisme historisnya, Bung Karno mengalisa sebab-sebab dan akibat
dari akan terjadinya perang pasifik tersebut. Bung Karno berkesimpulan bahwa negara-negara
kapitalis, baik yang berbentuk fasisme, maupun liberal, sama-sama ingin merebut tanah
jajahan seluas-luasnya. Perebutan tanah-tanah jajahan itu adalah akibat perkembangan
kapitalisme di masing-masing negara yang akan berperang. Ini adalah seperti apa yang
dikatakan oleh Marx sendiri, bahwa Kapitalisme memiliki kontradiksi si dalam stelselnya itu
sendiri. Yaitu, pertama, krisis basis material. Basis material ini berfungsi sebagai bahan dasar
utama bagi produksi kapitaslime. Kedua, krisis over produksi. Bahwa kapitalisme senantiasa
mencari pasar tempat penjualan kelebihan barang produksinya. Ketiga, krisis over capital.
Bahwa akibat akumulasi dan konsentrasi kapital yang berlebihan maka banyaklah timbunan
kapital yang menganggur. Modal itu harus segera dioperasikan atau diekspansikan agar
berfungsi. Kapital itu berfungsi untuk penanaman modal bagi pencarian bahan baku produksi.
Jika krisis-krisis ini (salah satu krisis ini) tidak dapat dicari jalan penyelesaiannya, maka
perangpun tak dapat dihindarkan. Inilah keharusan sejarah akibat sistem kapitalisme
tersebut. Selama dunia masih didominasi oleh sistem kapitaslisme, maka perang akan datang
cepat atau lambat sebagai keharusan ekonomi dan sejarah.
Menurut pendapat Lenin, imperialisme atau perang terjadi ketika kapitalisme sedang
menurun atau sakit. Kapitalisme berubah bentuk menjadi imperialisme. Misalnya, kapitalisme
Jerman pada masa NAZI berkuasa, fasisme Jepang dalam perang pasifik. Akibat kontradiksi
kapitalisme pada suatu negara tersebut tak terpecahkan lagi, maka cara apapun akan
dilakukan agar tidak mati. Cara terakhir itu adalah dengan menciptakan perang. Jadi, ada
hubungan yang erat sekali antara kapitalisme dengan perang di dalam sistem kapitaslime itu
sendiri.
Kemudian menurut pendapat Bung Karno, ketika kapitalisme menaik atau meningkat
(subur), Kapitalisme menerapkan sistem politik yang liberal di dalam negerinya. Baik
pendapat Bung Karno maupun Lenin tersebut sama-sama menjelaskan seluk-beluk atau
karakter kapitalisme di dalam proses perkembangannya.
14
Page
menjadi ukuran. Sebab, sekali lagi: pakaian yang koyak-koyak belum tentu menutupi jiwa
yang Marhaenis. Lid Sarekat Hedjo pun banyak yang pakaiannya koyak-koyak.
Page
4 Juli 1927 : Bung Karno mendirikan PNI, yang berazaskan Marhaenisme dan bertujuan
mencapai Kemerdekaan Indonesia. Kaum Marhaen, menurut Bung Karno, adalah orang
kecil, kaum ngarit, tukang kaleng, kaum nelayan, dan kaum-kaum melarat lainnya.
Tahun 1928 Bung Karno menulis artikel berjudul Jerit Kegemparan dimana ia menunjukkan
bahwa sekarang ini pemerintah kolonial mulai was-was dengan semakin kuatnya pergerakan
nasional yang mengancam kekuasaannya.
29 Desember 1929 Bung Karno ditangkap.
29 Agustus 1930 disidangkan oleh pemerintah kolonial, Bung Karno justru memanfaatkan
kesempatan di persidangan utk menyusun pledoi pembelaannya yang terkenal berjudul
Indonesia Menggugat dengan tegas ia menyatakan perlawanannya terhadap kolonialisme.
31 Desember 1931 ia bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yakni partai berhaluan
Radikal non-koperatif dengan kolonialis belanda yang dibentuk pada tahun 1931 untuk
menggantikan PNI yang telah dibubarkan oleh pemerintah kolonial.
Meskipun mengakui dekat dan mengagumi Marxisme, Namun Soekarno mencoba membuat
pemilahan dengan teori-teori umum Marxisme. Selain istilah Marhaen yang memiliki
perbedaan dengan proletariat menurut Marx, ia lebih condong memodifikasi Marxisme untuk
kebutuhan perjuangan pembebasan nasional melawan kolonialisme dengan menyerukan
persatuan nasional dari unsur-unsur tertindas dari massa rakyat.
Sebagaimana dikatakan oleh Ruth McVey, bagi Soekarno rakyat merupakan “padanan
mesianik dari proletariat dalam pemikiran Marx,” Dalam arti bahwa mereka ini merupakan
“kelompok yang sekarang ini lemah dan terampas hak-haknya, tetapi yang nantinya, ketika
digerakkan dalam gelora revolusi, akan mampu.
Tahun 1946 : PNI lahir kembali dan menegaskan Marhaenisme sebagai asas Partai.
Dalam buku Nasionalisme Mencari Ideologi tulisan J. Eliseo Rocamora, menyebutkan bahwa
sejak lahir kembali pada 1946, PNI sudah menengok Marhaenisme sebagai asas partai, meski
penafsirannya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dan perubahan itu tak terlepas dari
pengaruh Bung Karno.
Tahun 1948 : Dalam kongres ke-3 PNI, Marhaenisme diterjemahkan sebagai "sosio-
nasionalisme" dan "sosio-demokrasi". Sosio-nasionalisme adalah rasa kebangsaan yang
terbentuk karena persamaan nasib dan kepentingan. Ia mengakui perbedaan di antara umat
manusia, namun menentang kolonialisme dan kapitalisme. Sedangkan sosio-demokrasi
16
mengakui hak setiap individu untuk hidup sejahtera bersama yang lain.
Page
Massa Mengambang
Mach-vorming
(menggalang kekuatan) Revolusi Mental
Self Helf
Massa Aksi Self Reliance
Mach-anwending
(menggerakkan kekuatan)
Non-Cooperatif
Aksi Massa
Radikal Revolusioner
Revolusi
(Menjebol dan membangun)
Masyarakat
Marhaenistik /
Marhaenisme adalah teori yang menghendaki susunan masyarakat dan negara yang didalam segala
Sosialisme ala
halnya menghendaki keselamatan kaum Marhaen.
Indonesia / Gotong
17
Sosio Nasionalisme; adalah nasionalisme masyarakat, nasionalisme yang mencari selamatnya seluruh
Royong / Pancasilais
masyarakat dan yang bertindak menurut Hukum-hukum (tradisi)-nya masyarakat itu.
Page
Marhaenis dengan menggunakan pisau analisa Marhanisme, dapat menentukan sikap dengan terlebih
dahulu memilih siapa kawan dan siapa lawan.
Metode berpikir marhenisme mengikuti sejarah masyarakat berkembang terus dari suatu thesa
(keadaan) kepada thesa (keadaan) berikutnya, sampai pada thesa yang terakhir. Gerak ini kita kenal
sebagai "DIALEKTIKA" (THESA-ANTITHESA-SYNTESA).
Elemen establishment adalah elemen yang menguasai thesa dan menjalankan suatu stelsel/sistem
sebagai kelangsungan thesa (keadaan) tersebut. Elemen perubahan adalah elemen yang berada pada
struktur antithesa. Apabila thesa pertama telah gugur karena munculnya antithesa, maka keadaan baru
atau sinthesa akan dikuasai oleh elemen perubahan tersebut. Kemudian elemen perubahan tersebut
menjadi elemen establishment.
Dari teori di atas dapat dianalisa keadaan masyarakat Indonesia. Ketika kolonialisme Belanda menguasai
maka posisinya adalah sebagai establishment. Ia menguasai suatu thesa/keadaan (penjajahan) dan
menjadi suatu stelsel/ sistem kapitalisme-kolonialisme.
Pada saat yang bersamaan, disitu telah terdapat pula elemen perubahan,- yakni masyarakat Indonesia
yang tidak puas dengan keadaan. Semula kekuatan perubahan ini bersifat latent, setelah kekuatan ini
berhasil diungkapkan - maka menjadi kekuatan riil untuk merubah keadaan.
Cara pengungkapan kekuatan latent menjadi kekuatan riil itulah yang kemudian dirumuskan sebagai
asa/teori perjuangan. Didalam buku MENCAPAI INDONESIA MERDEKA teori atau asas perjuangan
disebutkan antara lain meliputi : self-help, self-relience, non kooperatip, machtvorming,
machtanwending, massa aksi, revolusioner (radikalisme gerakan).
Setelah terjadi perubahan (kemerdekaan Indonesia) dan elemen perubahan berubah menjadi elemen
establishment dan telah menguasai keadaan maka dibutuhkan teori-teori atau asas untuk menyusun
sistem/stelsel kemasyarakatan. Dari hasil telaah yang mendalam ditemukan teori politik yang
merupakan jawaban (antithesa) dari keadaan (thesa) yang ada.
- Kegotong-royongan -
- Theistis -
- Dsb. KetuhananYang Maha Esa
Devide et impera Terpecah belah Kebangsaan /Persatuan Indonesia
Dehumanisme Tertindas Humanisme/Kemanusiaan
Penjajahan Tidak ada kedaulatan politik Demokrasi/ Kerakyatan
Penghisapan Ketidakadilan Keadilan sosial
Rakyat berada pada elemen perubahan karena rakyat merupakan bagian masyarakat yang menderita
akibat satu sistem/stelsel yang dipertahankan oleh elemen establishment. Proses perubahan tersebut
merupakan keharusan sejarah, hukum alam, dan mesti terjadi. Marhaenis wajib menghendaki perbaikan
nasib rakyat, berpihak kepada rakyat dan berpihak kepada perubahan yang memperbaiki nasib rakyat.
Bung Karno dengan pisau analisanya mencoba menelaah keadaan yang terjadi atas bangsanya dan
dilihatnya elemen establishment (kolonialisme Belanda) dan elemen perubahan (Marhaen yang
menderita) maka tercetuslah ajaran ajarannya yang menghendaki perubahan dengan jalan "merdeka
sekarang juga". Dengan kemerdekaan nasional (sebagai jembatan emas) akan diperbaikilah nasib
18
Di dalam Metode Berpikir Marhaenisme telah jelas diterangkan tentang pola perubahan dalam
masyarakat, secara sedarhana dapat digambarkan sebagai berikut:
Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020
Thesa Antithesa Synthesa/Thesa Baru Antithesa Syntesa/Thesa Baru
I II III
Setelah kita tahu apa dan mengapa marhaenisme, maka masalahnya adalah penarikan relevansinya
pada saat ini. Dengan kata lain, untuk apakah marhaenisme?Jawabannya adalah sangat sederhana
"UNTUK BERJUANG".
Konotasi "BERJUANG" adalah berarti memperjuangkan nasib rakyat. Terlebih dahulu mengkaji dan
menelaah masalah kekinian untuk kemudian mengambil sikap. Kalau kesimpulan kita adalah
"PENDERITAAN", maka masalah berikutnya adalah: mengapa mereka menderita? apa penyebabnya?
Siapa Penyebabnya?, dan sebagainya.
Bung Karno menjelaskan bahwa tanpa melalui fase kapitalisme kita dapat mencapai Sosialisme
Indonesia. Teori ini kemudian disebut dengan "fase Sprong Teory". Dengan pentahapan revolusi, maka
dengan meloncati fase kapitalisme kita dapat langsung menuju sosialisme.
FEODALISME
19
Page
KOLONIALISME
Disampaikan VayirehKUNO ?
Sitohang IMPERIALISME
di KTD GMNI SERANG, 27 – KUNO ?
29 November 2020
MERKANTILISME
KOMUNISME
FEODALISME
Page
632 M – Wafatnya Nabi Muhammad dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah. Usamah bin Zaid
Page
memimpin ekspedisi ke Syria. Perang terhadap orang yang murtad yaitu Bani Tamim dan
Musailamah al-Kadzab.
menjadi khalifah.
1000 M - Masjid Besar Cordoba siap dibangun.
Disampaikan Vayireh Sitohang di KTD GMNI SERANG, 27 – 29 November 2020
1005 M - Multan dan Ghur ditaklukkan.
1055 M - Baghdad diserang oleh tentara Turki Seljuk. Pemerintahan Abbasiyyah-Seljuk dimulai,
yang berdiri sampai tahun 1258 ketika tentara Mongol memusnahkan Baghdad.
1085 M - Tentara Kristen menyerang Toledo (di Spanyol).
1091 M - Bangsa Norman menyerang Sicilia, pemerintahan Islam di sana berakhir.
1095 M - Perang Salib pertama dimulai.
1099 M - Tentara Salib menaklukkan Baitul Maqdis. Mereka membunuh semua penduduknya.
1144 M - Nuruddin Zengi menaklukkan Edessa dari tentera Kristian. Perang Salib kedua brlaku.
1187 M - Salahuddin Al-Ayubbi menaklukkan Baitulmuqaddis. Perang Salib ketiga berlaku.
1194 M – Pasukan Muslim menaklukkan Delhi, India.
1236 M - Pasukan Kristen menaklukkan Cordoba (di Spanyol).
1258 M – Pasukan Mongol menyerang dan memusnahkan Baghdad. Ribuan penduduk
terbunuh. Runtuhnya Baghdad. Tamatnya pemerintahan Kerajaan Bani Abbasiyyah-Seljuk.
1260 M - Kebangkitan Islam. Kerajaan Bani Mamluk di Mesir (merupakan pertahanan Islam
yang ketiga terakhir setelah Makkah & Madinah) pimpinan Sultan Saifuddin Muzaffar Al-Qutuz
mengalahkan pasukan Mongol di dalam pertempuran di Ain Jalut.
Khulafaur Rasyidin
Meneruskan kepemimpinan Muhammad
23